PELAYANAN FARMASI KELOMPOK 1 : 1. FAJRI HIDAYAT 2. NORA EKA PUTRI 3. MILI KASYANI 4. IRMA KOMALA SARI 6. ANISAH AYU DEFENISI JAMINAN MUTU Mutu adalah suatu produk atau yang memenuhi syarat atau keinginan konsumen, sehingga konsumen dapat menggunakan atau menikmati produk atau jasa tersebut dengan sangat puas dan ia menjadi konsumen tetap. Menurut B Crosby (1986), Mutu adalah derajat kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kepuasan pemakai dan penghasilnya. DEFENISI JAMINAN MUTU Jaminan mutu (Quality Assurance) adalah upaya yang berkesinambungan, sistematis dan obyektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan (Maltos dan Keller, ). Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien ( PERMENKES RI No.72 Tahun 2016) PROGRAM JAMINAN MUTU Program menjaga mutu adalah : suatu program berlanjut yang disusun secara obyektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan menggunakan berbagai peluang yang tersedia untuk meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta menyelesaikan berbagai berbagai masalah yang ditemukan (joint commission on acreditation of hospitals) BENTUK PROGRAM MENJAGA MUTU
1. Pogram menjaga mutu Perspektif
Dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan. Unsur masukan dan lingkungan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan. Langkah-langkah : a. Standarisasi Ijin penyelenggaraan diberikan kepada institusi pelayana kesehatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan (sarana dan tenaga). Standarisasi adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan yaitu menyangkut masukan proses dari sistem pelayana kesehatan. b. Perijinan (lisensi) Untuk mencegah pelayanan kesehatan yang tidak bermutu standarisasi perlu diikuti dengan perijinan yang lazimnya ditinjau secara berkala. Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau berwewenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Tujuan lisensi : - umum : melindungi masyarakat dari pelayanan profesi - Khusus : memberi kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana. c. Sertifikasi Tindak lanjut dari perijinan , yakni memberikan sertifikat (pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang benar-benar memenuhi persyaratan. d. Akreditasi Bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih tinggi, dilakukan secara bertingkat sesuai dengan kemampuan institusi pendidikan TUJUAN JAMINAN MUTU Tujuan dari penjaminan mutu (quality assurance) adalah untuk memastikan mutu produk sesuai tujuan penggunaan, produk bermutu konsisten, khasiat, keamanan mulai dari input, process sampai output produk jadi. Pelayanan kefarmasian yang menyeluruh meliputi aktivitas promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat. Untuk memperoleh manfaat terapi obat yang maksimal dan mencegah efek yang tidak diinginkan, maka diperlukan penjaminan mutu proses penggunaan obat. (Dirjen Binfar, “Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik - Good Pharmacy Practice (GPP),” Kementrian Kesehat. RI) MANFAAT PROGRAM JAMINAN MUTU Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dapat diselesaikan masalah yang tepat dengan cara penyelesaian dengan benar. Dapat lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan Dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan(biaya tambahan) atau di bawah standar(dapat dicegah).
Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan Telah sesuainya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan gugatan hukum. Pelayanan kesehatan bermutu akan berdampak peningkatan kepuasan sehingga mengurangi munculnya gugatan hukum. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. ( PERMENKES RI No.72 Tahun 2016) Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
Standar Pelayanan Kefarmasian meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai b. pelayanan farmasi klinik. Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.
( PERMENKES RI No.72 Tahun 2016)
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi: a. pemilihan; b. perencanaan kebutuhan; c. pengadaan; d. penerimaan; e. penyimpanan; f. pendistribusian; g. pemusnahan dan penarikan; h. pengendalian; dan i. administrasi. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep; b. penelusuran riwayat penggunaan Obat; c. rekonsiliasi Obat; d. Pelayanan Informasi Obat (PIO); e. konseling; f. visite; g. Pemantauan Terapi Obat (PTO) h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO); i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j. dispensing sediaan steril; dan k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) PENERAPAN JAMINAN MUTU PADA BIDANG KEFARMASIAN Jaminan Mutu Dalam Produksi Sediaan Farmasi CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunannya; bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai ( Peraturan BPOM no. 13 Thn 2018 ) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. PENERAPAN JAMINAN MUTU PADA BIDANG KEFARMASIAN
Jaminan Mutu Dalam Distribusi Sediaan
Farmasi Salah satu cara pemerintah dalam menjamin mutu sediaan farmasi adalah dengan menerapkan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik). CDOB diatur dalam Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012. Cara Distribusi Obat yang Baik ( CDOB ) adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/ penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya ( Peraturan BPOM No.6 Thn 2020) PENERAPAN JAMINAN MUTU PADA BIDANG KEFARMASIAN
Jaminan Mutu Dalam Pelayanan Kefarmasian
Adalah dengan cara penetapan Indikator Mutu pelayanan kefarmasian. Indikator mutu adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. PENERAPAN JAMINAN MUTU PADA BIDANG KEFARMASIAN
Mutu pelayanan kefarmasian diukur dari tujuh indikator,
yaitu : 1. rata-rata waktu penyiapan obat, 2. rata-rata waktu penyerahan obat, 3. persentase jumlah obat yang diserahkan sesuai resep, 4. persentase jumlah jenis obat yang diserahkan sesuai resep, 5. persentase penggantian resep, 6. persentase etiket dan label yang lengkap, dan 7. persentase pengetahuan pasien (Jamil, 2006) PENERAPAN JAMINAN MUTU PADA BIDANG KEFARMASIAN
Indicator of Prescribing Quality (WHO, 1999)
•Rata-rata jumlah obat per lembar resep •Prosentase obat yang diresepkan dengan nama generik •Prosentase antibiotic yang diresepkan •Prosentase injeksi yang diresepkan •Prosentase obat esensial dan obat formularium yang diresepkan •Peresepan yang mematuhi standar terapi/standar pelayanan medik •Prosentase pasien yang tidak diberikan terapi obat •Prosentase pasien yang puas dengan pengobatan yang diterima PENERAPAN JAMINAN MUTU PADA BIDANG KEFARMASIAN
Indikator Dispensing (WHO,1999)
•Rata-rata waktu pelayanan obat •Rata-rata waktu pemberian informasi obat •Prosentase obat diresepkan yang dapat dilayani •Prosentase obat yang diberi label dengan benar/lengkap (meliputi : nama pasien, nama obat, dosis dan frekuensi penggunaan) •Pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat EVALUASI MUTU PELAYANAN Indikator yang digunakan untuk evaluasi mutu pelayanan kefarmasian yaitu: 1. tingkat kepuasan pasien, 2. standar prosedur pelayanan (SOP) 3. dimensi waktu pelayanan obat (Depkes, 2006). Kepuasan pasien akan memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi pelayanan bermutu Standar prosedur pelayanan (SOP) digunakan untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan Salah satu upaya untuk menjaga keselamatan pasien, dengan menerapkan standar prosedur pelayanan(SOP). yangbertujuan untuk meningkatkan pelayanan. Waktu Pelayanan menjadi salah satu indikator untuk mengevaluasi mutu pelayanan kefarmasian