Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN PENILAIAN INSTRUMEN PROYEK

(Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah : Evaluasi Hasil Belajar)

Kelas A

Dosen Pengampu :

Dr. Nurul Umamah, M.Pd

Disusun oleh :

Firza Azzam Fadilla NIM: 180210302037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
PRAKATA
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa serta mengucap syukur atas segala
kelancaran dan kemudahan yang diberikan sehingga penyusun makalah dapat menyesaikan
prosesi pembuatan makalah sebagai syarat pengajuan tugas mata kulliah Evaluasi dan Hasil
Belajar sesuai jangka waktu yang telah ditentukan oleh dosen pengampu. Kami mengucap terima
kasih kepada setiap pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini, terutama dosen
pengampu mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar Bidang Studi yang telah membimbing dalam
pemberian materi dan penyusunan makalah ini.

Penyusunan makalah yang berjudul “Pengembangan Instrumen Proyek” dilakukan dalam


rangka untuk mengetahui dan memaparkan materi mengenai penilaian yang perlu dikuasai oleh
mahasiswa. Kami berharap makalah ini memberikan manfaat dan pengetahuan konteks mata
kuliah Evaluasi Hasil Belajar Bidang Studi. Penyusun menyadari bahwa makalah ini memiliki
banyak kekurangan dalam berbagai elemen didalamya, karena hal tersebutlah kami mengharap
adanya kritik dan saran yang kiranya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini pada kesempatan selanjutnya.

Jember, 6 Mei 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover
PRAKATA......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4

1.3. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6

2.1 Konsep dasar Penilaian Proyek..............................................................................................6

2.2 Asesmen Otentik dan Tuntutan Kurikulum 2013..................................................................7

2.3 Pentingnya Asesmen Otentik.................................................................................................9

2.4. Karakteristik, Tujuan, dan Prinsip Penilaian Otentik...........................................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12

3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penilaian merupakan salah satu komponen pokok dalam prosespembelajaran. Tujuan
penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui tingkatketercapaian tujuan pembelajaran dan
melihat keefektifan proses belajar mengajar. Teknik penilaian dalam pembelajaran terus
berkembang seiring denganperubahan dan perkembangan kurikulum dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan belajar peserta didik oleh pendidik (Antuni W, tanpa tahun).

Penilaian dalam ranah pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan telah
tercapai (Tyler dalam Arikunto, 2011). Sedangkan pengertian yang lebih luas dikemukakan oleh
Cronbach & Stufflebeam (dalam Arikunto, 2011) yakni proses penilaian bukanlah sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, akan tetapi juga dapat digunakan untuk mengambil
sebuah keputusan.

Penilaian dalam KTSP menganut prinsip penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif
guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama dan menilai diri
sendiri. Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Pendekatan penilaian
itu disebut penilaian yang sebenarnya atau penilaian otentik (authentic assesment). Jenis dan
model penilaian yang digunakan sangat beragam tergantung pada jenis kompetensi, indikator
hasil belajar yang ingin dicapai, materi pembelajaran dan tujuan penilaian itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Konsep dasar Penilaian Proyek?

1.2.2 Bagaimana Asesmen Otentik dan Tuntutan Kurikulum 2013?

1.2.3 Bagaimana Pentingnya Asesmen Otentik?

iv
1.3. Tujuan
1.3.1 Mengetahui Konsep dasar Penilaian Proyek
1.3.2 Mengetahui Asesmen Otentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
1.3.3 Mengetahui Pentingnya Asesmen Otentik

v
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar Penilaian Proyek


Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam
bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subyek tertentu
secara jelas.

Gerakan belajar berdasarkan proyek ini telah menyebar dengan cepat dan telah membuat
banyak praktisi mengadopsinya. Akan tetapi, Barron et al. (1998) mendesak bahwa mengikuti
pendekatan pembelajaran berdasarkan proyek untuk pengajaran agak memerlukan perubahan
langsung dalam bukan hanya kurikulum, melainkan juga dalam instruksi dan bagian-bagian
penilaian bagi instruktur dan siswa. Peran baru dari instruktur dalam implementasi pembelajaran
berbasis proyek didefinisikan oleh Frank, Lavy, dan Elata (2003) seperti ketika " ceramah
kepada siswa yang pasif digantikan dengan mendorong motivasi, bimbingan, menyediakan
sumber-sumber, dan membantu pelajar untuk membangun pengetahuan mereka sendiri"
(Gilbahar, Y & Tonmaz, H. 2006)

Pembelajaran berbasis proyek (PBL) adalah model yang mengatur pembelajaran di


sekitar proyek. Menurut definisi yang terdapat dalam buku pedoman PBL untuk guru, proyek
adalah tugas yang rumit, berdasarkan pertanyaan atau masalah yang menantang, yang melibatkan
siswa dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau kegiatan investigasi;
Berilah siswa kesempatan untuk bekerja secara relatif secara mandiri selama jangka waktu yang
panjang; Dan menghasilkan produk atau presentasi yang realistis (Thomas, 2000).

Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan:

 Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari informasiserta dalam mengelola
waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
vi
Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini mempertimbangkan tahap pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajaran.

 Keaslian Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta didik, dalam hal ini petunjuk
atau dukungan.

Penilaian proyek dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama pengerjaan tugas,
dan terhadap hasil akhir proyek. Dengan demikian guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, kemudian
menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam
bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale) ( Asrul, dkk 2014, : 61 )

Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek:

 penelitian sederhana tentang prilaku terpuji dan tidak terpuji ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan Penelitian sederhana tentang pelaksanaan zakat di desanya.

Contoh format penilaian proyek sebagai berikut:

PENILAIAN PROYEK

Mata pelajaran :

Kelas/Semester :

Alokasi waktu :
vii
Jumlah Soal :

Standar kompetensi :

Kompetensi Dasar :

2.2 Asesmen Otentik dan Tuntutan Kurikulum 2013


Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat
relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah
dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. ( Ratnawulan& Rusdiana, 2014)

Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.
Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari
mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu
pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil
pembelajaran.Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan
standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban
singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena
memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat
dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam
asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa ( Ratnawulan& Rusdiana, 2014)

viii
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri
dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta
mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan
kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang
diperoleh dari luar sekolah.

Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa


belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu
merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang
kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan. ( Ratnawulan& Rusdiana, 2014)

Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta


didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar
tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap,keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mmampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
( Ratnawulan& Rusdiana, 2014)

2.3 Pentingnya Asesmen Otentik


Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun

1990an. Wiggins (1993), menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur

prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya.

 Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka
ix
di luar sekolah atau masyarakat.

b. Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena
tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik.

 Ketika asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu


menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap,
keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata
pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang
cukup kuat.

Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti:

a. Menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum

b. Pembelajaran di kelas tertentu.

2.4. Karakteristik, Tujuan, dan Prinsip Penilaian Otentik


Karakteristik Penilaian Otentik

Beberapa karakteristik penilaian otentik, menurut Santoso (2004), adalah sebagai berikut:

 Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.

 Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.

 Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai

 dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

 Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.

Sedangkan Nurhadi (2004: 173), mengemukakan bahwa karakteristik authentic


x
assesment adalah sebagai berikut:

 Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)

 Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

 Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi

 Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta

 Berkesinambungan

 Terintegrasi

 Dapat digunakan sebagai umpan balik

 Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas.

Tujuan Penilaian Otentik

 Tujuan penilaian otentik itu sendiri, menurut (Santoso, 2004), adalah untuk:

 Menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu,

 Menentukan kebutuhan pembelajaran,

 Membantu dan mendorong siswa,

 Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik,

 Menentukan strategi pembelajaran,

 Akuntabilitas lembaga, dan

 Meningkatkan kualitas pendidikan. ( Ratnawulan& Rusdiana, 2014)

Prinsip-prinsip Penilaian Otentik

Menurut, Santoso, (2004), prinsip dari penilaian otentik, adalah sebagai berikut:

xi
 Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.

 Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran.

 Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi

kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran.

d. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah

mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.

xii
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pemahaman diatas , dapat disimpulkan bahwa menurut para ahli penilaian
proyek memiliki pemaknaan sendiri dan pendapat. namun secara garis besar penilaian proyek
intinya ialah memiliki kesamaan yaitu kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam
bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subyek tertentu
secara jelas.

Kemudian dalam instrument penilaian proyek juga memiliki Tujuan, karateristik prinsip
prisnsip dari beberapa pendapat para ahli tentunya. Penilaian proyek juga sering disebut sebagai
Asasment autentik, yang sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta
didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar
tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap,keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mmampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

xiii
DAFTAR PUSTAKA
Antuni, W, Tanpa tahun. Penilaian Proyek Sebagai Implementasi Autenhic Assesment untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Kerja Ilmia Mahasiswa. Yogyakarta :
Jurnal Pendidikan KIMIA UNY
Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Asruk, dkk.2014.Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cita Pustaka Media.
Nurhadi. 2011. Pendekatan Dalam Penialaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
John W. Thomas. 2000. A Review of Research on Project Based Learning. San Rafael, CA: The
Autodesk Foundation.
Ratnawulan & Rusdiana. 2014 . Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PUSTAKA SETIA
Santoso, A.B. 2004. PENIALAIAN BERBASIS KELAS. Semarang : Jurusan Geografi Fakulttas
Ilmu Sosial UNNES
Wiggins, G. 1990. The Case of Authentic Asesment. Eric Indenifer. 12 (0): 1-4.
Yasemin Gulbahar & Hasan Tinmaz. 2006. Implementing Project Based Learning and portofolio
assesment In a Undergranduate Crouse. Baskent University Turkey : The Journal of Research on
Technology Education. Vol : 12. No : 03.

xiv

Anda mungkin juga menyukai