Anda di halaman 1dari 13

SOSIOLOGI PERIKANAN

ASRIYANI
200111001
LATAR BELAKANG

 Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan,
teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini
dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang
berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte
(1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun
umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang
masyarakat.
 Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan
pemimpin di Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi
dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia. Misalnya
saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri Paduka
Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara
para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan
yang berbeda, banyak men gandung aspek-aspek Sosiologi, terutama
dalam bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).
TUJUAN

 Untuk mengetahui Budaya masyarakat pesisir


 Untuk mengetahui Dinamika masyarakat pesisir
 Untuk mengetahui Perubahan sosial masyarakat pesisir
 Untuk mengetahui Jaringan sosial masyarakat pesisir
 Untuk mengetahui Kelembagaan dan media sosial
masyarakat pesisir
 Untuk mengetahui Pola dan strategi adaptasi
 Untuk mengetahui Konflik nelayan
 Untuk mengetahui Perilaku ekonomi masyarakat pantai
 Untuk mengetahui Masalah sosial ekonomi masyarakat
pesisir
BUDAYA MASYARAKAT PESISIR

 Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem


gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman
kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai
sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai
peristiwa yang terjadi di lingkungannya (Keesing, 1989:68-69).
Setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat
fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak,
kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama.
Kebudayaan haruslah membantu kemampuan survival
masyarakat atau penyesuaian diri individu terhadap lingkungan
kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi
warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-
tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
itu, yang disepakati secara sosial (Kluckhon, 1984:85, 91).
DINAMIKA MASYARAKAT PESISIR

 Seperti halnya buruh tani, kebanyakan dari nelayan juga


tergolong sebagai buruh nelayan. Mereka mempunyai tuan,
dimana mereka dapat menjual hasil tangkapannya kepada
seseorang yang mempunyai modal besar. Jadi, para nelayan
sebenarnya tidak mempunyai modal apa-apa, melainkan
hanya tenaga. Walaupun demikian tak dapat dipungkiri,
meskipun ada garis pemisah antara pemilik modal dan buruh
nelayan, mereka mempunyai kepentingan yang saling
membutuhkan satu sama lain.
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT
PESISIR
 Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini
dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang
dinamakan dengan perubahan. Adanya perubahan tersebut
akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu
perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa
tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan
masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan yang terjadi
di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses
yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat
kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.
JARINGAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR

 Seperti hasil penelitian Salman (Badaruddin, 2006)


menemukan bahwa hasil kerja kolektif (kolaborasi) dengan
memanfaatkan potensi modal sosial dalam upaya
meningkatkan penghasilan dalam komunitas nelayan telah
meningkatkan penghasilan dalam komunitas nelayan telah
menunjukkan hasil yang memuaskan. Salman menjelaskan
bahwa hasil kerja kolektif (kolaborasi) yang dilakukan nelayan
di Pulau Barang Cadi tidak hanya berhasil meningkatkan
pendapatan secara temporer, tetapi juga pada terputusnya
ikatan bergantung nelayan kecil (klien) pada sejumlah
punggawa besar (patron), berubahnya struktur bagi hasil dalam
komunitas ke arah yang lebih demokratis, serta tertanamnya
kesadaran kritis tentang pentingnya kerja kolektif di antara
mereka dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.
KELEMBAGAAN DAN MEDIA SOSIAL
MASYARAKAT PESISIR

 Dibalik peran strategis dan prospek potensi dari


ekosistem pesisir dan lautan berserta sumberdaya alam
yang terdapat di dalamnya bagi pembangunan nasional,
terdapat berbagai kendala dan kecenderungan yang
mengancam kapasitas berkelanjutan (sustainable capacity)
kedua ekosistem ini. Berdasarkan kajian Balai Riset
Kelautan dan Perikanan tahun 2005, mengilustrasikan
bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan umumnya
sudah menunjukkan gejala lebih tangkap (overfishing)
pada beberapa wilayah pengelolaan perikanan, yang
ditandai dengan menurunnya trend produksi
sumberdaya ikan dan perubahan komposisinya seperti
menurunnya rata-rata panjang ikan yang tertangkap.
POLA DAN STRATEGI ADAPTASI

 Lingkungan pesisir berkaitan erat dengan kehidupan nelayan.


Laut dan nelayan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yang secara
aktif melakukan penangkapan ikan di perairan umum atau di
laut. Sedangkan menurut Kusnadi (2009: 27) masyarakat
nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi
antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem
masyarakat yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga
memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai
referensi perilaku sehari-hari. Faktor kebudayaan ini menjadi
pembeda masyarakat nelayan dari kelompok sosial lainnya
yang hidup didaerah pegunungan, lembah atau dataran
rendah, dan perkotaan.
KONFLIK NELAYAN

 Gibson (1977) berpendapat bahwa selain dapat menciptakan


kerjasama, hubungan saling bergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing
komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan
sendiri-sendiri dan tidak bekerjasama satu sama lain (Gibson,
et. al,1977). Sedangkan Robbins berpendapat, beberadaan
konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu
atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik
dalam organisasi, secara umum konflik tersebut dianggap
tidak ada. Sebaliknya, jika mempersepsikan bahwa dalam
organisasi telah ada konflik, konflik tersebut telah menjadi
kenyataan (Robbins, 1966:122).
PERILAKU EKONOMI MASYARAKAT
PANTAI
 Dalam kehidupan nelayan, permpuan mempunyai peran yang pentig
dalam menopang aktifitas baik yang bersifat social maupun
ekonomi.Kondisi geografis yang berada dipesisir pantai juga
mempengaruhi mata pencaharian masyarakat setempat sebagai
nelayan.Usaha-usaha sampingan yang dilakukan digunakan sebagai
tambahan penghasilan keluarga dalam mengatasi masalah
kebutuhan sehari-hari.Namun, keterbatasan modal, keterampilan,
dan motivasi yang dimiliki menyebabkan usaha sampingan tersebut
kurang mampu diberdayakan secara optimal.Masalah kemiskinan
muncul karena adanya sekelompok anggota masyarakat yang secara
structural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai
untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak.Masyarakat miskin
umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas
aksesnya kepada ekonomi, sehingga tertinggal jauh dari masyarakat
lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.
MASALAH SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT PESISIR
 Kondisi kesejahteraan sosial yang memburuk di kalangan
nelayan sangat dirasakan di desa-desa pesisir yang
perairannya mengalami overfishing (tangkap lebih) sehingga
hasil tangkap atau pendapatan yang di peroleh nelayan
bersifat fluktuatif, tidak pasti, dan semakin menurun dari
waktu ke waktu. Dalam situasi demikian, rumah tangga
nelayan akan senantiasa berhadapan dengan tiga persoalan
yang sangat krusial dalam kehidupan mereka, yaitu (1)
pergulatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, (2)
tersendatsendatnya pemenuhan kebutuhan pendidikan
anakanaknya, dan (3) terbatasnya akses mereka terhadap
jaminan kesehatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai