Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman penjajahan Belanda dan

tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun

1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang

diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami

kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia

yang mengharuskan Bursa Efek harus ditutup.

Pada tanggal 10 Agustus 1977, Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan

kembali pasar modal yang diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan nama Bursa

Efek Jakarta. BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar

Modal). Pada Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk go public dan

beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Pada tanggal

12 Juli 1992, BEJ resmi menjadi perusahaan swasta (swastanisasi) dan

berubahnya BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Pada tanggal 22

Mei 1995, Bursa Efek Jakarta meluncurkan Sistem Otomasi perdagangan yang

dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading

systems). Di tahun yang sama pada 10 November, Pemerintah Indonesia


mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan

Undang-Undang ini diberlakukan mulai Januari 1996. Di tahun 2002, BEJ mulai

memberlakukan aplikasi sistem perdagangan jarak jauh sebagai sarana untuk

aktivitas pasar, efisiensi pasar, kecepatan, meningkatkan frekuensi perdagangan.

Dan pada tanggal 30 Desember 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa

Efek Jakarta (BEJ) akhirnya digabungkan dan berubah nama menjadi Bursa Efek

Indonesia (BEI). Setelah lahirnya BEI, suspensi perdagangan diberlakukan pada

tahun 2008 dan Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) dibentuk pada tahun 2009.

Selain itu, pada tahun 2009 PT. Bursa Efek Indonesia merubah sistem

perdagangan yang lama (JATS) dan meluncurkan sistem perdagangan terbarunya

yang digunakan oleh BEI sampai sekarang yaitu JATS-NextG.

2. Profil Perusahaan Farmasi

a. PT. Daya Varia Laboratoria Tbk

PT. Daya Varia Laboratoria Tbk adalah perusahaan farmasi yang telah lama

berdiri di Indonesia, beroperasi sejak tahun 1976. Setelah menjadi perusahaan

terbuka pada tahun 1994. Perseroan mengakuisisi PT. Pradja Pharin (Prafa) di

tahun 1995, dan terus mengembangkan berbagai produk Obat Resep dan

Consumer Health. Pada Juli 2014, Daya-Varia bergabung (merger) dengan Prafa.

Daya-Varia mengoperasikan dua fasilitas manufaktur kelas dunia di Gunung

Putri dan Citeureup, Bogor. Keduanya memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB) ASEAN. Kedua pabrik tersebut fokus memproduksi produk-

produk Perseroan serta memberikan jasa toll manufacturing untuk pelaku nasional

dan multinasional baik untuk pasar lokal maupun ekspor.


Pabrik Daya-Varia di Gunung Putri, Bogor, memiliki spesialisasi dalam

produksi kapsul gelatin lunak dan produk-produk cair, sementara Pabrik Daya-

Varia di Citeureup, Bogor, memiliki spesialisasi dalam produksi injeksi steril dan

produk padat. Perseroan juga melakukan toll manufacturing dengan perusahaan

afiliasinya. Pada 2013, Perseroan memperoleh sertifikat halal untuk kapsul

NATUR-E dan HOBAT, produk gelatin yang mengandung unbsur hewani,

merupakan sertifikasi halal produk suplemen yang pertama untuk perusahaan

farmasi di Indonesia.

Sejalan dengan misi Perseroan untuk “membangun Indonesia yang lebih sehat

secara bertahap setiap orang di setiap waktu”. Daya-Varia memproduksi produk-

produk berkualitas tinggi untuk lini produk Consumer Health dan Obat Resep,

membangun merek yang kuat terpercaya dan dikenal di seluruh Indonesia.

Dengan melakukan pendekatan yang konsisten dan memelihara hubungan yang

solid dengan semua pihak. Perseroan berusaha mencapai visinya untuk menjadi

salah satu dari lima perusahaan farmasi tersebesar di Indonesia. Saat ini, 92,13 %

saham Daya-Varia dimiliki oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd. (BPSSPL),

afiliasi dari United Laboratiries, Inc. (Unilab).

b. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

PT Kimia Farma Tbk adalah perusahaan industri farmasi pertama di

Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama

perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.

Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa

awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan


peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara

Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,

bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama

perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah

statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam

penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,

Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya

(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).

Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi

perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian

diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,

khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Pemegang saham pengendali Kimia Farma (Persero) Tbk adalah Pemerintah

Republik Indonesia, dengan memiliki 1 Saham Preferen (Saham Seri A

Dwiwarna) dan 90,02% di saham Seri B.

c. PT. Kalbe Farma Tbk

Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari usaha sederhana

di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi terdepan di Indonesia. Melalui

proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha & akuisisi, Kalbe telah

tumbuh dan bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi

melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep (kontribusi 23%), Divisi
Produk Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi Nutrisi (kontribusi 30%), serta Divisi

Distribusi and Logistik (kontribusi 30%).

Keempat divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan obat bebas yang

komprehensif, produk-produk minuman energi dan nutrisi, serta usaha distribusi

yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia. Di

pasar internasional, Perseroan telah hadir di negara-negara ASEAN, Nigeria, dan

Afrika Selatan, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat

bersaing di pasar ekspor. Sejak pendiriannya, Perseroan menyadari pentingnya

inovasi untuk mendukung pertumbuhan usaha. Kalbe telah membangun kekuatan

riset dan pengembangan dalam bidang formulasi obat generik dan mendukung

peluncuran produk konsumen dan nutrisi yang inovatif. Melalui aliansi strategis

dengan mitra-mitra internasional, Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset dan

pengembangan yang banyak terlibat dalam kegiatan riset mutakhir di bidang

sistem penghantaran obat, obat kanker, sel punca dan bioteknologi.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Kalbe Farma Tbk,

antara lain: PT Gira Sole Prima (10.17%), PT Santa Seha Sanadi (9.71%), PT

Diptanala Bahana (9.49%), PT Lucasta Murni Cemerlang (9.47%), PT Ladang Ira

Panen (9.21%) dan PT Bina Arta Charisma (8.61%). Semua pemegang saham ini

merupakan pemegang saham pengendali.

d. PT. Pyridam Farma Tbk

Pyridam Farma Tbk (PYFA) didirikan dengan nama PT Pyridam pada

tanggal 27 Nopember 1977 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun

1977. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PYFA


meliputi industri obat-obatan, plastik, alat-alat kesehatan, dan industri kimia

lainnya, serta melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor dan antar pulau,

dan bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari segala macam

barang. Kegiatan usaha Pyridam Farma meliputi produksi dan pengembangan

obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Pyridam Farma Tbk,

antara lain: PT Pyridam Internasional (53,85%), Sarkri Kosasih, IR (11,54%) dan

Rani Tjandra (11,54%).

Pada tanggal 27 September 2001, PYFA memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PYFA (IPO)

kepada masyarakat sebanyak 120.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per

saham dengan harga penawaran Rp105,- per saham dan disertai Waran Seri I

sebanyak 60.000.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Oktober 2001.

e. PT. Tempo Scan Tbk

Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia tanggal 20 Mei 1970

dengan nama PT Scanchemie dan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun

1970. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TSPC

bergerak dalam bidang usaha farmasi. Saat ini, kegiatan usaha TSPC adalah

farmasi (obat-obatan), produk konsumen dan komestika dan distribusi.

Produk-produk Tempo Scan yang telah dikenal masyarakat, diantaranya

produk kesehatan (Bodrex, Hemaviton, NEO rheumacyl, Oskadon, Ipi Vitamin,

Brodexin, Contrex, Contrexyn, Vidoran, Zevit dan Neo Hormoviton), obat resep
dan rumah sakit (Hospira, SciClone, Alif, Ericaf, Timoc, Triptagic dan Trozyn)

serta produk konsumen dan komestika (Marina, My Baby, Total Care, S.O.S

antibakterial, Claudia, Dione Kids, Tamara, Natural Honey dan Revlon).

Pemegang saham yang memiliki 5% saham Tempo Scan Pacific Tbk, adalah

PT Bogamulia Nagadi (induk usaha) (78,15%). Pada tanggal 24 Mei 1994, TSPC

memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran

Umum Perdana Saham TSPC (IPO) kepada masyarakat sebanyak 17.500.000

dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp8.250,- per

saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 17 Juni 1994.

4.1.2 Perhitungan Variabel

1. Return On Assets (ROA)

Hasil perhitungan Return On Assets (ROA) pada perusahaan farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5

Data Perhitungan Return On Assets (ROA)

Tahun 2014 - 2018

ROA (%)
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 6,57 7,84 9,93 9,89 11,92
2 KAEF 8,56 7,82 5,89 5,44 4,25
3 KLBF 16,54 15,50 15,44 14,76 13,76
4 PYFA 1,54 1,93 3,08 4,47 4,52
5 TSPC 10,44 8,42 8,28 7,50 6,87
Sumber data : lampiran 1 diolah
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai Return On Assets (ROA) pada

perusahaan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah

pada perusahaan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014 sebesar 16,54. Sedangkan

nilai Return On Assets (ROA) terendah diperoleh perusahaan PT Pyridam Tbk

dengan nilai sebesar 1,54 pada tahun 2014.

2. Current Ratio (CR)

Hasil perhitungan Current Ratio (CR) pada perusahaan farmasi yang terdaftar

di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 6

Data Perhitungan Current Ratio (CR)

Tahun 2014 - 2018

CR (%)
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 422,50 341,71 338,96 312,8 348,73
2 KAEF 233,24 235,51 197,02 173,01 154,99
3 KLBF 464,99 496,58 551,24 610,40 636,35
4 PYFA 228,67 272,35 271,41 314,67 274,56
5 TSPC 367,25 322,69 337,64 315,99 322,92
Sumber data : lampiran 2 diolah

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai Current Ratio (CR) pada

perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah

pada perusahaan PT Kalbe Tbk pada tahun 2018 sebesar 636,35. Sedangkan nilai

Current Ratio (CR) terendah diperoleh perusahaan PT Kimia Farma Tbk dengan

nilai sebesar 154,99 pada tahun 2018.


3. Debt Equity Ratio (DER)

Hasil perhitungan Debt Equity Ratio (DER) pada perusahaan farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 7

Data Perhitungan Debt Equity Ratio (DER)

Tahun 2014 - 2018

DER (%)
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 31,01 41,37 41,85 46,99 40,2
2 KAEF 75,05 73,79 103,07 136,97 181,86
3 KLBF 27,40 25,22 22,16 19,59 18,64
4 PYFA 77,72 58,02 58,34 46,58 57,29
5 TSPC 37,42 44,90 42,08 46,30 44,86
Sumber data : lampiran 3 diolah

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai Debt Equity Ratio (DER) pada

perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah

pada perusahaan PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2018 sebesar 181,86.

Sedangkan nilai Debt Equity Ratio (DER) terendah diperoleh perusahaan PT

Kalbe Tbk dengan nilai sebesar 18,64 pada tahun 2018.

4. Total Assests Turnover (TATO)

Hasil perhitungan Total Assests Turnover (TATO) pada perusahaan farmasi

yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat

dilihat pada tabel berikut :


Tabel 8

Data Perhitungan Total Assests Turnover (TATO)

Tahun 2014 - 2018

TATO
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 0,89 0,95 0,95 0,96 1,01
2 KAEF 1,50 1,50 1,26 1,01 0,79
3 KLBF 1,4 1,31 1,27 1,21 1,16
4 PYFA 1,29 1,36 1,30 1,40 1,34
5 TSPC 1,34 1,3 1,39 1,29 1,28
Sumber data : lampiran 4 diolah

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai Total Assests Turnover (TATO)

pada perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi

adalah pada perusahaan PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2014 dan 2015 sebesar

1,50. Sedangkan nilai Total Assests Turnover (TATO) terendah diperoleh

perusahaan PT. Kimia Farma Tbk dengan nilai sebesar 0,79 pada tahun 2018.

5. Price Earning Ratio (PER)

Hasil perhitungan Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat

pada tabel berikut :


Tabel 9

Data Perhitungan Price Earning Ratio (PER)

Tahun 2014 - 2018

PER
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 23,15 13,40 12,90 13,52 10,78
2 KAEF 31,79 19,42 57,11 45,89 34,72
3 KLBF 41,52 30,87 30,88 32,96 29,00
4 PYFA 23,30 14,27 20,79 12,99 10,64
5 TSPC 22,21 15,09 16,55 14,88 12,19
Sumber data : lampiran 5 diolah

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Price Earning Ratio (PER) pada

perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah

pada perusahaan PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2016 sebesar 57,11. Sedangkan

nilai Price Earning Ratio (PER) terendah diperoleh perusahaan PT Pyridam Tbk

dengan nilai sebesar 10,64 pada tahun 2018.

6. Harga Saham

Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham close

price pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI)

periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 10

Data Harga Saham

Tahun 2014 - 2018

Harga Saham
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 1690 1300 1755 1960 1940
2 KAEF 1465 870 2750 2700 2600
3 KLBF 1830 1320 1515 1690 1520
5 PYFA 130 110 200 173 168
5 TSPC 2865 1750 1970 1800 1390
Sumber data : lampiran 5 diolah

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa harga saham pada perusahan

farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah pada

perusahaan PT Tempo Scan Tbk pada tahun 2014 sebesar Rp 2.865,-. Sedangkan

harga saham terendah diperoleh perusahaan PT Pyridam Tbk sebesar Rp 110,-

pada tahun 2015.

4.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji seberapa besar

pengaruh variabel yang digunakan dalam model penelitian yaitu Return On Assets

(ROA), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover

(TATO), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan

farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018.

Hasil perhitungan regresi linier berganda disajikan secara ringkas dalam tabel 11

berikut ini :
Tabel 11

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 3072.732 1291.321 2.380 .028
ROA 141.189 60.513 .738 2.333 .031
CR -2.569 1.852 -.236 -1.387 .181
1
DER 23.556 14.480 .505 1.627 .120
TATO -2739.366 795.812 -.654 -3.442 .003
PER 23.360 10.568 .361 2.210 .040
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Lampiran 7 diolah

Berdasarkan tabel 11 hasil di atas menunjukkan bahwa persamaan regresi

linier berganda yang menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antara varibel

independen dengan variabel dependen. Berikut adalah persamaan regresinya :

HS = 3072,732 + 141,189ROA – 2,569CR + 23,556DER – 2739,366TATO

+ 23,360PER + e

Dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Return On Assets (ROA)

Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien ROA sebesar

141,189 yang mempunyai arah positif dan signifikan. Besaran nilai koefisien

ROA yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1% akan

berdampak bagi kenaikan harga saham sebesar 141,189 % dengan asumsi rasio

lainnya bernilai constant. ROA yang bernilai positif dan signifikan artinya

ROA mempengarui harga saham.


b. Current Ratio (CR)

Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien CR sebesar

-2,569 yang mempunyai arah negatif dan tidak signifikan. Besaran nilai

koefisien CR yang negatif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1% CR akan

berdampak bagi penurunan harga saham sebesar 2,569% dengan asumsi rasio

lainnya bernilai constant. CR yang bernilai negatif dan tidak signifikan artinya

CR tidak mempengarui harga saham.

c. Debt Equity Ratio (DER)

Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien DER sebesar

23,556 yang mempunyai arah positif dan tidak signifikan. Besaran nilai

koefisien DER yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan DER sebesar

1% akan berdampak bagi kenaikan harga saham sebesar 23,556 % dengan

asumsi rasio lainnya bernilai constant. DER yang bernilai positif dan tidak

signifikan artinya DER tidak mempengarui harga saham.

d. Total Assets Turnover (TATO)

Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien TATO sebesar

-2739,336 yang mempunyai arah negatif dan signifikan. Besaran nilai koefisien

TATO yang negatif menjelaskan bahwa setiap kenaikan TATO sebesar 1%

akan berdampak bagi penurunan harga saham sebesar 2739,336% dengan

asumsi rasio lainnya bernilai constant. TATO yang bernilai negatif dan

signifikan artinya TATO mempengarui harga saham.


e. Price Earning Ratio (PER)

Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien PER sebesar

23,360 yang mempunyai arah positif dan signifikan. Besaran nilai koefisien

PER yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan PER sebesar 1% akan

berdampak bagi kenaikan harga saham sebesar 23,360% dengan asumsi rasio

lainnya bernilai constant. PER yang bernilai positif dan signifikan artinya PER

mempengarui harga saham.

4.1.4 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji bahwa apakah nilai residual atau

yang sudah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak

normal. Nilai residual dinyatakan berdistribusi normal jika nilai residual

terstandarisasi dan sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam uji

normalitas data diolah dengan menggunakan metode analisis grafik dan metode

statistik.

a. Analisis Grafik

Analisis grafik merupakan cara mudah untuk dapat melihat nilai normalitas

residualnya dengan menggunakan grafik histogram.


Sumber : Lampiran 8 diolah

Gambar 2

Uji Normalitas

Dari tabel uji normalitas yang menggunakan metode analisis grafik histogram

yang terlihat pada gambar 2 di atas merupakan bahwa pola distribusi mendekati

normal dan membentuk seperti gambar lonceng. Tetapi hal ini kurang mendukung

normal atau tidak normalnya data jika hanya dilihat dari grafik histogram saja.

Metode lain yang dapat digunakan dalam analisis grafik adalah Normal P-P Plot

of Regression Standardized Residual. Dengan dasar keputusan bahwa jika data

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti gerak arah garis diagonal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.


Sumber : Lampiran 8 diolah

Gambar 3

Uji Grafik Normal Probability Plot

Pada gambar 3 di atas menunjukkan bahwa distribusi data menyebar di

sekitar diagonal dan juga mengikuti diagonal antara 0 dengan pertemuan sumbu Y

dengan sumbu X. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah

berdistribusi normal.

b. Uji Statistik

Selain menggunakan analisis grafik, dalam penelitian uji normalitas juga

menggunakan uji statistik Kolmogrov Smirnov (K-S) untuk dapat lebih

memastikan bahwa data yang akan diteliti benar-benar normal. Dengan dasar
keputusan bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) variabel residual > 5 % (0,05), maka

data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Tabel 12

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 25
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 526.96670168
Absolute .096
Most Extreme Differences Positive .096
Negative -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .480
Asymp. Sig. (2-tailed) .975
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : Lampiran 9 diolah

Berdasarkan tabel 13 hasil uji normalitas dengan menggunakan uji

kolmogorov-smirnov terlihat nilai Asymp.Sig. (2-tailed) mempunyai signifikan

lebih dari 0,05 yaitu 0,975, maka dapat dikatakan bahwa nilai residual

berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel

independen atau tidak. Salah satu untuk mendeteksi masalah multikolinearitas

adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF, dengan dasar penilaian

sebagai berikut :
1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Tabel 13

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Keterangan
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA .216 4.632 Non Multikolinearitas
CR .745 1.342 Non Multikolinearitas
DER .224 4.461 Non Multikolinearitas
TATO .598 1.672 Non Multikolinearitas
PER .819 1.234 Non Multikolinearitas
Sumber : Lampiran 7 diolah

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan tampilan pada tabel 14 di atas,

menunjukkan bahwa besarnya nilai tolerance variabel independen > 0,10

sedangkan nilai VIF variabel independen < 10. Dengan demikian hasil sesuai

dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada gejala multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan dan variabel

independen dapat digunakan dalam penelitian ini.

3. Uji Heteroskedastisitas

Dalam uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara
untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot. Hasil uji heterokedastisitas dapat

digambarkan sebagai berikut :

Sumber : Lampiran 9 diolah

Gambar 4

Hasil Uji Heterokedastisitas

Pada gambar 4 hasil uji heteroskedastisitas yang menggunakan grafik

scatterplot menunjukkan bahwa diketahui grafik scatterplot membentuk titik –

titik yang menyebar dan tidak membentuk pola tertentu serta berada di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

tidak mengandung heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak digunakan

untuk memprediksi harga saham berdasarkan variabel-variabel yang


mempengaruhinya yaitu Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt

Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TATO), dan Price Earning Ratio

(PER).

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk mendeteksi uji autokorelas ini,

maka dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan :

a. Jika angka D-W < - 2 berarti ada autokorelasi positif.

b. Jika angka D-W diantara – 2 sampai dengan + 2 berarti tidak ada autokorelasi.

c. Angka D-W > + 2 berarti ada autokorelasi negative.

Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson :

Tabel 14

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.190
a. Predictors: (Constant), PER, TATO, CR, DER, ROA
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Lampiran 6 diolah.

Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada tabel 15 di atas, menunjukkan bahwa

nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,190. Dari hasil perhitungan

berdasarkan tabel DW di atas, menunjukkan bahwa nilai DW berada diantara


diantara – 2 < 1,190 < + 2, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak

terdapat autokorelasi.

4.1.5 Uji Kelayakan Model

1. Koefisien Determinasi (R2)

Dalam pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan model

dalam menjelaskan variabel independen. Nilai Koefisien Determinasi (R 2) adalah

diantara 0 sampai 1. Apabila nilai R2 mendekati angka 1 maka semakin baik

kemampuan model dalam menerangkan varuiabel dependen. Hasil Koefisien

Determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 15

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square
Square the Estimate
1 .768a .590 .482 592.259
a. Predictors: (Constant), PER, TATO, CR, DER, ROA
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Lampiran 6 diolah

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari hasil pengujian diperoleh nilai

Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,590 atau 59 %. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa kemampuan variabel Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt

Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO), dan Price Earning Ratio

(PER) berpengaruh terhadap harga saham sebesar 0,590 atau 59% sedangkan

sisanya sebesar 0,410 atau 41 % yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
2. Uji f

Dalam pengujian uji f ini digunakan untuk menunjukkan apakah variabel

independen mempunyai pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap

variabel dependen dengan ketentuan nilai f < 0,05. Hasil uji f dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 16

Hasil Uji f

ANOVAa
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 9591796.288 5 1918359.258 5.469 .003b
1 Residual 6664653.712 19 350771.248
Total 16256450.000 24
a. Dependent Variable: Harga Saham
b. Predictors: (Constant), PER, TATO, DER, CR, ROA
Sumber: Lampiran 6 diolah

Berdasarkan tabel uji f di atas, diketahui hasil pengujian uji f mempunyai

nilai signifikan sebesar 0,003 lebih kecil dari ketentuan taraf signifikan sebesar

0,05 yang artinya secara bersama-sama (simultan) variabel ROA, CR, DER,

TATO, dan PER mempunyai pengaruh signifikan dan layak terhadap variabel

dependen Harga Saham.

4.1.6 Uji Hipotesis

1. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel independen

secara parsial atau pengaruh masing-masing terhadap variabel dependen dan

untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian dapat diterima atau ditolak. Berikut

adalah kriteria dari uji t :


a. Jika nilai signifikan > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, maka secara

parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, maka secara

parsial variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen.

Dan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 17

Hasil Uji t

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3072.732 1291.321 2.380 .028
ROA 141.189 60.513 .738 2.333 .031
CR -2.569 1.852 -.236 -1.387 .181
DER 23.556 14.480 .505 1.627 .120
TATO -2739.366 795.812 -.654 -3.442 .003
PER 23.360 10.568 .361 2.210 .040
Sumber : Lampiran 7 diolah

Berdasarkan tabel 18 hasil uji t, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis

sebagai berikut :

a. Hipotesis 1

Hipotesis pertama digunakan untuk menguji kebenaran bahwa ROA

berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang

terdaftar di BEI 2014-2018.


H0 : ROA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI 2014-2018

Ha : ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018

Dari hasil perhitungan uji t diperoleh tingkat signifikan variabel independen

ROA adalah sebesar 0,031 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih

kecil daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,031 < 0,05).

Maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

ROA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014 – 2018.

b. Hipotesis 2

Hipotesis kedua digunakan untuk menguji kebenaran bahwa CR berpengaruh

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI

2014-2018.

H0 : CR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI 2014-2018

Ha : CR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018

Dari hasil perhitungan uji t diperoleh tingkat signifikan variabel independen

CR adalah sebesar 0,181 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih

besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,181 >

0,05). Maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan


bahwa CR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014 – 2018.

c. Hipotesis 3

Hipotesis ketiga digunakan untuk menguji kebenaran bahwa DER berpengaruh

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI

2014-2018.

H0 : DER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI 2014-2018

Ha : DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018

Dari hasil perhitungan uji t diperoleh tingkat signifikan variabel independen

DER adalah sebesar 0,120 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih

besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,120 >

0,05). Maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014 – 2018.

d. Hipotesis 4

Hipotesis keempat digunakan untuk menguji kebenaran bahwa TATO

berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang

terdaftar di BEI 2014-2018.

H0 : TATO berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI 2014-2018

Ha : TATO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada


perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018

Dari hasil perhitungan uji t diperoleh tingkat signifikan variabel independen

TATO adalah sebesar 0,003 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t

lebih besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,003 <

0,05). Maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa TATO berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014 – 2018.

d. Hipotesis 5

Hipotesis kelima digunakan untuk menguji kebenaran bahwa PER berpengaruh

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI

2014-2018.

H0 : PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI 2014-2018

Ha : PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018

Dari hasil perhitungan uji t diperoleh tingkat signifikan variabel independen

PER adalah sebesar 0,040 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih

besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,040 <

0,05). Maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2014 – 2018.


4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif

dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di

BEI pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar 141,189 dan nilai signifikan

0,031 yang lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisian dari ROA

yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 % ROA akan berdampak bagi

kenaikan harga saham senilai 141,189 %, dengan asumsi rasio lainnya bernilai

tetap. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimana ROA

akan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan konsisten dengan Yancik

dan Stephanie (2017) yang menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh secara

signifikan terhadap harga saham.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Kasmir

(2014: 201) Return On Assets (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan hasil (return)

atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan, dengan demikian dapat

dikatakan bahwa suatu perusahaan dengan tingkat Return On Assets yang tinggi

akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan

tersebut karena dapat menghasilkan laba yang tinggi dan akhirnya akan

berdampak baik terhadap nilai dividen yang akan diterima oleh para investor atau

pemegang saham tersebut. Rasio ini merupakan salah satu indikator yang

dijadikan acuan untuk investor dalam memilih perusahaan untuk menanamkan

modalnya. Perusahaan dengan kondisi ROA yang baik, maka akan meningkatkan

harga sahamnya.
4.2.2 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa CR berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di

BEI pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar – 2,569 dan nilai signifikan

0,181 yang lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisien dari CR

yang negatif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 % CR akan berdampak bagi

penurunan harga saham sebesar 2,569 %, dengan asumsi rasio lainnya bernilai

tetap. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan dimana CR akan

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, tetapi tetap konsisten dengan

penelitian dari Marliza dan Shela (2018) yang menyimpulkan bahwa CR tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

CR menggambarkan tingkat kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam

memenuhi hutang lancarnya. CR yang rendah biasanya menunjukkan adanya

masalah dalam likuiditas perusahaan. CR yang rendah akan menurunkan harga

saham pada perusahaan yang bersangkutan dan investor akan lebih memilih

saham perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi. Tetapi tingginya CR juga

tidak selalu berdampak baik bagi perusahaan, CR yang tinggi bisa saja

menunjukkan banyaknya dana yang menganggur dan pada akhirnya dapat

mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Berkurangnya

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan direspon oleh investor

dengan penurunan harga saham, jika kemungkinan ini terjadi maka arah pengaruh

dari CR pada harga saham tidak konsisten tergantung pada efektivitas perusahaan

dalam menggunakan aktiva lancarnya. Dengan demikian investor jarang


menempatkan rasio ini dalam menentukkan harga saham sehingga CR tidak akan

berpengaruh terhadap harga saham.

Dalam hal penilaian harga saham melalui tingkat CR suatu perusahaan bukan

merupakan satu-satunya rasio yang mempengaruhi harga saham perusahaan

tersebut, karena masih ada rasio likuiditas lainnya yang memiliki kemungkinan

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dan pada akhirnya akan

memberikan pengaruh terhadap harga saham.

4.2.3 Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa DER berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di

BEI pada tahun 2014-2018. Dengan nilai koefisien sebesar 23,556 dan nilai

signifikan sebesar 0,120 yang lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai

koefisien dari DER yang positif menjelaskan bahwa kenaikan 1 % DER akan

berdampak kenaikan harga saham sebesar 23,556 %, dengan asumsi rasio lainnya

bernilai tetap. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan dimana

DER akan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, tetapi tetap konsisten

dengan penelitian dari Kiki, Mahmudah dan Enny (2016) yang menyimpulkan

bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Adanya peningkatan DER pada perusahaan menandakan bahwa jumlah

hutang yang semakin meningkat atau keberadaan modal sendiri yang semakin

rendah. Peningkatan hutang pada perusahaan tidak selalu berdampak buruk.

Peningkatan hutang pada perusahaan dengan tujuan meningkatkan kegiatan

operasional atau memperluas usaha tentu dapat menguntungkan dan dapat


meningkatkan harga saham selama perusahaan dapat mengelola hutang tersebut

dengan baik. Dengan demikian arah pengaruh DER terhadap harga saham

bergantung pada penyebab timbulnya hutang tersebut sehingga para investor

jarang menggunakan DER sebagai pertimbangannya dalam menentukkan harga

saham. Hal ini yang menyebabkan DER tidak berpengaruh terhadap harga saham.

DER merupakan bagian dari rasio solvabilitas dan bukan merupakan satu-

satunya rasio yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut, karena masih

ada rasio solvabilitas lainnya yang memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan dan pada akhirnya akan memberikan pengaruh

terhadap harga saham.

4.2.4 Pengaruh Total Assets Turnover (TATO) Terhadap Harga Saham

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa TATO berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di

BEI pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar – 2739,366 dan nilai

signifikan 0,003 yang lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisian

dari TATO yang negatif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 % TATO akan

berdampak bagi penurunan harga saham senilai 2739,366 %, dengan asumsi rasio

lainnya bernilai tetap. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan

dimana TATO akan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan konsisten

dengan Suharno (2014) yang menyimpulkan bahwa TATO berpengaruh secara

signifikan terhadap harga saham.

Meningkatnya TATO akan semakin menarik para investor dalam

menanamkan modal pada perusahaan, hal ini didukung dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Lukman Syamsuddin (2011: 62) yaitu semakin tinggi rasio

TATO berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva didalam menghasilkan

penjualan. Penjualan perusahaan akan mempengaruhi jumlah keuntungan yang

akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Semakin meningkatnya tingkat

perputaran aktiva maka keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat

pula. Sehingga minat para investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut akan meningkatkan pula. Dengan meningkatnya minat para

investor dalam menanamkan modal akan searah dengan peningkatan permintaan

saham sehingga berdampak pada meningkatnya harga saham.

4.2.5 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa PER berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI

pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar 23,360 dan nilai signifikan

0.040 yang lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisian dari PER

yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 % PER akan berdampak bagi

kenaikan harga saham senilai 23,360 %, dengan asumsi rasio lainnya bernilai

tetap. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimana PER akan

berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan konsisten dengan Suharno

(2014) yang menyimpulkan bahwa PER berpengaruh secara signifikan terhadap

harga saham.

PER merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham

dengan Earning Per Share di suatu perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan

yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi. Hal ini didukung dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Gitman (2015: 131) semakin tinggi PER akan

semakin tinggi pula minat investor dalam menanamkan modal di suatu

perusahaan. Investor bersedia membeli saham dengan PER yang tinggi karena

mengharapkan akan memperoleh aliran kas masuk lebih besar di masa

mendatang. Dengan meningkatnya minat investor membuat harga saham menjadi

meningkat.

Anda mungkin juga menyukai