OLEH :
Kelompok 10
Ari Saputra (18344149)
Dedy Soenarso (18344147)
Denny Anthony (18344129)
Profesi Apoteker
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Jakarta
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini yang berjudul “Evaluasi Pengembangan dan Pemasaran Apotek”.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membuka wawasan pembaca
mengenai gambaran interior dan eksterior sarana di apotek yang seharusnya ada.
Tak ada gading yang tak retak.Makalah ini mungkin masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
MARET 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2.1 Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), Evaluasi adalah proses
penilaian yang sistematis, mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi,
pengenalan masalah dan pemberian solusi atas permasalahan yang ditemukan.
Evaluasi dapat dijadikan pedoman untuk kelanjutan sebuah program atau
kebijakan selanjutnya. Hasil evaluasi atau penilaian yang telah didapat diharapan
mampu memberikan informasi tentang sejauh mana pencapaian yang telah
didapat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan evaluasi yakni mengumpulkan data
untuk mengetahui perkembangan dan sebuah proses yang telah dilaksanakan.
Dengan evaluasi, faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam sebuah
usaha juga bisa diketahui dengan jelas. Evaluasi perkembangan apotek penting
dilakukan untuk meramalkan perkembangan apotek di masa yang akan datang dan
sangat penting bagi perencanaan bisnis dan pemasaran. Evaluasi dapat
tergambarkan/terlihat setelah dilakukan berbagai analisis terhadap berbagai situasi
kondisi yang dihadapi apotek saat ini maupun di masa lalu.
Evaluasi terhadap apotek dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu evaluasi
internal dan evaluasi eksternal. Evaluasi internal dilakukan dengan menganalisis
keuangan di akhir tahun, yaitu dengan menganalisis laba-rugi, cash flow, dan
rasio keuangan. Parameter peningkatan atau penurunan laba dijadikan dasar
apakah manajemen apotek sudah baik atau tidak. Sedangkan, pada evaluasi
eksternal, apotek dievaluasi dari apa yang ditampilkan oleh apotek. Secara umum
ada 3 aspek yang dinilai, yaitu tampilan apotek, kelengkapan dan harga produk
yang dijual, serta pelayanannya.Evaluasi sebenarnya sudah dilakukan secara
langsung, begitu seorang pembeli datang ke apotek, sudah dapat dilihat
bagaimana reaksi pembeli terhadap tampilan, kelengkapan dan harga produk, serta
pelayanannya. Ada pembeli memberikan feedback langsung secara terang-
terangan menunjukkan kepuasannya atau ketidakpuasannya terhadap apotek, ada
2
juga yang pasif, yang tidak menunjukkannya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi
yang dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai apotek yang dijalankan.
a. Survei
Survei dilakukan dengan cara membuat kuesioner mengenai aspek-aspek
penilaian apotek yang kemudian ditanyakan kepada konsumen untuk
dijadikan bahan evaluasi apotek
b. Ghost costumer
Ghost costumer atau pengamat bayangan adalah cara yang dapat
digunakan untuk menilai kinerja karwayan dan untuk menilai apakah
apotek sudah baik, dengan cara meminta tolong pada seseorang yang
tidak ada kaitannya dengan apotek untuk menjadi pengamat dengan
berpura-pura menjadi pembeli. Orang tersebut kemudian akan dimintai
pendapatnya mengenai pelayanan karyawan/petugas, kesigapannya
melayani pembeli, tampilan apotek, kelengkapan dan harga produk yang
dijual di apotek. Orang ini harus tidak memiliki kaitan apapun dengan
apotek, serta karyawan tidak boleh tehu bahwa sedang diamati, dengan
begitu, dapat diperoleh penilaian yang objektif.
Keluaran Pelayanan
Kefarmasian secara
klinik
Gambar 1. Bagan Pembagian Evaluasi Mutu Manajerial dan Mutu Pelayanan Farmasi Klinis
3
2.1.1 Evaluasi Mutu Manajerial
Metode Evaluasi :
a. Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap
proses dan hasil pengelolaan.
Contoh: audit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai lainnya (stock opname); audit kesesuaian SPO; audit
keuangan (cash flow, neraca, laporan rugi laba
b. Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi dan seluruh sumber daya yang
digunakan.
Contoh: pengkajian terhadap Obat fast/slow moving, perbandingan
harga Obat
c. Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi.
Contoh : observasi terhadap penyimpanan Obat, proses transaksi
dengan distributor, ketertiban dokumentasi
4
(PP No 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek)
5
dengan baik untuk evaluasi dan pembuatan laporan keuangan. Berorientasi
bisnis artinya tidak lepas dari usaha dagang, yaitu harus mendapatkan
keuntungan supaya usaha apotek bisa terus berkembang (Hartono Hdw, 1998).
a) Definisi Kepuasan
Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan (Philip Kotler, 2005:70). Sedangkan
Menurut Cristopher H. Lovelock & Laurent K. Wright (2007:96) kepuasan
pelanggan adalah reaksi emosional jangka pendek pelanggan terhadap kinerja
jasa tertentu. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara
kinerja layanan yang dirasakan dengan harapan. Bila kinerja layanan dibawah
harapan, maka konsumen akan merasa tidak puas/ kecewa. Sebaliknya, bila
kinerja layanan sesuai dengan harapan, maka konsumen akan merasa
puas/senang.
Kepuasan pasien dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek
yang sama. Hal ini akan merupakan promosi dari mulut ke ke mulut bagi
calon pasien lainnya yang diharapkan sangat positif bagi usaha apotek
(Supranto J, 2001). Kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi pasca
konsumsi bahwa suatu produk yang dipilih setidaknya memenuhi atau
melebihi harapan. Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di
dalam ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan
pembelian ulang produk yang sama (Endang H, 1998).
Ukuran kualitas dapat bersifat objektif ataupun subjektif. Ukuran yang
subjektif mencakup kepuasan pelanggan untuk menentukan persepsi dan sikap
pelanggan mengenai kualitas produk yang dikonsumsinya. Kepuasan memiliki
subjek yaitu pelanggan dan objek yaitu produk. Produk dapat barupa barang
atau jasa. Produk juga dapat di pandang sebagai satu keseluruhan maupun dari
segi karakteristik- karakteristik produknya. Karakteristik sering juga disebut
sebagai sifat, atribut atau dimensi, misalnya kepuasan pelanggan terhadap
produk, keramahan pekerja pemberi jasa, kebersihan tempat pemberian
pelayanan dan lain-lain.
6
b) Dimensi Penilaian
Pelayanan konsumen dapat berupa produk, jasa, atau campuran produk
dan jasa. Apotek merupakan pelayanan produk dan jasa yang dikaitkan dengan
kepuasan pasien. Model yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan
produk dan jasa meliputi lima dimensi penilaian yaitu (Parasuraman et al, 1991) :
1. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan
kepada pelanggan dengan cepat dan tepat. Dalam pelayanan apotek adalah
kecepatan pelayanan obat dan kecepatan pelayanan kasir.
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
memuaskan pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah pemberian informasi
obat oleh petugas apotek.
3. Assurance (keyakinan, jaminan, kepastian), yaitu kemampuan memberikan
kepercayaan dan kebenaran atas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Dalam pelayanan apotek adalah kelengkapan obat dan kemurahan harga obat
serta kemampuan petugas apotek atas pengetahuan terhadap produk secara
tepat.
4. Emphaty (empati), yaitu kemampuan membina hubungan, perhatian, dan
memahami kebutuhan pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah keramahan
petugas apotek, kemampuan petugas apotek berkomunikasi dengan pelanggan
serta memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan.
5. Tangibles (bukti langsung), yaitu sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah
kecukupan tempat duduk di ruang tunggu apotek, kebersihan, kerapihan dan
kenyamanan ruang, ruang tunggu dengan kipas angin dan AC, serta
ketersediaan televisi (TV).
c) Mempertahankan Pelanggan
Strategi pemasaran diperlukan untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan. Variabel yang memperngaruhi kepuasan konsumen adalah “strategi
produk, harga, promosi, lokasi, pelayanan karyawan, fasilitas dan suasana yang
merupakan atribut-atribut perusahaan” (Fandi Tjiptono, 2006:61). Strategi ini
7
merupakan faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap kepuasan
konsumen atau pelanggan.
Produk
Layanan produk yang baik dan memenuhi kebutuhan serta harapan konsumen.
Produk dapat menciptakan kepuasan konsumen. Dasar penilaian terhadap
pelayanan produk ini meliputi: jenis produk sesuai kebutuhan, mutu atau
kualitas produk dan persediaan produk.
Harga
Harga merupakan bagian yang melekat pada produk yang mencerminkan
seberapa besar kualitas produk tersebut. Dasar penilaian terhadap harga
meliputi : tingkat harga dan kesesuaian dengan nilai jual produk, variasi atau
pilihan harga terhadap produk.
Lokasi
Tempat merupakan bagian dari atribut apotek yang berupa lokasi apotek dan
konsumen. Penilaian terhadap atribut lokasi meliputi : lokasi apotek,
kecepatan dan ketepatan dalam transportasi.
Pelayanan Karyawan
Pelayanan karyawan merupakan pelayanan yang diberikan karyawan dalam
usaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam usaha
memuaskan konsumen. Dasar penilaian dalam hal ini pelayanan karyawan
meliputi : kesopanan, keramahan, kecepatan dan ketepatan.
Fasilitas
Fasilitas merupakan bagian dari atribut apotek yang berupa perantara guna
mendukung kelancara operasional apotek yang berhubungan dengan
konsumen. Dasar penilaian meliputi penataan barang dan desain ruang apotek.
Suasana
Suasana merupakan faktor pendukung, karena apabila apotek mengesankan
maka konsumen mendapatkan kepuasan tersendiri. Dasar penilaian meliputi :
sirkulasi udara, kebersihan, kenyamanan dan keamanan.
Pelanggan akan merasa puas atas pelayanan apabila pelayanan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan pengharapan (expectations)
8
dari pelanggan. Dengan semakin ketatnya persaingan, maka apotek-apotek merasa
perlu untuk mempertahankan pelanggannya. Terdapat berbagai cara untuk
menarik dan mempertahankan pelanggan, antara lain adalah:
a. Memberikan potongan harga kepada pelanggan setia.
b. Memberikan pelayanan yang lebih baik dari pada pesaing, sehingga pelanggan
merasa puas dan tidak akan beralih ke pesaing.
Kiat pemasaran yang dapat digunakan perusahaan untuk mengembangkan
ikatan serta kepuasan pelanggan yang lebih kuat menurut Menurut Berry dan
Parasumaran (1985:45) ada tiga pendekatan penciptaan nilai pelanggan yaitu:
Pendekatan I adalah memberikan keuntungan finansial bagi pelanggan.
Pendekatan II adalah meningkatkan ikatan sosial antara perusahaan dengan
pelanggan dengan cara mempelajari kebutuhan masing-masing pelanggan
dengan serta memberikan pelayanan yang lebih pribadi sifatnya.
Pendekatan III adalah meningkatkan ikatan struktural. Pemasaran yang
didasarkan pada hubungan dengan pelanggan merupakan kunci
mempertahankan pelanggan dan mencakup pemberian keuntungan finansial
serta sosial di samping ikatan struktural dengan pelanggan. Perusahaan harus
memutuskan seberapa banyak pemasaran berdasarkan hubungan harus
dilakukan pada masing-masing segmen pasar dan pelanggan, dari tingkat
pemasaran biasa, reaktif, bertanggung jawab, proaktif sampai kemitraan
penuh.
9
langsung dengan cara mengajak orang-orang di sekitarnya untuk datang ke
apotek. Meskipun tidak semua pelanggan yang puas dapat menjadi agen
promosi apotek, tetapi kepuasan pelanggan tetap menjadi hal yang
penting.
• Reputasi apotek dan persepsi pelanggan semakin positif
• Laba apotek akan meningkat
Pelaksanaan Survei
Pelaksanaan survey dilakukan dengan urutan langkah berikut :
1. Penentuan Objek Survei
Objek survey : Survei Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek
10
Gambar 3. Klasifikasi Metode Pengumpulan Data
(Marketing Reseacrh for Beginners, 2012)
11
Wawancara melalui telepon
Wawancara melalui telepon dalam suatu konferens
Computer administered Computer assisted telephone interview
Fully computerized interview
Survei berbasis online
Self-administered Survei dalam suatu grup
Drop-off survey
Snail mail survey
Survei melalui email pribadi
Survey melalui faksimile
Combination Kombinasi dua atau lebih cara pengumpulan data
di atas
12
3. Pembuatan Kuisioner
Dalam membuat kuisioner yang baik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Pembuatan kuisioner diawali dengan menentukan dimensi dan
elemen-elemen yang akan dituangkan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
Dalam pembuatan dimensi dan elemen kuisioner perlu diperhatikan bahwa
ada dua macam ukuran kepuasan pelanggan. Kepuasan yang bersifat umum dan
spesifik. Kepuasan umum seperti menanyakan kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan di apotek secara keseluruhan, tidak spesifik. Pertanyaan yang dapat
dituliskan untuk mengetahui kepuasan umum adalah “Bagaimana kepuasan Anda
terhadap pelayanan kefarmasian di apotek kami?” dan “Bagaimana kepuasan
Anda terhadap waktu peracikan resep di apotek kami?”. Kepuasan spesifik adalah
mengidentifikasi elemen-elemen apotek yang berkaitan dengan kepuasan
pelanggan seteleh mendapatkan pelayanan di apotek, seperti harga obat,
kenyamanan, dan keramahan karyawan.
Dimensi adalah kerangka besar atau poin-poin utama yang akan
dievaluasi. Setelah mengetahui dimensi apa saja, kemudian dimensi-dimensi
tersebut diturunkan menjadi elemen-elemen untuk diterjemahkan dalam
pertanyaan atau pernyataan. Berikut adalah contoh bagan penentuan dimensi dan
penurunannya menjadi elemen-elemen kuisioner.
13
untuk survey pelayanan farmasi klinik di apotek dapat dibuat beberapa dimensi
dengan elemen-elemennya seperti dalam tabel berikut.
Dimensi Elemen
14
b. Tidak menggunakan kata-kata ekstrim
Kata-kata ekstrim yang digunakan dalah seperti selalu, absolut,
mutlak, tidak pernah, atau setiap.
Contoh pernyataan dengan kata ekstrim :
“Setiap hari karyawan apotek melayani pelanggan yang datang dengan
ramah”
Kata “setiap hari: merupakan kata ekstrim yang seharusnya tidak
dituliskan. Hal ini karena responden belum tentu datang ke apotek
setiap hari atau mengetahui keramahan pelayanan setiap hari. Ada
responden yang hanya datang sebulan sekali atau hanya pada saat
membutuhkan obat. sehingga kata “setiap hari” hendaknya dihilangkan
dalam pernyataan tersebut.
Revisi pernyataan :
“Karyawan apotek melayani pelanggan dengan ramah”
c. Hindari leading questions
Leading questions adalah pertanyaan yang mengarahkan responden
untuk menjawab “ya”atau “tidak”. Leading questions akan cenderung
mengarahkan responden untuk memilih suatu jawaban tidak secara
objektif. Hal ini karena leading questions memberikan subjektifitas ke
dalam pikiran responden.
Contoh leading questions.
”Apotek A terletak di pinggir jalan raya yang sangat ramai. Apakah
lokasi apotek A strategis menurut Anda?”
Pertanyaan tersebut merupakan leading questions karena diawali
dengan suatu kalimat yang memberikan subjektifitas kepada
responden. Responden akan menjawab “ya” dan menyatakan lokasi
apotek strategis karena suda diawali dengan kalimat bahwa apotek
terletak di pinggir jalan raya yang sangat ramai. Kalimat ini
memberikan pemikiran bagi pelanggan bahwa apotek yang strategis
adalah apotek yang terletak di pinggir jalan raya yang ramai.
Revisi pertanyaan :
“Apakah lokasi apotek A strategis menurut Anda?”
15
d. Hindari loaded questions.
Loaded questions adalah pertanyaan yang memasukkan unsur perasaan
atau emosi di dalamnya. Loaded questions juga akan membentuk
subjektifitas dari responden.
Contoh loaded questions :
“Apakah konseling yang diberikan oleh apoteker membantu
kesembuhan anak kesayangan Anda?”
Kata “anak kesayangan” akan memasukkan unsur emosi pada seorang
responden. Hal ini akan mempengaruhi objektifitas responden dalam
menjawab sehingga data yang dihasilkan dapat mejadi bias.
Revisi pertanyaan :
“Apakah konseling yang diberikan oleh apoteker membantu
kesembuhan anak Anda?”
e. Hindari double-barreled questions
Double-barreled questions adalah pertanyaan yang memasukkan dua
unsur sekaligus dalam satu pertanyaan. Double-barreled questionsakan
membuat responden kebingungan dalam menjawab karena dua hal
yang ditanyakan belum tentu memberikan jawaban yang sepadan. Hal
ini juga akan menghasilkan makna bias.
Contoh double-barreled questions:
“Apakah karyawan apotek melayani dengan ramah dan cepat
tanggap?”
Ramah dan cepat tanggap merupakan hal yang berbeda. Pertanyaan
tersebut akan membuat responden bingung ketika karyawan ramah
namun tidak cepat tanggap dan sebaliknya. Jawaban “ya” tidak dapat
disimpulkan sebagai karyawan melayani dengan ramah dan cepat
tanggap. “Ya” dapat berarti karyawan ramah saja, karyawan cepat
tanggap saja, atau keduanya. Responden dapat menyatakan “ya”
karena terpenuhinya salah satu unsur dari dua hal tersebut.
Revisi pertanyaan :
“Apakah karyawan apotek melayani dengan ramah?”
“Apakah karyawan apotek membantu Anda dengan cepat tanggap?”
16
Salah satu model kuesioner yang banyak digunakan untuk mengukur
kepuasan pelanggan adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang
dikembangkan oleh Parasuraman et, al (1985) dengan cara membuat penilaian
kepuasan pelanggan secara komprehensif bagi pelayanan dibidang barang dan jasa
yang mengutamakan aspek pelayanan (Mas’ud, 2009). Model ini cocok untuk
diaplikasikan dalam pelaksanaan survei pada pelayanan farmasi di komunitas atau
Apotek karena dapat mengetahui kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)
dari performa Apotek. Analisis kepuasan pelanggan dilakukan pada lima dimensi
kualitas layanan yakni tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan
emphaty. Contoh dari form kuesioner model SERVQUAL dengan bentuk Likert
style (skala 1 sampai dengan 5) dalam survey dapat dilihat pada Lampiran 1.
Beberapa hal yang harus dilakukan yakni :
1. Disiapkan form pertanyaan/pernyataan dan jawaban tentang pelayanan
yang ada
2. Form diletakkan di kotak saran atau di dekat kasir di konter Apotek
3. Survei dilakukan pada jangka waktu tertentu hingga target jumlah
responden pelanggan terpenuhi.
4. Dihitung jumlah jawaban pada setiap pertanyaan/pernyataan
5. Data hasil survei dimasukkan sesuai variabel dimensi
pertanyaan/pernyataan
6. Dihitung jumlah jawaban (%) pada setiap pertanyaan/pernyataan
17
5. Berdasarkan dari hasil negatif maupun positif, segera lakukan upaya
perbaikan untuk periode selanjutnya.
6. Survei dapat dilakukan kembali dalam jangka waktu setelah perbaikan
dilaksanakan
18
Analisis situasi mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam bisnis serta
kekuatan dan kelemahan organisasi. Namun sebelum melakukan analisis situasi,
perlu dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu. Baru kemudian dianalisis dan
tahap akhir yaitu pengambilan keputusan. Semua informasi yang diperoleh
memiliki peran penting dalam pengembangan strategi pemasaran, termasuk
analisis penentuan pasar sasaran dan posisi pasar.
Pada tahap pengumpulan data juga merupakan suatu kegiatan
pengklasifikasian dan praanalisis. Pada tahap ini, data dibedakan menjadi data
eksternal dan data internal, diantaranya :
1. Data eksternal diperoleh dari luar
Melihat dan menghubungkan antara pencapaian sasaran apotek dengan
perkembangan (trend) yang terdapat pada kondisi eksternal antara lain seperti:
a. Data pertumbuhan potensi pasar
b. Data pertumbuhan jumlah apotek pesaing
c. Data perilaku dan jumlah pemasok
d. Data produk substitusi yang sedang menjadi trend
e. Perubahan peraturan atau kebijakan pemerintah di bidang tarif, moneter,
atau pajak, dan suku bunga
f. Tingkat kerawanan suatu daerah
2. Data internal diperoleh dari dalam
a. Laporan keuangan
Laporan keuangan berfungsi sebagai pemberi informasi kepada
pengelola atau pemilik apotek mengenai perubahan-perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur kekayaan (neraca) yang dimiliki apotek dari
kondisi neraca pada awal kegiatan menjadi neraca pada akhir kegiatan
apotek, sebagai akibat adanya kegiatan transaksi jual beli barang atau
jasa selama pada kurun waktu tetentu.
APA sebagai pengelola apotek harus dapat mengerti dan
memahami serta dapat menjelaskan perubahan kondisi kekayaan apotek
tersebut melalui indikator-indikator keuangannya dari suatu periode ke
periode berikutnya, mempengaruhi terjadinya perubahan harta
kekayaan apotek tersebut. Dengan demikian seorang APA, berdasarkan
19
hasil analisis laporan keuangan dapat dengan segera mengetahui
masalahnya dan dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya
di masa yang akan datang.
b.Laporan kegiatan sumber daya manusia
Fokus utama manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah
memberikan kontribusi pada suksesnya organisasi. Kunci untuk
meningkatkan kinerja organisasi adalah dengan memastikan aktivitas
SDM mendukung usaha organisasi yang terfokus pada prodiktivitas,
pelayanan, dan kualitas.
Aktivitas SDM adalah sebagai berikut:
Perencanaan dan analisis SDM
Kesetaraan kesempatan bekerja
Perekrutan
Pengembangan SDM
Kompensasi dan keuntungan
Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja
Hubungan tenaga kerja dan buruh/ manajemen
c. Laporan kegiatan operasional
d.Laporan kegiatan pemasaran
20
atau konsep bisnis yang dijalankan. Weakness merupakan faktor internal yang
berupa kondisi kelemahan yang terdapat dalam perusahaan, proyek, atau konsep
bisnis yang dijalankan. Opportunity adalah faktor eksternal berupa peluang yang
dapat diambil oleh perusahaan. Threat adalah faktor eksternal berupa kondisi
yang mengancam perusahaan. Analisis SWOT berfungsi untuk membantu
meningkatkan kepedulian terhadap seluruh faktor yang dapat mempengaruhi
usaha yang dimiliki, yang nantinya akan berpengaruh terhadap strategi
perencanaan dan pengambilan keputusan. Analisis SWOT dapat digunakan untuk
berbagai analisis, termasuk analisis untuk mengembangkan apotek.
Analisis SWOT pada apotek memerlukan data dari survey yang dilakukan
apotek dan data mengenai keunggulan dan kelemahan dari apotek kompetitor
yang berperan sebagai standar atau pembanding. Data hasil survey diolah hingga
didapatkan hasil berupa keadaan apotek saat ini. Kemudian SWOT dianalisis
dengan menggunakan standar berupa apotek kompetitor sebagai pembanding.
Strength atau kekuatan dalam apotek dapat dianalisis dari hal-hal yang sudah baik
dari apotek milik sendiri namun tidak ada pada apotek kompetitor. Weakness atau
kelemahan pada apotek dinilai dari hal-hal yang kurang atau kurang baik di
apotek milik sendri tapi ada atau baik di apotek kompetitor. Opportunity atau
peluang dapat dianalisis dari keinginan para responden survey terhadap apotek.
Selanjutnya, kekuatan yang dimiliki apotek kompetitor dapat melnjadi ancaman
atau threat bagi apotek yang dianalisis. Kemudian, didapatkan hasil dari analisis
SWOT yang berupa gambaran dari keadaan lebih terinci mengenai apotek saat ini.
Hasil tersebut digunakan untuk membuat perencanaan pengembangan apotek.
21
• Kekuatan desain apotek yaitu tertata rapi, terjaga kebersihannya, terdapat
penerangan yang baik, dan memiliki desain yang menarik
• Kekuatan pemasaran seperti memiliki metode pemasaran yang unik dan
baru
• Kekuatan harga
• Kekuatan pelayanan seperti memiliki apoteker dan staf lain yang ramah
dan cepat tanggap
• Kekuatan nilai plus seperti terdapat layanan antar dan drive thru
• Kekuatan produk yaitu berupa kelengkapan dan diversifikasi
produk/barang di apotek
• Kekuatan manajemen seperti terdapat SOP untuk kegiatan rutin di apotek
dan terdapat manajemen penanganan pelanggan yang baik
Weakness
Selanjutnya, Analisis SWOT internal dilakukan dengan menilai kelemahan di
dalam diri perusahaan, yaitu dengan menilai aspek-aspek sebagai berikut :
• Kelemahan lokasi seperti tidak ada kendaraan yang dapat menjangkau
daerah tersebut, tempat yang sepi penduduk dan jauh dari Rumah Sakit
atau tempat praktek dokter
• Kelemahan desain seperti tidak memiliki pencahayaan yang cukup, tidak
bersih, etalase tidak tertata dengan baik dan tidak rapi
• Kelemahan pemasaran
• Kelemahan harga seperti memasang harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan apotek lain
• Kelemahan pelayanan seperti apoteker jarang berada di apotek dan tidak
melakukan konseling pada pasien
• Kelemahan produk yaitu, obat-obatan tidak lengkap dan tidak ada
diversifikasi antara produk
• Kelemahan manajemen seperti penyusunan laporan-laporan yang tidak
terstruktur dan penyusunan resep yang tidak teratur
22
Analisis SWOT Eksternal
Analisis SWOT eksternal dilakukan dengan membuat penilaian terhadap
situasi ekonomi, kondisi pasar, inovasi teknologi, transaksi dengan distributor dan
dokter, demografi dan gaya hidup masyarakat, serta perkembangan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Opportunity
Opportunity atau peluang merupakan segala hal yang berasal dari
lingkungan luar apotek yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan apotek.
Hal-hal yang menjadi keinginan dan kebutuhan dari konsumen juga dapat dinilai
sebagai peluang. Contohnya adalah apotek yang dibangun berada pada lingkungan
yang terdapat banyak bayi dan balita, sehingga apotek tersebut dapat
memanfaatkan keadaan tersebut untuk menjual susu formula dan popok bayi.
Selain itu, perkembangan dunia kesehatan juga dapat menjadi peluang bagi
apotek. Dewasa ini, masyarakat sudah lebih sadar akan pentingnya menjaga
kesehatan melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. Apotek dapat
mengambil peluang tersebut untuk menjual produk makanan dan minuman
kesehatan. Perkembangan hukum dan peraturan di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan sebagai peluang adalah program Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang menggantikan sistem jaminan sosial terdahulu. Sistem jaminan sosial
ini mencakup jaminan kesehatan masyarakat. Adanya SJSN dapat meningkatkan
penjualan obat generik di apotek secara signifikan. Karena peluang dapat
membantu apotek untuk mencapai tujuannya maka seorang apoteker bersama
dengan staf lain yang terlibat dalam pengelolaan apotek harus jeli dalam melihat
segala peluang yang ada dan selalu mengamati perkembangan lingkungan di luar
apotek.
Threat
Threat atau ancaman merupakan hal yang berasal dari lingkungan luar
apotek yang dapat mengganggu apotek dalam mencapai tujuan. Hal yang dapat
menjadi ancaman dapat berupa keunggulan dari apotek kompetitor, seperti harga
produk di apotek kompetitor lebih murah, barang-barang di apotek kompetitor
lebih lengkap, terdapat apotek baru yang lokasinya berdekatan, dan terdapat
apotek kompetitor yang sudah lebih dikenal masyarakat. Selain itu, ancaman juga
23
dapat datang dari pihak lain yang terkait dengan apotek yaitu, distributor atau
Pedagang Besar Farmasi dan dokter di sekitar apotek. Contohnya adalah PBF
tidak dapat mengantarkan pesanan obat dengan tepat waktu atau dokter yang tidak
mau merekomendasikan apotek milik kita ke pasiennya. Ancaman-ancaman yang
berasal dari PBF dan dokter dapat diatasi dengan membina hubungan baik dan
menjadikan apotek sebagai apotek yang dapat dipercaya. Selain itu, ancaman juga
dapat terjadi dengan adanya program SJSN. Karena, program SJSN hanya
menanggung biaya obat generik sehingga penjualan obat dengan nama dagang
dapat menurun dan akan mempengaruhi pendapatan apotek. Sama seperti
peluang, ancaman dari luar apotek juga dapat mempengaruhi apotek dalam
mencapai tujuannya. Sehingga, diperlukan kepekaan dari pengelola apotek dalam
melihat situasi luar yang dapat mengancam. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir ancaman yang dapat masuk ke apotek dan meminimalisir efek dari
ancaman terhadap apotek.
24
e. Pemilihan lokasi unik dan pemilihan lokasi yang berdiri sendiri
tidak bersebelahan dengan gedung lain untuk mempermudah
kegiatan apotek 24 jam dan kegiatan drive thrunya
25
2. Weakness
a. Tidak mengadakan potongan harga sehingga harga produk si
Walgreens pharmacy lebih mahal daripada apotek kompetitor
b. Desain dari apotek terlalu ramai sehingga seringkali membuat
pelanggan tidak nyaman
c. Karena menjual produk lain selain dapat membuat pasien yang
hanya ingin menebus obat menjadi bingung
3. Opportunity
a. Terdapat data perkembangan demografi di Amerika yang
menyatakan bahwa penduduk lansia di Amerika akan meningkat
dalam beberapa tahun ke depan. Lansia merupakan populasi yang
menebus obat dengan resep dokter terbesar pada Walgreens
pharmacy dan obat dengan resep dokter merupakan penjualan
tertinggi pada Walgreens pharmacy. Sehingga, keadaan tersebut
berpotensi untuk meningkatkan penjualan di Walgreens pharmacy
b. Meningkatnya penebusan obat dengan resep dokter juga selaras
dengan meningkatnya jumlah pasien yang datang. Sehingga,
terdapat kemungkinan bahwa produk lain (OTC maupun non obat)
yang di beli akan meningkat
4. Threat
a. Sudah banyak pesaing dengan konsep mirip, yaitu apotek retail
yang menjual beragam produk
b. Terdapat apotek pesaing dengan harga lebih murah
c. Adanya pesaing di bidang retail yang lebih lengkap dalam hal
penjualan produk bukan obat
d. Walgreens pharmacy merupakan apotek yang sangat dipengaruhi
regulasi dan hukum yang berlaku. Terdapat kebijakan baru yang
menetapkan bahwa pasien akan memiliki tagihan yang terstandar
untuk penebusan resep dokter di apotek manapun, sehingga harga
obat-obatan yang ditebus pasien akan sama di semua apotek
e. Digalakkannya konseling yang dilakukan oleh apoteker dapat
menjadi ancaman apabila tidak diiringi dengan jumlah apoteker
26
yang cukup. Hal ini menjadi permasalahan di Walgreens pharmacy
karena jumlah apoteker yang tidak cukup dan waktu konseling
yang cukup lama sehingga menimbulkan antrian dan pasien lama
menunggu
27
disebabkan oleh pembuatan keputusan yang tidak didasarkan kepada prinsip yang
tepat dapat dihindari.
Proses pembuatan keputusan terdiri dari dua tahapan yaitu: tahapan
perumusan keputusan dan tahapan implementasi keputusan. Setiap tahapan terdiri
dari berbagai langkah atau kegiatan yang secara sistematik dan runtun perlu
diikuti oleh setiap pembuat keputusan.
A. Perumusan Keputusan
1. Identifikasi masalah:
Keputusan diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pembuat keputusan adalah
masalah-masalah apa saja yang harus diputuskan. Menurut Peter Drucker,
seorang eksekutif yang efektif tidak membuat keputusan untuk setiap
masalah. Masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah-masalah
mendasar yang mempunyai dampak luas dan menyeluruh bagi anggota dan
bagi organisasi. Masalah-masalah ini disebut dengan “generic problems”.
Masalah biasa tidak perlu diputuskan oleh eksekutif, tapi cukup oleh
pimpinan tingkat yang lebih rendah berdasarkan aturan organisasi yang
berlaku. Identifikasi masalah generik ini tidak perlu ditunjang oleh data
yang lengkap, sebab bila data yang lengkap harus terkumpul dahulu, maka
tidak akan ada suatu keputusan. Keputusan dapat dimulai dari judgment
rasional dari seorang pemimpin. Misalnya :
• Harga yang cukup mahal dibandingkan dengan apotek pesaing
• Pemberian konseling yang jarang dilakukan oleh apoteker
• Penyusunan laporan keuangan dan resep yang tidak teratur
• Komplain barang atau pelayanan yang tidak ditanggapi
• Apoteker jarang di tempat
• Ruang tunggu yang kurang nyaman
2. Perumusan tujuan:
Tujuan apakah yang harus dicapai melalui pemecahan suatu
masalah? Asumsi dasar untuk setiap keputusan adalah bahwa suatu
28
keputusan dibuat oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu.
Ini berarti tidak hanya masalah yang dipecahkan saja yang perlu jelas, tapi
juga tujuan yang akan dicapainya harus lebih jelas lagi. Kejelasan tujuan ini
diperlukan sebagai pedoman untuk menentukan pilihan-pilihan keputusan
yang paling tepat untuk suatu masalah.
Keberhasilan suatu keputusan ditentukan oleh “apakah tujuan yang
sudah ditetapkan itu akhirnya dapat dicapai atau tidak”. Tujuan untuk
masalah-masalah yang generik harus dirumuskan secara umum dan
mendasar, yang kemudian diterjemahkan kedalam tujuan-tijuan yang lebih
operasional yang disebut dengan objektif. Setiap objektif perlu pula
dijabarkan kedalam target-target baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif. Suatu “decision tree” perlu dikembangkan sehingga jangkauan
dampak dan lingkup suatu keputusan dapat diketahui dengan jelas. Misal:
Meningkatkan Laba Apotik
3. Identifikasi Alternatif Solusi:
Alternatif solusi atau pemecahan untuk suatu masalah sangat
penting karena setiap masalah tidak mungkin dipecahkan hanya oleh suatu
cara pemecahan saja. Alternatif-alternatif ini diperlukan untuk sampai
kepada pilihan keputusan yang tepat dengan risiko yang sangat minimal.
Identifikasi alternatif solusi ini ditentukan oleh: latar belakang pendidikan,
pengalaman hidup, tingkat kecerdasan, kemampuan antisipatif, kemampuan
berfikir kedepan, imaginasi, cita-cita, kreativitas, dan kemampuan untuk
melihat secara jeli setiap resiko dan dampak serta peluang yang mungkin
diciptakan oleh suatu alternatif keputusan tertentu.
Contoh solusi : hal yang berasal dari lingkungan eksternal yang
dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan apotek.
Contoh sebagai berikut:
• apotek juga menyediakan produk-produk lain seperti susu, kosmetik dll
• Di daerah yang berpenduduk padat, terdapat banyak pasangan muda yang
mempunyai anak kecil dan bayi, apotek banyak menyediakan
kebutuhan bayi dan anak-anak yang lengkap atau apotek dilengkapi
dengan sarana bermain
29
4. Penentuan Kriteria Pemilihan Alternatif Solusi:
Kriteria suatu alternatif pemecahan sangat sulit dikembangkan
secara pasti, karena sangat bergantung kepada kondisi dan visi pembuat dan
pelaksana keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun
demikian kriteria umum dapat diungkap seperti dibawah ini:
a. Alternatif solusi itu harus tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan
b. Alternatif solusi itu harus jelas dampak, resiko dan peluang yang
mungkin diciptakan
c. Alternatif solusi itu harus feasible untuk dilaksanakan
d. Alternatif solusi itu harus tidak bertentangan dengan nilai, etika, moral
yang dipegang oleh anggota organisasi dan oleh organisasi.
e. Alternatif solusi itu harus membawa perubahan bagi organisasi menuju
yang lebih baik dari keadaan sekarang.
B. Implentasi Keputusan
1. Legalisasi Keputusan:
Langkah ini diperlukan dalam suatu proses pembuatan keputusan
sebagai suatu cara untuk memperoleh keabsahan dan komitmen serta dasar
hukum dari suatu keputusan sehingga seluruh anggota, unsur-unsur
pimpinan dan seluruh jajaran organisasi terikat untuk melaksanakan
keputusan itu. Legalisasi ini diwujudkan berdasarkan ketentuan yang
diberlakukan dalam suatu organisasi.
30
2. Plan of actions:
Atas dasar keputusan formal organisasi yang secara hukum
memperoleh kekuatan, maka rancangan operasional atau plan of action
dapat disusun. Plan of action mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Objective dan sasaran operasional
- Penentuan tugas dan tanggung jawab bagi setiap, personel yang terlibat
- Mekanisme organisasi dalam melaksanakan keputusan termasuk
mekanisme pengawasan
- Penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk setiap kegiatan,
termasuk sumber dana
- Time-line dari langkah awal hingga langkah review dan evaluasi
mis : Setelah melakukan analisis SWOT tujuannya : meningkatkan
laba penjualan dan menarik pelanggan maka diperlukan strategi untuk
mencapai sasaran, misalnya dengan menurunkan harga jual untuk obat
kategori fast moving sebagai suatu strategi untuk menarik konsumen
atau dengan menjual produk selain obat (kosmetik, makanan, minuman).
31
4. Action:
Tahapan ini merupakan titik tumpu untuk keberhasilan tahapan
implementasi keputusan. Tahapan action ini merupakan ”putting thing into
practice”. Keseluruhan persiapan termasuk mekanisme organisasi yang
telah disusun dicoba untuk bekerja melaksanakan keputusan yang telah
diambil. Koordinasi, Komunikasi, dan kerja sama adalah kunci dari
kelancaran proses implementasi ini Dalam pelaksanaan action ini ada
beberapa hal yang kritis yaitu: organisasi, personil, dan dana dalam suatu
interaksi manajemen.
Unsur kemampuan pimpinan untuk menggerakan rancangan adalah
sangat penting. Pada awal action tentu akan ditemui berbagai kesulitan,
pada langkah awal inilah diperlukan kesiapan seluruh aparat eksekutif untuk
selalu siaga dalam menangani berbagai kesulitan yang muncul.
5. Pengawasan:
Pengawasan adalah salah satu unsur yang dapat dimanfaatkan
untuk membantu kelancaran implementasi. Pengawasan ini mencakup
pemantauan atau monitoring, evaluasi dan intervensi untuk meluruskan apa
yang ditemui tidak sesuai dengan ketentuan dan aturan yang telah
ditentukan. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh aparat yang ditunjuk untuk
itu, atau langsung oleh unsur pimpinan kepada bawahannya.
32
karena itu langkah-langkah teknis untuk mengatasi semua persoalan dapat
disusun secara sistemik dan sistematik.
33
menitikberatkan keunggulan apotek kita yang sesuai dengan kondisi konsumen di
sekitar apotek kita.
Berikut adalah gambaran mengenai strategi pemasaran STP yang dapat
dilakukan. Misalnya dari hasil segmentasi pasar didapatkan bahwa jumlah bayi
dan anak dengan usia 2 bulan-12 tahun di sekitar apotek kita sangat banyak. Maka
kita dapat men-target pasar tersebut dan memanfaatkan peluang tersebut untuk
menjadikan apotek kita sebagai apotek yang unggul dalam pelayanan kefarmasian
khusus anak. Dengan begitu apotek kita akan mendapat posisi tersendiri dalam
benak konsumen.
Lifecycle Produk
Product Life Cyle adalah sebuah tekhnik bisnis yang digunakan untuk
menggambarkan tahapan hidup sebuah produk komersial.
Tahap 1 : Perkenalan
Jasa yang dijual dikenalkan ke masyarakat. Pada kondisi ini, Apotik baru
saja dibuka dan sudah mulai terjadi pembelian barang dan jasa oleh calon pembeli
potensial. Pada tahap ini, jumlah penjualan masih sangat sedikit dan seiring
berjalannya waktu akan bertambah.
Tahap 2 : Pertumbuhan
34
Apotek mulai dikenal oleh masyarakat. Lebih banyak pembeli potensial
yang mulai membeli di apotek kita. Terjadi pertumbuhan penjualan yang cukup
tajam.
Tahap 3 : Pematangan
Apotek mulai mencapai tahap stagnan dimana hampir seluruh pembeli
potensial sudah melakukan transaksi di apotek kita. Pada tahap ini, jumlah
penjualan mencapai titik puncak dan tidak mungkin atau sulit untuk bertambah
lagi. Setelah beberapa waktu, mulai terjadi penurunan jumlah penjualan karena
pembeli sudah mulai bosan dan mulai pindah ke apotek lain. Pada tahap ini, perlu
dilakukan perubahan konsep atau melakukan strategi bisnis baru untuk mencegah
terjadinya penurunan lebih lanjut dari jumlah penjualan.
Tahap 4 : Penurunan
Terjadi penurunan jumlah penjualan yang cukup tajam. Apabila tidak ada
tindakan yang dilakukan, apotek dapat bangkrut.
AIDA
1. Attraction
Calon pembeli potential harus dibuat tertarik untuk datang ke apotek kita.
Hal ini berkaitan dengan desain eksterior apotek. Desain eksterior harus
dibuat sedemikian rupa agar calon pembeli potensial sadar akan kehadiran
apotek kita dan juga agar orang dapat dengan mudah menemukan lokasi
apotek kita. Selain itu, desain yang menarik akan dapat menarik drop in
customer yang dapat menambah keuntungan untuk apotek.
2. Interest
Setelah berhasil mendapatkan perhatian dari calon pembeli potensial, kita
harus dapat menarik interest para calon pembeli tersebut. Hal ini dapat
dibantu dengan pengaturan interior apotek. Hal yang harus diperhatikan
adalah cara penyusunan obat di counter dan juga kebersihan apotek.
Apabila penyusunan obat di counter tidak dapat menarik pasien, maka
apotek kita tidak akan dapat bertahan lama. Selain itu, apabila apotek kita
tidak menuruti standar kebersihan, para pembeli tidak akan kembali lagi
ke apotek untuk membeli obat di apotek kita.
35
3. Desire
Setelah mendapatkan perhatian dari calon pembeli potensial, kita harus
dapat membuat mereka untuk tertarik membeli obat dari apotek kita. Hal
ini dibantu dengan pelayanan yang diberikan oleh staff. Pelayanan yang
diberikan para staff dalam menerangkan dan memberikan pilihan obat
yang dapat dibeli dapat mendorong keinginan para calon pembeli potensial
ini untuk membeli obat di apotek kita.
4. Action
Calon pembeli potensial akhirnya memutuskan untuk melakukan
pembelian di apotek kita.
36
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, apotek diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang tepat bagi konsumen. Untuk itu perlu dilakukan
evaluasi pengembangan apotek. Evaluasi pengembangan dilakukan agar apotek
dapat bertahan lama dan tumbuh di tengah persaingan bisnis serta dapat tetap
melayani masyarakat dengan baik. Salah satu cara untuk melakukan evaluasi
adalah dengan cara melakukan survey dengan memberikan kuesioner. Hasil
survey selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi apotek. Dari
analisis, kita dapat mengukur seberapa tinggi tingkat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan farmasi di apotek dan melihat faktor-faktor ketidakpuasan
pelanggan di dalam apotek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menemukan
solusi atas permasalahan tersebut. Variabel-variabel yang dirasa kurang oleh
konsumen diperbaiki sehingga konsumen merasa puas. Hasil evaluasi juga
berguna dalam penentuan strategi pemasaran yang dapat dilakukan untuk menjaga
keberlangsungan apotek, menarik pelanggan baru, dan mempertahankan
pelanggan lama..
37
DAFTAR ACUAN
38
Kasus pada Tiga Apotek). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI No. 2 (56-
74) ISSN: 1693-9883
Parasuraman, A Zeithaml, Valerie A.dan L Berry, 1991. Delivering Quality
Service, The Free Press A Divission of Mac Millan inc, New York.
Portner, T.S. Pharmacy Layout, Design, and OTC Merchandising.(1996).
Effective Pharmacy Management Eight edition. Virginia: N.A.R.D., 172-
174.
Supranto J, 2001, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar, Rineka Cipta.
Suryana, . (2001). Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat.
Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa. Edisi Keempat. Andi. Yogyakarta.
Umar, M. 2009. Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Nyohoka Broher’s, 33-39
39
LAMPIRAN
KUISIONER KEPUASAN PELANGGAN APOTEK
DATA RESPONDEN
1. Jenis kelamin
□ Perempuan □ Laki-laki
2. Usia
3. Pekerjaan
5. Kunjungan ke Apotek
6. Alasan kunjungan
lain
Jelaskan lain-lain……………………………………………………………………
lain
Jelaskan lain-lain……………………………………………………………………
ISIAN KUISIONER
Mohon beri tanda centang () berdasarkan kolom pilihan anda untuk setiap atribut di bawah
ini:
SS : Sangat Setuju SB : Sangat Baik
S : Setuju B : Baik
AS : Agak Setuju CB : Cukup Baik
ATS : Agak Tidak Setuju KB : Kurang Baik
STS : Sangat Tidak Setuju TB : Tidak Baik
Komentar, kritik, dan saran anda terhadap kemajuan Apotek (Silahkan diisi sebanyak-
banyaknya sesuai harapan Anda):