Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EVALUASI, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Evaluasi Pendidikan Pesantren”

Dosen pengampu
Dr. Mochamad Nurcholiq,M. Pd

Oleh :

Ayu Fitria Ningsih (2212120179)

Sofia Yuanida (2212120158)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY AL-HIKAM

MALANG

Maret 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan. Dengan


perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan
sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku
menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan
di Indonesia. Proses pembelajaran dengan mengaplikasikan berbagai model-model
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat, motivasi, aktivitas, dan hasil
belajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui meningkat atau rendah setelah
dilaksanakan sebuah evaluasi. Proses evaluasi meliputi pengukuran dan penilaian.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi sering kali membuat seeorang bingung untuk
membedakannya,Sekilas tidak ada perbedaan antara pengukuran, penilaian, dan
evaluasi hasil belajar. Bahkan, kita kadang mengartikan ketiga istilah tersebut dengan
pengertian yang sama. Padahal, ketiganya memiliki perbedaan yang cukup nyata.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi masing-masing memiliki ruang lingkup dan
fokus yang berbeda. Dalam praktik evaluasi, seringkali istilah tes, pengukuran,
penilaian, dan evaluasi disalah artikan, secara konsepsional istilah tersebut berbeda
satu sama lain, tetapi memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya. Pengukuran,
penilaian, dan evaluasi merupakan satu rangkaian kegiatan yang bersifat hierarki. Hal
ini berarti ketiga kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dan
dalam praktiknya dilakukan secara berurutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian evaluasi, pengukuran, penilaian, dan penelitian?


2. Bagaimana perbedaan evaluasi, pengukuran, penilaian, dan penelitian?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi, pengukuran, penilaian, dan penelitian
2. Untuk mengetahui perbedaan evaluasi, pengukuran, penilaian, dan penelitian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Penilaian, dan Penelitian

1. Evaluasi

Evaluasi Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran, Sedangkan menurut pengertian
istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu obyek dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi bukan
sekedar menilai sesuatu aktivitas secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan
atas tujuan yang jelas. Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang
dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth
and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk
membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena. Evaluasi juga merupakan penyediaan informasi yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Kegiatan
evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-
keputusan pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh
kesan pribadi dan sistem nilai yang ada pada si pembuat keputusan.1

Selanjutnya arti dari istilah evaluasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
evaluasi memiliki arti suatu proses yang menghasilkan gambaran tentang peserta
didik, kemudian membuat pertimbangan dengan nilai dan arti. Proses dan hasil
evaluasi sangat dipengaruhi oleh beragam pengamatan, latar belakang, dan
pengalaman evaluator itu sendiri. Pada hakikatnya evaluasi merupakan suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengetahui kualitas tentang sesuatu baik dari

1
Djemari Mardapi. Pengukuran, Penilaian dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika, 2012, hal 40
nilai maupun arti, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
mengambil suatu keputusan.2

Evaluasi merupakan suatu cara untuk mengetahui sejauhmana santri


menguasai materi-materi yang telah disampaikan ustadz, disamping juga untuk
mengetahui sejauhmana keberhasilan ustadz dalam melaksanakan pembelajaran.
Sementara untuk kajian dipondok evaluasinya lebih banyak bersifat penilaian diri
masing-masing santri, sudah sejauhmana kemampuannya memahami kitab-kitab yang
diajarkan. Menurut Suteja penilaian pendidikan pesantren bisa juga dicermati dari
beberapa aspek metode yang digunakan seperti metode sorogan dan bandongan.
secara didaktik metodik dalam konteks pencapaian hasil belajar terbukti memiliki
efektifitas dan signifikansi yang tinggi. Karena sistem ini memungkinkan seorang
kyai atau guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan
santri dalam menguasai materi belajar. Sedangkan efektifitas sistem bandongan
terletak pada urgensi praktis pencapaian kuantitas dan akselerasi kajian kitab, selain
juga untuk tujuan kedekatan relasi santri-kyai.

Pemakaian kedua metode ini secara Inheren mengandung aktivitas evaluasi


atau penilaian terhadap proses pembelajaran santri. Untuk mengevaluasi kegiatan
belajar diatas,seorang kyai/ustadz bisa melakukannya melalui dua macam test: 1.
Setiap tatap muka atau pada tatap muka tertentu; 2. Pada saat telah di khatamkannya
pengajian terhadap satu kitab tertentu. Dalam proses pembelajaran dengan kedua
metode ini, kyai atau guru yang bertugas mengajarkan berbagai materi untuk berbagai
tingkat pengajaran. Sedangkan santri diberikan kebebasan untuk memilih kitab yang
akan dikaji (Suteja,2010:27)

Evaluasi tidak mengutamakan pencapaian sekor secara tertulis dalam bentuk


angka-angka. Tetapi Dalam evaluasi hasil belajar di pesantren bisa dilakukan dengan
dua macam metode: a. Metode test, yaitu suatu cara penilaian yang berbentuk suatu
tugas yang harus dikerjakan oleh santri, bisa dalam bentuk ujian tulis maupun hafalan.
Selain hafalan ada juga praktek atau penugasan sesuai dengan kebijakan para ustadz.
b. Metode non-test, baik dalam bentuk observasi maupun portopolio. Dengan tujuan

2
Faisyal Tees evaluasi, Pengukuran Dan Penilaian, Bone Bolango; 2019, hal 38
para santri mepraktekkan suatu ilmu yang sudah dikaji, dan dalam bentuk observasi
santri sudah dilengkapi dengan instrumen (Torik Jahidin,2014:26).

Maka Pendidikan Pesantren harus berupaya mengembangkan evaluasi


Pendidikannya. Keberhasilan selain diukur berdasarkan ketaqwaan dan amal soleh,
juga prestasi akademik, tingkat kecerdasan dan keterampilan. Semuanya harus
dijadikan bahan evaluasi pendidikan dan dilakukan oleh Pesantren.3

2. Pengukuran

Pengukuran dapat di artikan sebagai suatu proses untuk menentukan kuantitas


tentang suatu hal. Dengan pengertian lain pengukuran adalah suatu usaha untuk
mengetahui keadaan sesuatu seperti adanya yang dapat dikuantitaskan, hal ini dapat
diperoleh dengan jalan tes atau cara lain.4 Pengukuran diartikan sebagai kegiatan
membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Pengukuran dinyatakan sebagai
proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan
tertentu (Ebel & Frisbie, 1986: 14). Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai
penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu
(Djemari Mardapi, 2000: 1), esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau
penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan
tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.5

Hal tersebut dapat diartikan siswa, guru, gedung sekolah, dan lain sebagainya.
Dalam proses pengukuran ini, tentu saja memerlukan alat ukur, baik tes maupun non-
tes. Dalam sekolah, pengukuran berkaitan dengan tingkah laku siswa, pengukuran
tidak menentukan mengenai lulus atau tidaknya siswa, pengukuran hanya
memberikan data kuantitatif tentang perilaku siswa yang diukur derdasarkan kriteria
tertentu. Pengukuran hasil belajar dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
membandingkan hasil belajar dengan standar yang ditetapkan (kriteria ketuntasan
minimal). Pengukuran hasil belajar bersifat kuantitatif, sehingga dinyatakan secara
numerik. Dengan demikian, pengukuran dapat dijadikan sebagai instrumen untuk
melakukan penilaian.

3
Fitriyah Samrotul Fuadah dan Hary Priatna Sanusi, “Manajemen Pembelajaran di Pondok Pesantren”, jurnal
Isema, Vol. 2 No. 2 2017.
4
Hamzah B. uno dan Stria Kono, Assesment Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara,2012) hal.5
5
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Gravindo,1991).h.: 2
3. Penilaian

Penilaian merupakan alih Bahasa dari assessment, yakni merupakan proses


atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi
tentang hasil belajar dan tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan
pembelajaran, dalam rangka untuk pengambilan keputusan dengan kriteria dan
pertimbangan tertentu dalam membuat keputusan tentang nilai, kenaikan kelas, dan
kelulusan peserta didik. Pengambilan keputusan harus senantiasa mengarahkan
peserta didik untuk melakukan perbaikan dalam pencapaian hasil belajar Penilaian
hasil belajar adalah proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh dari pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun
nontes. Penilaian hasil belajar bersifat kualitatif dan dinyatakan dalam bentuk
deskrispi kalimat. Penilaian dalam pembelajaran bertujuan untuk mendapatkan
berbagai informasi belajar peserta didik secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh.

Penilaian (assessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam


kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Penilaian dalam konteks hasil
belajar diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran tentang
kecakapan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut
Djemari Mardapi kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem
penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar
yang lebih baik. The Task Group on Asessment and Testing (TGAT) mendeskripsikan
asessment sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu
atau kelompok. Popham mendefinisikan asessment dalam konteks pendidikan sebuah
usaha formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan
pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asessment sebagai proses yang
menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program,
tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa asessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan
tertentu. Menurut Chittenden kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu
diarahkan pada empat hal, yaitu :

a. Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses


pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.
b. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat
kekurangankekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran.
c. Pencarian, yaitu untuk mencarai dan menemukan penyebab kekurangan yang
muncul selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian yang
diperoleh peserta didik.

Teknik penilaian dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan


belajar siswa. Namun, tidak ada satu pun teknik penilaian yang paling tepat untuk
semua kompetensi untuk setiap saat. Teknik penilaian yang digunakan sangat
tergantung pada kecakapan yang akan dinilai. Untuk menilai kecakapan akademik
akan berbeda dengan kecakapan vokasional maupun kecakapan personal. Secara
umum penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan tes, (tes tertulis, tes
lisan maupun tes perbuatan), pemberian tugas, penilaian kinerja (performance
assessment), penilaian proyek , penilaian hasil kerja peserta didik (product
assessment), penilaian sikap, dan penilaian berbasis portofolio (portofolio based
assessment). Setiap teknik penilaian penilaian mempunyai keterbatasan. Penilaian
yang komprehensif memerlukan lebih dari satu teknik penilaian

Penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Penilaian menjadi tolak ukur dalam keberhasilan siswa untuk mencapai suatu yang di
inginkan. Sedangkan menurut Oemar penilaian hasil belajar ialah keseluruhan
kegiatan pengukuran ( pengumpulan data data dan informasi, pengolahan penafsiran)
dan pertim angan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai
oleh siswa setelah melakuakan kegiatan belajar serta upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. 6

Inti kegiatan penilaian adalah menentukan nilai dari suatu objek dengan cara
membandingkannya dengan kriteria tertentu. Dalam penilaian hasil belajar, guru

6
Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Aksara, 2011)
menentukan nilai dari hasil belajar yng dicapai murid melalui kegiatan belajar-
mengajar yang berlangsung dikelas, dengan cara membandingkannya dengan kriteria
tertentu.7

Objek penilaian dapat dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif dn
psikomotorik.

1) Penilaian kognitif
Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Indikator
kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul
setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan. Selain ranah afektif dan psikomotorik, hasil belajar yang perlu
diperhatikan adalah dalam ranah kognitif. Seseorang dapat dikatakan telah belajar
sesuatu dalam dirinya apabila telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua
perubahan terjadi. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil
belajar sebagai produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan
proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan
berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang
diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator
kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional aspek
kognitif. 8

2) Penilaian afektif

Ranah afektif mencakup penilaian watak perilaku aeperti sikap, minat,


konsep diri, nilai dan moral. Kemampuan afektif berhubungan erat dengan minat
dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen,
percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan mampu mengendalikan
diri.9

7
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), p. 53
8
Iin Nurbudiani, “Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Pada Mata Pelajaran Ips
Kelas III SD Muhammadiyah Palangkaraya”.
9
Maya Saftari dan Nurul Fajriyh, “Penilaian Ranah afektif dalam bentuk penilaian skla sikap untuk menilai
hasil belajar”, Edutainment, Vol. 7, No. 1 Edisi Januari–Juni 2019.
Hal yang perlu di nilai dalam penilaian afektif menurut Zaenal (2009)
adalah pertaa kompetensi aktif yang ingin dicapai dalam pembelajaran melalui
tingkat pemberian respon, apresiasi, penilaian dan internalisasi.10 Kedua sikap dan
minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran.

3) Penilaian psikomotorik
Ranah psikomotor adalah ranah yang sangat berkaitan dengan keterampilan
(skill) setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan itu
sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau
sekumpulan tugas tertentu. Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya
kompetensi pengetahuan. Kompetensi keterampilan ini sebagai implikasi dari
tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta didik.11

B. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran

Perbedaan antara evaluasi dengan penilaian adalah terletak pada scope (ruang
lingkup) dan pelaksanaanya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya
hanya terbatas pada salah atau komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar
peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilaksanakan pada konteks internal ,
yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem pembelajaran yang
bersangkutan. Misalnya, guru menilai prestasi belajar peserta didik, supervisisor
menilai kenerja guru dan sebagainya. Ruang lingkup evaluasi lebih luas mencakup
semua komponen dalam suatu sistem (sistem pendidikan, sistem kurikulum, sistem
pembelajaran) dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal )
tetapi juga pihak eksternal (evaluasi eksternal ) , seperti konsultan mengevaluasi suatu
program. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrumen) pengukuran.
Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-
angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progres) , sedangkan evaluasi
dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Di samping itu, evaluasi dan penilaian pada
hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.

10
A. Zaenal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik prosedur (Bandung: Remaja Rosdakarya), p.47
11
Agus Dudung, Penilaian Psikomotorik (Depok: Karima, 2018), p.46.
Keputusan penilaian (value judgemen ) tidak hanya didasarkan kepada hasil
pengukuran (quantitativ description) , tetapi dapat pula didasarkan kepada hasil
pengamatan dan wawancara (quqlitatif description).
BAB III

KESIMPULAN

Evaluasi merupakan suatu cara untuk mengetahui sejauhmana santri menguasai materi-materi
yang telah disampaikan ustadz, disamping juga untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan
ustadz dalam melaksanakan pembelajaran.

Pengukuran hasil belajar dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membandingkan hasil belajar
dengan standar yang ditetapkan (kriteria ketuntasan minimal). Pengukuran hasil belajar
bersifat kuantitatif, sehingga dinyatakan secara numerik. Dengan demikian, pengukuran dapat
dijadikan sebagai instrumen untuk melakukan penilaian.

Penilaian merupakan alih Bahasa dari assessment, yakni merupakan proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar
dan tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran, dalam rangka untuk
pengambilan keputusan dengan kriteria dan pertimbangan tertentu. Objek penilaian dapat
berbentuk Psikomotorik, afektif ataupun kognitif.

Perbedaan evaluasi dan penilaian yakni terletak pada scope (ruang lingkup) dan
pelaksanaanya. Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif
(angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progres) , sedangkan
evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Mardapi. Djemari, 2012, Pengukuran, Penilaian dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Medika, ,

Tees Faisyal evaluasi, 2019,Pengukuran Dan Penilaian, Bone Bolango;,

Samrotul Fuadah Fitriyah dan Hary Priatna Sanusi, 2017, “Manajemen Pembelajaran di
Pondok Pesantren”, jurnal Isema, Vol. 2 No. 2.
B. uno Hamzah dan Stria Kono, 2012, Assesment Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara,)
Thoha M. Chabib, 1991, Teknik Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Gravindo,).
Oemar, 2011, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Aksara,)
Sudjana Nana. 2010, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja
Rosdakarya,),
Nurbudiani Iin, “Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Pada
Mata Pelajaran Ips Kelas III SD Muhammadiyah Palangkaraya”.
Maya Saftari dan Nurul Fajriyh, 2019 ,“Penilaian Ranah afektif dalam bentuk penilaian skla
sikap untuk menilai hasil belajar”, Edutainment, Vol. 7, No. 1 Edisi Januari–Juni.
Zaenal A., Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik prosedur (Bandung: Remaja Rosdakarya),
Agus Dudung, 2018 Penilaian Psikomotorik (Depok: Karima,),

Anda mungkin juga menyukai