Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PKL

1. Gambaran umum kimia farma,KF itu apa, terdiri dari apa saja….?
2. Gamabarn umum kimia farma di lampung,jelaskan tentang kimia farma apotek (harus tau
nama dirut KF)
3. Ada berapa KFA di lampung,tempatnya dimana saja ada berapa,puasatnya dimana BM
namanya siapa
4. Jelaskan tentang KF RS DKT
 mulai buka sejak kapan?
 Status kerja samanya dg RS DKT
 SDM,jobdesc
 Jam operasional
 Melayani resep apa saja
5. jelaskan tentang istilah
 grooming
 greeting
 cross selling
 up selling
6. jelaskan alur obat mulai dari pengadaan dan seterusnya sampai dengan pemusnahan buka
regulasinya cari regulasinya nomor berapa isinya apa,jelaskan bagaimana kondisi di lapangan
secara umum
7. Meracik obat :
 apa yang dimaksut dengan apotek
 apa yang dimaksut dengan tenaga teknis kefarmasian,apa tugasnya
 sebutkan jenis jenis bentuk sediaaan farmasi dan contoh obat yang ada di KF
 sebutkan minimal produk kimia farma
 sebutkan bedanya logo obat hijau,biru,K,narkotik,psikotropik dll (contoh obat)
 perbedaan obat generic,paten branded dan sebutkan contoh obatnya
8. alur pelayanan resep di KF DKT bagaimana,resep umum bagaimana resep bukan racikan
bagaimana…
9. prosedur meracik obat…

JAWABAN
1. Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambil alihan perusahaan
milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Perusahaan-perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain N. V. Pharmaceutische Hendel
Svereneging J. Van Gorkom & Co., (Jakarta), N. V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co.,
(Jakarta), N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek, (Bandung), N. V. Jodium Onderneming
Watoedakon (Mojokerto) dan N. V. Verband Stoffe Fabriek (Surakarta).
Berdasarkan Undang-undang No. 86 tahun 1956, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi
terhadap perusahaan farmasi Belanda tersebut dan menurut Peraturan Perundang-undangan
No.69 tahun 1968 statusnya diubah menjadi Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Perusahaan
Negara Farmasi tersebut adalah PNF Radja Farma (Jakarta), PNF Nurani Farma (Jakarta), PNF
Nakula Farma (Jakarta), PNF Bio Farma, Perusahaan Negara (PN) Bhineka Kina Farma
(Bandung), PN Sari Husada (Yogyakarta) dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada
(Surabaya)
Pada tanggal 23 januari 1969, berdasarakan PP No.3 tahun 1969 perusahaan-perusahaan
negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan
penyederhanaan perusahaan-perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 agustus 1971,
Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan
Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya menjadi PT.
Kimia Farma (Persero).
Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan APBN mengalami
defist anggaran dan hutang negara semakin besar. Untuk mengurangi beban hutang, pemerintah
mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman
Modal Dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM.BUMN/2000 tanggal 7 maret 2000, PT Kimia
Farma diprivatisasi.
Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka direksi
PT. Kimia Farma (Persero) mendirikan dua anak perusahaan pada tanggal 4 januari 2002 yaitu
PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading dan Distribution. Pada tanggal 4 juli
tahun 2002 PT. Kimia Farma Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik dan berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk.

2. Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV
Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik
Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan
hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT
Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi
perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut
Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa
Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang
menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya
pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Susunan direksi Kimia Farma adalah Honesti Basyir (Direktur Utama), I.G.N. Suharta
Wijaya (Direktur Keuangan), Pujianto (Direktur Pengembangan Bisnis), Verdi Budidarmo
(Direktur Produksi & Supply Chain), Arief Pramuhanto (Direktur Umum & Human Capital).

Pada kesempatan itu diumumkan bahwa pendapatan perseroan pada tahun buku 2016
mencapai Rp 5,81 triliun, naik 19,57 persen dibanding tahun 2015. Sedangkan laba bersih
tercatat meningkat senilai 2,28 persen menjadi Rp 271,59 miliar.

Peningkatan kinerja keuangan Kimia Farma sejalan dengan strategi perseroan mempercepat
pengembangan huluisasi dan jaringan kesehatan dalam rangka mendukung pertumbuhan
kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan meningkatkan
nilai Perseroan dalam jangka panjang.

3. Kimia farma di Bandar lampung berjumlah 13 outlet


1. Jl. Raden ajeng kartini no. 44-45 bandar lampung
2. Jl pangeran antasari no 137 bandar lampung
3. Jl gajah mada Bandar lampung
4. Jl. ZA pagar alam no 77-79 bandar lampung
5. Jl. Wolter mongonsidi no.7 Bandar lampung
6. Jl. P tirtayasa no 11 bandar lampung
7. Jl Dr A Rivai no.7 penengahan Bandar lampung

Pusat kimia farma ada di JL. Raden ajeng kartini no. 44-45 bandar lampung

4. 1. KF RS DKT mulai buka sejak tanggal 28 januari 2019


2. jam operasional kimia farma DKT ( senin – sabtu jam 07.00 – 22.00)
( minggu jam 09.00 – 21.00)

Kimia farma RS DKT melayani resep : racikan,umum,resep bukan racikan dan resep BPJS.
Status kerjasama nya dengan RS DKT,apabila ada pasien dating ke RS untuk melalukan
pengobatan dengan dokter,dokter memberikan obat ke pada pasien lalu diperuntukan
meneebus obat tersebut dianjurkan menebus di Kimia farma DKT,apabila ada pasien berobat
dengan kartu BPJS kimia farma juga melayani pasien BPJS.

5. Grooming : Grooming adalah penampilan diri seseorang yang terjaga dan selalu rapi
secara keseluruhan, dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Atau tindakan dimana
seseorang akan bersih atau rapih tubuh mereka dalam memperhatikan beberapa cara, seperti cara
berjalan , berpakaian. yaitu bertindak sebagai undangan seperti itu, menunjukan orang lain
bahwa kita itu bersih dan rapih.

Greeting merupakan sebuah ungkapan yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk
melakukan tegur sapa atau salam dengan orang lain.

Cross Selling yang menawarkan produk/ jasa tertentu dengan produk yang berbeda, di
teknik

UpSelling, penjual menjual produk tertentu agar bernilai jual lebih dengan tambahan
manfaat, keunggulan atau garansi yang dirasa lebih menguntungkan pembeli.

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat. Yang di maksud pekerjaan kefarmasian diantaranya
pengadaan obat penyimpanan obat, pembuatan sediaan obat, peracikan, penyaluran dan
penyerahan perbekalan farmasi serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
perbekalan kefarmasian yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan
kosmetik. Tidak hanya menjalankan pekerjaan kefarmasian tetapi tugas pokok dan fungsi apotek
juga harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standard prosedur yang telah
ditetapkan.

Tenaga Tknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apotker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi,
dan Tenaga Mnengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Pelayanan Kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan bentuk tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk menigkatkan kualitas hidup pasien (Menkes
RI,2004) Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk menigkatkan mutu kehidupan pasien. Bentuk pekerjaan
kefarmasian yang wajib dilaksanakan oleh seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut:
1.Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standart profesinya.
2. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat.
3. menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan idntitas serta data kesehatan pasien.
4. Melakukan pengelolaan apotek.
5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.Rekan-rekan sejawat PAFI, begitu banyak
peran yang kita sumbangkan dalam dunia kesehatan terutama dibidang pengobatan, akan
tetapi masih saja dipandang sebelah mata oleh profesi kesehatan lainya.
Masyarakat pada umumnya masih belum begitu mengenal profesi kita, masih sering kita
disamakan dengan bidan/perawat. Merupakan sebuah tantangan bagi kita semua untuk lebih
mengenalkan profesi Tenaga Teknis Kefarmasian pada masyarakat, sehingga masyarakat akan
menjadikan kita sebagai tempat rujukan untuk memperoleh informasi mengenai obat. sebagai
generasi muda sudah menjadi tugas kita untuk membuat sebuah perubahan.

1. Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian luar.

2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan
pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.

3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa bahan tambahan.
a. Tablet kempa
paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung desain
cetakan.
b. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
c. Tablet trikurat
tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan
d. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat
sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet sublingual
dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah lidah.
f. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g. tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
h. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah ditelan,
tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

4. Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan
untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih
banyak ditemukan pada seduhan jamu.

5. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan
antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain
ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan

6. Kaplet (kapsul tablet)


Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.

7. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak
dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral
(diminum) dan larutan topikal (kulit).

8. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. macam
suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi topikal (penggunaan
pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi optalmik,suspensi sirup kering.

9. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu
terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat
pengemulsi.

10. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang
disari.

11. Ekstrak (extractum)


Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisisa nabati
atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang ditetapkan.

12. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu
90 derajat celcius selama 15 menit.

13. Imunoserum (immunosera)


Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan
dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan mengikut
kuman/virus/antigen.

14. Salep (unguenta)


Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

15. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina
atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan adalah
:
a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan inflamasi karena
hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk anti
muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.

16. Obat tetes (guttae)


Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau
obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan
setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope indonesia.
Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae
auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

17. Injeksi (injectiones)


Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat
serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

Contoh obat di kimia farma:

 Produk kimia farma :


1. Asifit
2. Fituno
3. Marck teens vemiellar water
4. Venus watershine lipstick
5. Venus bedak two way cake
6. Venus eyeliner pensil

Obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam ini
sebenarnya termasuk ke dalam obat keras, namun dapat dibeli tanpa resep dokter. Karena
termasuk dalam obat keras, penggunaannya harus cermat dan sesuai aturan dalam kemasan, dan
lebih baik jika dengan resep dokter, contohnya adalah CTM, Theopiline, Tremenza, Bodrex
extra, Lactobion. Obat dengan logo bulat biru ini disebut “Obat Bebas Terbatas”.
Obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dan
huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi disebut dengan “Obat Keras”. Obat ini adalah obat
yang perlu diresepkan oleh dokter. Contoh dari obat ini adalah asam mefenamat, loratadine,
alprazolam, clobazam, pseudoefedrin. Obat keras sebaiknya memang diresepkan oleh dokter
mengingat efeknya yang dapat merusak sistem pada tubuh tertentu jika digunakan dengan cara
yang tidak tepat.

Obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna putih dengan garis tepi berwarna merah dan
palang (+) merah di dalam lingkarannya disebut dengan “Obat Narkotik”. Obat ini hanya bisa
didapatkan dengan resep dari dokter, dengan tandatangan dokter disertai nomor izin praktik
dokter pada resep tersebut, dan tidak dapat menggunakan kopi resep. Obat-obat narkotik/
psikotropika dapat menimbulkan ketergantungan/ adiksi pada penggunanya sehingga
pemakainannya perlu diawasi dengan ketat sesuai anjuran dan kebutuhan saja, selain itu obat
narkotik ini dapat mempengaruhi susunan saraf pusat dan mempengaruhi tingkah laku serta
aktivitas pada titik tertentu. Obat-obat narkotik ini seringkali digunakan oleh dokter sebagai obat
anestesi/ obat bius, dan sebagai obat antinyeri/ analgetik potensi kuat.

Selain obat-obat kimia, di Indonesia kita juga mengenal obat tradisional. Obat tradisional juga
memiliki logo pada kemasannya.

Logo lingkaran kuning dengan garis tepi hijau dan gambar ranting hijau di dalamnya artinya
adalah “Obat Jamu”, yaitu obat tradisional yang disediakan secarar tradisional, berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran), dan digunakan
secara tradisional, biasanya secara turun temurun selama beberapa generasi. Obat jamu ini belum
diteliti secara ilmiah, dan digunakan hanya berdasarkan bukti empiris.

Logo lingkaran kuning dengan garis tepi hijau dan gambar tiga buah bintang hijau di dalamnya
adalah logo dari “Obat Herbal Terstandar (OHT)” yaitu obat yand diekstrak dari bahan alam
seperti dari tanaman, hewan, maupun mineral, yang umumnya telah ditunjang dengan bukti
ilmiah yaitu secara penelitian pre-klinik, dan pemrosesannya membutuhkan keterampilan dan
teknologi tinggi. Contoh OHT adalah Diapet, Hi-Stimono, Kiranti Pegel Linu, Kiranti Sehat
Datang Bulan.

Logo dari obat dengan lingkaran kuning bergaris tepi hijau dan bergambar seperti kepingan salju
di dalamnya merupakan arti dari logo “Fitofarmaka” yaitu obat tradisional yang telah ditunjang
oleh bukti ilmiah secara penelitian klinik (sampai ke manusia) sehingga dapat disetarakan
dengan obat modern. Penelitian klinik akan lebih meyakinkan para dokter untuk mempergunakan
obat ini karena telah terbukti.

1. Obat Generik adalah Obat yang telah habis masa patennya dan dijual dengan nama resmi
berdasarkan zat aktif yang dikandung di dalamnya. Contoh : Amoksisilin
2. Obat Branded adalah Obat generik yang di beri nama dagang atau obat yang telah habis
masa patennya dan diberi nama dagang. Contoh : Amoksan, Etamox,
3. Obat Paten adalah Obat hasil riset dari perusahaan Farmasi yang masih dalam lisensi dan
hak paten mereka. Sehingga untuk membuat generiknya harus mendapat izin dari perusahaan
tersebut. Contoh : Cialis, Tamiflu

 Alur pelayanan resep umum :

1. RESEP DATANG
ketika di apotek, ada pasien membawa resep datang, maka pihak apotek (biasanya front
office) menyambut pasien dan mempersilahkan pasien untuk menunggu sebentar.
2. SKRINING RESEP
selanjutnya pihak front office memberikan resep kepada petugas penyekrening resep (harus
apoteker) segera melakukan skrining resep. Skrining resep ini antara lain skrining administratif,
skrining farmasetis, dan skrining klinis.
a. Skrining administratif. Berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep mssaupun
pemalsuan resep. Yang dianalisis dalam skrining ini antara lain ada tidaknya maupun keaslian
dari :
ada tidaknya Nama,SIP dan alamat dokter.
ada tidaknya dan logis tidaknya Tanggal penulisan resep.
ada tidaknya Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
ada tidaknya Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien (jika perlu).
benar salahnya Nama obat , sesuai tidaknya potensi obat , dosis, jumlah yang minta.
jelas tidaknya Cara pemakaian untuk pasien
b. skrining farmasetis. Yakni menyesuaian dengan kondisi pasien tentang :
bentuk sediaan,apakah cocok digunakan pasien?
dosis apakah sesuai dengan usia, umur, atau berat badan pasien. Sesuai disini maksudnya dapat
menyelesaikan problema terapi pasien. Disini akan dihitung dosis dan apakah dosis over dosis
atau tidak.
potensi obat, cocok tidak khasiatnya dengan penyakit yang diderita pasien,
stabilitas, apakah apabila obat ini digunakan dalam bentuk sediaan tertentu (misal cair), apakah
stabil atau tidak
inkompatibilitas,apakah obat satu berinteraksi dengan obat yang lainnya ketika dicampur/ketika
dibuat, apkah rusak atau tidak
cara dan lama pemberian apakah dapat menyebabkan kenyamana pada pasien atau tidak.

c. skrining klinis
adanya alergi, efek samping, interaksi,obat .
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
disini juga harus benar – benar dicatat adalah
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi, sehingga nanti bisa
disampaikan pada saat konseling.
apabila tahap skrining ini bermasalah, maka kita harus dapat mencari solusi nya lalu memberikan
solusi itu kepada dokter.
3. PEMBERIAN HARGA
untuk pemberian harga, maka caranya bisa di lihat disini….
apabila pasien dengan harga yang kita berikan, maka akan segera dilakukan penyiapan/peracikan
obat. Namun, permasalahan terjadi apabila pasien sensitif terhadap harga,sehingga pasien tidak
setuju dengan harga yagn diajukan.
maka penanganannya adalah mengajukan obat alternative dengan jenis, jumlah, jumlah item dan
harga sesuai kemampuan pasien. Disinilah terkadang akan muncul kopi resep. Karena dengan
kopi resep ini pasien bisa menebus setengah obatnya terlebih dahulu, baru setelah itu, bisa
ditebus waktu berikutnya. Disinilah juga terkadang ada pergantian obat paten satu dengan obat
paten satunya yang lebih murah atau pergantian obat paten menjadi obat generiknya. Setelah
pasien setuju dengan harga obat, maka tahap selanjutnya adalah penyiapan /peracikan obat.
Namun apabila memang benar-benar pasien tidak mampu untuk menebus obat dan dapat
dibuktikan dengan rasa dan etika, maka itu kebijakan dari apotekernya, apakah akan
memberikannya secara gratis atau menghutanginya.

4. PENYIAPAN/PERACIKAN OBAT
tahap yang dilakukan pada penyiapan /peracikan obat antara lain penyiapan/peracikan, dan
penyerahan obat ke pasien. Yang melakukan tahpa ini tidak harus apoteker, bisa tenaga ahli
kesehatan seperti AA,ataupun tenaga terlatih lainnya.
1. Peracikan. dalam peracikan, dilakukan kegiatan penimbangan obat , pencampuran obat apabila
obat perlu dicampur (dijadikan serbuk, cairan, dll), kemudian pengemasan setelah obat berhasil
dibuat. Dan tahap selanjutnya adalah pemberian etiket. Yang harus diperhatikan adalah tahap ini
harus jelas prosedurnya, ada protab/sopnya dengan memperhatikan tahap tahap kritikal
seperti dosis yang harus tepat, pencampuran yang harus tepat. Etiket pun harus jelas dan
dapat dibaca serta mudah dipahami. Pengemasan pun harus rapi dan dapat menjaga
kualitas dari obat tersebut.
2. Penyerahan obat ke pasien.
sebelum obat di serahkan kepasien, maka harus dilakukan pengecekan kembali terhadap
kesesuaian antara obat dengan etiket, obat dengan resep. Di sini yang mengecek kembali
biasanya adalah orang lain.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker dan dilakukan konseling serta pemberian informasi,
dan edukasi agar pasien dapat complience maupun adherence.

5. PEMBERIAN INFORMASI, EDUKASI, DAN KONSELING

¢Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
¢Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi
¢Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan
kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan
kesehatan lainnya.
¢Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit
kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan agar bisa
menghasilkan outpun maksimal dimana pasien dapat complience dan addherence
6. Monitoring penggunaan Obat

ini lebih dikhususkan oleh pasien – pasien yang mempunyai penyakit kronis, seperti DM,
antihipertehnsi, dll.

 ALUR PELAYANAN RESEP BPJS

1. Resep dating diterima oleh apoteker atau asisten apoteker


2. Resep di skrining oleh apoteker atau asisten apoteker
Hal yang harus di skrining :
 nama pasien
 nama dokter
 kesesuaian obat
 kesesuaian dosis
 interaksi obat
 keaslian resep untuk resep narkotika dan psikotropika
3. hubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep apabila
 penulisan resep tidak terbaca,sebelum konfirmasi tanyakan pendapat rekan di
farmasi terlebih dahulu (lihat SPO)
 jika obat yang ada di resep tidak tersedia
4. resep di cek tanggal pengambilan obat terakhir pada pasien dengan penyakit kronis
 jika pengambilan obat sebelum tanggal terakhir pengambila resep sebelumnya
maka resep tidak dilayani (jika obat yang diresepkan nukan untuk pengobatan
penyakit kronis maka tetap dilayani)
 jika tanggal pengambilan obat sesuai atau sesudah tanggal terakhir pengambilan
obat sebelumnya maka resep dibayar dan cek FORNAS pada ketentuan
pemberiannya
 bila ada sediaan yang dijamin,tanyakan kepada pasien apakah mau melakukan
pembayaran sendiri atau tidak
5. Resep dihargai melalui software
6. Penyiapan atau peracikan obat (untuk obat peracikan diluar fornas menunggu kepastian
pembayaran kwitansi pembayaran)
7. Beri etiket
8. Penyerahan obat ke pasien disertai informasi minimal cara penggunaan khasiat obat dan
cara penyimpanan obat
 ALUR PELAYANA RESEP RACIKAN

1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep


2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
3. Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung tangan/alat
spatula/sendok
4. Menutup kembali wadah obat setelah oengambilan dan pengembalian obat ke tempat
semula (untuk tablet dalam kaleng)
5. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
6. Dengan memperhatikan factor inkompatibilitas obat, lakukan penggerusan dan campur
hingga homogeny
7. Serbuk/kapsul dibagi menurut penglihatan sebanyak banyak nya10 bungkus atau sesuai
resep yang di anjurkan
8. Serbuk dikemas dikertas perkamen,kapsul atau kemasan plastic lekat
9. Menyiapkan etiket warna putih
10. Menulis nama pasien,nomor pasien,tanggal resep,cara pakai.

 ALUR PELAYANAN RESEP BUKAN RACIKAN

1. Pasien datang membawa resep


2. Apoteker atau asisten apoteker menerima resep tersebut lalu diperiksa apakah resep tersebut
layak dilayani atau tidak
3. Apabila sudak di periksa,lakukan penghargaan melalui software
4. Tanyakan pada pasien setuju atau tidak dengan harga yang sudah ditetapkan
5. Apabila setuju maka mulai pengerjaan resep,ambil obat yang dibutuhkan
6. Beri etiket
7. Dilanjutkan dengan panggil nama pasien,jelaskan bagaimana penggunaan obat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai