Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : EVALUASI PEMBELAJARAN


B. Kegiatan Belajar : KONSEP DASAR PENGUKURAN, PENILAIAN, EVALUASI DAN
PENERAPANYA DALAM PEMBELAJARANYA (KB 1)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


A. Konsep Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pembelajaran

1. Konsep Pengukuran

Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata


"measurement" yang diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur sesuatu, yaitu membandingkan
sesuatu dengan kriteria/ukuran tertentu atau proses
pemasangan fakta-fakta suatu obyek ukur dengan satuan-
satuan ukuran tertentu.

Pengukuran dalam bidang pendidikan atau pembelajaran


adalah kegiatan pemberian sejumlah tes kepada siswa untuk
mengukur sejauh mana tingkat pencapaian siswa terhadap
tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran juga dapat
dilakukan dengan alat non-tes seperti angket, observasi, dan
beberapa teknik penilaian non-tes lainnya sesuai dengan
Konsep (Beberapa istilah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dan kemudian
1
dan definisi) di KB
hasilnya dikuantifikasi.

Dalam pengukuran terdapat proses pensekoran (scoring),


yaitu proses memberikan angka terhadap jawaban tes yang
diberikan oleh siswa, atau terhadap jawaban instrumen. Jadi,
pensekoran merupakan proses pemberian angka pada hasil
jawaban siswa atas sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh
guru, baik per item maupun secara keseluruhan. Skor total
adalah angka yang diperoleh siswa dengan menjumlahkan
angka-angka bagi setiap butir (item) yang telah dijawab benar
oleh siswa.

2. Konsep Penilaian

Penilaian dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata


"assessment" yang diartikan sebagai menilai sesuatu atau
proses menentukan nilai suatu objek. Menurut Seng dkk.
yang dikutip oleh Komarudin (2016: 29), penilaian adalah
semua bentuk pengumpulan informasi oleh guru yang
kemudian dianalisis, disintesis, diinterpretasikan, dan
digunakan dalam kelas untuk mengambil keputusan.
Sedangkan menurut Sudjana (2014:3), penilaian adalah
proses memberikan nilai terhadap suatu objek berdasarkan
kriteria tertentu. Menurut Depdiknas yang dikutip oleh Jihad
(2012:54), penilaian adalah kegiatan yang dilakukan guru
untuk memperoleh informasi objektif, berkelanjutan, dan
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk
memberikan perlakuan selanjutnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa


penilaian memiliki arti yang lebih luas daripada pengukuran.
Pengukuran merupakan langkah awal yang perlu diambil
dalam pelaksanaan penilaian dan evaluasi pembelajaran.

3. Konsep Evaluasi

Secara etimologi, evaluasi berasal dari bahasa Inggris dengan


akar kata "value" yang berarti nilai atau harga. Secara
terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam
mengenai evaluasi. Gronlund mendefinisikan evaluasi sebagai
proses sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan
pembelajaran telah tercapai oleh siswa. Gay (2000:6)
menyatakan bahwa evaluasi adalah

proses sistematis dalam mengumpulkan dan menganalisis


data untuk menentukan apakah dan sejauh mana tujuan telah
atau sedang dicapai. Ja'ali dan Pudji Muljono (2007:15) juga
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses menilai sesuatu
berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang
kemudian diikuti dengan pengambilan keputusan terhadap
objek yang dievaluasi.

4. Hubungan antara Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi


dalam Pembelajaran

Berdasarkan penjelasan mengenai ketiga istilah tersebut,


dapat disimpulkan bahwa pengukuran, penilaian, dan evaluasi
saling terkait dalam konteks pembelajaran. Pengukuran dan
penilaian merupakan bagian dari rangkaian kegiatan evaluasi
pendidikan. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi tidak dapat
dilakukan tanpa didukung oleh data yang diperoleh melalui
pengukuran dan penilaian.

Dalam konteks pembelajaran, pengukuran digunakan untuk


mengumpulkan data tentang kemampuan siswa, sedangkan
penilaian dilakukan untuk memberikan nilai terhadap hasil
belajar siswa. Evaluasi menggunakan data pengukuran dan
penilaian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam
memahami sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.

B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

1. Tujuan evaluasi pembelajaran:


a. Mengumpulkan bukti mengenai perkembangan atau
kemajuan siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu
tertentu.
b. Menilai tingkat efektivitas metode pengajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
c. Memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya.
d. Mencari faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik.

2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran:


a. Fungsi instruksional: Evaluasi formatif memberikan umpan
balik kepada siswa dan guru untuk memperbaiki proses
belajar dan mengajar.
b. Fungsi administratif: Hasil evaluasi pembelajaran digunakan
sebagai laporan kepada orang tua atau pihak terkait. Juga
digunakan sebagai dasar untuk kenaikan kelas, pemilihan
siswa berprestasi, pemilihan siswa program khusus, atau
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. Fungsi diagnostik: Hasil evaluasi digunakan untuk
mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa
dan merencanakan tindakan pemecahan masalah yang sesuai.

C. Objek Evaluasi Hasil Pembelajaran

Salah satu objek evaluasi hasil pembelajaran adalah siswa


sebagai peserta pembelajaran. Tujuan pembelajaran siswa
mencakup perubahan pada domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif dibagi menjadi enam ranah
hierarkis yang meliputi pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Masing-masing
ranah memiliki kemampuan kognitif yang berbeda dan kata
kerja operasional yang sesuai.

A. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi pendidikan, terdapat beberapa prinsip yang


perlu diperhatikan agar tujuan dan fungsi evaluasi dapat
tercapai. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

1. Obyektivitas: Evaluasi harus didasarkan pada kemampuan


siswa secara objektif, tanpa melibatkan faktor lain yang tidak
relevan. Penilaian objektif dapat diimplementasikan melalui
soal objektif seperti pilihan ganda atau benar-salah.

2. Komprehensif: Evaluasi harus mencakup semua aspek


siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru
perlu menggunakan berbagai teknik penilaian, baik tes
maupun non-tes, untuk mencapai prinsip ini.

3. Transparansi: Penilaian harus dilakukan secara terbuka,


baik dalam proses penilaian maupun dalam penyampaian
hasilnya. Guru perlu memberikan bobot pada setiap soal
atau item penilaian, serta menyampaikan hasil penilaian
kepada siswa.

4. Koherensi: Evaluasi harus konsisten dengan tujuan,


materi, metode, media, dan sumber pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran harus merupakan bagian yang terintegrasi
dengan sistem pembelajaran.

5. Kontinyuitas: Evaluasi pendidikan harus dilakukan secara


berkesinambungan, terencana, dan sistematis. Kegiatan
penilaian perlu direncanakan baik dari segi waktu maupun
aspek penilaiannya.

6. Berkeadilan: Evaluasi harus mempertimbangkan keadilan


terhadap siswa, baik dalam penentuan siswa yang dievaluasi
maupun dalam cara evaluasinya.

7. Diskriminabilitas: Hasil evaluasi harus dapat membedakan


antara siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam
menyerap materi. Evaluasi harus mampu membedakan
antara siswa pintar dan bodoh.

8. Akuntabilitas: Hasil evaluasi pendidikan harus dapat


dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan atau pemangku kepentingan sebagai
pengguna output pendidikan.

9. Validitas: Evaluasi pendidikan harus menggunakan alat


evaluasi tes maupun non-tes yang valid. Alat evaluasi
tersebut harus mampu mengukur kemampuan siswa sesuai
dengan tujuan pengukuran.

10. Reliabilitas: Evaluasi pendidikan harus menghasilkan data


yang reliabel atau dapat dipercaya. Meskipun dilakukan
berkali-kali, hasil evaluasi harus relatif sama.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ini, evaluasi


pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan bermanfaat
bagi siswa dan proses pembelajaran.
A. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

Jenis-jenis evaluasi pembelajaran dapat dilihat dari


pendekatan yang digunakan dan fungsi evaluasi tersebut.

Dalam hal pendekatan, ada tiga pendekatan evaluasi yang


umum digunakan:

1. Assessment of learning (penilaian terhadap pembelajaran)


dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Tujuan
evaluasi ini adalah untuk mengetahui pencapaian hasil belajar
dan tingkat keberhasilan pembelajaran. Contohnya adalah
evaluasi sumatif.

2. Assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran)


digunakan untuk memberikan umpan balik kepada guru
mengenai proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal
ini memungkinkan perbaikan pada proses pembelajaran
berikutnya. Evaluasi formatif adalah contoh dari pendekatan
ini.

3. Assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran)


melibatkan siswa dalam proses evaluasi. Siswa memberikan
penilaian terhadap proses belajar mereka sendiri dan
mendapatkan umpan balik untuk perbaikan di masa depan.
Tes diagnostik atau pre-test adalah contoh evaluasi dengan
pendekatan ini.

Dilihat dari fungsi evaluasi, terdapat beberapa jenis evaluasi,


yaitu:

a. Evaluasi formatif dilakukan setelah mengajar satu atau dua


pokok bahasan. Evaluasi ini memberikan gambaran mengenai
pemahaman siswa dan membantu guru dalam mengarahkan
pembelajaran selanjutnya.

b. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir periode atau


program pendidikan. Evaluasi ini mengevaluasi pemahaman
siswa terhadap kumpulan materi yang telah diajarkan selama
periode tertentu.

c. Evaluasi seleksi dilakukan untuk memilih siswa sesuai


dengan tujuan tertentu, seperti tes seleksi masuk sekolah
atau tes seleksi penerima beasiswa.

d. Evaluasi penempatan digunakan untuk menentukan


penempatan siswa dalam program atau jurusan tertentu,
seperti tes seleksi untuk penempatan jurusan.
e. Evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengidentifikasi
kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan mencari solusi yang
tepat. Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui
kelemahan siswa dan memberikan tindak lanjut yang sesuai.

Dengan memahami jenis-jenis evaluasi pembelajaran ini, guru


dapat mengaplikasikannya secara efektif dalam proses
pembelajaran.

B. Alat-alat Evaluasi Pembelajaran

Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, terdapat berbagai


alat yang dapat digunakan sesuai dengan teknik dan objek
yang dievaluasi. Alat evaluasi dapat dibedakan menjadi tes
dan non-tes.

1. Tes
Tes adalah alat pengukur yang disusun secara sistematis
untuk mengukur karakteristik orang atau obyek tertentu
dengan ketentuan yang telah ditentukan. Tes terdiri dari
sejumlah pertanyaan atau tugas yang harus dijawab oleh
peserta didik. Tes digunakan untuk mendapatkan informasi
atau data dari subjek yang diukur dan hasilnya diberi skor
atau nilai.

Terdapat beberapa jenis tes yang dapat dibedakan


berdasarkan bidang psikologis, jumlah peserta didik, proses
penyusunannya, waktunya, dan bent

uk responsnya.

a. Tes Tulisan (Written Test)


Tes tulisan terbagi menjadi tes objektif (objective test) dan
tes subjektif (subjective test) atau tes essay.

- Tes Essay (Tes Subjektif)


Tes essay adalah tes yang meminta siswa untuk menjawab
dengan uraian kalimat, sehingga jawaban dapat berbeda
antara siswa satu dengan siswa lainnya. Tes essay
memungkinkan adanya subjektivitas dalam penilaian guru dan
siswa. Tes essay digunakan untuk mengungkap daya ingat
atau pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tes essay
memiliki kelebihan, seperti melatih siswa untuk berani
mengemukakan pendapat dan mengeluarkan buah
pikirannya. Namun, tes essay juga memiliki kelemahan,
seperti penilaian yang sulit dan cenderung bersifat subyektif,
keterwakilan materi yang terbatas, dan reliabilitas yang
rendah.
- Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang meminta jawaban yang pasti dari
siswa, sehingga penilaian akan tetap sama apapun
penilaiannya. Tes objektif dapat terdiri dari berbagai bentuk,
seperti pilihan ganda, isian singkat, true-false, dan sebagainya.

2. Non-Tes
Selain tes, terdapat juga alat evaluasi non-tes yang dapat
digunakan dalam evaluasi pembelajaran. Alat evaluasi non-tes
melibatkan pengamatan langsung, penilaian portofolio,
wawancara, penugasan proyek, dan sebagainya.

Dalam penyusunan tes essay, terdapat beberapa prinsip yang


harus diperhatikan. Soal essay hendaklah menyangkut materi
yang esensial dari setiap pokok bahasan, spesifik dalam
rumusan soal dan jawaban yang diharapkan, menggunakan
variasi kata tanya untuk menggambarkan tingkat kognisi yang
diukur, menyusun pedoman penilaian, dan mengacu pada
kisi-kisi soal.

Jenis-jenis tes essay yang dapat disusun oleh guru antara lain
essay bebas, essay terbatas, dan essay terstruktur. Essay
bebas memungkinkan jawaban yang tidak bisa diprediksi dan
penilaiannya cenderung subjektif. Essay terbatas memiliki
jawaban yang bisa ditentukan benar atau salahnya, tetapi
masih memungkinkan subjektivitas dalam penilaian. Essay
terstruktur memiliki jawaban yang relatif dapat dipastikan
dan pertanyaan biasanya dilengkapi dengan petunjuk
jawaban.

Selain tes essay, terdapat juga tes objektif yang meminta


jawaban yang pasti dari siswa dan penilaiannya obyektif. Tes
objektif dapat terdiri dari berbagai bentuk, seperti pilihan
ganda atau isian singkat.

Selain tes, terdapat juga alat evaluasi non-tes yang


melibatkan pengamatan langsung, penilaian portofolio,
wawancara, penugasan proyek, dan lainnya.

Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, penting untuk


menggunakan berbagai alat evaluasi dengan tepat sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan evaluasi. Penggunaan alat
evaluasi yang variatif akan memberikan gambaran yang lebih
komprehensif tentang kemajuan dan prestasi peserta didik.
C. Acuan Standar Penilaian

Dalam proses penilaian, terdapat dua acuan standar


yang dapat digunakan, yaitu Penilaian Acuan Patokan
(criterion reference) dan Penilaian Acuan Normatif
(norm reference).

Penilaian Acuan Patokan (Criterion Reference) adalah


penilaian yang diberikan terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan skor yang diperolehnya dibandingkan
dengan skor yang dijadikan acuan oleh guru. Acuan
dalam penilaian ini adalah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan oleh guru. Misalnya, jika KKM
ditetapkan sebagai 75, maka siswa yang memperoleh
nilai di bawah 75 dianggap belum lulus dan perlu
mengikuti Tindakan Remedial Teaching. Penilaian
dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan
tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran sebagai
dasar perbaikan pengajaran.

Penilaian Acuan Normatif (Norm Reference) adalah


penilaian yang diberikan terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan skor yang diperolehnya dibandingkan
dengan skor siswa lain dalam kelas atau kelompok
yang sama. Dalam penilaian ini, nilai rata-rata kelas
akan mempengaruhi penentuan kriteria nilai.
Penggunaan Penilaian Acuan Normatif sangat
tergantung pada kualitas kelompok siswa yang diuji.
Penilaian dengan menggunakan Penilaian Acuan
Normatif dilakukan jika hasil evaluasi menunjukkan
adanya kurva distribusi nilai yang condong ke sisi
rendah (mayoritas nilai siswa rendah).

Dengan menggunakan kedua acuan standar ini, guru


dapat mengevaluasi hasil belajar siswa dan mengambil
langkah-langkah perbaikan yang sesuai. Penting untuk
mengenali perbedaan antara kedua acuan standar ini
dan memilih yang paling relevan dengan kebutuhan
penilaian dan konteks pembelajaran.

Daftar materi pada KB


2 Saya Tidak Menemukanya.
yang sulit dipahami
Daftar materi yang sering
3 mengalami miskonsepsi Saya Tidak Menemukanya.
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai