Anda di halaman 1dari 37

PERAN APOTEKER

DALAM UPAYA
PREVENTIF DAN
PENANGANAN
MASALAH
GANGGUAN MENTAL

Dr. apt. Lia Amalia, M.Si


Sekolah Farmasi ITB
BEBERAPA
LINGKUP
PERAN
APOTEKER Komunitas Industri farmasi

Rumah Sakit Pemerintahan, regulasi


KOLABORASI DENGAN
TENAGA KESEHATAN
LAINNYA
APOTEKER SEBAGAI PENYEDIA LAYANAN
KESEHATAN

▪ Bertanggung jawab dalam


memberikan layanan
kefarmasian, dukungan dan
upaya pencegahan penyakit
▪ Memberikan layanan informasi
obat baik OTC maupun obat
keras
▪ Memberikan konseling
kepatuhan untuk penyakit
tertentu khususnya kronis
POPULASI RESPON TINGGI TERHADAP
STRESS SELAMA PANDEMI

• Populasi berisiko tinggi sakit berat akibat Covid-19 (lansia &


orang dengan kondisi kesehatan kurang baik)
• Anak-anak dan remaja
• Pekerja yang berada sebagai ujung tombak di pelayanan,
dokter, pekerja toko, pedagang, dll
• Pasien dengan gangguan mental
• Memiliki masalah adiksi obat
• Kehilangan pekerjaan, jam kerja menurun, atau perubahan lain
• Memiliki disabilitas, atau perkembangannya terbelakang
• Orang-orang yang terisolasi hidupnya, hidup sendiri, hidup di
daerah terpencil, perbatasan, dll
PTSD = POST TRAUMATIC
STRESS DISORDER

= Stress akut
▪ Gangguan stress pasca trauma, muncul akibat
kejadian tragis yang pernah dialami/disaksikan, mis:
kecelakaan lalu lintas, bencana alam, pandemic,
tindak kejahatan atau pengalaman menegangkan
saat perang (tentara)
▪ Penderita tidak bisa melupakan atau sebaliknya tidak
mau mengingat pengalaman traumatis tersebut.
▪ Sering berpikir negatif terhadap diri sendiri &
sekitarnya, mimpi buruk, merasa terisolir, kesal, rasa
bersalah, sulit konsentrasi, sulit tidur atau insomnia.
KONDISI MEMBUTUHKAN OBAT BEBAS/OBAT
BEBAS TERBATAS/OBAT KERAS?

▪ Sulit tidur – apakah perlu obat tidur?


▪ Sakit kepala, tubuh kaku, pegal, mudah
nyeri – perlu analgetik/antiinflamasi ?
▪ Kurang nafsu makan atau makan berlebihan
– multivitamin, peningkat/penurun nafsu
makan?
▪ Sakit lambung (“maag”), sembelit – perlu
obat maag/pencahar?
▪ Tidak bersemangat, merasa kurang energi –
perlu multivitamin?
▪ Masalah kulit mis: jerawat, eksim, psoriasis,
rosacea – perlu obat kulit/jerawat,
antijamur?
1. Membantu pasien dalam melaksanakan
Swamedikasi
2. Merekomendasikan agar pasien segera
mencari nasehat medis yang
diperlukan, jika swamedikasi tidak
memadai
TANGGUNG JAWAB
APOTEKER DALAM 3. Mendorong masyarakat agar
SWAMEDIKASI/SELF memperlakukan obat sebagai produk
MEDICATION khusus yang digunakan secara tepat,
disimpan secara hati-hati & tidak boleh
dipergunakan tanpa indikasi yang jelas
4. Memantau & memberikan laporan
kepada BPOM dan menginformasikan
kepada produsen obat mengenai efek
tak dikehendaki, efek samping (ADRs)
PERTIMBANGAN EFEK SAMPING
BEBERAPA OBAT SWAMEDIKASI

▪ Pain killers: Parasetamol –


kesalahgunaan, opiod/narkotik -
penyalahgunaan
▪ Antasida - kesalahgunaan
▪ Obat tidur – diazepam, nitrazepam –
penyalahgunaan
▪ Multivitamin berlebihan
▪ Obat pencahar/laksansia
DEFINISI SWAMEDIKASI

Swamedikasi adalah upaya pengobatan yang dilakukan sendiri


(Depkes, 2009)
Swamedikasi menurut World Health Organization didefinisikan
sebagai upaya untuk menggunakan atau memperoleh obat tanpa
diagnosis, saran dokter, resep, pengawasan terapi ataupun
penggunaan obat untuk mengobati diri sendiri tanpa konsultasi
dengan petugas Kesehatan
MASALAH: Swamedikasi perlu pendampingan/informasi dari
apoteker
BAHAYA SWAMEDIKASI/
PENYALAHGUNAAN OBAT

▪ Gejala yang dialami menjadi semakin parah, atau bisa menimbulkan gejala baru
▪ Risiko terjadinya interaksi obat dengan obat lainnya, atau dengan makanan bisa
memunculkan efek yang tidak diinginkan
▪ Memicu masalah kesehatan mental baru – untuk orang dengan risiko
▪ Narkotik & alcohol – depresi
▪ Marijuana, metametamin - psikosis
• Obat psikotropika merupakan obat yang berhubungan
dengan kejiwaan/mental yang sering disalahgunakan
• Cara kerja: Mengubah tingkat kimiawi/neurotransmitter
di otak untuk mempengaruhi suasana hati/mood dan
perilaku
• Perlu indikasi dari dokter untuk mengonsumsi obat
tersebut
• Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
PENYALAHGUNAAN 1997 tentang Psikotropika, Permenkes no. 57 tahun 2017
tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika
OBAT
• Obat antipsikotik – untuk gejala delusi dan
halusinasi

• Obat antidepresan – gangguan depresi

• Obat anti-ansietas- untuk kecemasan


abnormal (gangguan obsesif-
PENYALAHGUNAAN kompulsif/OCD, serangan panik berulang
dan tak terduga (panic disorder), fobia
OBAT sosial, dan gangguan stres pasca trauma.
Mis: benzodiazepin

• Penstabil mood/mood stabilizer - penderita


bipolar
SWAMEDIKASI OBAT PSIKIATRI

▪ Mengatasi masalah sesaat, jika dilakukan jangka panjang akan


memperparah gejala
▪ Terjadi ketergantungan/adiksi, memperburuk kondisi mood disorder,
meningkatkan masalah kesehatan, memperburuk hubungan sosial
▪ Pasien harus mengetahui kapankah ia harus konsultasi ke dokter
OBAT WAJIB APOTEK (OWA)

▪ Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien


tanpa resep
▪ OWA ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
obat
▪ Yang menyerahkan harus apoteker, hanya item obat tertentu, dan
ada ketentuan tertentu yang harus diikuti apoteker
▪ Harus menjamin sisi keamanan (safety) bagi pasien dan agar pasien
mendapatkan manfaat (benefit, efficacy)
▪ Obat psikiatri tidak ada dalam daftar OWA
KETENTUAN PENYERAHAN OWA
▪ Apoteker akan memberikan informasi
kepada pasien agar aman digunakan
(dosis &aturan pakainya, kontraindikasi,
efek samping dan lain-lain yang perlu
diperhatikan)

▪ Memenuhi ketentuan dan batasan tiap


OWA (misal kekuatan, maksimal jumlah
obat yang diserahkan, dan pasien
sudah pernah menggunakannya dengan
resep)

▪ Apoteker akan membuat


catatan/dokumen informasi pasien dan
obat yang diserahkan
BEBERAPA BENTUK “SWAMEDIKASI” GANGGUAN
MENTAL

▪ Penggunaan alkohol
▪ Obat-obat keras: pain killers – opioid,
antiansietas
▪ Recreational drugs: marijuana, kokain,
amfetamin – timbul adiksi

▪ Makanan – emotional eaters: makanan


tinggi gula, kalori dan makanan berlemak
▪ Nikotin - rokok
PERANAN APOTEKER DALAM
PENGGUNAAN OBAT PSIKIATRI

▪ Memberikan informasi dan edukasi pasien tentang


penggunaan obat psikiatri
▪ Mengenali adanya masalah mental illness melalui
observasi dan skrining
▪ Menyediakan informasi dan referral bagi pasien
yang membutuhkan penanganan
▪ Mengevaluasi penggunaan obat pasien
▪ Monitoring efek samping obat, identifikasi gejala
putus obat
ANTIDEPRESAN
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs):
• Fluoksetin, fluvoksamin

Serotonin-noradrenaline reuptake inhibitor (SNRIs)


• Venlafaksin, duloksetin

Noradrenaline & specific serotonergic antidepressant (NASSAs)


• Mirtazapin

Antidepresan trisiklik
• Amitriptilin, imipramin, amoksapin

Inhibitor Monoamin oksidase


• Moklobemid

Antidepresan atipikal
• Bupropion
EFEK SAMPING ANTIDEPRESAN

Mual, sulit tidur, pusing,


tremor, mulut kering,
diare, berat badan
meningkat dsb.
Efek samping obat
golongan trisiklik &
inhibitor MAO jauh lebih
hebat dibandingkan
antidepresan atipikal
ANTIANSIETAS

Antidepresan Benzodiazepin Antikonvulsan Barbiturat Dan lain-lain

SSRI –
fluoksetin, Diazepam Pregabalin
fluvoksamin

SNRI –
venlafaksin,
duloksetin
ANTIANSIETAS
ANTIANSIETAS
Mis.: SSRI, benzodiazepin
Penghentian obat harus secara bertahap
Penghentian obat harus dengan konsultasi dokter. Gejala
putus obat terjadi pada 20% pasien, setelah
penggunaan 6 minggu
Gejala putus obat: insomnia, flu, pusing, tubuh tidak
seimbang, gangguan pancaindera dan gangguan tidur,
Sifatnya jangka pendek pada sebagian, tapi kadang
diderita parah oleh beberapa pasien

23
PUTUS OBAT BENZODIAZEPIN,
BARBITURAT, ALKOHOL

▪ Terjadi komplikasi medik yang paling serius pada pemutusan


obat (lebih berbahaya dibanding opiat)
▪ Terjadi jika diresepkan dalam dosis tinggi & jangka panjang
▪ Gejala putus obat hampir sama dengan gejala sebelum terapi -
gangguan kognitif, neurologi & intelektual, insomnia, ansietas,
hilang nafsu makan, turunnya berat badan, tremor, berkeringat,
tinnitus dan gangguan persepsi.
▪ Gejala putus obat hilang setelah 6-12 bulan, terus membaik -->
pantau selama 6 bulan
▪ Gejala putus obat berlangsung beberapa jam jika digunakan
dalam jangka pendek

24
REKOMENDASI
• Benzodiazepin diindikasikan untuk terapi jangka pendek ansietas
berat (hanya digunakan selama 2 atau 4 minggu),
• Benzodiazepin hanya digunakan untuk terapi insomnia berat, atau
kondisi stres yang sangat mengganggu.
• Kasus ansietas ringan tidak dianjurkan menggunakan benzodiazepin
MOOD STABILIZER

▪ Definisi: obat yang mampu


menstabilkan mood pasien
(menekan dari atas jika mania,
mendorong dari bawah pada
keadaan depresi
▪ Mampu menjaga keseimbangan
mood pada pasien bipolar, terapi
penyakit psikiatri lain, terapi
tambahan penderita skizofrenia
(studi masih terbatas)
Mineral/klasik Antikonvulsan Antipsikotik

Litium Karbamazepin Aripiprazol

MOOD As. valproat Olanzapin

STABILIZER
Lamotrigin Risperidon

Dll Dll
EFEK SAMPING UMUM MOOD STABILIZER

• Peningkatan sensitivitas pada cahaya matahari, penggunaan


sunscreen jika beraktivitas di luar.
• Timbul ketidaknyamanan lambung, minum obat dengan makanan
• Efek mengantuk, bisa dikonsumsi menjelang tidur
• Peningkatan bobot badan (perlu exercise, pengaturan diet)
• Kurang reaktif/respon lamban – tidak boleh menggunakan
kendaraan bermotor, mesin
• Hati-hati penggunaan pada lansia – jatuh, gangguan saluran
cerna
Jika akan stop obat lakukan secara perlahan –
tiba2 akan meningkatkan risiko episode mood
lainnya
Waktu penghentian harus tepat, apakah level
stress sudah membaik/belum, ada support dari
PENGHENTIAN keluarga dan orang sekitar/tidak
OBAT MOOD Konsultasi ke dokter
STABILIZER Jika dihentikan, dosis akan diturunkan
perlahan/bertahap – umumnya selama 1-1,5
bulan bahkan bisa berbulan2
Setelah penghentian obat, perlu tetap dipantau,
saran untuk konsul ke dokter
Jika akan stop obat lakukan secara perlahan –
tiba2 akan meningkatkan risiko episode mood
lainnya
Waktu penghentian harus tepat, apakah level
stress sudah membaik/belum, ada support dari
PENGHENTIAN keluarga dan orang sekitar/tidak
OBAT MOOD Konsultasi ke dokter
STABILIZER Jika dihentikan, dosis akan diturunkan
perlahan/bertahap – umumnya selama 1-1,5
bulan bahkan bisa berbulan2
Setelah penghentian obat, perlu tetap dipantau,
saran untuk konsul ke dokter
1. Dengan minuman mengandung kafein Mis.
menurunkan kadar litium, meningkatkan tremor
(hindari kafein berlebihan per harinya)
2. Hindari alkohol (c/untuk bipolar)
 Memperburuk episode depresi
INTERAKSI  Meningkatkan efek negatif keduanya
OBAT MOOD (mendepresi, mengantuk, mual, koordinasi
terganggu
STABILIZER 3. Dengan obat OTC (obat nyeri, obat herbal, obat
common cold, alergi, obat batuk -
Karbamazepin– menurunkan efektivitas obat lain
SARAN
MAKANAN
• Makanan tinggi magnesium, daun
hijau -- bayam, kacang-kacangan,
biji-bijian, whole grains (gandum,
oat, jagung)

• Makanan mengandung kadar zink


mis: tiram, oysters, mete, hati,
daging sapi, kuning telur

• Makanan mengandung asam lemak


omega-3 (ikan salmon, dll)

• Makanan mengandung probiotik

• Makanan mengandung vitamin B


(kacang-kacangan, buah alpukat,
dll)

• Makanan kaya antioksidan (brokoli,


bayam, bit, strawberi, dll)
PELAYANAN FARMASI SECARA ELEKTRONIK

▪ Pelayanan obat secara elektronik


▪ Konsultasi obat/konseling secara elektronik/online, chatting,
Whatsapp, zoom, videocall
▪ Aplikasi pada gawai elektronik yang meningkatkan kepatuhan pasien
– minum obat, ada informasi tentang efek samping obat
PENUTUP
Peranan apoteker dalam pengelolaan pasien gangguan mental:
1. Menyediakan sediaan farmasi yang bermutu
2. Menyediakan informasi obat yang tepat
3. Memberikan nasihat rujukan pada pasien untuk mendatangi
psikolog/psikiatrist
4. Memberikan konseling obat pada pasien & keluarganya
5. Mendampingi pasien dalam penggunaan obat bebas, obat bebas
terbatas
6. Mendokumentasi/mencatat adanya efek samping obat yang
berat
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai