Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang diselengarakan
secara mandiri atau bersama-sama dan diarahkan untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu sarana dalam
pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah apotek.
Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang berperan penting
dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Secara umum pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional dan pekerjaan
kefarmasian khususnya dalam suatu apotek terutama dalam pelayanan obat
atas resep dokter dan pemberian informasi obat kepada pasien atau
masyarakat (Depkes RI, 2002)
Apotek sebagai sarana yang bergerak dibidang jasa pelayanan harus
mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu.
Pelayanan apotek saat ini harus berubah orientasinya dari drug oriented
menjadi patient oriented dengan berasaskan pharmaceutical care. Kegiatan
pelayanan farmasi yang tadinya hanya berfokus pada pengolahan obat sebagai
komoditi, harus diubah menjadi sebuah pelayanan yang komprehensif dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Depkes RI, 2009)
Konsekuensi dari adanya perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Adanya latar belakang
tersebut suatu apotek harus dipimpin dan dikelola oleh seorang apoteker yang
berkompeten dan mampu bertanggung jawab dalam menjalakan semua tugas-
tugasnya. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus pendidikan
profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan
2

yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia


(Depkes RI, 2009)
Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab penuh atas apotek
yang dikelolanya, untuk dapat menjalani hal tersebut seorang apoteker harus
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang tidak hanya dibidang teknis
farmasi tapi juga dibidang manajemen agar dapat menjalankan usaha
apoteknya dengan baik. Menjalankan suatu usaha apotek, seorang apoteker
tidak hanya berperan dalam bidang pelayanan saja namun juga termasuk
unsur-unsur dagang (bisnis) dan sosial. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
harus dapat mengelola apoteknya sesuai dengan etika profesi dan fungsi
sosial, namun juga bisa mendapatkan keuntungan dari usaha apoteknya
sehingga apoteknya dapat terus berjalan dan mampu mengembangkan diri
lebih baik.
Seorang apoteker untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam pembangunan terlaksana sesuai dengan fungsinya, maka
seorang calon apoteker akan sangat memerlukan pendidikan yang memadai,
tidak hanya sekedar memahami teori saja tetapi juga harus terjun langsung
untuk mengenali lebih jauh profesinya. Adanya suatu dasar tersebut, Program
Studi Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
mengadakan program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi
mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker di apotek. Salah satu kerja sama
yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA dengan
apotek yaitu Apotek Zam-Zam Siaga yang berlokasi di jl. Siaga Raya No. 19
yang berlangsung selama 21 hari sejak tanggal 1-30 Desember 2015. Dengan
adanya PKPA ini, diharapkan mahasiswa calon apoteker dapat melihat,
mengenal dan memahami secara langsung tugas, tanggung jawab dan
wewenang seorang apoteker di Apotek. Calon apoteker juga diharapkan
dapat menambah serta meningkatkan keterampilan, pengetahuannya dalam
pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dibidang apotek dan rasa percaya
dirisebagai bekal ketika terjun kedalam dunia kerja nantinya sebagai apoteker
yang profesional dan handal di masa yang akan datang.
3

B. Tujuan Kegiatan PKPA


Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
adalah sebagai berikut:
1. Memahami dalam menjalankan tugas, fungsi dan tangung jawab Apoteker
Pengelola Apotek (APA) dalam suatu apotek sehingga mahasiswa calon
Apoteker dapat menjalankan profesinya dengan penuh amanah.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman dalam bidang apotek sebagai bekal sebelum
memasuki dunia kerja.
4

BAB II
TINJAUAN APOTEK

A. Pengertian Apotek(DEPKES, 2014)


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KepMenKes
RI) No.35/Menkes/SK/VII/2014, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker
B. Standart Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Standart pelayanan kefarmasian di apotek meliputi :
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
2. Farmasi Klinik
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sebagaimana dimaksud yaitu
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pemusnahan
f. Pengendalian
g. Pencatatan dan pelaporan
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud meliputi
a. Pengkajian resep
b. Dispensing
c. Pelayanan Informasi obat (PIO)
d. Konseling
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
g. Monitoring efek samping obat (MESO)
5

C. Tugas dan fungsi apotek


Berdasarkan PP NO.51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah
a. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan sediaan
farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional
D. Sejarah Apotek
Apotek Zam-Zam Siaga didirikan pada tahun 2004 dengan pemilik
sarana bernama Latifah. Perusahaan ini berbentuk badan hukum CV.
Amanah dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Apoteker
Pengelola Apotek (APA) pertama oleh Dra. Sumiatri, Apt dan pada tahun
2007 Apoteker Pengelola Apotek (APA) diganti oleh Dra. Laksmi
Darmawati, Apt sampai dengan sekarang yang memiliki nomer SIK: 5890/B
dan nomer SIA: 110.SIA.20000011/04/YANKES/03.08.
Apotek Zam-Zam Siaga berlokasi di Jl.Siaga Raya No.19 Pejaten Selatan
dan beroperasional pada pukul 08.00- 22.00 pada hari nasional dan hari libur
tetap buka. Apotek Zam-Zam Siaga berlokasi di daerah strategis dan terletak
didekat Rumah Sakit Siaga Raya, klinik praktek dokter dan kawasan
perumahan dengan lalu lintas yang cukup ramai, sehingga mudah dijangkau
oleh masyarakat serta memiliki halaman parkir yang cukup luas. Hal ini
merupakan suatu keuntungan tersendiri dan merupakan faktor pendukung
bagi perkembangan usaha apotek. Pada awalnya Apotek Zam-Zam Siaga
berada dalam satu bangunan dengan klinik Zam-Zam Siaga, tetapi pada saat
ini kliniknya sudah ditutup.
6

E. Struktur Organisasi Apotek


Apotek Zam-Zam Siaga menyusun struktur organisasi dengan
menyesuaikan kondisi dan sarana yang tersedia. Jumlah karyawan keseluruhan
di Apotek Zam-Zam Siaga berjumlah 10 orang, yang terdiri dari Apoteker
Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, Tenaga Administrasi, Petugas
Keamanan, Kasir, dan Kurir.

PSA

Wakil PSA APA

AA

Adm. Keuangan Kasir

Gambar 1. Struktur organisasi Apotek Zam-Zam Siaga


7

BAB III
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Harian
Tanggal Kegiatan
Minggu I Mengamati tata cara penyusunan dan
penyimpanan obat di apotek
melakukan alur pelayanan non resep (obat
OTC) dan pelayanan resep
Diskusi tentang persyaratan mendirikan
apotek
Diskusi tentang studi kelayakan pendirian
apotek
Minggu II Mengamati lemari narkotika dan psikotropika
Mengamati pemesanan barang dan
melakukan penerimaan barang
diskusi tentang pengelolaan apotek
Minggu III Diskusi tentang penutupan harga
Diskusi tentang KIE
Diskusi tentang penutupan apotek
Minggu IV Melakukan penerimaan barang
Stok opname

B. Pembahasan
1. Kegiatan Minggu I
a. Mengamati tata cara penyusunan dan penyimpanan obat di apotek
Di apotek obat disimpan di rak-rak dan lemari penyimpanan.Untuk
penyimpanan digunakan metode pembagian berdasarkan farmakologi,
bentuk sediaan, obat-obat generik dan non generik, dan penyusunan
8

secara alfabetis.Semua obat di simpan dan disusun berdasarkan FIFO


dan FEFO.

1) OTC (Over The Counter)


Ditata berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan
a) Lemari 1 : Obat pusing, demam, flu dan nyeri
b) Lemari 2 : Multivitamin
c) Lemari 3 : Permen dan obat herbal terstandar dan sirup batuk
dewasa
d) Lemari 4 : Sirup anak batuk dan pilek dan sirup multivitamin
e) Lemari 5 : Vitamin khusus
f) Lemari 6 : Obat fast moving (obat perputaran cepat)
g) Rak 1 :Obat-obat perawatan tubuh
h) Rak 2 : Obat pencernaan
i) Rak 3 : Susu dan madu
j) Rak 4 :Obat-obat herbal
2) Obat keras
Ditata berdasarkan Generik dan Non Generik, dipisahkan
berdasarkan bentuk sediaan, dan disusun secara alfabet.
a) Rak antibiotik dan tetes mata
b) Rak obat paten
c) Rak obat generik
d) Rak obat salep
e) Rak obat syrup
f) Rak alkes
g) Lemari pendingin
h) Lemari obat mahal (dipisahkan tablet, obat tetes telinga, obat
tetes dan semprot hidung, sirup, krim)
i) Bahan baku obat
9

b. Alur penjualan
1) Alur pelayanan non resep
Pelayanan obat tanpa resep yaitu penjualan obat dan alkes yang
dapat dibeli tanpa resep dokter, seperti obat OTC baik obat bebas
maupun obat bebas terbatas.Alur pelayanan non resep dapat dilihat
pada lampiran 1.

2) Alur pelayanan resep


Pelayanan resep dilakukan terhadap pasien yang langsung datang
ke apotek untuk menebus obat. Alur pelayanan resep dapat dilihat
pada lampiran 2.

c. Diskusi tentang persyaratan mendirikan apotek


Dalam upaya membuka sebuah apotek yang baru berdiri, sering kali
tertunda yang disebabkan oleh hal-hal kecil, baik yang terdapat dalam
proses pemeriksaan kelengkapan sarana pendukung operasional apotek
ataupun kelengkapan berkas-berkas lampiran dalam mengajukan
permohonan SIA. Untuk menghindari kerkurangan-kekurangan tersebut,
maka sebaiknya APA melakukan 3 hal, yaitu :
1) Menginventarisasi semua kebutuhan perlengkapan sarana apotek
Dalam melakukan inventarisasi dan menyiapkan perlengkapan
sarana apotek meliputi :
a) Menata ruangan peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi
dan ruang kerja APA dan toilet
b) Memenuhi seluruh perlengkapan yang menjadi persyaratan
2) Menginventarisasi dan menyiapkan berkas lampiran permohonan SIA
a) Menginventarisasi berkas lampiran permohonan SIA
Berkas lampiran yang dibutuhkan dalam permohonan SIA
terdiri dari :
- Fotokopi SIKA/ SIPA
- Fotokopi KTP
10

- Fotokopi denah bangunan apotek


- Surat keterangan (sertifikat) status bangunan
- Daftar rincian perlengkapan apotek
- Daftar tenaga asisten apoteker, mencantumkan nama/ alamat,
tanggal lulus, no. SIKTTK
- Surat pernyataan APA tentang tidak bekerja di perusahaan
farmasi lain atau APA di tempat lain
- Surat izin dari atasan langsung (untuk pegawai negeri dan TNI)
- Fotokopi akte perjanjian dengan PSA (bila bekerjasama dengan
PSA)
- Surat pernyataan PSA tentang tidak pernah melanggar peraturan
perundang-undangan di bidang obat (bila kerjasama dengan
PSA).
b) Berkas yang dilampirkan untuk mengurus SIA , yaitu :
- Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir
- Fotokopi akte sewa/ kontrak rumah (yang bukan milik sendiri)
- Fotokopi NPWP apotek
- Fotokopi KTP PSA (bila kerjasama dengan PSA)
- Surat keterangan domisili apotek dari kelurahan
- Surat izin UUG dari Kepala Dinas Trantib dan Linmas
Kabupaten/ Kota
- Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA
- Surat pernyataan kesanggupan bekerja menjadi AA
- Ijazah AA
- Peta lokasi apotek
c) Mengurus dan memperoleh berkas lampiran permohonan SIA
Cara mengurus dan memperoleh berkas lampiran permohonan
SIA adalah dengan memperoleh surat penempatan apoteker dari
Kadinkes Propinsi. Cara memperoleh surat penempatan :
- Untuk apoteker yang belum memiliki SIPA dari Departemen
Kesehatan, maka yang bersangkutan harus mengurusnya ke
11

Kadinkes Propinsi dengan melampirkan fotokopi ijazah, sumpah


apoteker, KTP
- Untuk apoteker yang telah memiliki SIPA/ SIKA, surat
penempatan tidak diperlukan lagi.

d) Membuat dan mengajukan permohonan SIA


Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapatkan surat
izin apotek (SIA). SIA adalah surat yang diberikan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang
berkeja sama dengan pemilik apotek di suatu tempat. menurut
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-
persyaratan apotek adalah sebagai berikut :
- untuk mendapatkan izin apotek apoteker atau apoteker yang
bekerja sama dengan pemilik sarana yang memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan,termasuk
sediaan farmasi dan pembekalan farmasi yang lain yang
merupakan milik sendiri atau milik orang lain.
- sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi.
- apoteker dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang
lain di luar sediaan farmasi. beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah :
apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainya diluar sediaan farmasi.
persyaratannya jarak minimal apotek tidak dipermasalahkan
lagi,dengan pertimbangan segi pemerataan dan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, jumlah dokter praktik, sarana
dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi, serta faktor lainya.
apotek halus mempunyai luas bangunan yang cukup
memenuhi persyaratan teknis. luas bangunan untuk standar
12

apotek adalah minimal 4 m x 15 m, selebihnya dapat


diperuntukan bagi ruang praktik dokter, sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya.
bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :
ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien,
termasuk penempatan brosur/materi informasi.
ruang tertutup untuk konseling bagi pasien yang
dilengkapi meja dan kursi serta lemari untuk
menyimpan catatan medikasi pasien.
ruang racik
keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun
pasien dan
harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi
syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat
pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik,
serta papan nama apotek.
apotek harus mempunyai perlengkapan yang memadai,
antara lain :
- alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan obat,
seperti timbangan, mortar, alu, dan sebagainya.
- perlengkapan dan tempat penyimpanan alat
pembekalan farmasi, seperti lemari obat, lemari es,
serta lemari khusus untuk narkotika dan
psikotropika.
- wadah pengemas atau pembungkus dan etiket
- alat administrasi seperti blanko pesanan, Salinan
resep dan kuitansi
- buku standar yang diwajibkan dan dikumpulkan
perundang-undangan dengan apotek.
13

3) Apoteker harus mempunyai tenaga kerja atau personalia apotek.


berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002, personel apotek terdiri dari :
a) Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah
memiliki SIA. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
Setiap apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
wajib memiliki (Depkes RI, 2011) :
- Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), yang diperoleh setelah
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Memiliki ijazah apoteker.
Memiliki sertifikat kompetensi profesi.
Memiliki surat pernyataan sumpah/ janji Apoteker.
Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter
yang memiliki surat izin praktik.
Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
- Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
Untuk memperoleh SIPA, Apoteker mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA
harus melampirkan :
Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN.
Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau
dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi penyaluran.
Surat rekomendasi dari organisasi profesi
Pas foto berukuran 4x6 sebanyak 2 lembar dan 2x3 sebanyak 2
lembar.
14

- Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja diapotek,


selain APA yang menggantikan jam-jam tertentu pada hari buka
apotek.Apoteker pendamping adalah apoteker yang menggantikan
APA selama tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara
terus menerus. apoteker pengganti harus memiliki surat izin kerja
dan tidak bertindak sebagai APA diapotek lain.
- Asisten apoteker adalah orang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai asisten apoteker
- Tenaga kerja lainya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
diapotek, antara lain :
juru resep, yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten
apoteker, namun keberadaanya tidak harus ada, tergantung
keperluan apotek itu sendiri
kasir, yaitu orang yang bertugas menerima uang serta
mencatat penerimaan dan pengeluaran uang.
pegawai tata usaha, yaitu petigas yang melaksanakan
administrasi apotek dan membuat laporan pembelian,
penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek.

d. Diskusi tentang studi kelayakan pendirian apotek


Studi kelayakan (feasibility study) adalah suatu metode menggali
gagasan (idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya
untuk dilaksanakan.Studi kelayakan suatu apotek berfungsi sebagai
pedoman atau landasan pelaksanaan pekerjaan, karena dibuat
berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari banyak
aspek.
15

Tingkat keberhasilannya ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :


1) Kemampuan sumber daya internal (kecakapan manajemen, kualitas
pelayanan, produk yang dijual, dan kualitas karyawan)
2) Lingkungan eksternal yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan
pasar, pesaing, pemasok, dan perubahan peraturan)
Tahapan dalam membuat sebuah studi kelayakan pendirian apotek
antara lain:
1) Penemuan Suatu Gagasan (Ide)
2) Penelitian
3) Evaluasi
4) Rencana Pelaksanaan
5) Pelaksanaan

2) Kegiatan Minggu II
a. Mengamati lemari narkotika dan psikotropik
Narkotik dan psikotropik diletakkan terpisah dalam
penyimpanannya yang disusun secara alfabetis, yakni diletakkan pada
lemari khusus yang sama, dengan memiliki 2 pintu dan 2 kunci. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah pelayanan obat, dan untuk
mencegah terjadi penyalahgunaan terhadap narkotika dan psikotropika.
Lemari narkotik yang terdapat di Apotek dibuat dalam bentuk lemari 2
pintu, terbuat dari kayu, terletak di ruang racik obat dan menempel
pada dinding. Untuk lemari psikotropik terbuat dari bahan kayu, lemari
terletak bersebelahan dengan lemari narkotik menempel pada dinding.
b. Melakukan penerimaan barang
Setelah pemesanan barang, distributor mengantar barang yang
telah dipesan disertai dengan SP (Surat Pesanan) dan faktur barang
yang dipesan oleh apotek. Proses penerimaan barang dilakukan oleh
petugas apotek. Pada saat penerimaan dilakukan pemeriksaan terhadap
kesesuaian barang yang datang dengan barang yang dipesan yang
terterapada SP dan kesesuaiannya dengan faktur, diperiksa kondisi
16

barang, jumlah serta waktu kadaluarsa. Apabila sudah sesuai dengan


faktur, faktur tersebut akan ditandatangani oleh petugas yang
menerima, diberikan stempel dengan stempel apotek dan tanggal
penerimaan barang dan menerima copy faktur. Apabila tidak sesuai
barang tidak diterima oleh petugas apotek. Sebelum data pembelian
dalam copy faktur dimasukkan kedalam komputer, petugas
administrasi mengecek ulang barang yang diterima dan apabila sesuai
maka data copy faktur dimasukkan ke dalam komputer dan copy faktur
dijadikan sebagai arsip. Copy faktur dicatat dalam buku besar dan
komputer pertanggal pembelian pada setiap bulannya sesuai dengan
distributornya. Pencatatan pada buku besar dilakukan agar
mempermudah pencarian data pembelian apabila diperlukan. Bagian
adminisrasi akan menulis jumlah uang yang akan dibayarkan kepada
PBF di dalam buku pembayaran, pada hari jumat PBF akan datang
menagih dan tanda tangan sebagai tanda terima uang tagihan barang.
c. Diskusi tentang pengelolaan apotek
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
1.Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pemilihan jenis, jumlah, danharga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.
Dalam pengelolaan obat yang baik, idealnya dilakukan atas dasar yang
diperoleh dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode
lalu.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola penyakit,
kemampuan daya beli masyarakat, budaya masyarakat (kebiasaan
masyarakat setempat), pola penggunaan obat yang lalu.Tujuan
perencanaan untuk pengadaan obat adalah mendapatkan jenis dan
jumlah sediaan farmasi dan perbekalankesehatan yang sesuai
17

kebutuhan, menghindari terjadinya kekosongan obat/penumpukan


obat. Perencanaan merupakan tahap awal dari siklus pengolahan obat.
2. Pengadaan
Pemilihan distributor yang akan memasok persediaan obat-
obatan di Apotek Zam-Zam Siaga dilakukan berdasarkan cara
pembayaran, kepercayaan dalam hal kualitas obat yang dipesan,
ketepatan waktu pengiriman dan besarnya diskon, harga dan dapat
retur barang sehingga menjadikan alasan dalam pemilihan
distributor.
Pengadaan barang dilakukan dengan pembelian langsung dari
PBF (Pedagang Besar Farmasi). Apotek Zam-Zam Siaga melakukan
pengadaan yang dilakukan 1 (satu) kali dalam seminggu yaitupada
hari rabu, tetapi untuk barang yang mendesak dan harus dipesan
dapat dilakukan pemesanan saat itu juga dengan menggunakan surat
pesanan pada lampiran 5. Khusus untuk pengadaan sediaan narkotika
dilakukan dengan memesan langsung kepada PBF Kimia Farma,
khusus psikotropika dan prekursor dilakukan dengan memesan ke
PBF tertentu melalui surat pesanan (SP)yang ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA). Surat pesanan (SP) narkotik dan
psikotropikAda
Dua metode dalam pembelian barang yaitu kredit dan Cash
Order Delivery (COD). Sebagian besar barang yang dibeli
menggunakan metode kredit karena pembayarannya sesuai perjanjian
jatuh tempo pembelian sedangkan COD pembayaran berdasarkan
pemesanan barang dan dibayar tunai.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima
(Depkes RI 2014).
18

4. Penyimpanan
Menurut Permenkes RI NO 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek, tata cara penyimpanan obat yaitu :
a) Obat atau bahan obat harus dismpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluarsa.
b) Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis
d) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO dan FIFO.
5. Pemusnahan
a) Pemusnahan obat kadaluarsa

Metode
Pemusnahan Obat

Sediaan Semi
Sediaan Padat Sediaan Cair
Solid

Dibuang isi dan Dibuang isi,


Tablet Kapsul botol dipecah diencerkan dan
kemudian tube ditimbun
ditimbun

Dihancurkan/digerus Dibuka cangkangnya


kemudian dilarutkan kemudian dilarutkan dan
dan kemasan dibakar kemasan dibakar

Gambar 2. Pemusnahan obat kadaluarsa

Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan


oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
19

memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Berita Acara
Pemusnahan obat selain narkotika, psikotropika dan prekursor
disertai daftar obat yang dimusnahkan disampaikan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Arsip di Apotek (Depkes RI, 2014).
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut Apoteker
Penanggungjawab Apotek (APA) menyampaikan surat
pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, pemusnahan disaksikan oleh petugas yang
ditetapkan. Berita Acara Pemusnahan obat narkotika, psikotropika
dan prekursor disertai daftar obat yang dimusnahkan disampaikan
kepada Kepala BPOM dan arsip di apotek (Depkes RI 2015).
b) Pemusnahan resep

R/ selain Narkotik
R/ yang telah Ditimbang
disimpan melebihi R/ dibakar
5tahun dimusnahkan R/ Narkotik dihitung
jumlah lembar

Disaksikan oleh Wakil


Buat Berita Acara
BPOM dan Dinkes

Gambar 3. Pemusnahan resep

Berita acara pemusnahan resep disampaikan kepada Kepala


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Balai Pemeriksaan
Obat dan Makanan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip di
apotek.
20

6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.Hal
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan.Pengendalian persediaan dilakukan dengan menggunakan
kartu stok baik dengan cara manual maupun elektronik. Selain
dilakukan juga dilakukan stok opname tahunan(Depkes RI 2014).
7. Pencatatan dan Pelaporan
a) Pencatatan di Apotek Zam-Zam Siaga ada yang dilakukan secara
komputerisasi (input data faktur pesanan barang) dan manual
(surat pesanan, faktur pembayaran ke PBF, kartu stok, kwitansi)
b) Laporan penjualan harian dibuat per shift
c) PelaporanNarkotika.
Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Zam-Zam dibuat
setiap bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi
narkotika. Laporan narkotika ini dibuat 4 rangkap dan ditandatangani
oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas,
alamat apotek serta stempel apotek, kemudian dikirimkan kepada :
1. Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta
Selatan.
2. Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta.
3. Arsip apotek.
d) Pelaporan Psikotropika
Pelaporan psikotropika dilakukan setiap bulan dan ditujukan
kepada :
1. Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta
Selatan.
2. Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta.
3. Arsip apotek.
21

3.Kegiatan Minggu III


a. Diskusi tentang penentuan harga
HNA = Harga Netto Apotek
HPP = Harga Pokok Penjualan
HPP = HNA+PPN(Pajak Pertambahan Nilai) 10%
HJA = Harga Jual Apotek
HJA = HPP + margin/ keuntungan
HET = Harga Eceran Tertinggi
Kumpulan HJA = Omset( HPP + Laba )
Laba (Sebelum Pajak )= Keuntungan kotor - (Biaya tetap+tidak tetap)
Kentungan kotor Pajak = Keuntungan bersih
Pengaturan perpajakan di Apotek Zam-Zam Siaga dilakukan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 Pasal 3 yaitu
besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah 1%,
pengenaan pajak penghasilan didasarkan pada peredaran brutodari usaha
dalam 1 (satu) tahun dari tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak yang
bersangkutan.Dalam hal peredaran bruto kumulatif wajib pajak pada
suatu bulan telah melebihi jumlah Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) dalam suatu tahun pajak, wajib pajak tetap
dikenai tarif Pajak Penghasilan yang telah ditentukan.
b. KIE ( Konseling, Informasi Obat, dan Edukasi)
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/ keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Kegiatan pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh Apotek Zam-
Zam Siaga meliputi informasi obat terkait penggunaan obat dan
memberikan informasi obat kepada pasien.
Edukasi yaitu memberikan pengetahuan kepada pasien tentang
penyakit atau kesehatan.Contoh edukasi dapat dilakukan melalui leaflet,
brosur.
22

c. Penutupan Apotek
Penutupan apotek dilakukan jika terjadi 2 hal, yaitu :
a) Keinginan pemilik ( Bangkrut, pindah lokasi )
b) Pelanggaran, sehingga Dinkes menutup apotek.
Tata cara penutupan apotek :
Apoteker Penanggung jawab Apotek mengirim surat ke Dinas Kesehatan
(Dinkes) kemudian Dinkes memantau apotek untuk melakukan
administrasi apotek seperti logo apotek.
Pemusnahan obat pada saat apotek tutup dilakukan dengan cara :
a. Untuk obat bebas, bebas terbatas dapat djual ke apotek lain
d. Untuk obat psikotropik dan narkotik dapat diserahkan ke pemilik
yang sama jika kepemilikan 1 oramg, lampirkan jumlah item barang
secara jelas disertai materai dan tanda tangan antara apoteker
penyerah obat dan penerima obat.
Untuk kasus pindah apotek pada 1 wilayah yang sama hanya pindah
dengan nama domisili sedangkan untuk wilayah yang berbeda harus
mengurus SIA (Surat Izin Apotek) baru.

4. Kegiatan Minggu IV
a. Melakukan penerimaan barang
Setelah barang dipesan, PBF mengantar barang pesanan apotek
disertai dengan SP (SuratPesanan) dan faktur barang yang datang. Proses
penerimaan barang dilakukan oleh petugas apotek. Pada saat penerimaan
dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian barang yang datang dengan
barang yang dipesan yang terterapada SP dan kesesuaiannyadengan
faktur, diperiksakondisi barang, jumlah serta waktu kadaluarsa. Apabila
sudah sesuai dengan faktur, faktur tersebut akan ditandatangani oleh
petugas yang menerima, diberikan stempel apotek dan tanggal
penerimaan barang. Setelah itu penerima barang mendapatkan copy
faktur dari PBF. Apabilabarang tidak sesuai maka tidak diterima oleh
petugas apotek.
23

Barang datang dan copy faktur yang sudah diterima di apotek


harus di cek ulang lagi oleh seorang staf administasi. Ketika sudah sesuai
barang yang datang dan copy faktur maka akan ditandatangani oleh
petugas admin. kemudian barang yang datang dapat display oleh petugas
farmasi data copy faktur dimasukkan ke dalam komputer serta copy
faktur dijadikan sebagai arsip. Copy faktur dicatat dalam buku besar dan
komputer pertanggal pembelian pada setiap bulannya sesuai dengan
distributornya.Pencatatan pada buku besar dilakukan agar mempermudah
pencarian data pembelian apabila diperlukan.Bagian adminisrasi akan
menulis jumlah uang yang akan dibayarkan kepada PBF di dalam buku
pembayaran, pada hari jumat PBF akan datang menagih dan tanda tangan
sebagai tanda terima uang tagihan barang.
b. Melakukan Stok Opname
Stok opname adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
kekayaan apotek. Stok opname di apotek zam-zam dilakukan setiap 3
bulan sekali hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan barang.

Tata cara melaksanakan stok opname :


1. Mengecek semua obat secara manual dengan cara menghitung aktual
fisik obat yang ada kemudian di cocokan dengan kartu stok.
2. Mencocokan jumlah obat pada sistem komputer dengan stok obat yang
ada dalam kartu stok (aktual).
Pengecekan obat pada saat stok opname berlaku untuk semua barang.
baik obat bebas, bebas terbatas, narkotika, psikotropika dan alkes.
Setelah pengecekan selesai maka dilihat hasil stok opname apakah ada
barang yang hilang atau barang lebih dan dilakukan evaluasi kondisi
sebelum stok opname dan sesudah stok opname. Jika terdapat barang
yang hilang atau lebih maka dilakukan pencarian ulang terhadap barang
barang tersebut. Namun, jika tidak ditemukan kesesuaian obat, maka
dilakukan pemutihan terhadap barang tersebut dan kehilangan
dibebankan kepada semua karyawan.
24

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan
di Apotek Zam-Zam Siaga, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Pendidikan PKPA di Apotek Zam- zam dapat meningkatkan pemahaman calon
apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di apotek sehingga calon apoteker mampu mengelola
perbekalan farmasi dan melaksanakan pekerjaan kefarmasian.
2. Apotek Zam-zam telah memberikan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman baru bagi mahasiswa yang melakukan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) karena dibimbing baik serta diberikan materi diskusi yang
berisi : dasar-dasar mendirikan apotek, pengelolaan apotek, pengelolaan resep,
pemesanan barang, mengatur keuangan, kie dan penutupan apotek. Materi
tersebut sangat bermanfaat sehingga kami dapat mengelola apotek dengan baik
dimasa yang akan datang.

B. Saran
1. Penataan obat disusun secara alfabet dan berdasarkan farmakologi agar
mempermudah pengambilan obat.
2. Setiap barang yang masuk dan keluar harus dicatat di kartu stock untuk
menghindari kehilangan dan kekurangan barang.
3. Diperlukan perhitungan waktu yang lebih cermat antara waktu pemesanan
obat dengan jumlah stok obat di apotek sehingga dapat menghindari
kekosongan obat.
25

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2002. KepMenKes RI No 1332/Menkes/SK/X/2002,


tentang Perubahan atas Peraturan Menkes RI
No.922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No


889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35


Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun


2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika dan Prekursor Farmasi. Jakarta.
26

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Pelayanan Pembelian Obat Tanpa Resep


27

Laporan Kegiatan
Harian Apotik zam- ALUR PELAYANAN PEMBELIAN OBAT TANPA RESEP
zam

Pengertian Suatu proses yang dilakukan untuk melayani pembelian obat yang dilakukan oleh pasien
atau konsumen tanpa resep (obat bebas, bebas terbatas, OWA)
Tujuan Menjelaskan prosedur untuk melayani pembelian obat yang dilakukan oleh pasien atau
konsumen tanpa resep (obat bebas, bebas terbatas, OWA)
Alur 1. Pasien datang bertanya kepada petugas farmasi di apotik mengenai ketersediaan obat
yang dibutuhkan
2. Petugas farmasi melakukan pengecekan ketersediaan obat yang dibutuhkan pasien
melalui sistem dan fisik obat
3. Petugas farmasi memberitahukan ketersediaan obat yang dibutuhkan kepada pasien ada
atau tidak, jika obat tersedia petugas farmasi memberikan info harga kepada pasien
4. Jika pasien atau konsumen setuju dengan harga yang diinfokan maka pasien atau
konsumen melakukan transaksi pembayaran dikasir
5. Petugas farmasi melakukan penyiapan dan menyerahkan obat yang dibutuhkan pasien
atau konsumen

Prosedur AKTIVITAS DOKUMEN /


KETERANGAN
CATATAN MUTU

Mulai Struk
pembelian
Petugas farmasi
Melakukan pengecekan
ketersediaan obat Kwitansi
Petugas farmasi
Menginfokan
Tersedia? Tidak ketersediaan obat
kosong kepada pasien
Ya
Petugas farmasi Selesai
Menginfokan harga
obat kepada pasien

Setuju? Tidak Selesai

Petugas farmasi
Menyiapkan obat yang
diminta pasien dan
meminta kasir untuk Selesai
melakukan billing obat
di sistem

Persyaratan Obat Tanpa resep : Obat bebas, bebas terbatas, dan OWA

Unit Terkait Bagian Keuangan Kasir


28

Lampiran 2. Alur Pelayanan Pembelian Obat Dengan Resep

Laporan Kegiatan
Harian Apotik zam- ALUR PELAYANAN PEMBELIAN OBAT DENGAN RESEP
zam

Pengertian Suatu proses yang dilakukan untuk melayani pembelian obat yang dilakukan oleh pasien
atau konsumen menggunakan resep yang dibawa oleh pasien atau konsumen dari luar
apotik
Tujuan Menjelaskan prosedur Untuk melayani pembelian obat yang dilakukan oleh pasien atau
konsumen menggunakan resep dari luar apotik
Alur 1. Pasien datang membawa resep dan memberikannya kepada petugas farmasi
2. Petugas farmasi melakukan skrining resep (Kelengkapan adminitratif, Nama obat,
kekuatan sediaan, jumlah yang diminta, dan aturan pakai)
3. Petugas farmasi meminta kasir untuk menghargai resep dan menginfokan kepada pasien
4. Petugas farmasi melakukan dispensing (penyiapan obat, meracik jika ada obat yang
diracik, menegmas obat dalam klip plastik dan memberikan etiket obat)
5. Petugas farmasi melakukan verifikasi obat sesuai dengan resep sebelum obat diserahkan
kepada pasien
6. Petugas famasi melakukan konseling obat kepada pasien

Prosedur AKTIVITAS DOKUMEN /


KETERANGAN
CATATAN MUTU
Mulai
Resep
Petugas farmasi
Menerima dan Copy resep
melakukan skrining
resep dari pasien

Petugas farmasi Etiket/label


Meminta kasir untuk
menghargai resep
Petugas farmasi Struk
Mengembalikan resep pembelian
Setuju Pasien setuju? Tidak
kepada pasien
Petugas farmasi
Selesai Kwitansi
Melakukan dispensing obat
(Penyiapan obat, mengemas,
memberikan etiket, dan copy
resep

Petugas farmasi

Melakukan verifikasi
dan menyerahkan obat
kepada pasien

Selesai

Persyaratan Obat dengan resep : Obat keras, narkotika dan psikotropika, obat injeksi

Unit Terkait Bagian Keuangan Kasir


29

Lampiran 3. Alur Perencanaan Dan Pengadaan Obat Di Apotek

Laporan Kegiatan
Harian Apotik zam- ALUR PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI APOTEK
zam

Pengertian Suatu proses yang dilakukan untuk melakukan perencanaan dan pengadaan obat (obat
bebas, bebas terbatas, keras, narkotika dan psikotropika) di apotek guna memenuhi
kebutuhan pasien
Tujuan Menjelaskan prosedur untuk mengetahui proses alur perencanaan dan pengadaan obat di
apotek
Alur 1. Melakukan perencanaan dan pengadaan disesuaikan dengan budget yang tersedia
2. Perencanaan dilakukan dengan mengacu pada data obat yang memiliki stock minimal
atau stock yang telah kosong dengan mencatat pada buku defecta
3.Setelah mendapatkan data obat yang memiliki stock minimal atau stock yang telah
kosong kemudian membuat surat pesanan obat yang akan dipesan sesuai dengan
distributor penyedia obat
4.Untuk pemesanan narkotika dan psikotropika menggunakan surat pesanan khusus
Prosedur AKTIVITAS DOKUMEN /
KETERANGAN
CATATAN MUTU

Mulai
Surat pesanan
Petugas farmasi obat reguler
Membuat data obat yang memiliki
stock minimal/stock yg kosong di 1. Surat pesanan
buku defecta narkotika dan
Surat pesanan psikotripika
Petugas farmasi obat dibeli dari kimia
narkotika dan farma, dan
Membuat surat pesanan obat sesuai
psikotropika memiliki form
distributor penyedia obat
yang berbeda dan
terpisah satu
sama lain
Ya
Narkotika dan Tidak
psikotropika 2. Pemesanan
Petugas farmasi Petugas farmasi
Membuat surat pesanan satu lembar surat
Membuat surat pesanan pesanan
dengan surat pesanan dengan surat pesanan
reguler narkotika dan
khusus (4 rangkap) psikotropika
Petugas farmasi Petugas farmasi hanya dapat
memuat satu item
Melakukan order obat Melakukan order obat pesanan obat
ke distributor via telpon ke distributor via telpon kecuali dengan
item yang sama
tetapi kekuatan
Selesai Selesai sediaan berbeda

Persyaratan Untuk surat pesanan narkotika dan psikotropika menggunakan surat pesanan khusus

Unit Terkait Bagian Keuangan


30

Lampiran 4. Alur Penerimaan Obat Dari Distributor

Laporan Kegiatan
Harian Apotik zam- ALUR PENERIMAAN OBAT DARI DISTRIBUTOR
zam

Pengertian Suatu proses yang dilakukan untuk melakukan proses penerimaan obat dari distributor
untuk menjamin kesesuaian dan kualitas barang yang dipesan
Tujuan
Menjelaskan prosedur untuk mengetahui proses alur penerimaan obat dari distributor
Alur 1. Petugas farmasi melakukan pengecekan barang datang dari distributor
2. Pengecekan dilakukan dengan mengecek kondisi fisik barang, jumlah barang, no batch,
expired date mengacu pada surat pesanan yang telah dibuat
3. Untuk penerimaan obat narkotika dan psikotropika harus dilakukan oleh apoteker
dengan mencatat no SIPA apoteker
4. Setelah semua sudah sesuai kemudian menandatangani faktur penerimaan obat dan
memberikan stempel apotek
Prosedur AKTIVITAS DOKUMEN /
KETERANGAN
CATATAN MUTU

Mulai
Surat pesanan
Petugas farmasi obat reguler

Menerima obat dari


distributor obat
Surat pesanan
Petugas farmasi obat
Mengecek kesesuaian antara fisik narkotika dan
obat, faktur dan surat pesanan psikotropika
(Jumlah, no batch, ED, dan kondisi
fisik obat)

Ya Sesuai ? Tidak
Faktur
Petugas farmasi Petugas farmasi
Menandatangani dan Melakukan
memberi stempel faktur pengembalian barang
sebagai bukti kepada kurir distributor
penerimaan obat

Selesai
Selesai

Persyaratan Untuk pesanan narkotika dan psikotropika harus diterima oleh apoteker

Unit Terkait Bagian Keuangan


31

Lampiran 5. Kartu Stock Obat


32

Lampiran 6. Surat Pesanan


33

Lampiran 7. Etiket
34

Lampiran 8. Salinan Resep


35

Lampiran 9. Kwitansi

Anda mungkin juga menyukai