Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SARTIKA BR TANGGANG

NIM : 18344163

KELAS : D

A. PENDALAMAN TENTANG PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER

BUTIR PEDOMAN DISIPLIN:

Butir ke 14 : memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan / atau tidak etis, dan /

atau tidak objektif kepada yang membutuhkan.

CONTOH PENERAPAN DILAPANGAN:

Sesuai kode etik pasal 7 yaitu Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi

sesuai dengan profesinya.

1. Seorang apoteker memberikan informasi kepada pasien / masyarakat

harus dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi

tersebut harus sesuai, relevan, dan “up to date”.

2. Sebelum memberikan informasi apoteker harus menggali informasi yang

dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui apoteker

mengenai pasien serta penyakitnya.

3. Seorang apoteker harus mampu berbagai informasi mengenai pelayanan

kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat.

4. Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat

terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara

jelas, melakukan monitoring penggunaan obat dan sebagainya.


UU NO 8 Tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen:

Pasal 4 dan 7 :

Apoteker atau pelaku usaha harus memenuhi hak pasien yaitu hak atas informasi

yang benar, jelas dan ujur mengenai kondisi dan jaminan barang tau jasa. Serta

hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminasi.

Pasal 8:

 Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan informasi dan/atau

petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

 Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan

yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa

memberikan info secara lengkap dan benar.

CONTOH KEMUNGKINAN TERJADINYA PELANGGARAN DAN

SANKSI:

“Seorang apoteker memproduksi sebuah sediaan farmasi tanpa penandaan dan

informasi yang lengkap.”

Kemungkinan pelanggarannya: PP NO 72 TAHUN 1998 Tentang pengaman

sediaan farmasidan alkes, pasal 28: penanadaan dan informasi sediaan farmasi dan

alkes harus memenuhi persyaratan berbentuk tulisan yang berisi keterangtan

mengenai sediaan farmasi dan alkes secara obyektif, lengkap serta tidak

menyesatkan. UU NO 8 Tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen Pasal 4:

hak pasien yaitu hak atas informasi yang benar, jelas dan ujur mengenai kondisi
dan jaminan barang tau jasa. Serta hak untuk diperlakukan atau dilayani secara

benar dan jujur serta tidak diskriminasi.

Kemungkinan sanksi: PP NO 72 TAHUN 1998 Tentang pengaman sediaan

farmasidan alkes, pasal 77: barang siapa yang dengan sengaja mengedarkan

sediaan farmasi dan alkes yang tidak mencantumkan penandaan dan informasi

yang lengkap dipidana penjara paling lama 5 tahun dan pidana denda paling

banyak seratus juta rupiah.

B. PENDALAMAN TENTANG KODE ETIK APOTEKER

BUTIR KODE ETIK APOTEKER:

Pasal 6 : Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik

bagi orang lain.

CONTOH PENERAPAN DILAPANGAN:

1. Seorang apoteker harus menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi

yang disandang dengan jujur dan penuh integritas.

2. Seorang apoteker tidak akan menyalahgunakan kemampuan

profesionalnya kepada orang lain

3. Seorang Apoteker harus menjaga perilakunya dihadapan publik

CONTOH KEMUNGKINAN PELANGGARAN DAN SANKSI:

“Seorang apoteker melaporkan teman sejawat sehingga mencoreng nama

profesi dan mengadu dombakan organisasi.”


Kemungkinan pelanggaran : kode etik profesi apoteker yaitu pasal 10,11,12

tentang kewajiban apoteker terhadap teman sejawat.

Kemungkinan sanksi : sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku:

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomendasi pembekuan dan atau pencabutan STRA, SIP atau SIK

3. Kewajiban mengikuti atau pelatihan di institusi pendiddikan apoteker

UPAYA UNTUK PENINGKATAN KEPATUHAN:

Menerapkan kewajiban Apoteker sesuai kode etik Apoteker yaitu:

1. Kewajiban Apoteker terhadap masyarakat:

a. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang

baik di dalam lingkungan kerjanya.

b. Seorang Apoteker dalam ragak pengabdian profesinya harus bersedia

untuk menyumbangkan keahlian dan pengetahuannya.

c. Seorang Apoteker hendaknya selalu melibatkan diri di dalam

pembangunan Nasional khususnya di bidang kesehatan.

d. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan

profesinya bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan

kesehatan.

2. Kewajiban Apoteker terhadap teman sejawatnya:

a. Seorang Apoteker harus selalu menganggap sejawatnya sebagai

saudara kandung yang selalu saling mengingatkan dan saling

menasehatkan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik.


b. Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari setiap tindakan yang

dapat merugikan teman sejawatnya, baik moril atau materiil.

c. Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan kerja sama yang baik dalam memelihara, keluhuran

martabat jabatan, kefarmasian, mempertebal rasa saling mempercayai

di dalam menunaikan tugasnya.

3. Kewajiban Apoteker terhadap sejawat petugas kesehatan lainnya:

a. Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan

menghormati sejawat yang berkecimpung di bidang kesehatan.

b. Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakannya atau

perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya

kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan.

c. Melihat kemampuan Apoteker yang sesuai dengan pedidikannya,

menunjukkan betapa pentingnya peranan Apoteker dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat, yaitu dengan memberikan suatu

informasi yang jelas kepada pasien (masyarakat)

Anda mungkin juga menyukai