Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman penjajahan Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun
1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia
kembali pasar modal yang diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan nama Bursa
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk go public dan
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Pada tanggal
Mei 1995, Bursa Efek Jakarta meluncurkan Sistem Otomasi perdagangan yang
Undang-Undang ini diberlakukan mulai Januari 1996. Di tahun 2002, BEJ mulai
Dan pada tanggal 30 Desember 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa
Efek Jakarta (BEJ) akhirnya digabungkan dan berubah nama menjadi Bursa Efek
tahun 2008 dan Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) dibentuk pada tahun 2009.
Selain itu, pada tahun 2009 PT. Bursa Efek Indonesia merubah sistem
PT. Daya Varia Laboratoria Tbk adalah perusahaan farmasi yang telah lama
terbuka pada tahun 1994. Perseroan mengakuisisi PT. Pradja Pharin (Prafa) di
tahun 1995, dan terus mengembangkan berbagai produk Obat Resep dan
Consumer Health. Pada Juli 2014, Daya-Varia bergabung (merger) dengan Prafa.
Putri dan Citeureup, Bogor. Keduanya memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) ASEAN. Kedua pabrik tersebut fokus memproduksi produk-
produk Perseroan serta memberikan jasa toll manufacturing untuk pelaku nasional
produksi kapsul gelatin lunak dan produk-produk cair, sementara Pabrik Daya-
Varia di Citeureup, Bogor, memiliki spesialisasi dalam produksi injeksi steril dan
farmasi di Indonesia.
Sejalan dengan misi Perseroan untuk “membangun Indonesia yang lebih sehat
produk berkualitas tinggi untuk lini produk Consumer Health dan Obat Resep,
solid dengan semua pihak. Perseroan berusaha mencapai visinya untuk menjadi
salah satu dari lima perusahaan farmasi tersebesar di Indonesia. Saat ini, 92,13 %
saham Daya-Varia dimiliki oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd. (BPSSPL),
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama
perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari usaha sederhana
proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha & akuisisi, Kalbe telah
melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep (kontribusi 23%), Divisi
Produk Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi Nutrisi (kontribusi 30%), serta Divisi
Keempat divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan obat bebas yang
yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia. Di
Afrika Selatan, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat
riset dan pengembangan dalam bidang formulasi obat generik dan mendukung
peluncuran produk konsumen dan nutrisi yang inovatif. Melalui aliansi strategis
dengan mitra-mitra internasional, Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset dan
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Kalbe Farma Tbk,
antara lain: PT Gira Sole Prima (10.17%), PT Santa Seha Sanadi (9.71%), PT
Panen (9.21%) dan PT Bina Arta Charisma (8.61%). Semua pemegang saham ini
tanggal 27 Nopember 1977 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
lainnya, serta melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor dan antar pulau,
dan bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari segala macam
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Pyridam Farma Tbk,
saham dengan harga penawaran Rp105,- per saham dan disertai Waran Seri I
sebanyak 60.000.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa
Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia tanggal 20 Mei 1970
bergerak dalam bidang usaha farmasi. Saat ini, kegiatan usaha TSPC adalah
Brodexin, Contrex, Contrexyn, Vidoran, Zevit dan Neo Hormoviton), obat resep
dan rumah sakit (Hospira, SciClone, Alif, Ericaf, Timoc, Triptagic dan Trozyn)
serta produk konsumen dan komestika (Marina, My Baby, Total Care, S.O.S
Pemegang saham yang memiliki 5% saham Tempo Scan Pacific Tbk, adalah
PT Bogamulia Nagadi (induk usaha) (78,15%). Pada tanggal 24 Mei 1994, TSPC
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp8.250,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat
Tabel 5
ROA (%)
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 6,57 7,84 9,93 9,89 11,92
2 KAEF 8,56 7,82 5,89 5,44 4,25
3 KLBF 16,54 15,50 15,44 14,76 13,76
4 PYFA 1,54 1,93 3,08 4,47 4,52
5 TSPC 10,44 8,42 8,28 7,50 6,87
Sumber data : lampiran 1 diolah
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai Return On Assets (ROA) pada
perusahaan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah
pada perusahaan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014 sebesar 16,54. Sedangkan
Hasil perhitungan Current Ratio (CR) pada perusahaan farmasi yang terdaftar
di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 6
CR (%)
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 422,50 341,71 338,96 312,8 348,73
2 KAEF 233,24 235,51 197,02 173,01 154,99
3 KLBF 464,99 496,58 551,24 610,40 636,35
4 PYFA 228,67 272,35 271,41 314,67 274,56
5 TSPC 367,25 322,69 337,64 315,99 322,92
Sumber data : lampiran 2 diolah
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai Current Ratio (CR) pada
perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah
pada perusahaan PT Kalbe Tbk pada tahun 2018 sebesar 636,35. Sedangkan nilai
Current Ratio (CR) terendah diperoleh perusahaan PT Kimia Farma Tbk dengan
Hasil perhitungan Debt Equity Ratio (DER) pada perusahaan farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat
Tabel 7
DER (%)
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 31,01 41,37 41,85 46,99 40,2
2 KAEF 75,05 73,79 103,07 136,97 181,86
3 KLBF 27,40 25,22 22,16 19,59 18,64
4 PYFA 77,72 58,02 58,34 46,58 57,29
5 TSPC 37,42 44,90 42,08 46,30 44,86
Sumber data : lampiran 3 diolah
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai Debt Equity Ratio (DER) pada
perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah
pada perusahaan PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2018 sebesar 181,86.
yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat
TATO
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 0,89 0,95 0,95 0,96 1,01
2 KAEF 1,50 1,50 1,26 1,01 0,79
3 KLBF 1,4 1,31 1,27 1,21 1,16
4 PYFA 1,29 1,36 1,30 1,40 1,34
5 TSPC 1,34 1,3 1,39 1,29 1,28
Sumber data : lampiran 4 diolah
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai Total Assests Turnover (TATO)
pada perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi
adalah pada perusahaan PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2014 dan 2015 sebesar
perusahaan PT. Kimia Farma Tbk dengan nilai sebesar 0,79 pada tahun 2018.
Hasil perhitungan Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018 dapat dilihat
PER
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 23,15 13,40 12,90 13,52 10,78
2 KAEF 31,79 19,42 57,11 45,89 34,72
3 KLBF 41,52 30,87 30,88 32,96 29,00
4 PYFA 23,30 14,27 20,79 12,99 10,64
5 TSPC 22,21 15,09 16,55 14,88 12,19
Sumber data : lampiran 5 diolah
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Price Earning Ratio (PER) pada
perusahan farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah
pada perusahaan PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2016 sebesar 57,11. Sedangkan
nilai Price Earning Ratio (PER) terendah diperoleh perusahaan PT Pyridam Tbk
6. Harga Saham
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham close
price pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI)
Harga Saham
No. Kode
2014 2015 2016 2017 2018
1 DVLA 1690 1300 1755 1960 1940
2 KAEF 1465 870 2750 2700 2600
3 KLBF 1830 1320 1515 1690 1520
5 PYFA 130 110 200 173 168
5 TSPC 2865 1750 1970 1800 1390
Sumber data : lampiran 5 diolah
farmasi selama 5 tahun dari tahun 2014 – 2018 yang tertinggi adalah pada
perusahaan PT Tempo Scan Tbk pada tahun 2014 sebesar Rp 2.865,-. Sedangkan
pengaruh variabel yang digunakan dalam model penelitian yaitu Return On Assets
(ROA), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover
(TATO), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 – 2018.
Hasil perhitungan regresi linier berganda disajikan secara ringkas dalam tabel 11
berikut ini :
Tabel 11
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 3072.732 1291.321 2.380 .028
ROA 141.189 60.513 .738 2.333 .031
CR -2.569 1.852 -.236 -1.387 .181
1
DER 23.556 14.480 .505 1.627 .120
TATO -2739.366 795.812 -.654 -3.442 .003
PER 23.360 10.568 .361 2.210 .040
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Lampiran 7 diolah
linier berganda yang menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antara varibel
+ 23,360PER + e
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien ROA sebesar
141,189 yang mempunyai arah positif dan signifikan. Besaran nilai koefisien
ROA yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1% akan
berdampak bagi kenaikan harga saham sebesar 141,189 % dengan asumsi rasio
lainnya bernilai constant. ROA yang bernilai positif dan signifikan artinya
-2,569 yang mempunyai arah negatif dan tidak signifikan. Besaran nilai
berdampak bagi penurunan harga saham sebesar 2,569% dengan asumsi rasio
lainnya bernilai constant. CR yang bernilai negatif dan tidak signifikan artinya
Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien DER sebesar
23,556 yang mempunyai arah positif dan tidak signifikan. Besaran nilai
koefisien DER yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan DER sebesar
asumsi rasio lainnya bernilai constant. DER yang bernilai positif dan tidak
Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien TATO sebesar
-2739,336 yang mempunyai arah negatif dan signifikan. Besaran nilai koefisien
asumsi rasio lainnya bernilai constant. TATO yang bernilai negatif dan
Dari hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien PER sebesar
23,360 yang mempunyai arah positif dan signifikan. Besaran nilai koefisien
PER yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan PER sebesar 1% akan
berdampak bagi kenaikan harga saham sebesar 23,360% dengan asumsi rasio
lainnya bernilai constant. PER yang bernilai positif dan signifikan artinya PER
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji bahwa apakah nilai residual atau
yang sudah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak
normalitas data diolah dengan menggunakan metode analisis grafik dan metode
statistik.
a. Analisis Grafik
Analisis grafik merupakan cara mudah untuk dapat melihat nilai normalitas
Gambar 2
Uji Normalitas
Dari tabel uji normalitas yang menggunakan metode analisis grafik histogram
yang terlihat pada gambar 2 di atas merupakan bahwa pola distribusi mendekati
normal dan membentuk seperti gambar lonceng. Tetapi hal ini kurang mendukung
normal atau tidak normalnya data jika hanya dilihat dari grafik histogram saja.
Metode lain yang dapat digunakan dalam analisis grafik adalah Normal P-P Plot
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti gerak arah garis diagonal, maka
Gambar 3
sekitar diagonal dan juga mengikuti diagonal antara 0 dengan pertemuan sumbu Y
dengan sumbu X. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah
berdistribusi normal.
b. Uji Statistik
memastikan bahwa data yang akan diteliti benar-benar normal. Dengan dasar
keputusan bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) variabel residual > 5 % (0,05), maka
Tabel 12
Unstandardized
Residual
N 25
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 526.96670168
Absolute .096
Most Extreme Differences Positive .096
Negative -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .480
Asymp. Sig. (2-tailed) .975
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
lebih dari 0,05 yaitu 0,975, maka dapat dikatakan bahwa nilai residual
berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel
adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF, dengan dasar penilaian
sebagai berikut :
1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa
Tabel 13
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Keterangan
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA .216 4.632 Non Multikolinearitas
CR .745 1.342 Non Multikolinearitas
DER .224 4.461 Non Multikolinearitas
TATO .598 1.672 Non Multikolinearitas
PER .819 1.234 Non Multikolinearitas
Sumber : Lampiran 7 diolah
sedangkan nilai VIF variabel independen < 10. Dengan demikian hasil sesuai
dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada gejala multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan dan variabel
3. Uji Heteroskedastisitas
yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara
untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya
Gambar 4
titik yang menyebar dan tidak membentuk pola tertentu serta berada di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TATO), dan Price Earning Ratio
(PER).
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk mendeteksi uji autokorelas ini,
b. Jika angka D-W diantara – 2 sampai dengan + 2 berarti tidak ada autokorelasi.
Tabel 14
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.190
a. Predictors: (Constant), PER, TATO, CR, DER, ROA
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Lampiran 6 diolah.
nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,190. Dari hasil perhitungan
terdapat autokorelasi.
Tabel 15
Model Summaryb
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari hasil pengujian diperoleh nilai
Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,590 atau 59 %. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kemampuan variabel Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt
Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO), dan Price Earning Ratio
(PER) berpengaruh terhadap harga saham sebesar 0,590 atau 59% sedangkan
sisanya sebesar 0,410 atau 41 % yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
2. Uji f
variabel dependen dengan ketentuan nilai f < 0,05. Hasil uji f dapat dilihat pada
Tabel 16
Hasil Uji f
ANOVAa
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 9591796.288 5 1918359.258 5.469 .003b
1 Residual 6664653.712 19 350771.248
Total 16256450.000 24
a. Dependent Variable: Harga Saham
b. Predictors: (Constant), PER, TATO, DER, CR, ROA
Sumber: Lampiran 6 diolah
nilai signifikan sebesar 0,003 lebih kecil dari ketentuan taraf signifikan sebesar
0,05 yang artinya secara bersama-sama (simultan) variabel ROA, CR, DER,
TATO, dan PER mempunyai pengaruh signifikan dan layak terhadap variabel
1. Uji t
untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian dapat diterima atau ditolak. Berikut
b. Jika nilai signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, maka secara
variabel dependen.
Dan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 17
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3072.732 1291.321 2.380 .028
ROA 141.189 60.513 .738 2.333 .031
CR -2.569 1.852 -.236 -1.387 .181
DER 23.556 14.480 .505 1.627 .120
TATO -2739.366 795.812 -.654 -3.442 .003
PER 23.360 10.568 .361 2.210 .040
Sumber : Lampiran 7 diolah
sebagai berikut :
a. Hipotesis 1
ROA adalah sebesar 0,031 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih
kecil daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,031 < 0,05).
b. Hipotesis 2
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI
2014-2018.
CR adalah sebesar 0,181 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih
besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,181 >
c. Hipotesis 3
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI
2014-2018.
DER adalah sebesar 0,120 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih
besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,120 >
bahwa DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada
d. Hipotesis 4
TATO adalah sebesar 0,003 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t
lebih besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,003 <
d. Hipotesis 5
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI
2014-2018.
PER adalah sebesar 0,040 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan uji t lebih
besar daripada taraf signifikan yang telah ditentukkan yaitu 0,05 (0,040 <
dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di
BEI pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar 141,189 dan nilai signifikan
0,031 yang lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisian dari ROA
yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 % ROA akan berdampak bagi
kenaikan harga saham senilai 141,189 %, dengan asumsi rasio lainnya bernilai
tetap. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimana ROA
akan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan konsisten dengan Yancik
(2014: 201) Return On Assets (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan hasil (return)
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa suatu perusahaan dengan tingkat Return On Assets yang tinggi
tersebut karena dapat menghasilkan laba yang tinggi dan akhirnya akan
berdampak baik terhadap nilai dividen yang akan diterima oleh para investor atau
pemegang saham tersebut. Rasio ini merupakan salah satu indikator yang
modalnya. Perusahaan dengan kondisi ROA yang baik, maka akan meningkatkan
harga sahamnya.
4.2.2 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham
tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di
BEI pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar – 2,569 dan nilai signifikan
0,181 yang lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisien dari CR
penurunan harga saham sebesar 2,569 %, dengan asumsi rasio lainnya bernilai
tetap. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan dimana CR akan
penelitian dari Marliza dan Shela (2018) yang menyimpulkan bahwa CR tidak
saham pada perusahaan yang bersangkutan dan investor akan lebih memilih
saham perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi. Tetapi tingginya CR juga
tidak selalu berdampak baik bagi perusahaan, CR yang tinggi bisa saja
dengan penurunan harga saham, jika kemungkinan ini terjadi maka arah pengaruh
dari CR pada harga saham tidak konsisten tergantung pada efektivitas perusahaan
Dalam hal penilaian harga saham melalui tingkat CR suatu perusahaan bukan
tersebut, karena masih ada rasio likuiditas lainnya yang memiliki kemungkinan
tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di
BEI pada tahun 2014-2018. Dengan nilai koefisien sebesar 23,556 dan nilai
signifikan sebesar 0,120 yang lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai
koefisien dari DER yang positif menjelaskan bahwa kenaikan 1 % DER akan
berdampak kenaikan harga saham sebesar 23,556 %, dengan asumsi rasio lainnya
bernilai tetap. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan dimana
DER akan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, tetapi tetap konsisten
dengan penelitian dari Kiki, Mahmudah dan Enny (2016) yang menyimpulkan
hutang yang semakin meningkat atau keberadaan modal sendiri yang semakin
dengan baik. Dengan demikian arah pengaruh DER terhadap harga saham
saham. Hal ini yang menyebabkan DER tidak berpengaruh terhadap harga saham.
DER merupakan bagian dari rasio solvabilitas dan bukan merupakan satu-
satunya rasio yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut, karena masih
dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di
BEI pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar – 2739,366 dan nilai
signifikan 0,003 yang lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisian
dari TATO yang negatif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 % TATO akan
berdampak bagi penurunan harga saham senilai 2739,366 %, dengan asumsi rasio
lainnya bernilai tetap. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan
dimana TATO akan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan konsisten
menanamkan modal pada perusahaan, hal ini didukung dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Lukman Syamsuddin (2011: 62) yaitu semakin tinggi rasio
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI
pada tahun 2014-2018. Dengan koefisien sebesar 23,360 dan nilai signifikan
0.040 yang lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Nilai koefisian dari PER
yang positif menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 % PER akan berdampak bagi
kenaikan harga saham senilai 23,360 %, dengan asumsi rasio lainnya bernilai
tetap. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimana PER akan
harga saham.
yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi. Hal ini didukung dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Gitman (2015: 131) semakin tinggi PER akan
perusahaan. Investor bersedia membeli saham dengan PER yang tinggi karena
meningkat.