Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek


Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk
hidup layak baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya
mendapatkan kesehatan yang baik. Pelayanan kesehatan terdiri dari sub sistem
pelayanan medis, sub sistem pelayanan kefarmasian, serta sub sistem dari profesi
kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan di lakukan oleh unit pelayan kesehatan yaitu
tempat dimana di selenggarakan upaya kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dapat di selenggarakan oleh pemerintah atau swasta, dalam
bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat.
Profesi farmasi termasuk profesi yang harus di tingkatkan peranannya. Dalam
pelayanan kefarmasian profesi farmasi dalam hal ini apoteker dan asisten apoteker
harus memberikan pelayanan bermutu kepada pasien. Asisten apoteker yang bekerja
pada pelayanan kesehatan merupakan perpanjangan tangan dari sebagian tugas seorang
Apoteker. Asisten apoteker yang bekerja di bawah pengawasan apoteker merupakan
ujung tombak dari pelayanan di apotek, yang akan melayani pasien dengan baik serta
memberikan informasi tentang obat dan perbekalan kesehatan yang di tulis dokter
dalam resepnya. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di perlukan sikap hati-hati
dan ketelitian tinggi, karena apabila ada kesalahan akan sangat merugikan pasien
bahkan bisa mengancam jiwa pasien.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Asisten Apoteker termasuk kedalam Tenaga Teknis
Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasian.

1
Pelayanan apotek saat ini telah berubah orientasi dari drug oriented menjadi
patient oriented dengan berasaskan pharmaceutical care. Kegiatan pelayanan farmasi
yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi telah diubah
menjadi pelayanan yang komprehensif dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Pelayanan yang bermutu selain mengurangi risiko terjadinya medication error,
juga memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga masyarakat akan
memberikan persepsi yang baik terhadap apotek. Untuk menjamin mutu pelayanan
farmasi kepada masyarakat, telah dikeluarkan standar pelayanan farmasi apotek yang
meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pelayanan resep (tidak hanya
meliputi peracikan dan penyerahan obat tetapi juga termasuk pemberian informasi
obat), konseling, memonitor penggunaan obat, edukasi, promosi kesehatan, dan
evaluasi terhadap pengobatan (antara lain dengan membuat catatan pengobatan
pasien). Semakin pesatnya perkembangan pelayanan apotek dan semakin tingginya
tuntutan masyarakat, menuntut pemberi layanan apotek harus mampu memenuhi
keinginan dan selera masyarakat yang terus berubah dan meningkat.
Dengan adanya program Kerja Praktek di apotek diharapkan calon asisten
apoteker lebih dapat memahami peran dan tanggung jawab sebagai asisten apoteker di
apotek. Dengan demikian, lulusan Sekolah Tinggi Farmasi Bandung dapat
menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan dapat berkomunikasi dengan
baik dalam pelayanan kefarmasian yang berkualitas kepada pasien dan masyarakat.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

1. Meningkatkan pemahaman calon Ahli Madya Farmasi tentang peran, fungsi,


posisi dan tanggung jawab TTK dalam membantu Apoteker melaksanakan
pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon Ahli Madya Farmasi agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis dalam membantu Apoteker untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.

2
3. Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk melihat praktek
farmasi komunitas di apotek
4. Mempersiapkan calon Ahli Madya Farmasi dalam memasuki dunia kerja sebagai
TTK yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.

1.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktek

Kerja Praktek Program Studi D3 Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


dilaksanakan di Apotek Kimia Farma Gatsu no 235, yang beralamat di Jl.Gatot Subroto
Kota Bandung. Mulai tanggal 01 April 2016 sampai 29 April 2016.

Waktu kerja yang dilakukan apotek dibagi dalam 5 shift, yaitu :

1. Shift Pagi : 08.00 - 15.00 WIB

2. Midle 1 : 10.00 17.00 WIB

3. Midle 2 : 12.00 19.00 WIB

4. Midle 3 : 13.00 20.00 WIB

5. Shift Siang : 15.00 22.00 WIB

3
BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Sejarah Apotek di Indonesia


Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru
dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan,
baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang,
kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal
secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker
dengan jumlah yang sangat sedikit.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria,
Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia
mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi
Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan
Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil
yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.
Dengan demikian profesi farmasi pelayanan kesehatan juga semakin berkembang
dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya. Adapun sejarah kefarmasian
Indonesia yaitu:
1. Periode Penjajahan sampai Perang Kemerdekaan
Tonggak sejarah kefarmasiaan di Indonesia pada umumnya diawali dengan
Pendidikan Asisten Apoteker semasa Pemerintahan Hindia-Belanda.
2. Setelah Perang Kemerdekaan sampai tahun 1958
Pada periode ini sejumlah tenaga farmasi, terutama asisten apotek mulai
bertambah dengan jumlah yang relatif besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka
sekolah asisten apoteker negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka waktu
pendidikan selama 2 tahun. Selama itu juga jumlah apoteker juga bertambah
yang berasal dari luar negeri ataupun lulusan dalam negeri.

4
3. Periode tahun 1958 sampai dengan 1967
Industri farmasi mulai dirintis tetapi pengawasannya belum dapat
dilakukan dengan baik sehingga terjadi kasus bahan baku dan obat jadi
yang tidak memenuhi persyaratan standar.
Pada tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundangan-undangan yang
penting berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara
lain:

1) Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan.


2) Undang- undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.
3) Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1965 tentang Apotek.
Pada tahun 1965 merupakan hal penting dalam sejarah kefarmasian di
Indonesia yaitu berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat. Dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain ditetapkan:

1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter.


2) Semua izin apotek dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari
1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara
lain:

1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat.


2) Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku
sejak tanggal 1 Februari 1964.
3) Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota I
dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal 1 Mei 1964.
Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah di
bentuk Lembaga farmasi Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 39521/Kab/199 tanggal 1 Juli 1963(1).

5
2.2 Pengertian Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apotek adalah tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.

2.3 Persyaratan di Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peaturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa Apoteker Pngelola Apotek (
APA ) adalah seorang apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Adapun
bahwa pendirian apotek harus memenuhi syarat :
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau asisten apoteker yang bekerja
sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi, dan perbekalan
farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.

6
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan
farmasi.
Persyaratan lain yang harus di perhatikan untuk mendirikan suatu apotek antara
lain :
2.3.1 Surat Izin Praktek Apoteker
Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, seorang apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA). STRA ini dapat di peroleh jika seorang apoteker memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki ijazah apoteker
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi apoteker
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktek
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi

2.3.2 Surat Izin Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek


Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian
b. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian
c. SIKA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di faslitas produksi
atau fasilitas distribusi
d. SIKTTK bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian
pada fasilitas kefarmasian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002, tenaga farmasi yang ada di apotek terdiri dari :
a. Apoteker Pengelola Potek (APA) yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin
Apotek.

7
b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping APA
atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
c. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah
meiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan tidak bertindak sebagai APA di
apotek lain.
d. Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten
apoteker.

2.3.3 Lokasi dan Tempat


Lokasi apotek tidak lagi di tentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek
lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus
mempertimbangkan segi penyebaran, pemerataan pelayanan, jumlah penduduk,
jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang bersih dan faktor-faktor
lainnya. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
Pada halaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
APOTEK . Apotek harus dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat.

2.3.4 Bangunan dan Kelengkapan


Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu pasien, ruang
peracikan,ruang penyerahan resep, ruang administrasi, ruang penyimpanan obat,
ruang kerja apoteker,serta ruang tempat pencucian alat dan kamar mandi. Bangunan
apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan,
penerangan yang memadfai, alatpemadam kebakaran, ventilasi, dan sanitasi yang
baikserta papan nama apotek yang memuat nama apotek, nama APA, nomor Surat
Izin Praktek Apoteker (SIPA), alamat apotek dan nomor telepon apotek.
Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
a. Atap dari genteng atau bahan lain yang tidak boleh bocor.

8
b. Dinding harus kuat dan tahan air, dan permukaan dalam harus rata tidak mudah
mengelupas dan mudah di bersihkan.
c. Langit-langit terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan berwarna terang.
d. Lantai dari ubin atau semen atau bahan lain yang tidak boleh lembab.
e. Harus berventilasi dan mempunyai sistem sanitasi yang baik.

2.3.5 Perlengkapan Apotek


Perlengkapan yang harus di miliki oleh Apotek :
a. Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat seperti : timbangan, mortir, gelas
piasla , dan sebagainya.
b. Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus
c. Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat
dan lmari pendingin.
d. Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep, kartu stok obat,
faktur, nota penjualan, alat tulis, dan sebagainya.
e. Alat perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana.
f. Pustaka seperti Farmakope Indonesia edisi terbaru dan kumpulan peraturan
perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain yang berhubungan dengan
apotek.

2.4 Tugas dan Fungsi Apotek


Menurut PP RI No. 51 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintahan No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
a. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk penyerahan obat atau bahan
obat.

b.Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang di


perlukan masyarakat secara meluas dan merata.

9
2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
Pengelolaan sedian farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya di lakukan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi : perencanaan, pengadaan,
penyimpanan ,pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

2.5.1 Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan


perbekalan farmasi untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
sesuai dengan jumlah, jenis, dan waktu yang tepat.
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaan
farmasi sesuai dan perbekalan farmasi yang akan diadakan.
Perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi
sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tahapan dari perencanaan:
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-
benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit di daerah sekitar aootek,
kemauan/daya beli pasien ataupun budaya/kebiasaan masyarakat setempat.
b. Perhitungan kebutuhan
Bertujuan agar perbekalan farmasi yang direncanakan dapat pada saat
dibutuhkan.
c. Evaluasi perencanaan
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan suatu kondisi yang diharapkan
dengan kondisi yang terjadi.

2.5.2 Pengadaan
Pengadaan bertujuan untuk mengadakan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
yang telah di rencanakan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman barang terjamin

10
dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan waktu
berlebih.
Pengadaan barang baik sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya
dilakukan oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam hal ini dilakukan
oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek.
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data yang tercatat pada buku defekta dan
perkiraan kebutuhan konsumen dengan arahan dan kendali APA. Kebutuhan barang
tersebut dimasukkan pada surat pemesanan barang.

2.5.3 Penerimaan
Penerimaan obat merupakan salah satu tanggung jawab Apoteker dan Asisten
Apoteker yang bertujuan untuk menghindari kesalahan pemesanan. Setelah barang
datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang. Petugas kemudian
mencocokkan barang dengan surat pesanan, apabila sesuai dengan surat pesanan, maka
surat tanda penerimaan barang di tanda tangani oleh petugas apotek.
2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh Asisten Apoteker.
Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau
barang diinput kedalam sistem komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi
tanggal, penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya, jumlah barang yang
diisi atau diambil, sisa barang, nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan paraf petugas
yang melakukan penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakan di
masing-masing obat atau barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab
terhadap stok barang yang ada di lemari. Penyimpanan barang disusun berdasarkan
jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis, serta berdasarkan farmakologi, dengan
menerapkan prinsip First Expire First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).
Obat atau sediaan farmasi lainnya harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Juga
disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan obat.

11
Penyimpanan obat atau barang disusun sebagai berikut :
a. Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs.
b. Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dengan pintu rangkap
dua dan terkunci.
c. Lemari penyimpanan sediaan sirup, suspensi dan drops.
d. Lemari penyimpanan obat tetes mata dan salep mata.
e. Lemari penyimpanan salep kulit.
f. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria,
insulin dan lain lain.
g. Lemari penyimpanan obat bebas, obat bebas terbatas dan alat kesehatan.

2.5.5 Pemusnahan
Umumnya untuk obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa,
melalui sistem pelaporan, berita acara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2.5.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik.

2.5.7 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

12
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.

2.6 Peranan Apoteker di Apotek


Apoteker di apotek memiliki 3 (tiga) peranan, terutama yang berkaitan langsung
dengan pasien, yaitu sebagai profesional, manager, dan retailer.

2.6.1 Peranan Apoteker Sebagai Profesional


Apoteker memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
pelayanankefarmasian yang bermutu dan efisien yang berasaskan pharmaceutical
care di apotek. Adapun standar pelayanan kefarmasian di apotek telah diatur melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1027/Menkes/SK/I
X/2004.
Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:
a. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
b. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
c. Pedoman dalam pengawasan praktek Apoteker.
d. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, bahwa pelayanan kefarmasian meliputi:
A. Pelayanan Resep
1) Skrining resep meliputi:
a. Persyaratan Administratif : Nama dokter, No. SIP, alamat dokter,
No. Telp dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter
penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis

13
kelamin, berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang
minta, cara pemakaian yang jelas, dan informasi lainnya
b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
2) Penyiapan obat
a. Peracikan Merupakan kegiatan menyiapkan,
menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada
wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat
serta penulisan etiket yang benar.
b. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c. Kemasan Obat yang diserahkan obat hendaknya dikemas dengan rapi
dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
3) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien.
4) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi
obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: dosis, efek farmakologi,
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

14
5) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar
dari bahaya penyalah gunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi
atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu
seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya
apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
6) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu
seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

B. Promosi dan Edukasi


Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan
edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk
penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu
diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan, dan lain-lain.

C. Pelayanan Residensial (Home Care)


Apoteker sebagai care giverdiharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lanjut usia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan (medication record)

15
2.6.2 Peranan Apoteker Sebagai Manager
Manajemen secara formal diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian, terhadap penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan. Fungsi manajemen adalah untuk :
a. Mencapai tujuan.
b. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
c. Mencapai efisiensi dan efektivitas. Dua konsep utama untuk mengukur
prestasi kerja (performance) manajemen adalah efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
benar, merupakan konsep matematika, atau merupakan
perhitungan ratio antara keluaran (output) dan masukan (input). Seorang
manajer dikatakan efisien adalah seseorang yang mencapai keluaran yang
lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) dibanding masukan-
masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu) yang digunakan.
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Manajer
yang efektif adalah manajer yang dapat memilih pekerjaan yang harus
dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.

2.6.3 Peranan Apoteker Sebagai Retailer


Apotek merupakan tempat pengabdian profesi kefarmasian. Namun
tidak dapat dipungkiri di sisi lain bahwa apotek adalah salah satu model badan
usaha retail, yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha retail lainnya. Apotek
sebagai badan usaha retail, bertujuan untuk menjual komoditinya, dalam hal ini
obat dan alat kesehatan, sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan profit. Profit
memang bukanlah tujuan utama dan satu-satunya dari tugas keprofesian apoteker,
tetapi tanpa profit apotek sebagai badan usaha retail tidak dapat bertahan. Oleh
karena itu, segala usaha untuk meningkatkan profit perlu dilaksanakan, di
antaranya mencapai kepuasan pelanggan. Pelanggan merupakan sumber
profit. Oleh karena itu, sebagai seorang retailer berkewajiban mengidentifikasi apa

16
yangmenjadi kebutuhan pelanggan, menstimulasi kebutuhan pelanggan agar
menjadi permintaan, dan memenuhi permintaan tersebut sesuai bahkan melebihi
harapan pelanggan.
Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker di Apotek
menurut WHO (World Health Organization). Kompetensi Apoteker menurut
WHO dikenal dengan Eight Stars Pharmacist, yaitu:
1) Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada
pasien,memberi informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga
kesehatanlainnya.
2) Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak
hanyamampu mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus
mampumengambil keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada
pasien, sebagai contoh ketika pasien tidak mampu membeli obat yang ada
dalam resep maka Apoteker dapat berkonsultasi dengan dokter atau pasien
untuk pemilihan obat dengan zat aktif yang sama namun harga lebih
terjangkau..
3) Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik
denganpihak ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga
profesional kesehatan lainnya).
4) Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di
apotek.Sebagai seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang
terdepan diapotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari
manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi, manajemen SDM serta
bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek.
5) Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal
pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan
administrasi keuangan. Untuk ituApoteker harus mempunyai kemampuan
manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip
ilmumanajemen.

17
6) Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu
pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan
keterampilannya serta mampu mengembangkan kualitas diri.
7) Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing
bagi stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni
profesinya, tidak hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi
harusdapat melaksanakan profesinya tersebut dengan baik.
8) Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian
guna mengembangkan ilmu kefarmasiannya.
2.7 Peranan Asisten Apoteker di Apotek
Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apotker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi,
dan Tenaga Mnengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Pelayanan Kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan bentuk tanggung jawab
langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk menigkatkan kualitas
hidup pasien (Menkes RI,2004). Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk menigkatkan
mutu kehidupan pasien. Bentuk pekerjaan kefarmasian yang wajib dilaksanakan oleh
seorang Tenaga Teknis Kefarmasian menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut:
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya.
2. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat.
3. menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta data kesehatan
pasien.
4. Melakukan pengelolaan apotek.
5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.

18
2.8 Pengelolaan Narkotika
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dan tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu :
Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dalam jumlah
terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk reagensia diagnostik,
serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas
rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh obat
Narkotika Golongan I, yaitu : opium, tanaman ganja, kokain dan heroin.
Narkotika Golongan II adalah Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh obat Narkotika Golongan II, yaitu :
morfin, metadon dan petidina.
Narkotika Golongan III adalah Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh obat Narkotika Golongan III, yaitu : kodein dan etilmorfina.

2.9 Pengelolaan Psikotropika


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, yang
dibedakan ke dalam 4 golongan, yaitu :

19
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
2.10 Laporan Pemusnahan Resep

Di apotek, billa obatnya sudah di serahkan kepada pasien menurut PP RI kertas


resep harus di simpan, di atur menurut urtan tanggal dan nomor urut pembuatan, serta
harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Kegunaan hal akhir ini adalah
untuk memungkinkan penelusuran kembali bila setelah sekian waktu terjadi suatu
akibat dari obat yang di berikan. Stelah sekian waktu terjadi suatu akibat dari obat yang
di berikan. Setelah lewat waktu tiga tahun, resep-resep oleh apotekk boleh di
musnahkan dengan membuat proses verbal ( berita acara ) pemusnahan. ( SK Menks
RI no. 280/Menkes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan Resep di Apotek ).Secara jelas
dalam pasal 7 Kepmenkes No.280 Tahun 1981 mengatur tentang tata cara
penyimpanan dan pemusnahan resp sebagai berikut :

a. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resp yang telah di kerjakan menurut


urutan tanggal dan nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan
sekurang-kurangnya tiga tahun.
b. Resep yang mengandung narkotika harus di pisahkan dngan resep lainnya.
c. Resep yang telah di simpan melebihi jangka waktu di maksud ayat 1 pasal ini
dapat di musnahkan.

20
d. Pemusnahan resep dimaksud dalam ayat 3 pasal ini, di lakukan dengan cara di
bakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek
bersama dengan sekurang-kurangnya petugas apotek.
e. Pada pemusnahan resep, harus di buat berita acara pemusnahan sesuai dengan
bentuk yang telah di tentukan dalam rangkap empat dan di tanda tangani oleh
mereka yang di maksud dalam ayat 4 pasal ini.
f. Berita acara pemusnahan ini harus di sebutkan :

- Hari dan tanggal pemusnahan


- Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep
- Berat resep yang di musnahkan dalam kilogram
2.11 Laporan Pemusnahan Obat Kadaluarsa

Sediaan farmasi yang karena suatu hal tidak bisa di gunakan lagi atau di larang
di gunakan, harus dimusnahkan dngan cara di bakar atau di tanam dengan cara lain
yang di tetapkan Menteri ( Kepmenkes No. 1332/2002 ).
a. Sediaan farmasi yang di maksud :

Sediaan farmasi ED
Sediaan farmasi rusak
Sediaan farmasi yang di larang pemerintah

b. Cara :

Dibakar, ditanam, atau dengan cara lain.


Obat non narkotika psikotropika dilakn oleh APA atau apoteker pengganti
dibantu minimal satu karyawan apotek.

21
BAB III

TINJAUAN UMUM APOTEK KIMIA FARMA

3.1 Sejarah PT. Kimia Farma

Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal
perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co, perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan. Sejalan
dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958
pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia
Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi
Perseroan Terbatas, menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001
Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya.

Sejak tahun 2003, PT. Kimia Farma Tbk. terdiri dari dua anak perusahaan, yaitu
PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Traiding & Distribution. Berdasarkan
data yang diperoleh, sampai bulan Februari 2010 PT. Kimia Farma Apotek memiliki 34
unit bisnis dan 369 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan PT. Kimia
Farma Traiding & Distribution saat ini memiliki 3 wilayah pasar, yaitu Sumatra, DKI
dan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kalimantan dan Indonesia wilayah timur dan 40
cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi) yang mendistribusikan obat-obatan dan alat
kesehatan baik yang diproduksi sendiri maupun yang diproduksi oleh pihak ketiga.

PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah
(UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi Bisnis Manager (BM) dan
Apotek Pelayanan (APP). Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan
struktur organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi,
produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang
ada.
Apotek BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu
wilayah. Apotek BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan
administrasi Apotek Pelayanan yang berada di bawahnya.

22
Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari
apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan
dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan
penyelesaian masalah.

Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep BM adalah:

a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.


b. Apotek-apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan,
sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada
peningkatan penjualan.
c. Merasionalkan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) terutama tenaga
administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
d. Meningkatkan proses penawaran harga barang dengan pemasok untuk
memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud
agar dapat menurunkan Harga Pokok Penjualan (HPP).
Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan
informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing
mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan. Salah satu perubahan yang
dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma.
Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai
gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan yang didukung oleh
berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter dan
gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia seperti herbal medicine.
Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui
penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar di
seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap
apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek
Kimia Farma harus mampu memberikan pelayanan yang ramah, cepat dan lengkap.

23
3.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek

Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan
yang terkemuka di Indonesia.

Misi PT. Kimia Farma Apotek adalah:

a. Memberikan jasa pelayanan prima atas ritel farmasi dan jasa pelayanan
kesehatan terkait yang bernilai tambah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
b. Melakukan pengembangan usaha dan jaringan apotek yang terintegrasi
dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan untuk pemegang saham dan
pihak-pihak yang berkepentingan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip GCG
(Good Corporate Governance).
c. Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM yang lebih professional
guna mendukung terwujudnya Apotek Kimia Farma sebagai pilihan untuk
masyarakat.

3.3 Motto PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek mempunyai motto yaitu I CARE, yang berarti:

1. I (Inovative)
Memiliki budaya berfikir out of the box dan membangun produk
unggulan.
2. C (Customer First)
Mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja/mitra.
3. A (Accountability)
Bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan
dengan memegang teguh profesionalisme, integritas dan kerjasama.
4. R (Responsibility)
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran
dan dapat diandalkan.
5. E (Eco Friendly)
Menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah
lingkungan.

24
3.4 Anak Perusahaan PT. Kimia Farma

PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia
Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya
meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar konsolidasi PT. Kimia Farma
Tbk.

PT. Kimia Farma Apotek ini merupakan perusahaan jaringan yang digerakan
oleh beberapa Unit Business Manager (BM) membawahi beberapa unit-unit pelayanan
apotek di dalam suatu wilayah. Hingga saat ini, PT. Kimia Farma Apotek terdapat lebih
dari 372 apotek dalam 34 unit BM yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Business
Manger (BM) ini bertugas sebagai pusat koordinasi kegiatan administrasi, keuangan
serta pelaporan apotek yang berada di bawahnya. Apotek Kimia Farma dalam
melakukan kegiatan selain melayani resep dokter juga dilengkapi dengan swalayan
farmasi atau Hand Verkoop (HV) yang berisi obat-obat bebas dan alat-alat
kesehatan, dan juga menyediakan tempat praktek dokter, laboratorium klinik dan optik
sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

3.5 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek di kepalai oleh seorang direktur (Direktur Utama).
Direktur utama membawahi dua direktur (Direktur Operasional dan Direktur
Pengembangan) serta juga membawahi langsung tugas manager (Manager SDM dan
Umum, Manager Keuangan dan Akuntansi serta Manager IT).

Direktur Operasional sendiri membawahi: Manger Operasional, manager


Pelayanan & Logistik dan Manager Bisnis. Sedangkan direktur pengembangan
membawahi: Manager Pengembangan Pasar.

3.6 Simbol PT. Kimia Farma

PT. Kimia Farma memiliki logo yang menggambarkan matahari terbit


berwarna orange dan tulisan kimia farma berwarna biru dibawahnya. Simbol dari PT.
Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., yaitu matahari
dengan jenis huruf italic.

25
Maksud dari simbol matahari tersebut adalah:
1. Paradigma baru
Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih
baik.
2. Optimis
Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah
penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya.
3. Komitmen
Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur
dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam
menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang
farmasi dan kesehatan.
4. Sumber energi
Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru
memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat.
5. Semangat yang abadi
Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi
antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi.
Kemudian jenis huruf yang dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma
disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma,
karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. Selain
itu sifat huruf mempunyai makna sebagai berikut:

26
a. Kokoh
Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang
farmasi yang memiliki bisnis hulu-hilir dan merupakan perusahaan farmasi
pertama yang dimiliki Indonesia.
b. Dinamis
Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme.
c. Bersahabat
Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia
Farma dalam melayani konsumennya dalam Konsep Jaringan Apotek.
Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang
artinya sudah kurang lebih 15 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk
menjadikan beberapa apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya
diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat.

3.7 Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan mengandung tiga nilai utama, yaitu:


a. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan nilai intelektual yang terwujud dalam bekerja
lebih giat, cerdik dan kreatif serta jeli mengamati dan memanfaatkan
peluang bisnis. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
untuk diterapkan secara professional dalam melaksanakan tugas menjadi
komitmen untuk mencapai hasil tersebut.
b. Integritas
Totalitas dalam berkarya adalah budaya kerja kami, integritas merupakan
nilai spiritual yang mempunyai makna kepercayaan, menekankan integritas
sebagai landasan utama dalam menerapkan totalitas kerja dengan didukung
ketulusan hati dan semangat untuk mempersembahkan yang terbaik bagi
kesehatan masyarakat.
c. Kerja Sama

27
Kerja sama merupakan nilai emosional yang melandasi semangat kerja
sama melalui keterbukaan dan kepercayaan, serta mensinergikan
kemampuan tiap individu untuk saling melengkapi dalam membangun tim
yang tangguh untuk mencapai sukses.

28
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA GATSU

4.1 Lokasi dan Bangunan


Apotek Kimia farma Gatsu terletak di jalan Gatot Subroto No. 235 Bandung.
Apotek ini berada di lokasi yang sangat strategis karena terletak di pusat kota, selain
itu juga tidak jauh dari Apotek Kimia Farma Gatsu terdapat pusat perbelanjaan yang
ramai pengunjung, sehingga lokasi ini menjadi ramai dilewati kendaraan.
Fasilitas yang dimilki Apotek Kimia Farma Gatsu yaitu:
1. Tempat parker yang cukup memadai
2. Swalayan yang berisi obat bebas dan bebas terbatas, alat dan perbekalan
farmasilainnya. Adanya swalayan mempermudah konsumen dalam memilih produk
yang diinginkan dan barang yang dipajang dapat menarik perhatian konsumen untuk
membeli barang-batang OTC lainnya.
3. Ruang tunggu untuk pasien yang menebus resep.
4. Toilet
5. Musolah
6. Lemari penyimpanan khusus obat narkotika dan psikotropika.
7. Ruang racik untuk meracik.
8. Ruangan khusus karyawan (penyimpanan barang)

4.2 Struktur dan Organisasi

Apotek Kimia Farma Gatsu ini berada dibawah unit Bisnis Manajemen
Bandung, Jawa Barat. Apotek ini dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA), Asisten Apoteker, dan tenaga Non Asisten Apoteker.

Apotek Kimia Farma Gatsu merupakan salah satu apotek yang melayani resep
selama 14 jam per harinya, terhitung dari jam 07.00-22.00 WIB. Oleh karena itu, untuk
menciptakan kedisiplinan kerja dan kerja sama yang baik dengan antar

29
karyawan perlu diadakan shift kerja. Pembagian shift kerja dibagi menjadi pagi (07.00-
15.00 WIB) dan shift malam (15.00-22.00 WIB).

Tugas Bisnis Manajer sendiri adalah menerima setoran uang hasil penjualan
setiap harinya, melakukan administrasi apotek pelayanan, utang dan piutang, serta
pembayaran pajak apotek.

4.3 Pengelolaan Apotek

4.3.1 Perencanaan dan Pengadaan Barang


Sebelum melakukan pembelian seorang asisten apoteker melakukan
perencanan dengan menuliskan obat-obat yang mau habis, didaskan atas kebutuhan
melalui resep dan penjualan bebas. Perencanaan ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya kekosongan obat ataupun penumpukan barang sehingga perputaran barang
tidak mengalami hambatan.
Pengadaan perbekalan farmasi di apotek Kimia Farma gatsu dapat dibedakan
menjadi:
1. Pengadaan dengan pembelian regular
Sebelumnya seorang asisten apoteker melakukan penulisan pada buku defekta
terlebih dahulu dengan melihat obat atau perbekalan yang sudah habis dan tinggal
seikit. Kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan pada kebutuhan obat
atas penjualan resep atu bebas. Barang yang sudah dicatat dalam buku defecta
kemudian di entry ke komputer untuk dibuatkan BPBA (Bon Permintaan Barang
Apotek). BPBA dikirim via email ke Bisnis Manajer. Apabila barang yang dipesan
oleh apotek tidak ada stok digudang BM maka BM akan membuatkan Surat Pesanan
kepada PBF. BPBA dari seluruh apotek Kimia Farma di Bandung digabung untuk
dibuatkan Surat pesanan gabungan. Pembelian barang ke BM hanya dapat dilakukan
seminggu sekali saja dan dikirimkan barang ke apotek Kimia Farma Gatsu hari
kamis.

30
2. Pengadaan dengan pembelian mendesak
Seluruh apotek Kimia Farma mempunyai sistem dropping yaitu jika persediaan
perbekalan farmasi yang bersangkutan habis atau jika ada resep yang tidak dapat
dipenuhi karena tidak adanya persediaan barang, pembelian barang dapat ke apotek
Kimia Farma lain dengan menggunakan blanko BPBA kemudian diserahkan ke
apotek Kimia Farma lain yang dituju. Kemudian apotek Kimia farma tersebut akan
memberikan lembar dropping yang berisi barang yang diserahkan. Pembelian obat
ke apotek Kimia Farma lainnya dapat dilakukan berkali-kali, tetapi beda ke BM
yang hanya dapat sekali dalam seminggu.
3. Pengadaan Barang Prekusor
Obat-obat yang mengandung zat prekusor meskipun terlampir dalam BPBA yang
sudah di kirim ke BM tetapi tetap saja harus menggunakan surat pesanan khusus
yang harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk
selanjutnya di kirim kedistributornya langsung.
4. Pengadaan obat Narkotika dan Psikotropika
Obat-obat golongan narkotika dan psikotropik digunakan surat pesanan khusus yang
harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk satu surat
pesanan narkotika hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotik dan pembeliannya
hanya boleh ke distributor Kimia Farma yang bertindak sebagai distributor tunggal.
Buku surat pesanan narkotika pun khusus yang hanya dijual di Kimia Farma Center,
sehingga seluruh apotek yang berada di Bandung membelinya disana. Sedangkan
untuk surat pesanan psikotropika berlaku untuk beberapa jenis obat psikotropik dan
pembeliannya boleh ke PBF lain, dan jika dibutuhkan mendesak maka
pembeliannya dapat dilakukan ke apotek Kimia Farma lain. Tetapi terdengar kabar
sekarang peraturan baru tidak boleh melakukan pembelian obat narkotika maupun
psikotropik ke apotek Kimia Farma lain, walaupun dalam pelaporan bulan Ferbuari
masih melakukan pembelian atau penjualan ke apotek Kimia Farma lain.

31
4.3.2 Penerimaan Barang

Dalam penerimaan barang perlu dilakukan pemerikasan terlebih dahulu


sebelum disimpan atau diletakkan di tempatnya. Tujuan pemeriksaan untuk
memastikan barang yang dating sesuai dengan faktur dan surat pesanan. Barang datang
dari distributor akan disertai dengan faktur dimana apotek akan mengembil dua lembar
faktur copyan dimana satu faktur untuk diberikan ke BM dan yang satunya lag untuk
arsip di apotek. Penerimaan barang di apotek Kimia Farma Gatsu meliputi

a. Pemeriksaan barang yang dating baik pun yang di dropping dari BM maupun yang
dikirim oleh pemasok apakah sudah sesuai dengan permintaan BPBA, cek tanggal
kadaluarsa, kondisi barang, kesesuaian harga, discount, No. batch dll.
b. Setelah itu, tulis nomor permintaan, tanggal, bulan, tahun, paraf, nama jelas dan
stempel apotek pada faktur/tanda terima pemasok. Faktur/ tanda terima barang asli
dikembalikan ke pemasok dua salinannya ditinggal di apotek untuk arsip dan untuk
diserahkan ke BM. Jika barang yang datang tidak sesuai dengan surat pesanan, maka
dibuat surat retur untuk kemudian barangnya dikembalikan ke distributor yang
bersangkutan.

4.3.3 Penyimpanan dan Penataan Barang

Kegiatan mengenai penyimpanan barang yang bertujuan agar tetap terjamin


kualitas obat sekaligus mendukung jalannya proses pekerjaan kefarmasian di apotek.
Kegiatan penyimpanan dan penyimpanan barang di apotek Kimia Farma Gatsu, yaitu
sebagai berikut:

1. Susunan barang dan lakukan penataan berdasarkan:


a. Obat bebas dan bebas terbatas disimpan di swalayan farmasi atau gondola
(etalase penjualan) berdasarkan farmakologi, bentuk sediaan dan tersusun
secara alfabetis.
b. Obat keras disimpan di dalam ruang apotek yang diletakkan di masing-masing
lemari berdasarkan efek farmakologi, bentuk sediaan, produk Kimia farma dan

32
alfabetis. Contohnya lemari berdasarkan efek farmakologinya: kelompok
antibiotik, kelompok antihistamin, kelompok antidiabetes, dan lain-lain.
Berdasarkan bentuk sediaan: sirup, drop, dan cream/ salep.
c. Obat keras tertentu disimpan dilemari khusus yang mempunya dua pintu yakni
pintu luar maupun dalam yang dilengkapi dengan masing-masing kunci, seperti
obat yang mengandung narkotika dan psikotropika.
d. Sediaan supositoria, obat yang mengandung Lacto bacillus, antibiotik yang
mengandung co-amoxiclav dan insulin maka penyimpanan harus di bawah suhu
kamar disimpan di lemari pendingin.
2. Aturan penempatan barang dengan memakai sistem FEFO (First Exfire First Out)
dan FIFO (First In First Out).
3. Kartu stok diletakkan di dalam masing-masing kotak obat tersebut.

4.3.4 Pelayaan Kefarmasian (Penjualan)


4.3.4.1 Penjualan Obat
Pelayan Kefarmasian di apotek Kimia Gatsu meliputi:
1. Penjualan Bebas (HV- Han Verkoop)
Penjualan bebas (HV/ OTC) meliputi penjualan obat bebas, obat bebas
terbatas, kosmetik, alat kesehata dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat
dibeli tanpa resep dokter.
2. Pelayanan Resep Dokter
Pelayanan resep dokter merupakan penjualan obat yang memakai resep
dokter baik dibayar secara tunai maupun kredit.
Resep tunai yaitu permintaan obat tertulis oleh dokter untuk pasien yang
dibayar secara tunai oleh pasien itu sendiri. Prosedur Pelayanan resep tunai
adalah sebagai berikut:
a. Resep yang datang diterima di bagian penerimaan resep dan diperiksa
kelengkapan resepnya, termasuk ada atau tidaknya obat dalam persediaan
kemudiaan di informasikan kepada pasien.

33
b. Jika obat tersedia resep akan diberi harga melalui sistem komputer, lalu
dikonfirmasikan kepada pasien harga resep yang dihargai dan jika pasien
setuju barulah membayar di kasir. Kemudian resep diserahkan kepada
asisten apoteker di ruang peracikan. Apabila obat yang didalam resep
tidak tersedia di apotek maka apoteker dapat menyarankan pergantian
obat dengan kandungan obat yang sama dan dengan persetujuan pasien
untuk diganti obatnya.
c. Kemudian resep disiapkan lalu diberi etiket, dikemas dalam plastik klip
obat dan diserahkan kepada apoteker di bagian penyerahan obat.
d. Apabila pasien memerlukan kwintasi, maka kwintasi dibuat oleh asisten
apoteker dan ditulis salinan resep dibelakan kwintansi. Dibuatkan salinan
resep apabila resep tersebut perlu diulang, ditebus sebagian atau sebagian
obat tidak ada persediaannya.
e. Obat sebelum diserahkan kepada pasien apoteker wajib memeriksa
kembali obat.
f. Obat diserahkan kepada pasien dengan disertai informasi obat seperti
aturan minum, kegunaan obatnya, dan jika antibiotik harus dihabiskan
dan tepat waktu minumnya setiap 8 jam sekali.
g. Resep-resep yang ada disimpan selama 3 tahun lamanya dan resep
disusun sesuai tanggal, nomor urut resep dan bulan.
Sedagkan resep kredit permintaan obat tertulis oleh dokter instansi atau
perusahaan untuk pasien dari instansi atau perusahaan yang bersangkutan
dan telah mempunyai perjanjian dengan apotek dimana pembayaran
dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai persetujuan bersama. Prosedur
pelayanan resep kredit hamper sama dengan pelayanan resep tunai, hanya
saja berbeda pada pemberian harga dan pembayarannya. Pasien tidak perlu
membayar langsung, tetapi cukup menunjukan kartu identitas kepegawaian
kepada petugas apotek dan memenuhi administrasinya. Pada saat
menyerahkan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien sebagai tanda
terima. Resep diserahkan ke bagian administrasi penjualan untuk

34
dikumpulkan, dicatat dan dijumlahkan berdasarkan masing-masing
pelanggan atau debit, lalu dibuatkan kwintansi untuk penagihan kepada
perusahaan atau instansi yang terkait.
3. Pelyanan Obat Tanpa Resep Dokter atau Upaya Pengobatan Diri Sendiri
(UPDS)
Pelayanan UPDS ini melayani pembeli yang membeli obat-obatan yang
tercantum dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Hal ini berdasarkan
peraturan Mentri Kesehatan Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang
kriteria obat yang diserahkan tanpa resep. Kriteria obat yang dapat diberikan
tanpa resep adalah:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak dibawah usia 2
tahun, dan orang tua diatas umur 65 tahun
b. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksudkan tidka memberikan
resiko pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaan tidak memerlukan alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang pravalesinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk pengobata sendiri.
Alur pelayanan UPDS sama seperti pelayanan terhadap obat bebas.
Konsumen UPDS dapat dilayani apabila obat yang diminta tercantum dalam
DOWA dan pasien memang sudah terbiasa menggunakan obat tersebut serta
mengetahui cara penggunaannya. Permintaan obat tanpa resep dokter untuk
obat keras yang termasuk DOWA dilakukan dengan mengisi formulir
UPDS, yang berisi nama dan alamat pasien, nama obat.
4. Pelayanan Obat-obat Narkotika dan Psikotropika
Pelayanan obat-obat narkotika hanya dapat dilakukan jika terdapat resep asli
dari dokter. Dimana resep asli dari dokter harus tercantum nama dokter,
alamat dokter, nomor SIP (Surat Izin Praktek), paraf dokter, serta nama

35
pasien dan alamat pasien secara lengkap. Resep narkotika maupun
psikotropika disimpan berbeda dengan resep yang reguler, sedangkan resep
narkotika dinama bawah obatnya harus diberi tanda merah/ atau digariskan
warna merah. Jika obat yang dibeli tidak seluruhnya, maka dibuatkan salinan
resepnya dan hanya dapat ditebus kembali di apotek yang sama. Pengadaan
dan penyerahan obat-obat narkotika harus dilaporkan setiap bulannya palig
lambat tanggal 10 kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan
tembusan kepada Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Penaggung Jawab Narkotika PT. Kimia
Farma di Jakarta. Laporan tersebut harus ditanda tangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek dan di cap apotek.

4.3.4.2 Penyerahan Obat

Penyerahan obat di Apotek Gatsu dilakukan oleh Apoteker maupun Asisten


Apoteker dan dapat dibagi menjadi 2 yaitu peyerahan obat dengan resep maupun
penyerahan obat tanpa rsep. Penyerahan obat disertai dengan pelayanan informasi obat
(PIO).

1. Penyerahan Obat Dengan Resep


Dalam penyerahan obat dengan resep hal yang dilakukan adalah:
a. Menanyakan 3 pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode three prime question: Apa yang dokter katakan
mengenai obat ini, bagaimana cara pemakaiannya, apa yang diharapkan dalam
pengobatan ini,
b. Kemudian menjelaskan kembali kepada pasien mengenai nama obat tersebut,
tujuan penggunaan obat tersebut, jangka waktu pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul, aktivitas, pun makanan yang harus dihindari, serta tempat
penyimpanan obat.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu. Seperti
inhaler, supositoria, tetes mata, tetes hidung, dll.

36
d. Melakukan verifikasi akhir terhadap pemahaman pasien.
2. Penyerahan Obat Tanpa Resep (Swamedikasi/ UPDS)
Penyeraahan obat tanpa resep ini ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu
memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi nama
obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek sampig yang mungkin
terjadi, serta hal-hal yang harus dilakukan maupun harus dihindari oleh pasien dalam
menunjang pengobatan dan bila sakit berlanjut lebih dari 3 hari hubungi dokter.

4.3.5 Pencatatan/ Pembukuan


Kegiatan pengelolaan administrasi ini diperlukan untuk menampung seluruh
kegiatan apotek dan mencatat transkasi-transaksi, meliputi pembukuan dan pelaporan.
1. Pencatatan defekta
Dalam defekta berisi barang-barang yang habis selama pelayanan atau sekiranya
barang yang stoknya dianggap kurang karena barang tersebut diperkirakan akan cepat
terjual (fast moving), sehingga harus segera dipesan tersedia secepatnya sebelum stok
habis.Kegiatan ini dilakukan seminggu sekali.
2. Pencatatan kartu stok
Pencatatan kartu stok hanya obat dalam apotek saja dengan mencatat jumlah barang
yang masuk dari pembelian dan jumlah barang yang keluar dari hasil penjualan, serta
sisa barang yang masih tersisa di apotek. Juga hal yang penting setiap menambahkan
barang masuk yaitu mencatat No. batch dan Expire Date. Pecatatan ini penting untuk
mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat dan kebutuhan masing-masing
obat. Serta mengawasi arus barang agar penyalurannya mengikuti sistem FIFO (First
In First Out) dan FEFO (First Expire First Out) sehingga mengurangi resiko obat-
obatan kadaluarsa.
3. Pencatatan permintaan barang
Permintaan barang keBM dicatat dalam BPBA (Bon Permntaan Barang Apotek)
berupa kebutuhan barang apotek hasil dari kegiataan pencatatan defekta, yang
kemudian dikirim secara online.
4. Pencatatan permintaan barang

37
Mencatat barang yang diterima berdasarkan surat pesanan dan faktur pembelian
barang sebagai bukti penerimaan barang apotek. Pencatatan dilakukan setiap barang
datang dari distributor.
5. Pencatatan rekap resep
Pencatatan rekap resep dilakukan setiap hari dimana resep dikumpulkan dan
dipisahkan berdasarkan tanggal dibuat atau dikeluarkannya resep. Resep asli beserta
struk harga obat disimpan sebagai arsip.
6. Laporan keuangan
Laporan Keuangan berupa BSK (Bukti Setoran Kas) dan LIPH (LAporan Ikhtisar
Penjualan Harian) berisi rincian penerimaan uang di apotekyang berasal dari
penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya baik melalui resep maupun tanpa
resep (UPDS). Selanjutnya dilaporkan ke unit BM.
7. Laporan penggunaan golongan obat narkotika dan psikotropika
Pelaporan pemakaian obat golongan narkotika dan psikotropik dilakukan setiap bulan
paling lambat tanggal 10. Format laporannya terdiri dari nomor, nama layanan, nama
obat, stok awal, pemasukan PBF, pemasukan sarana, pengeluaran resep, pengeluaran
sarana, pemusnahan, nomor BAP pemusahan, dan stok akhir. Kemudian laporan
dikirim ke Dinas Kesehatan Kota.
8. Laporan stok opname
Stok opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang yang dilakukan
setiap triwulan (tiga bulan). Pemeriksaan dilakukan untuk mengecek apakah jumlah
stok akhir barang pada akhir triwulan dan stok awal untuk triwulan berikutnya secara
fisik dan memasukan data ke komputer.

Kimia Farma Information System di kimia farma atau disingkat KISS merupakan
software khusus yang dibuat untuk menangani bagian keuangan dan stok obat di apotek,
yaitu dengan cara meyediakan kemampuan untuk menangani transaksi jual dan beli obat
secara resep dan tanpa resep baik yang dibayar tunai maupun kredit. Juga untuk
menyajikan laporan-laporan sehingga keputusan yang diambil manajer lebih cepat.

38
Keuntung software iniadalah melayani transaksi pembayaran lebih singkat.
Pengelolaan keuangan juga menggunakan software ini lebih mudah dari transaksi
penjualan ataupun pembelian sampai diperoleh data-data keuangan secara cepat
mengenai hasil penjualan, pengeluaran, utang, dan piutang. Misalnya dalam membuat
laporan BSK dan LIPH.

3.3.7 Kebijaksanaan Manajemen Mutu

Untuk mencapai target usaha dan pelayanan yang memuaskan pasien atau
pelanggan manajemen PT. Kimia Farma Apotek menerapkan kualitas layanan yaitu
cepat, lengkap dan ramah.

1. Cepat
Dalam pelayanan resep non racikan tidak boleh lebih dari 10 menit jika lebih maka
pasien akan mendapatkan potongan harga secara otomatis sebesar 5%. Hal ini
meningkatkan kecepatan pelayanan apotek dan sekaligus menjadikan jaminan
kecepatan pelayanan bagi pasien/ pelanggan.
2. Lengkap

Mengevaluasi jumlah penolakan resep, yaitu setiap bulan maksimal jangan lebih dari
2% Penolakan resep dilakukan apabila tidak ada persediaan obat dan telah dilakukan
upaya-upaya, seperti telah menghubungi dokter penulis resep untuk mengganti obat
lain yang setara, telah menyarankan pasien untuk dengan obat generic berlogo (OGB)
atau dengan merek lain, serta menawarkan pencarian obat ke apotek Kimia Farma
lain atau apotek lainnya. Penolakan resep harus dicatat dalam pencatatan penolakan
resep.

3. Ramah
Bagi semua karyawan apotek Kimia Farma diwajibkan untuk memberikan pelayanan
yang ramah kepada konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyambut
konsumen dengan tersenyum dan mengucapkan Selamat datang di Kimia Farma
dan menanyakan apa yang dibutuhkan oleh konsumen, melayani pasien/ pelanggan

39
dengan baik, serta mengucapkan Terima Kasih. Semoga sehat selalu di akhir
pelayanan.

40
BAB V
PEMBHASAN

Apotek Kimia Farma Gatsu merupakan apotek pelayanan yang berada di bawah
Unit Bisnis Manager wilayah Bandung. Apotek ini berada di Jalan Gatot Subroto No.
235 Bandung. Ditinjau dari lokasinya apotek Kimia Farma Gatsu berada di jalur yang
lalu lintasnya ramai dilalui oleh kendaraan baik pribadi maupun umum. Apotek ini
berdekatan dengan pusat Perbelanjaan/ Mall, Bank, Hotel, serta pemukiman penduduk.
Dari letak lokasi apotek yang strategis sangatbaik dan menunjang dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal yang berhubungan dengan bangunan secara fisik telah memenuhi
syarat yang ada. Dimana berdasarkan KepMenKes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang standar pelayanan kefarmasian memiliki sarana yang cukup lengkap untuk
sebuah apotek.
Dilihat dari penataan ruangan apotek ini sudah sangat baik untuk pelayanan
kefarmasian. Dibagian terdapat lahan parkir yang memadai untuk pasien yang datang ke
apotek, juga terdapat papan nama apotek yang memuat nama apotek. Bagian dalam
apotek terdapat swalayan farmasi yang memuat obat bebas, obat bebas terbatas, alat
kesahatan dan lain-lain, serta ruang tunggu pasien, mushola dilengkapi dengan toilet.
Terdapat ruang khusus apotek yang terdiri dari ruang penerimaan resep, ruang
administrasi, dan lemari-lemari obat keras dan obat keras tertentu atau obat yang harus
menggunakan resep dokter.
Apotek Kimia Farma Gatsu sudah melakukan pengelolaan apotek dengan cukup
baik untuk menjaga dan menjamin mutu, kualitas dan ketersediaan obat. Pengelolaan di
apotek meliputi perencanaan dan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan,
penyerahan, pelaporan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Perencanaan dan Pengadaan
Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan baik dan sistematis
karena dilakukan oleh petugas di apotek Kimia Farma Gatsu dengan
menggunakan data dari pola penyakit, pola konsumen, serta data dari hasil

41
penjualan. Perencanaan dan pengadaan ini dicatat di buku defekta yang berisi
daftar barang yang telah mencapai stok minimal, sebisa mungkin obat jangan
sampai habis Perancanan dan pengadaan obat dan perbekalan farmasi ini
dilakukan satu minggu sekali. Dari pencatatan buku defekta di buatlah BPBA
(Bon Permintaan Barang Apotek) yang dikirim ke BM secara online. Jika barang
habis di gudang maka BM akan melakukan pemesanan ke distributor atau yang
sering kita dengar PBF, kemudian distributor akan mengirimkan obat ke apotek.
2. Penerimaan
Penerimaan obat dan perbekalan farmasi dari BM akan disertai dengan
data dropingan. Data dropingan ini berisi nama-nama obat dan perekalan farmasi
dan jumlah barang yang dikirimkan, jika barang tidak sesuai permintaan maka
akan dikembalikan ke BM serta jika barang kurang yang datang maka apotek
akan meminta sisa dari barang yang kurang ke BM. Barang yang datang dari PBF
(Pedagang Besar Farmasi) atau distributor akan membawa faktur yang kemudian
dilakukan penerimaan oleh petugas apotek yang sebelumnya barang diperiksa
terlebih dahulu sesuai apa tidak dengan jumlah dan jenis barangnya yang
dipesan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas apotek meliputi kelengkapan
barang tersebut seperti nama obat, sediaan, jumlah obat, kemasan dan tanggal
expire datenya, apabila sesuai dengan pemesanan maka APA atau TTK menanda
tanganinya serta memberi stempel. Faktur terdapat 4 (empat) lembar yang asli
dan satu copyannya diambil oleh pengirim dari distributor dan 2 (dua) lagi untuk
data apotek serta BM. Kenapa faktur asli di kasihkan ke distributor kenapa tidak
buat di apotek? Karena tidak dibayar langsung ke distributor, jadi distributor
akan meminta bayaran ke BM yang sebelumnya distributor satu minggu sebelum
jatuh tempo akan melakukan kontra bon. Dan barulah distributor akan kembali
sesuai tanggal yang ditentukan untuk melakukan pembayaran maka jika sudah
lunas pembayaran BM ke distributor barulah faktur asli akan diberikan.
3. Penyimpanan
Barang-barang yang telah diterima kemudian disimpan ketempat
penyimpanan seperti lemari/ rak masing-masing, berdasarkan alfabetis dan jenis

42
sediaannya. Khusus untuk sediaan seperti vaksin, suppositoria, sediaan yang
mengandong co-amoxiclav dan Lacto bacillus disimpan didalam lemari es.
Untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika berdasarkan KepMenKes,
penyimpanannya harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat,
dibagi menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan dan
bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, phetidina, dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari serta
apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40x80x100cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai. Serta
untuk tiap-tiap item obat terdapat kartu stok obatnya masing-masing. Obat-
obatan didistribusikan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expire First Out).
4. Pelayanan
Petugas apotek Kimia Farma Gatsu telah memberikan pelayanan yang
cukup baik kepada pasien. Pelayanan yang mencakup pelayanan resep baik tunai
maupun kredit, pelayanan non resep (UPDS) serta alat kesehatan. Setiap petugas
yang menerima resep selalu memperhatikan isi resep yang menyangkut nama
obat, bentuk obat, umur pasien, aturan pakai dan cara penggunaan obat apabila
petugas apotek ragu maka petugas bertanya kepada dokter yang menulis resep.
Sebelum obat disiapkan, petugas apotek menghargai resep dan mengecek ada
atau tidak stok obat yang diminta, setelah pasien setuju dengan harga resep dan
jenis obat, petugas apotek menyiapkan obatnya.
Penyerahan oat di apotek kepada pasien diserahkan oleh petugas apotek,
baik TTK maupun APA disertai dengan informasi yang jelas tentang cara
pemakaian, penggunan, khasiat obat dan expire date dari setiap obat yang
diserahkan ke pasien. Bila pasien yang belum memahami informasi yang jelas
tentang obat maka petugas akan memberikan informasi yang dibutuhkan. Untuk
penulisan etiket meliputi tanggal penulisan, nama pasien, nomor resep, umur,
aturan pakai yang jelas serta keterangan obat sebelum atau sesudah makan, nama
dan jumlah obat dan expire date dari obat.

43
5. Stok Opname
Proses Stok opname Apotek Kimia Farma Gatsu meliputi:
- Dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali untuk obat yang didalam, tetapi untuk
semua obat yang termasuk di swalayan apotek pada setiap 3 (tiga) bulan
sekali.
- Menyesuaikan jumlah fisik barang dan jumlah di computer harus sama.
Berdasarkan laporan penjualan perbulan dengan jumlah pengeluaran.
- Hasil dari stok opname diperiksa oleh APA.
- Jika hasil stok opname sesuai maka dapat disetujui, jika tidak sesuai maka
diperiksa kembali dimana letak ketidak samaannya.
- Hasil stok opname yang telah disetujui kan dikirimkan ke BM.
6. Pelaporan
Pelaporan di Apotek Kimia Farma Gatsu dibagi menjadi dua, yaitu:
- Lapora harian, yaitu mencakup pendapatan harian apotek serta pengeluaran
apotek yang setiap harinya apotek melakukan setoran hasil penjualan ke
BM Bandung.
- Laporan bulanan, yaitu mencakup laporan hasil penjualan, pembelian, stok
opname serta laporan narkotika dan psikotropika.

Proses administrasi di apotek Kimia Farma dilakukan secara komputerisasi untuk


meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan apotek. Petugas apotek yang melayani
pasien mendata alamat dan nomor telepon pasien sebelum melakukan pencetakan struk
pembayaran. Data tersebut skaligus menjadi medical record pasien yang
terkomputerisasi serta isa digunakan untuk kepentingan tertentu bagi APA seperti
konseling, diskusi dengan dokter, penelitian dan lain-lain.

Pelayanan di apotek Kimia Farma Gatsu telah melayani dengan ramah, karyawan
selalu memberikan greeting atau sambutan dimulai dengan mengucapkan Selamat
datang di Kimia Farma dan menyakan apa yang dibutuhkan oleh konsumen, serta
mengucapkan Terima kasih, Semoga sehat selalu. Di akhir pelayanan. Petugas juga
bersikap santun dengan selalu berbicara menggunakan bahasa yang baik dan dimengerti

44
oleh pasien, petugas juga selalu tanggap dan cepat menangani keluhan pasien serta
membantu mengatasinya. Keadaan tersebut harus dipertahankan dan bila perlu
ditingkatkan lebih baik lagi karena keramahan petugas salah satu unsur pendorong untuk
menimbulkan minat pelanggan sehingga melakukan pembelian dan guna memberikan
kepercayaan pasien atau masyarakat.

45
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan yang telah dibuat, dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa
dengan melakukan kegiatan Kerja Praktik (KP) mahasiswa dapat:
1. Memahami pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Mahasiswa telah dapat menerapkan ilmu yang telah didapat diperkuliahan
seperti melakukan swamedikasi dan pelayanan informasi obat (PIO).
3. Mahasiswa telah terlatih dan siap untuk menjadi Ahli Madya yang yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, inisiatif dan memiliki etos kerja yang
tinggi serta tanggung jawab.
4. Memahami kegiatan-kegiatan yang dilakukan di apotek. Seperti: pengadaan
dan perencanaan obat, alur resep obat, penerimaan barang dari distributor dan
lain-lain.
5. Mahasiswa mampu berkerja sama dalam melakukan pekerjaan.
6. Mahasiswa telah dapat bersosialisasi, berkomunikasi dan mengembangkan
mental dengan baik dalam lingkungan apotek.

1.2 Saran
1. Pelayanan obat baik, tata letak obat mudah dipahami, kualitas obt dan alat kesehatan
baik, kebersihan terjaga dengan baik, dan keramahan karyawan dalam melayani
pasien baik. Semoga apa yang sudah ada dapat dipertahakan kalau bisa ditingkatkan
lagi.
2. Sebaiknya menyediakan stok obat yang lebih dan memadai agar tidak ada
penolakan dalam pembelian.
3. Menyediakan tempat racik yang lebih luas.

46
LAMPIRAN 1

TATA RUANG APOTEK KIMIA FARMA GATOT SUBROTO

3 2

16 4

5 6 7 8
15 9
13 12 11
144 10
4

Keterangan tata ruang apotek:

1. Parkir 14. Mushola


2. Pintu masuk 15. Toilet
3. Tempat penyimpanan alkes 16. Lemari suplemen herbal
4. Swalayan farmasi
5. Tempat penerimaan resep
6. Kasir
7. Tempat penyerahan obat
8. Lemari obat sediaan syrup
9. Lemari obat narkotika dan psikotropika
10. Ruang racik obat
11. Lemari obat generik, antibiotik, hormon, analgetik, cardiovskular, salep dan lain-
lain.
12. Lemari obat tetes hidung, mata dan drop
13. Tempat tunggu obat

47
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA
GATOT SUBROTO

APOTEKER PENGELOLA
APOTEK (APA)

NON
ASISTEN ASISTEN ASISTEN
KEFARMASIAN
APOTEKER APOTEKER APOTEKER
N

48
LAMPIRAN 3

SURAT PESANAN PREKUSOR

49
LAMPIRAN 4

SURAT PESANAN NARKOTIKA

50
LAMPIRAN 5

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

51
LAMPIRAN 6

ETIKET

ETIKET PLASTIK

52
ETIKET OBAT DALAM DAN OBAT LUAR

53
LAMPIRAN 7

KUINTANSI

54
LAMPIRAN 8

COPY RESEP

55
LAMPIRAN 9

LABEL-LABEL

56
Lampiran 10

KARTU STOK BARANG

57
LAMPIRAN 11

ALUR PELAYANAN RESEP

RESEP

Pemeriksaan kelengkapan resep


Pemberian nomor dan penetapan harga
Pemeriksaan ketersediaan obat

Obat tidak tersedia, apotek akan


Obat tersedia
mengusahakan dari apotek lain
atau alternatif lain.

Perjanjian

Pengambilan obat semua atau sebagian


Ada atau tidak ada penggantian obat atas persetujuan pasien atau dokter

Peracikan

Penyerahan obat dan pemberian informasi


mengenai obat tersebut

DOKUMEN RESEP

58

Anda mungkin juga menyukai