Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR JAWABAN EVALUASI PEMBELAJARAN

TUGAS TUTORIAL 1
MUHAMMAD FADLY MAHARDIKA
1.
Tes Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau
atribut pendidikan di mana dalam setiap butir pertanyaan tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan
demikian maka setiap tes menuntut siswa untuk memberi respons atau
jawaban. Respons yang diberikan oleh siswa dapat benar atau salah. Jika
respons yang diberikan siswa benar maka kita katakan siswa tersebut
telah mencapai tujuan pembelajaran yang kita ukur melalui butir soal
tersebut. Tetapi jika respons yang diberikannya salah berarti mereka
belum dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin kita ukur. Apabila
ada seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi
tidak ada jawaban yang benar atau salah maka itu bukan tes (Zainul dan
Nasoetion, 1997).
Pengukuran pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas
suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang
diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud.
Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan
oleh Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric
pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut criteria atau
satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai proses
memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu
(Djaali & Pudji Muljono, 2007).
pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan
untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta
kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran yang
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan
diukur. Pengukuran bukan hanya dapat mengukur hal-hal yang tampak saja
namun dapat juga mengukur benda-benda yang dapat di bayangkan seperti
kepercayaan konsumen, ketidak pastian dan lain-lain.

Asesmen Pada awalnya istilah assessment banyak digunakan dalam evaluasi untuk
mengambil keputusan dan kebijakan dan perencanaan pendidikan seperti
need assessment tentang pendidikan. Dalam perkembangannya assessment
digunakan terhadap semua aspek dalam bidang pendidikan, karena banyak
informasi yang dibutuhkan, tetapi tidak dapat dikumpulkan melalui
pengukuran.
Assessment dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi yang
diambil untuk mengambil keputusan tentang kebijakan pendidikan, mutu
pendidikan, mutu program pendidikan dan mutu input pendidikan.
Sejalan dengan perkembangan dalam bidang penelitian, para ahli mulai
meningalkan dikotomi kuantitatif dan kualitatif karena banyak instrumen
yang ada tidak dapat menyediakan informasi secara cukup bermakna. Para
ahli mulai menguakan bermacam pendekatan dan instrument yang sesuai
dengan kebutuhan. Oleh karena itu, assessment memberikan informasi
lebih konferensif dan lengkap dari pada pengukuran, sebab tidak hanya
mengunakan instrument tes saja, tetapi juga mengunakan tekhnik non tes
lainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa assessment adalah suatu
prosedur pengumpulan informasi tentag orang yang mencakup kuantitas
dan kualitasnya.
Evaluasi Pembelajaran Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Evaluation. Gronlund
(1985) berpendapat evaluaasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan proram
telah tercapai.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang
mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah
proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan
cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria
tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses
menilai sesuat berdasarkan criteria tertentu, yang selanjunya diikuti dengan
pengambilan sebuah keputusan atas objek yang dievaluasi.

2. Kuntungan tes objektif


a. Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan sedang.
Bukannya tes objektif tidak dapat digunakan untuk mengukur proses berpikir tingkat tinggi seperti
analisis, evaluasi, dan kreasi tetapi untuk menulis future soal yang seperti itu memerlukan
keterampilan tersendiri.
b. Dengan menggunakan tes objektif mata semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan
dapat ditanyakan saat ujian.
c. Dengan dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan
dengan cepat tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas
dan pasti. Kita juga dapat menggunakan fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian sehingga
kecepatan, ketepatan, dan kekonsistenan nya dapat lebih terjamin
d. Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan analisis butir
soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat diperoleh informasi tentang karakteristik setiap
butir soal seperti tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta reliabilitasnya.
e. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes objektif khususnya
pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat kesukaran butir soal hanya dengan
mengubah homogenitas alternatif jawaban.
f. Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi dengan baik
maka kita akan memperoleh informasi yang banyak dari Respon yang diberikan oleh siswa. Setiap
respon siswa terhadap setiap alternatif jawaban akan memberikan informasi kepada kita tentang
penguasaan kognitif siswa terhadap materi yang diujikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui
kemampuan dan kelemahan siswa.

Kelemahan Tes Objektif

a. Kebanyakan tes objektif hanya bisa mengukur proses berpikir rendah. Walaupun tujuan
pembelajaran yang akan diukur sebenarnya lebih tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman. Hal
ini semata-mata bukan karena tes objektif tidak dapat digunakan untuk mengukur proses berpikir
yang lebih tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman Tetapi lebih disebabkan oleh penulis soal
yang belum dapat menulis tes objektif yang mengukur proses berpikir tinggi.
b. Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat pertanyaan tes uraian.
Kesulitan dalam membuat tes objektif biasanya muncul di saat menulis soal harus membuat
alternatif jawaban yang memenuhi syarat sebagai tes objektif yang baik, misalnya semua alternatif
jawaban harus homogen dan pengecoh menarik untuk dipilih. Oleh karena itu membuat tes
obyektif yang baik memerlukan waktu yang lama.
c. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan menerka. Jika tes
objektif dibuat dengan kurang baik Misalnya susunan Bahasanya kurang mudah dimengerti oleh
anak, maka maksud butir soal tersebut akan sulit dipahami oleh siswa. Jika hal ini terjadi maka
kesalahan siswa dalam menjawab butir soal dapat terjadi bukan karena siswa tidak memahami
materi yang ditanyakan tetapi karena siswa mengalami kesukaran dalam memahami kalimat dalam
butir soal. Disamping itu kemampuan siswa juga dapat dipengaruhi karena adanya unsur tebakan.
Hal ini akan terjadi apabila siswa merasa ragu atau kehabisan waktu untuk mengerjakan soal.
d. Siswa tidak dapat mengorganisasikan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap
pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal. Dalam hal ini siswa hanya dapat mengingat hidup
orang lain yaitu itu penulis soal.

Keuntungan Tes Uraian


a. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi. Ini artinya kalau tujuan pembelajaran
adalah mengajarkan proses berpikir tinggi maka untuk mengukurnya akan lebih tepat jika
menggunakan tes uraian. Tentu saja dengan tambahan pertimbangan bahwa jumlah siswa kita tidak
terlalu banyak. Jika jumlah siswa kita terlalu banyak maka kita akan menghadapi kesulitan pada
saat memeriksa hasil ujian.
b. Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat diukur dengan tes
objektif. Dapatkah keterampilan menulis, kemampuan dalam menghasilkan, mengorganisasi dan
mengekspresikan ide atau gagasan, serta kemampuan dalam membuat rancangan penelitian diukur
dengan tes objektif? Inilah Salah satu keunggulan tes uraian yang tidak dimiliki oleh tes objektif.
Jika kita mempunyai tujuan pembelajaran yang seperti ini maka kita tidak dapat mengukurnya
dengan menggunakan tes objektif tetapi kita harus mengukurnya dengan menggunakan tes uraian
walaupun jumlah siswanya banyak.
c. Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian untuk satu waktu ujian lebih cepat
daripada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif.

Kekurangan Tes Uraian

a. Dari cakupan materi hanya dapat menanyakan sedikit materi atau sampel materi sedikit
b. Dalam waktu penyusunan waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes sangat singkat.
c. untuk pengolahan hasil tes ada unsur objektifitas dalam pemeriksaan dan ketetapan hasil
pemeriksaan rendah.

3.
Tes seleksi Di berbagai media massa baik cetak maupun Contoh
elektronik kita sering mendengar, melihat atau
membaca iklan tentang lowongan pekerjaan, Tahun ajaran 2006/2007 SLTP N
penerimaan siswa atau mahasiswa baru yang I Bantul menerima siswa baru
dipasang oleh berbagai instansi, perusahaan, dan untuk kelas I sebanyak 200 siswa
sekolah. dengan syarat:
1) memiliki ijasah SD
2) usia pada saat pendaftaran
maksimal 17 tahun.
3) lulus ujian tertulis.
Tes penempatan Apabila konsep ini diterapkan maka setiap siswa Contoh :
akan diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan masing-masing. Siswa Siswa yang memiliki kecerdasan
yang cerdas akan dapat menyelesaikan proses tertentu digambungkan dengan
pembelajarannya lebih cepat dari siswa yang siswa dengan kecerdasan atau
kurang cerdas. Dengan sistem belajar seperti ini keahlian yang sama agar dapat
sebenarnya siswa akan dapat belajar secara terfokus dalam mengasah
maksimal dan terhindar dari rasa bosan. Dalam kemampuan siswa.
sistem pembelajaran seperti ini maka tes
penempatan (placement test) memegang peranan
penting dalam membantu mengelompokkan siswa
sesuai dengan kemampuannya
Pre test- Pos test Dilihat dari nama tes tersebut Anda sudah dapat Contoh:
mengetahui bahwa pre test merupakan salah satu
jenis tes yang dilaksanakan pada awal proses Sebelum melaksanakan
pembelajaran dan post test merupakan salah satu pembelajaran dan memberikan tes
jenis tes yang dilaksanakan setelah proses sebenarnya, guru memberikan tes
pembelajaran selesai. Jika dilihat dari tujuannya, pada saat sebelum hal diatas
pre test bertujuan untuk mengetahui sejauh mana terjadi, lalu setelah itu guru
siswa telah menguasai materi yang akan diajarkan. memberikan tes setelah
Dengan demikian apabila dilihat dari waktu melaksanakan pembelajaran lalu
pelaksanaan tesnya maka pre test pasti melakukan tes, lalu hasil tersebut
dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dimulai dibandingnkan antara awal dan
yang akhir.
Tes Diagnostik Tes diagnostik merupakan tes yang dilaksanakan Contoh
untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa. Gronlund dan Linn (1990) Guru melakukan tes IPA untuk
menyatakan bahwa “the function of diagnostic menemukan kesulitan siswa, guru
evaluation is to diagnose learning difficulties menemukan kesulitan siswa, guru
during instruction”. Karena tes diagnostik akan melakukan perbaikan dan
digunakan untuk menemukan kesulitan kesulitan siswa terselesaikan.
pemahaman konsep yang dialami siswa maka
materi tes diagnostik dikembangkan dari konsep-
konsep yang sulit dipahami siswa. Dari hasil tes
diagnostik guru akan dapat menemukan kesulitan
belajar yang dialami siswa. Selanjutnya guru harus
berupaya untuk mencari penyebab kesulitan belajar
tersebut dan sekaligus berupaya untuk mencari cara
menghilangkan penyebab kesulitan belajar itu
sehingga siswa dapat berhasil menyelesaikan
semua program pembelajaran yang telah Anda
rancang.
Tes Formatif Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang Contoh
diberikan kepada siswa setelah siswa
menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes formatif Guru memberikan pembelajaran
tidak dimaksudkan untuk memberi nilai kepada baru atau cara mengajar yang baru
siswa tetapi hasil tes formatif akan dimanfaatkan dengan tujuan apakah
untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang pembelajaran efektif atau tidak.
baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana
pembelajaran atau belum. Seperti apa yang
disampaikan oleh Gronlund dan Linn (1990) bahwa
“the function of formative evaluation is to monitor
learning progress during instruction”. Jika dari hasil
tes formatif ternyata terdapat sejumlah tujuan
pembelajaran yang belum dapat dikuasai siswa,
Anda harus mencari penyebabnya, apakah
penyebab tersebut karena adanya masalah pada diri
siswa atau karena proses pembelajaran yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya, misalnya karena
Anda kurang tepat dalam memilih metode dan atau
media pembelajaran. Setelah dapat menentukan
penyebabnya maka Anda harus mengulang kembali
proses pembelajaran tersebut baik itu secara
individual atau secara klasikal sampai siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Yang menjadi fokus dalam pelaksanaan
tes formatif adalah ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses pembelajaran bukan
mencari penyebab kesulitan belajar siswa.
Sedangkan mencari penyebab kesulitan belajar
siswa adalah fokus dari penyelenggaraan tes
diagnostik.
Tes sumatif Jika tes formatif lebih dimaksudkan untuk Contoh:
memperbaiki pembelajaran maka tes sumatif
merupakan jenis tes yang dilakukan pada akhir Ujian akhir sekolah
pembelajaran dan dimaksudkan untuk mengukur Ujian Nasional
keberhasilan siswa dalam menguasai keseluruhan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir
soal - butir soal yang dikembangkan pada tes
sumatif harus dapat mengukur ketercapaian seluruh
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata
pelajaran tentunya tidak akan sama

4.
No Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor Bentuk
soal soal
1 Menulis surat pribadi Surat pribadi - Siswa dapat menentukan 1 PG
dengan memperhatikan sistematikapenulisan surat
komposisi, isi dan bahasa pribadi 2 PG
- Siswa dapat melengkapi surat
pribadi bagian penutup. 3 PG
- Siswa dapat menentukan
bagian surat pribadi yang 4 PG
terdapat dalam penggalan surat
pribadi. 15 Uraian

16 Uraian
Contoh soal
Objektif
Penulisan tanggal surat yang benar adalah…
a. Tanjung, 24 Desember ‘08
b. Tanjung, 24 Desember 2008
c. Tanjung, 24-12-2008
d. Tanjung, 24 Des. 2008
Uraian
Sebutkan poin apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis surat…

5. Contoh penilaian tidak objektif di sekolah kami adalah pada saat sekarang hampir seluruh penilaian yang
kami lakukan tidak objektif dikarenakan dengan adanya pandemic covid-19, jadi dari segi penilaian sikap,
penilaian pembelajaran dilakukan secara tidak objektif dikarenakan kesulitannya dalam melakukannya
atau bahkan hamper tidak mungkin dalam melaksanakan penilaian secara murni objektif.

Anda mungkin juga menyukai