Anda di halaman 1dari 42

JAMINAN MUTU

PELAYANAN FARMASI

IDA LISNI
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN 2019 & RAKERNAS IKATAN APOTEKER INDONESIA
13 - 15 MARET 2019 DI BANDUNG, JAWA BARAT
LEARNING OBJECTIVE

▪ Peserta memahami tujuan dari jaminan mutu pelayanan farmasi


▪ Paserta memahami program jaminan mutu pelayanan farmasi
▪ Peserta mampu menetapkan indikator mutu dalam pelayanan farmasi
▪ Peserta mampu melakukan tahapan dari program pengendalian mutu dalam
pelayanan farmasi
New dimensions of pharmacy practice
(World Health Organization and International Pharmaceutical Federation 2006)

1 Pharmaceutical care
2 Evidence-based pharmacy
3 Meeting patients’ needs
4 Chronic patient care – HIV/AIDS
5 Self-medication 10
6 Quality assurance of pharmaceutical care services
7 Clinical pharmacy
8 Pharmacovigilance
PENGERTIAN MUTU
Mutu adalah suatu produk atau jasa yg memenuhi syarat atau
keinginan konsumen, sehingga konsumen dapat menggunakan atau
menikmati produk atau jasa tersebut dengan sangat puas dan ia
menjadi konsumen tetap.

Menurut B Crosby (1986), yang dimaksud dengan mutu adalah


derajat kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi
kepuasan pemakai dan penghasilnya.
PELAYANAN
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas tidak
kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan organisasi pemberi jasa pelayanan yang
bertujuan untuk memecahkan permasalahan konsumen
(Gronroos, 1990)

Service atau Pelayanan adalah pengalaman yang tidak berwujud


(intangible) yang diterima pelanggan/konsumen bersamaan dengan
produk yang berwujud (tangible) dari suatu produk yang dibeli.
KATEGORI PELAYANAN (Davidoff, 1994)

Visible Service, yaitu pelayanan yang dapat dilihat dan


dirasakan langsung oleh pelanggan/konsumen. Service
ini disediakan oleh personal yang langsung bertatap
muka dengan konsumen, seperti: petugas apotek di
front office, dll

Invisible Service, yaitu pelayanan yang tidak dapat


dilihat atau dirasakan langsung oleh konsumen
PELAYANAN KEFARMASIAN

adalah suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
(PP 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian)
RUANG LINGKUP PELAYANAN KEFARMASIAN
DI RUMAH SAKIT
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Pelayanan Farmasi Klinik
Alat Kesehatan, dan • Pengkajian dan pelayanan Resep
Bahan Medis Habis Pakai • Penelusuran riwayat penggunaan obat pasien
(PELAYANAN FARMASI NON KLINIK): • Rekonsiliasi Obat;
▪ Pemilihan • Pelayanan Informasi Obat (PIO);
▪ Perencanaan kebutuhan • Konseling;
▪ Pengadaan • Visite
▪ Penerimaan • Pemantauan Terapi Obat (PTO);
▪ Penyimpanan • Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
▪ Pendistribusian • Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
▪ Pemusnahan dan penarikan • Dispensing sediaan steril
▪ Pengendalian • Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
▪ Administrasi

PMK NO. 72 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit


• Adalah keadaan
saat keinginan,
KEPUASAN harapan dan
PASIEN kebutuhan

• pelayanan
PELAYANAN tersebut dapat
YANG memenuhi
MEMUASKAN kebutuhan dan
harapan pasien.
JAMINAN MUTU PELAYANAN

Jaminan mutu adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


untuk memantau dan meningkatkan kinerja sehingga pelayanan
kesehatan yang diberikan seefektif dan seaman mungkin
(WHO and IPF, 2006)

 Jaminan mutu (QA) adalah suatu proses yang


obyektif dan sistematis dalam memonitor dan
mengevaluasi mutu dan kesiapan dalam pelayanan
terhadap pasien dalam meningkatkan pelayanan, dan
memecahkan masalah yang telah diidentifikasi (JCAHO)
Ket:JCHAO =Joint Commission on accreditation of Healthcare Organization
MUTU PELAYANAN FARMASI

adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan


pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik
profesi farmasi
JAMINAN MUTU PELAYANAN FARMASI

MEMELIHARA PELAYANAN FARMASI (KLINIK & NON KLINIK)


YANG OPTIMAL

MUTU KEHIDUPAN PASIEN MENINGKAT


PROGRAM JAMINAN MUTU
PELAYANAN FARMASI

PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

Tujuan Umum Tujuan Khusus


Agar setiap pelayanan farmasi • Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar
memenuhi standar pelayanan yang • Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas
ditetapkan dan dapat memuaskan obat dan keamanan pasien
pelanggan. • Meningkatkan efesiensi pelayanan
• Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit
sesuai CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)
• Meningkatkan kepuasan pelanggan
• Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
PENGENDALIAN MUTU KEGIATAN PM
(PM)
• MONITORING
• adalah suatu mekanisme • EVALUASI
kegiatan pemantauan
dan penilaian terhadap
pelayanan yang
diberikan, secara
terencana dan
sistematis
EVALUASI

JENIS EVALUASI METODE EVALUASI


Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi 1. Audit (pengawasan)
a. PROSPEKTIF : program dijalankan sebelum Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan
pelayanan dilaksanakan apakah sudah sesuai standar
Contoh : pembuatan SOP dan pedoman 2. Review (penilaian)
b. KONKUREN : program dijalankan bersamaan Terhadap pelayanan yang telah diberikan,
dengan pelayanan dilaksanakan penggunaan sumber daya, penulisan resep
Contoh : memantau kegiatan konseling 3. Survei
apoteker, peracikan resep oleh TTK Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan
c. RETROSPEKTIF : program pengendalian yang dengan angket atau wawancara langsung.
dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan 4 Observasi
Contoh : survei konsumen Terhadap kecepatan pelayanan antrian,
ketepatan penyerahan obat.
KEGIATAN PENGENDALIAN MUTU
PELAYANAN KEFARMASIAN

I. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.

II. Pelaksanaan, yaitu:


1. monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja);
2. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.

III Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:


1. melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan;
2. meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
TAHAPAN PROGRAM PENGENDALIAN MUTU

Mendefinisikan Pendidikan
kualitas pelayanan Penilaian kualitas
personel dan Penilaian ulang Up date
farmasi yang pelayanan farmasi
peningkatan kualitas
diinginkan dalam yang sedang berjalan
fasilitas pelayanan
indikator/
bentuk berdasarkan kriteria kriteria
pelayanan bila farmasi.
yang telah ditetapkan
indikator/kriteria diperlukan
Aplikasi Program Pengendalian Mutu

Pilih subyek program dan tetapkan prioritas dari subyek

Definisikan kriteria sesuai dengan kualitas pelayanan yang diinginkan

Sosialisasikan kriteria

Melakukan evaluasi menggunakan kriteria yang telah ditetapkan

Identifikasi masalah/kekeurangan, penyelesaian dan pencegahan


masalah atau kekurangan

Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan

Implementasi formula baru

Reevaluasi mutu pelayanan


INDIKATOR

Indikator dibedakan menjadi:


a. Indikator persyaratan minimal yaitu
Indikator indikator yang digunakan untuk mengukur
terpenuhi tidaknya standar masukan, proses,
suatu alat/tolok ukur yang hasil dan lingkungan.
menunjuk pada ukuran b. Indikator penampilan minimal yaitu
kepatuhan terhadap standar indikator yang ditetapkan untuk mengukur
yang telah ditetapkan tercapai tidaknya standar penampilan
minimal pelayanan yang diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut:
a. sesuai dengan tujuan;
b. informasinya mudah didapat;
c. singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai
interpretasi;
d. rasional.
INDIKATOR : syarat “SMART” Simple, Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely.
Sederhana Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam
pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk
mendapatkannya
Terukur Indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan
jelas ukurannya sehingga dapat digunakan untuk perbandingan antara
satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu
lain agar memudahkan dalam memperoleh data.
Bermanfaat Indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan
pengambilan keputusan.
Terpercaya Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan
data yang baik, benar dan teliti.
Tepat waktu Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan
pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai
dengan saat pengambilan keputusan dilakukan.
MENETAPKAN PRIORITAS DAN MEMILIH INDIKATOR

• High risk
• High volume
• High cost
• Bad performance
JENIS INDIKATOR MUTU
(SNARS ED I)

1. Indikator mutu area klinik (IAK) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area
pelayanan
Contoh:
• EPO antibiotik
• Persentase Kesalahan Obat (medication error)
2. Indikator mutu area manajemen (IAM) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area
manajemen
Contoh
• Waktu tunggu pelayanan resep
• death stock
3. Indikator mutu Sasaran Keselamatan Pasien yaitu indikator mutu yang
mengukur kepatuhan staf dalam penerapan sasaran keselamatan pasien dan budaya
keselamatan
UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN

Unsur masukan (INPUT)


• tenaga/sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, ketersediaan dana

Unsur proses
• tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf
farmasi

Unsur lingkungan
• Kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemen

Standar-standar yang digunakan


PENGENDALIAN MUTU
PELAYANAN KEFARMASIAN

INPUT PROSES
1.Sumber 1. Perencanan PENGGUNAAN/
OUTPUT FARMASI
daya/tenaga 2. Pengadaan 1.Ketersediaan KLINIK
2. Dana yang
tersedia 3. Penerimaan obat
4. Penyimpanan 2.Kepuasan Ketepatan
3.Sarana/prasarana penggunaan
5. Distribusi pasien
obat

PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI


PELAYANAN INDIKATOR STANDAR/
KRITERIA
Farmasi waktu tunggu pelayanan
a. Obat Jadi a. ≤ 30 menit
b. Racikan b. ≤ 60 menit
Tidak adanya Kejadian 100 %
kesalahan pemberian obat
Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
Penulisan resep sesuai 100 %
formularium

Sumber: Menkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit


PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN FARMASI
(Contoh)

AREA INDIKATOR STANDAR/KRITERIA

KLINIK Persen kesesuaian inikasi 100%


penggunaan Antibiotik
Kepatuhan Formularium Nasional 100 %
Kesesuaian Penulisan Resep 100%
Bedasarkan Clinical Pathway
MANAJEMEN Survei Kepuasan Pasien ≥ 80%
Obat Rusak/ED 0%
Kesesuaian obat dan kartu stok 100%
Setiap indikator agar dibuat profilnya atau gambaran singkat tentang indikator tersebut
namun tidak terbatas meliputi
1. judul indikator;
2. definisi operasional;
3. tujuan dan dimensi mutu;
4. dasar pemikiran/alasan pemilihan indikator;
5. numerator, denominator, dan formula pengukuran;
6. metodologi pengumpulan data;
7. cakupan data;
8. frekuensi pengumpulan data;
9. frekuensi analisis data;
10. metodologi analisis data;
11. sumber data;
12. penanggung jawab pengumpul data;
13. publikasi data.

Indikator mutu yang sudah dipilih bila sudah tercapai terus menerus selama setahun
tidak bermanfaat untuk melakukan perbaikan karena sudah tidak ada lagi yang perlu
diperbaiki, dengan demikian sebaiknya diganti dengan indikator mutu baru.
PROFIL INDIKATOR MUTU AREA MANJEMEN
(Contoh)

1 Judul Indikator Stok Obat Kadaluwarsa atau Rusak


2 Definisi operasional jumlah jenis obat yang rusak atau kadaluarsa selama
satu tahun dibagi dengan total jumlah jenis obat yang
tersedia dalam satu tahun
3 Tujuan dan dimensi mutu Sebagai alat untuk mengukur efektifitas dan efisiensi
pengelolaan perbekalan farmasiagar terselenggaranya
sistem penyimpanan yang efektif dan efisien
4 Dasar pemikiran/alasan pemilihan indikator Obat kadaluarsa atau rusak yang tidak terdeteksi dapat
membuat kerugian bagi rumah sakit.
Obat kadaluarsa atau rusak yang tidak terdeteksi dapat
berdampak terhadap keselamatan pasien
5 Numerator, denominator, dan formula Nilai (Rp) obat rusak atau kadaluarsa periode Januari-
pengukuran Desember dibagi dengan hasil penjumlahan nilai stock
awal Januari dan nilai (Rp) obat yang diserap selama
yang sama
PROFIL INDIKATOR MUTU AREA MANAJEMEN
(Contoh)
lanjutan

6 Metodologi pengumpulan data observasi dengan menggunakan data retrospektif


7 Cakupan data Semua obat yang dikelola oleh IFRS yang didanai oleh
anggaran rumah sakit.
8 Frekuensi pengumpulan data triwulan
9 Frekuensi analisis data tahunan
10 Metodologi analisis data kuantitatif dan kualitatif
11 Sumber data; hasil uji petik dan hasil stok opname triwulan
12 Penanggung jawab pengumpul data Ka IFRS
13 Publikasi data Direktur Penunjang medik/Pelayanan Medik
PMKP
PROFIL INDIKATOR MUTU AREA KLINIK
(Contoh)

1 Judul Indikator Penggunaan antibiotik berdasarkan kesesuaian dosis


2 Definisi operasional Penggunaan obat rasional merupakan pengobatan yang sesuai
dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis dan lama pemberian
yang sesuai dengan kebutuhannya, dan harga terendah.
Jumlah R/ obat antibiotik dengan dosis sesuai dibagi
dengan jumlah total R/antibiotik
3 Tujuan dan dimensi mutu Mengetahui pola penggunaan antibiotik dan meningkatkan
penggunaan antibiotik yang rasional berdasarkan kesesuaian
dosis
4 Dasar pemikiran/alasan pemilihan indikator Pemberian antibiotik dengan dosis yang tidak sesuai
dapat menyebabkan meningkatkan biaya dan resistensi
serta berdampak terhadap keselamatan pasien
5 Numerator, denominator, dan formula jumlah R/ obat antibiotik sesuai dosis selama tiga bulan
pengukuran dibagi dengan total jumlah R/ dari semua obat antibiotik
dalam tiga bulan
PROFIL INDIKATOR MUTU AREA KLINIK
(Contoh)

6 Metodologi pengumpulan data observasi dengan menggunakan data retrospektif


7 Cakupan data Inklusi : Semua resep obat antibiotik pasien rawat jalan
Eksklusi:
Resep antibiotik PRJ sediaan topikal
Resep antibiotik PRJ yang tidak diketahui diagnosa
8 Frekuensi pengumpulan data bulanan
9 Frekuensi analisis data triwulan
10 Metodologi analisis data kuantitatif dan kualitatif
11 Sumber data; Resep obat antibiotik dan rekam medik
12 Penanggung jawab pengumpul data Ka IFRS
13 Publikasi data Direktur Penunjang medik/Pelayanan Medik
PMKP
Standar 100%
Contoh Profil Golongan antibiotik yang digunakan pada pasien rawat jalan

No. Golongan Jumlah Persentase (%)


1. Sefalosporin 358 47,42
2. Penisilin 96 12,72
3. Kuinolon 94 12,45
4. Makrolida 52 6,89
5. Linkosamida 26 3,44
6. Aminoglikosida 24 3,18
7. Kloramfenikol 6 0,79
8. Metronidazole 5 0,66
9. Antituberkulosis 4 0,53
10. Sulfonamida 2 0,26
11. Antituberkulosis kombinasi 23 3,05
12. Sefalosporin + aminoglikosida 8 1,06
13. Kloramfenikol + aminoglikosida & polimiksin 6 0,79
14. Penisilin + aminoglikosida & polimiksin 6 0,79
15. Sefalosporin + metronidazole 6 0,79
16. Penisilin + asam fusidat 5 0,66
17. Kuinolon + metronidazole 4 0,53
18. Penisilin + aminoglikosida 4 0,53
19. Sefalosporin + kuinolon 4 0,53
20. Kuinolon + asam fusidat 3 0,40
Contoh Profil Golongan antibiotik yang digunakan pada pasien rawat jalan
No. Golongan Jumlah Persentase (%)
21. Sefalosporin + aminoglikosida & polimiksin 3 0,40
22. Sefalosporin + fradiomisin & gramisidin 2 0,26
23. Aminoglikosida + asam fusidat 1 0,13
24. Antituberkulosis + sefalosporin 1 0,13
25. Kuinolon kombinasi 1 0,13
26. Kuinolon + fradiomisin & gramisidin 1 0,13
27. Kuinolon + sefalosporin 1 0,13
28. Linkosamida + aminoglikosida 1 0,13
29. Linkosamida + makrolida 1 0,13
30. Linkosamida + metronidazole + aminoglikosida 1 0,13
31. Makrolida + sefalosporin 1 0,13
32. Penisilin + fradiomisin & gramisidin 1 0,13
33. Penisilin + kuinolon 1 0,13
34. Penisilin + metronidazole 1 0,13
35. Tetrasiklin + linkosamida 1 0,13
Total lembar resep 755 100,00
Kesesuaian dosis antibiotik

Kesesuaian Dosis Jumlah Persentase (%)


Sesuai 568 100,00
Tidak sesuai 0 0
Total R/ antibiotik 568 100,00

Ket : Dari 755 pasien yang mendapat resep antibiotik terdapat 568 pasien yang memenuhi kriteria analisis
kesesuaian dosis
HASIL
Jumlah Penulisan Resep Antibakteri KESIMPULAN
Kelas Antibakteri Ʃ Rx %
Sefalosporin • Semua pasien GEA menerima antibiotika
Generasi III Seftriakson 39 33,33 dengan indikasi dan dosis yang sesuai.
• Tidak terjadi duplikasi ataupun kejadian
Sefotaksim 33 28,20
kontraindikasi.
Sefiksim 12 10,25 • Antibiotika yang terbanyak untuk terapi
Generasi I Sefadroksil 1 0,85 GEA adalah golongan sefalosporin generasi
Penisilin III.
Aminopensilin Amoksisilin 7 5,98 • Potensi interaksi terjadi pada pemberian
Kloramfenikol Tiamfenikol 7 5,98 seftriakson dan gentamisin pada 4 orang
Kloramfenikol 6 5,12
pasien, pada pemberian metronidazol dan
Sulfonamida fenobarbital pada 1 orang pasien, dan
Kotrimoksazol 2 1,70
pemberian amoksisilin dan susu pada 7
Aminoglikosida Gentamisin 1 0,85 orang pasien
Total 117

Contoh hasil dan Kesimpulan EPO Antibiotika pada pasien GEA


PROFIL INDIKATOR MUTU AREA KLINIK
(Contoh)

1 Judul Indikator Kesesuian resep terhadap Formularium Nasional


2 Definisi operasional jumlah R/ antibiotik fornas dibagi dengan jumlah total
R/obat antibiotik
3 Tujuan dan dimensi mutu Mengetahui persentase kesesuaian resep obat antibiotik
berdasarkan Formularium Nasional dan Non Formularium
Nasional
4 Dasar pemikiran/alasan pemilihan indikator Implementasi Fornas memberikan manfaat bagi penyedia
pelayanan maupun bagi pasien . Rumah sakit akan lebih mudah
dalam mengatur perencanaan dan penyediaan obat. Pasien
akan mendapatkan obat terpilih yang rasional, berkhasiat,
bermutu dan aman.
5 Numerator, denominator, dan formula jumlah R/ antibiotik sesuai fornas selama tiga bulan
pengukuran dibagi dengan total jumlah R/ dari semua obat antibiotik
dalam tiga bulan
PROFIL INDIKATOR MUTU AREA KLINIK
(Contoh)
lanjutan

6 Metodologi pengumpulan data observasi dengan menggunakan data retrospektif


7 Cakupan data Inklusi : Semua resep di rumah sakit
Eksklusi : Resep pasien non JKN
8 Frekuensi pengumpulan data bulanan
9 Frekuensi analisis data triwulan
10 Metodologi analisis data kuantitatif dan kualitatif
11 Sumber data; Resep obat
12 Penanggung jawab pengumpul data Ka IFRS
13 Publikasi data Direktur Penunjang medik/Pelayanan Medik
PMKP
Standar 100%
Kesesuaian resep antibiotik dengan Formularium Nasional
(contoh)

Kesesuaian Formularium Nasional Jumlah Persentase (%)


Sesuai 773 90,73
Tidak sesuai 79 9,27
Total R/ antibiotik 852 100,00
Kesesuaian resep antibiotik dengan Formularium Rumah Sakit
(contoh)

Kesesuaian Formularium RS Jumlah Persentase (%)


Sesuai 852 100,00
Tidak sesuai 0 0,00
Total R/ antibiotik 852 100,00
CONTOH INDIKATOR
WHO

TAHAP JENIS INDIKATOR


PENGGUNAAN (1993) JUMLAH ITEM OBAT PERLEMBAR RESEP
JUMLAH PENULISAN OBAT GENERIK
JUMLAH PENULISAN OBAT ANALGETIK
PERSENTASE PENULISAN RESEP VITAMIN
DISPENSING (1999) RATA-RATA WAKTU PELAYANAN RESEP
RATA-RATA WAKTU PEMBERIAN INFORMASI OBAT
PERSENTASE OBAT RESEP YANG DILAYANI
PERSENTASE OBAT YANG DILAYANI DENGAN LABEL LENGKAP
PUSTAKA

1. Brown TR, “ Institutional Pharmacy Practice “, ASHP 3 th edition 1992


2. Hicks, W.W., Practice Standards of ASHP 1994-1995, The American Society of Hospital
Pharmacists Inc., Bethesda.
2. WHO and IPF., Developing pharmacy practice A focus on patient care,2006
3. Menkes RI, Peraturan Menkes RI No. 72 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
4. Menkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai