Anda di halaman 1dari 56

TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK NEUROBIOLOGI
NON SUICIDAL SELF INJURY (NSSI)

OLEH :
dr. Rini Suprapti

MODERATOR :
dr. Elly Noerhidajati, Sp.KJ

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro yang unggul dalam riset Kedokteran dan kesehatan Jiwa pada tahun 2020.

1. Menyelenggarakan Program Pendidikan Dokter 1. Menyiapkan peserta didik menjadi dokter spesialis
Spesialis Psikiatri yang bermutu dengan standar kedokteran jiwa yang memiliki kemampuan akademik dan
nasional dan/atau internasional. profesional untuk dapat bersaing di tingkat nasional dan
2. Menyelenggarakan penelitian-penelitian di bidang internasional.
kedokteran dan kesehatan jiwa yang berkualitas 2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
agar dapat dipublikasikan dijurnal ilmiah nasional kedokteran dan kesehatan jiwa serta mengupayakan
dan internasional bereputasi dan/atau penerapannya dalam rangka meningkatkan derajat
menghasilkan hak kekayaan intelektual (HAKI). kesehatan masyarakat.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat dibidang 3. Mengimplementasikan hasil penelitian kedokteran dan
kedokteran dan kesehatan jiwa untuk pelayanan kesehatan jiwa untuk peningkatan taraf kesehatan
dan penerapan hasil penelitian dalam rangka masyarakat dan kemajuan bangsa serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship berbasis ilmu
4. Menyiapkan peserta didik yang profesional dalam pengetahuan kedokteran dan kesehatan jiwa.
pelayanan kedokteran dan kesehatan jiwa secara 4. Menghasilkan peserta didik yang profesional dalam
komprehensif dan humanistik. pelayanan kedokteran dan kesehatan jiwa secara
komprehensif dan humanistik.
Agenda

1 PENDAHULUAN

2 NSSI SBG BAGIAN DARI SELF INJUROUS BEHAVIOR

3 ASPEK NEUROBIOLOGI NSSI

4 STRESS INDUCED ANALGESIA

5 RINGKASAN
PENDAHULUAN
2018 Lori N Scott (2015)
suicide :
 ± 800.000 orang meninggal dunia penyebab kematian no 3
karena suicide setiap tahun. remaja dan dewasa muda

1/3 suicide terjadi dikalangan remaja.

WHO 2018 2014, Suicide :


suicide :
Masalah serius di negara maju.
penyebab kematian no 2
79% Suicide terjadi di negara berkembang.
usia 15-29 th dan penyebab
Negara berkembang : wanita dewasa muda
kedua kematian wanita usia
dan lansia >>
15-19 th.
Negara maju : pria dewasa muda >>
Suicide dan NSSI

salah satu masalah kesehatan mental


remaja yang paling penting Faktor yang berkontribusi pada transisi
NSSI ke ide suicide dan upaya suicide
masih tidak jelas.
Suicide prevention tema World
Mental Day 2019
NSSI : ICD 10 hanya terbatas pd
gejala dan bukan dx, DSM V
section 3 Conditions for further
Masalah yang sedang study
berkembang :
Non Suicidal Self Injury (NSSI) Masa Remaja adalah periode
krisis utk NSSI
Non Suicidal Self Injury (NSSI)
 NSSI : penghancuran jaringan tubuh seseorang yang disengaja tanpa
adanya niat untuk mati.

 NSSI dan suicide adalah perilaku yang berbeda :


 tujuan tindakan
 tingkat mematikan / keparahan
 frekuensi tindakan.

 NSSI dan suicide sering terjadi bersamaan.


 Suicide didahului riwayat NSSI lebih lama dan lebih banyak metode.
 Upaya suicide fenomena gunung es.
 Eaton (2012) : siswa sekolah usia 16 – 18 th :16% berfikir suicide, 13%
merencanakan suicide, 8% upaya suicide dan 2% upaya suicide yang
memerlukan pertolongan medis.
 Pasien RSJ di AS : kasus mutilasi dari 4,3% pada 1990 menjadi 13,2%
pada tahun 2000.
NSSI SEBAGAI BAGIAN DARI SELF INJURIOUS
BEHAVIOUR
Klasifikasi Perilaku Menyakiti Diri Sendiri

 NSSI merupakan bagian dari Self Injurious Behavior (perilaku menyakiti


diri sendiri).

 Beberapa klasifikasi perilaku menyakiti diri sendiri :


 Suicide
 Suicide Attempt
 Interrupted attempt
 Self Interruptes
 Preparatory acts or behavior
 Non Suicidal Self Injury
Klasifikasi Perilaku Menyakiti Diri Sendiri
Sejarah NSSI

“Religio Medici” Perdebatan ilmiah OCDS


Memicu dimulai WHO / EURO
perdebatan Sindrom pemotongan
Definisi Suicide
moralitas suicide pergelangan tangan

1642 1842 1960 1970 1980

Artikel ilmiah
NIMH : Aaron Beck
dalam bhs Jerman
Nomenklatur Suicide :
3 kelompok
Definisi NSSI

Suicide Suicide Suicide

bahasa Latin “Sui” = diri sendiri “Caedere” = untuk


membunuh

Non Suicidal self-injury (NSSI) : tindakan penghancuran / perubahan jaringan tubuh


yang secara sosial tidak dapat diterima dalam budaya tertentu, dilakukan oleh diri
sendiri secara langsung, berulang, tanpa niat suicide.
NSSI

 NSSI dan perilaku suicide mungkin sebagai solusi kondisi afektif


yang sedih.

 NSSI mempunyai sikap yang lebih positif terhadap kehidupan


dan lebih banyak sikap negatif terhadap kematian.

 NSSI dan perilaku suicide berbeda dalam frekuensi dan perilaku


kematian.

 NSSI sering menggunakan metode mematikan yang ringan


(misal memotong, membakar, menggigit).

 Perilaku suicide melibatkan metode mematikan yang berat


(overdosis, pemotongan pergelangan tangan, menggantung)
Etiologi NSSI = multi faktorial

Pelecehan seksual masa kanak


Deprivasi sosial

Depresi

Disfungsi sistem serotonin

Borderline Personality Disorder

Anhedonia
Epidemiologi NSSI

Prevalensi Internasional NSSI 17–18%.


Jerman 3,1 %, di AS 5,9 %, Italia Utara
2,2 % dan di Inggris 4,9 %.
Onset NSSI usia 13 dan 15 tahun.
Onset "dini" NSSI sebelum usia 12
tahun.

 Transgender lebih berisiko NSSI.


 Perempuan : pemotongan diri,
 Laki-laki : memukul dan membakar diri.
Faktor Risiko NSSI
Metode NSSI

memotong atau mengukir kulit,


membakar, meninju, menggaruk dan
mematahkan tulang, mencabut
rambut
Fungsi / peranan NSSI bagi remaja

Add Text
Simple PowerPoint
Karakteristik Remaja dengan NSSI

NSSI dipandang terkait dengan 3 diagnosis


spesifik :

35 % Eating BPD
disorder

15 % Cacat
perkembangan
Teori-teori dalam NSSI

03
02
01 The Third
The Joiner
Theory
Variable
The Gateway
Theory
1. The Gateway Theory (teori gerbang)

 Berada disepanjang rangkaian perilaku melukai diri sendiri,


dengan NSSI pada satu ujung dan suicide di ujung lainnya.

 Kualitas pengalaman yang sama yaitu menyebabkan kerusakan


tubuh langsung pada diri sendiri.

 NSSI mendahului suicide, karena suicide berasal dari perilaku


NSSI yang meningkat.

 NSSI merup bentuk gateway dari upaya mencederai diri ke


bentuk lebih ekstrim (misal upaya suicide), analog dengan ganja
dianggap sebagai gateway penggunaan zat yang lebih ekstrem.
2. The Third VariableTheory (teori variabel ketiga)

 90% suicide memiliki diagnosis mental.


 Remaja rawat inap dengan NSSI 87% mempunyai diagnosis
psikiatri.
 NSSI mungkin tidak meningkatkan risiko perilaku suicide, tetapi
gangguan kejiwaan seperti gangguan kepribadian borderline
meningkatkan risiko NSSI maupun perilaku suicide.
 Contoh dari variabel ketiga lain adalah tingkat tekanan
psikologis.
 Individu yang terlibat NSSI dan atau perilaku suicide dilaporkan
memiliki tingkat depresi yang lebih besar, ide suicide, self
esteem yang lebih rendah dan dukungan orang tua yang lebih
rendah dibanding individu tanpa NSSI.
3. The Joiner Theory (teori kemampuan suicide)

 Joiner : untuk mengakhiri hidupnya sendiri, seorang individu


harus mengatasi rasa takut dan sakit terkait perilaku suicide,
kecenderungan yang ia sebut sebagai “kemampuan untuk
suicide.”

 NSSI salah satu cara individu meningkatkan kemampuan untuk


suicide, karena NSSI membiasakan seseorang terhadap rasa
takut dan sakit terkait dengan perilaku suicide.

 NSSI adalah salah satu cara desensitisasi individu thdp rasa


takut dan sakit terkait perilaku suicide, berbagai perilaku lain
seperti penyalahgunaan zat dan alkohol atau pajanan terhadap
kekerasan juga dapat meningkatkan kemampuan seseorang
untuk suicide.
Teori dalam NSSI
 Tentara yang memiliki riwayat NSSI dan
riwayat upaya suicide, kemungkinan 2x lipat
Add Text upaya suicide selama 2
akan melakukan
Simple PowerPoint
tahun berikutnya.

 Individu yang tidak memiliki regulasi emosi


dan keterampilan toleransi akan rentan
terhadap tekanan sehingga mudah
mengalami krisis suicide sebagai respons
terhadap peristiwa pemicu stres.

 NSSI sbg strategi mengatasi tekanan


emosional dan muncul sebelum upaya
suicide pertama di 90% dari personil militer.
ASPEK NEUROBIOLOGI
NON SUICIDAL SELF INJURY
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

1. Predisposisi genetik untuk reaksi emosi / kognitif tinggi


masih sangat tidak konsisten.
 keterlibatan alel T dari GN β3 dalam self mutilation pada
manifestasi klinis belum bisa dijelaskan.

2. Reaktivitas fisiologis yang berubah


 Hyperarousal fisiologis (diukur dengan konduktansi kulit)
ditemukan pada remaja dengan NSSI saat dihadapkan dengan
tugas yang menyusahkan.
 NSSI dapat menurunkan ketegangan fisiologis.
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

3. Neuroimaging
 Kelainan morfologi otak dan aktivitas saraf pasien dengan NSSI
atau BPD.
 Hyperarousal dalam struktur limbik.

3.a. Morfologi otak


 Peningkatan volume kelenjar pituitari (PGV).
 Kadar kortisol lebih tinggi (HPA aksis yang hiperaktif)
 Volume ACC kiri menurun, berkorelasi positif dengan jumlah
episode suicide.
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

3b. Kelainan fungsional


 fMRI : pasien dewasa dengan BPD menunjukkan aktivitas OFC
yang menurun selama mendengarkan naskah yang
menggambarkan situasi stres, dibandingkan dengan kontrol.

 Peningkatan aktivasi DLPFC pada ps BPD yang berada dalam


situasi yang menekan.

 Selama membayangkan NSSI, aktivitas di ACC posterior kanan,


yang bertanggung jawab atas respon emosional dan penilaian
kognitif, menurun (Kraus et al., 2010).
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

4. Lemak
Roaldset (2010) :
o kadar trigliserida ↓
o HDL ↓ : prediktor signifikan pasien dg self-mutilation.
o Sensitivitas rendah, tidak digunakan dalam skrining klinis.
o Kolesterol dan kadar asam lemak esensial rendah dikaitkan
dengan perilaku menyakiti diri, namun bukan merupakan penanda
yang dapat diandalkan.
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

5. Neurotransmitter
5.a. Serotonin
 Serotonin ↓ ≈ NSSI, tdk konsisten.
 Penurunan serotonin ≈ perilaku impulsif dan agresif,
usaha suicide dan depresi.
 Meskipun kadar 5-HT perifer tidak menunjukkan
serotonin otak manusia, namun hal ini dipandang ada
keterlibatan 5-HT dalam NSSI.
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

5. Neurotransmitter
5.b. Dopamin
 Populasi BPD : ada korelasi dopamin thdp NSSI.
 Hewan : Peningkatan menggigit diri sendiri pada tikus
setelah paparan amfetamin.
 Tidak ada perbedaan kadar asam homovanillic, suatu
metabolit dopamin, pada pasien dengan atau tanpa riwayat
NSSI yang semuanya didiagnosis dengan gangguan
kepribadian kluster B dan pernah melakukan upaya suicide.
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

6. Kortisol
 NSSI : penurunan sekresi kortisol secara konsisten.
 Sumbu HPA + endogen opioid dan mekanisme serotonergik
terlibat dalam sekresi kortisol.
 Stres dikaitkan dengan peningkatan sekresi kortisol.
 Heim : PTSD, stres kronis dan gangguan tubuh yang terkait
stres berkorelasi dengan sekresi kortisol baseline yang rendah.
 Kaess (2012) : remaja NSSI → HPA yang hiporesponsif.
 Hipotesis : berkurangnya sekresi kortisol ini menyebabkan
respons stres yang tidak adaptif seperti NSSI
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

7. Opioid endogen
 4 ligan : β-endorfin, enkephalin, dinorfin, nociceptin/orphanin.
 Reseptor : mu, delta, kappa dan nociceptin.
 Diekspresikan di seluruh neuraksis dan jalur nyeri.
 Human Positron Emission Tomography (PET) dan studi Fmri
dari anterior cingulate cortex (ACC) : pelepasan opioid endogen
terjadi selama pengalaman nyeri berkelanjutan
Beberapa aspek neurobiologi yang berperan dalam NSSI

Opioid endogen
 Upaya suicide + PD kluster B :
β – endorphin dan met-enkephalin ↓dg riwayat NSSI.
 Kadar opioid endogen ↓ NSSI berulang.
 Persepsi nyeri dan perilaku adiksi.
 Stanley 2010 : abuse masa kanak menyebabkan opioid
rendah secara kronis dimana NSSI sebagai solusi pemulihan
stres tersebut.
ANALGESIA YANG DIINDUKSI OLEH STRES
(STRESS-INDUCED ANALGESIA = SIA)
Fenomena Analgesia pada NSSI

HABITUASI DISOSIASI SELF


CRITICISM

PAIN THRESHOLD SELF-PUNISHING


PAIN INDURANCE PAIN INDURANCE
Pain Pathways

Ascending
Descending
Inhibitory descending
pain pathways
Mekanisme Stress-Induced Analgesia (SIA)

 Nyeri : respon pertahanan terhadap SIA =


stimulus aversif / berbahaya.  respon supresi thdp
stimulus nyeri pada ma
 Perilaku aversif (ketakutan, cemas, malia, selama / setelah
panik) paparan stimulus stres
 Perilaku menghindar. atau takut.

 Sistem pertahanan individu terhadap  Respon “fight or ”flight”


stimulus yang bisa menyebabkan
rasa sakit.  Neurotransmiter
terlibat.
Mekanisme Stress-Induced Analgesia (SIA)

 Dipengaruhi : jenis kelamin, usia,  fMRI real time :


pengalaman dan merokok.  Melatih diri menekan
rasa sakit.
 Penelitian nyeri :  meningkatkan ambang
(1) tidak semua diproses dengan cara rasa sakit.
yang sama
(2) tidak semua mampu menimbulkan re  Belajar dg sengaja me
spon analgesik, justru sebenarnya ngaktifkan daerah
bisa hiperalgesik. pengontrol rasa nyeri
di otak mereka.
Mekanisme Stress-Induced Analgesia (SIA)

 Neurotransmitter atau neuropeptida dapat memfasilitasi


maupun menghambat stimulus nosiseptif.

 Dominan memfasilitasi stimulus nosiseptif : asam amino


glutamat, histamin, cholecystokinin, melanocortin dan
prostaglandin.

 Dominan menghambat stimulus nosiseptif : GABA, glisin,


vasopresin, oksitosin, adenosin, opioid endogen dan
endokannabinoid.
Proses skematik yang mempengaruhi dorongan suicide.
Model Adiktif Self-Harming

Adiksi perilaku menyakiti diri sendiri, bisa dipandang dari sisi :


 Mekanisme neurobiologis.
 Mekanisme psikologis.

 Neurobiologi :
 Sistem motivasi otak (brain reward system), termasuk sistem
reward mesokortikal dopamin.
 Sistem opioid endogen
 Aktivasi berlebih sistem stres.
Model Adiktif Self-Harming

 Belum ada penelitian langsung reward system mesokortikal dan


perilaku self-harming.

 Pelepasan opioid endogen meningkat setelah kejadian yang


menimbulkan stres.

 Pengurangan nyeri psikologis terkait dengan pelepasan opioid


endogen di sistem saraf pusat.

 Pelepasan opioid ini pada akhirnya dapat menghasilkan


toleransi dan adiksi pada subyek yang rentan.
Model Adiktif Self-Harming

 Stres akut maupun kronis meningkatkan risiko penggunaan zat


dan reseptor Corticotropin Releasing Faktor (CRF), berkaitan
dengan kerentanan terhadap withdrawl dan relaps.

 Polimorfisme gen reseptor CRF dikaitkan dengan eksaserbasi


respon stres dan kerentanan untuk adiksi zat.

 NSSI berulang, ACTH lebih rendah pada pagi atau malam hari.

 HPA aksis dan sistem opioid (beta-endorphin) terkait erat.

 Sistem opioid dan dopaminergik serta aksis HPA, berinteraksi di


forebrain dan diaktifkan oleh zat psikoaktif atau dengan perilaku
dan hal ini terkait dengan adiksi pada perilaku self-harming.
Model Adiktif Self-Harming
Model Adiktif Self-Harming

 Mekanisme psikologis :  Efek katarsis :


 “Sensitisasi" Beck dan katarsis.  dukungan personal
(perhatian medis, kelu
 Beck : arga) / ventilasi
 perilaku suicide disensitisasi oleh piki emosional .
ran suicide, mudah dipicu peristiwa
kehidupan yang penuh tekanan.
 Ada self-aggression.
Zat vs NSSI

ZAT NSSI
 Reinforcement positif dan
negatif.
 Reinforcement negatif.
 Craving lebih kuat

 Dalam konteks emosi positif  Craving kurang kuat.


maupun negatif.
 Dominan pada emosi
negatif.
Model Homeostasis NSSI
NSSI sbg sebuah bentuk Disregulasi Emosi

 Regulasi emosi : upaya untuk ‘mempengaruhi emosi,


bagaimana mengalami dan mengekspresikannya.

 Artinya bahwa kita tidak hanya dapat memodulasi


perilaku emosional kita (yaitu kecenderungan respons),
kita juga dapat mengendalikan intensitas emosi dan
bahkan emosi mana yang kita miliki.

 Kebutuhan untuk mengatur emosi muncul karena emosi


bisa salah, datang pada waktu yang salah atau dari jenis
yang salah.
NSSI sbg sebuah bentuk Disregulasi Emosi

 Model proses regulasi emosi :


(1)seleksi situasi
(2)modifikasi situasi
(3)Perhatian
(4)perubahan kognisi
(5)modulasi respons.
NSSI sbg sebuah bentuk Disregulasi Emosi

 Disregulasi emosi pada BPD :


 Kerentanan emosional
Lebih banyak emosi intens, lebih peka thdp
stimulus emosional negatif dan positif, recovery
lambat ke keadaan emosi dasar.

 Kesulitan mengelola emosi


Kurang keterampilan meregulasi emosi yang
efektif.
NSSI sbg sebuah bentuk Disregulasi Emosi

 Kerentanan emosional dan defisit regulasi emosi


berakar pada kecenderungan biologis
dan diperburuk oleh lingkungan.

 Disregulasi emosi paling jelas pada emosi negatif,


tetapi orang dengan BPD juga dapat
mengalami kesulitan mengatur emosi positif.
RINGKASAN
 NSSI : tindakan penghancuran  Prevalensi Int’nal NSSI
jaringan tubuh seseorang, disengaja : 17–18%.
tanpa adanya niat untuk mati dan pre
diktor suicide di masa depan.  Usia 13 dan 15 tahun.

 ICD-10 : NSSI gejala dan bukan dx.  Faktor risiko : abuse


dan pelecehan masa
 DSM V : kanak, depresi, kecem
Conditions For Further Study (kondisi yg asan, transgender, kon
memerlukan penelitian lebih lanjut). flik dalam keluarga, pe
nggunaan zat.
 Aspek neurobiologi terkait NSSI :  Stress induced analge
 predisposisi genetik reaksi emosi sia memungkinkan ada
tinggi nya NSSI berulang.
 perubahan fisiologis
 Neuroimaging  NSSI :
 Kortisol  model adiktif.
 Neurotransmitter  model homeostasis
 Lemak  disregulasi emosi pd
 sumbu HPA individu dengan BPD.
 sistem opioid.
Terima kasih
Mohon Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai