Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

“ANAMNESIS SERTA OBSERVASI PADA PASIEN PENDERITA


RHEUMATOID ARTHRITIS’
PERIODE : 2 JUNI – 13 JUNI 2020

Disusun oleh :

Mahendra Verdi Suseno (P27228019134)

Sebagai Tugas Memenuhi Persyaratan Ujian Tengah Semester IV

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV OKUPASI TERAPI


JURUSAN OKUPASI TERAPI
POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2020/2021
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN OKUPASI TERAPI
PRODI DIPLOMA IV OKUPASI TERAPI

Identitas Mahasiswa
Nama : Mahendra VerdI S
NIM : P27228019134
Tempat Praktek : Klaten, Jawa Tengah
Periode/Bulan : 1 / Juni 2020

Laporan Kasus

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny SW
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 54 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Bank
Alamat : Klaten, Jawa Tengah
Sisi Dominan : Kanan
Diagnosis Medis : Rheumatoid Arthritis

II. Data Subjektif


A. Data hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi tanggal 4 Juni 2020 diperoleh informasi
bahwa klien mempunyai respond dan attention yang baik kepada lawan
bicara. Ketika pasien diajak berbicara, klien mampu berbicara dengan
dan bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Dapat disimpukan bahwa
klien mempunyai kognitif yang bagus.. Di saat berbicara, pasien
mempunyai intonasi dan penekanan suara yang baik. Darihasil observasi
juga tidak terlihat cara berpakain yang aneh ( dalam artian memerlukan
atribut khusus) klien berpakain dengan rapih dan juga bisa menerapkan
standar kesehatan dalam COVID-19 dengan memakai masker,
mengingat dalam observasi ini dilakukan dalam keadaan pandemi
COVID-19.
Dalam pengamatan tidak terlihat adanya reaksi inflamasi seperti adanya
kemerahan, bekas luka, peradangan ataupun benjolan .Pasien
mengeluhkan rasa nyeri nyeri ketika melakukan aktivitas sehari hari
ataupun disaat bekerja, dengan catatan jika itu pekerjaan yang berat.
Untuk pekerjaan ringan rasa nyeri muncul tidak secepat pada aktivitas
berat. Namun terlihat pasien memiliki berat badan yang diatas berat
ideal. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas yang melibatkan berat tubuh dalam kegiatan seperti berdiri dari
posisi duduk maupun mencoba untuk berjalan dari saat bangun tidur.
Karena Rheumatik Arthritis juga bisa menyerang persendian di lutut.
Hal ini didukung dengan pernyataan pasien yang kesulitan berdiri dari
posisi duduk.
B. Data screening
Klien menderita rheumatoid arthritis yang menghambat aktivitas seperti
menggenggam dan menaiki tangga. Dalam berbagai hasil pengukuran
seperti pengukuran LGS didapat hasil sebagai berikut :
No REGIO Hasil Ukur LGS Normal

1. Wrist Fleksi 55 80


2. Wrist Ekstensi 50 70
3. Radial Deviasi 10 20
4. Ulnar Deviasi 15 30

Kekuatan Otot
No REGIO Hasil pengukuran

1. Wrist Fleksi Nilai 4


2. Wrist Ekstensi Nilai 4

Tanda tanda vital


No Jenis Pemeriksaan Hasil Angka Normal
Pemeriksaan
1. Blood Pressure 110/70 mmHg 120/80 mmHg
2. Respiration Rate 20x / menit 16-20x/ menit
3. Denyut Nadi 62 60-100

C. Initial Assessment
Dari informasi hasil wawancara diketahui bahwa beliau tidak
mempunyai riwayat penyakit apapun sebelumnya namun keluarga besar
pasien rata rata memiliki kondisi hipotensi atau tekanan darah rendah.
pada saat pemeriksaan tekanan darah pasien normal. Kondisi klien
dahulu dengan yang sekarang juga lebih baik karena mengkonsumsi
obat, namun untuk nyeri di pagi hari tetap terasa. Saat ditanya terapis
tentang apa harapan dari pasien, beliau menjawab bahwa ingin segera
sembuh dan melakukan aktivitas seperti dulu lagi. Hal ini menunjukan
bahwa keinginan klien untuk sembuh masih ada.
Pekerjaan pasien adalah sebagai karyawan di salah satu bank di Klaten,
untuk Rheumatoid Arthritis yang diderita beliau cukup mengganggu
dalam pekerjaannya, apalagi pasien banyak melakukan tugas dengan
menggunakan bolpoin dimana dibutuhkan koordinasi dari Wrist, PIP,
DIP serta dibantu MCP. Untuk keluhan pada saat bekerja, pasien hanya
kesulitan sewaktu input data komputer dengan keyboard saat sedang
lembur akhir bulan atau tahun, karena banyak data yang harus
dimasukan pasien di hari tersebut. Namun aktivitas pasien yang paling
terasa adalah disaat mencuci baju di pagi hari. Dimana rasa nyeri yang
terasa adalah saat pagi hari.
a. Screening Test
Pasien mengatakan rasa yang dialami setiap kambuh adalah nyeri di
bagian sendir sendi terutama di pagi hari dan selama/setelah melakukan
aktivitas berat. Beliau mengutarakan jika disaat kambuh maka sulit bagi
beliau untuk melakukan fleksi/ekstensi pada bagian yang terkena
Rheumatoid Arthritis terutama pada bagian di MCP, DIP, PIP pasien
mengalami kesulitan untuk melakukan gerakan fleksi serta pada jari 2-5
disaat beraktifitas dan merasakan nyeri jika melakukan gerakan tersebut
berlama lama. Disaat pasien untuk melakukan gerakan fleksi wrist
pasien bisa melakukannya namun tidak terlihat bergerak dengan leluasa
karena keterbatasan akibat Rheumatoid Arthritis ini. Gerakan yang
dihasilkan juga tidak full ROM.
b. Screening task
Terapis menginstruksikan pasien untuk melakukan aktivitas gerakan
yang diminta seperti bersalaman tangan, untuk aktivitas ini pasien
mampu menggengang tangan terapis dengan baik dan tidak terlihat
kelemasan atau ketidakmampuan. Selanjutnya pasien diinstruksikan
untuk menggenggam toples dengan telapak tangan. Serta juga
diintruksikan untuk mengangkat gelas berisi air. Untuk aktivitas diatas
terlihat bagus dan tidak Nampak kesusahan dalam menjalankannya.

III. Data Objektif


1. Pemeriksaan Barthel Index (BI)
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan blangko pemeriksaan BI
(Barthel Index). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemandirian dari klien, pemeriksaan ini yang pada tanggal 4 juni 2020
dapat diketahui bahwa klien mendapatkan nilai total 100. Berdasarkan nilai
yang di dapat klien sudah mampu mandiri.
2. Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan blangko pemeriksaan lingkup
gerak sendi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui lingkup gerak
sendi dari klien yang dilakukan pada tanggal 4 juni 2020 didapatkan hasil
bahwa beliau mampu melakukan wrist fleksi sebesar 55°,sedangkan dalam
keadaan normal seseorang dapat mendapakan hasil 80°. Untuk ekstensi
wrist sebesar 50° dimana dalam kondisi normal bisa mendapat hasil 70°.
Untuk radial deviasi mendapat hasil 10° dimana normalnya 20°.
Pengukuran ulnar deviasi mendapat hasil 15° dan untuk keadaan seseorang
yang normal sebesar 30°
No REGIO Hasil Ukur LGS Normal

1. Wrist Fleksi 55 80


2. Wrist Ekstensi 50 70
3. Radial Deviasi 10 20
4. Ulnar Deviasi 15 30

3. Pemeriksaan Manual Muscle Testing (MMT)


Berdasarkan pemeriksaan untuk mengukur kekuatan otot klien
menggunakan blangko pemeriksaan KO. Pemeriksaan ini dilaksanakan
pada tanggal 4 Juni 2020. Setelah melakukan pemeriksaan didapatkan
informasi untuk gerakan fleksi wrist mendapatkan nilai 4 dimana berarti
klien bisa menggerakan tangan secara mandiri tanpa bantuan terapis dan
dengan diberi tahanan minimal dari terapis, ketika pasien melakukan
gerakan ini melibatkan otot flexor carpi radialis dan ulnaris, untuk gerakan
ekstensi wrist mendapatkan nilai juga 4 yang artinya masih tidak bisa
mendapat tahanan yang berlebih, bisa bergerak secara mandiri, melawan
gravitasi. Untuk otot yang terlibat yaitu otot extensor carpi radialis longus,
extensor carpi radialis brevis, dan extensor carpi ulnaris.

No REGIO Hasil pengukuran

1. Wrist Fleksi Nilai 4


2 Wrist Ekstensi Nilai 4
3.. Knee Fleksi Nilai 4
4. Pemeriksaan Tanda Tanda Vital
Berdasarkan pemeriksaan untuk mengukur aktivitas tubuh pasien
seperti denyut nadi, tekanan darah, frekuensi nafas. Pemeriksaan ini
dilakukan pada tanggal 6 juni 2020. Setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan hasil seperti dibawah ini :
No Jenis Pemeriksaan Hasil Angka Normal
Pemeriksaan
1. Blood Pressure 110/70 mmHg 120/80 mmHg
2. Respiration Rate 20x / menit 16-20x/ menit
3. Denyut Nadi 62 60-100

IV. Identifikasi problem/Kesimpulan dari data subjetif dan data objektif


a. Aset
Aset yang dimiliki pasien antara lain adalah pada daerah , hip joint
dan shoulder pasien tidak merasakan adanya masalah dan mampu
digunakan secara maksimal sebagaimana mestinya
b. Limitasi

Limitasi yang dimiliki oleh pasien ialah masih mengalami rasa nyeri
pada sendi sendi tangan, dan wrist (dikala pasien bekerja terlalu lama
saat mengetik) menyapu ( karena harus berdiri cukup lama) mencuci
( karena tangan lebih cepat lelah dan timbul nyeri karena kelelahan)
dan kendala disaat hendak berdiri dari posisi duduk dan berbaring
karena membutuhkan banyak tenaga dari posisi tersebut untuk
terbangun dan juga di daerah lutut sering terasa nyeri.
V. Prioritas Masalah
Pasien mempunyai hambatan masakah dalam melakukan aktivitas pada domain
Activity Daily Living (ADL) yaitu mencuci, menyapu, mengetik dalam waktu
lama, berdiri . Kesulitan yang dialami terkait nyeri saat melakukan aktivitas
tersebut mulai dari menyapu yaitu badan akan berdiri cukup lama yang
membuat sendi pada patella terasa nyeri, serta wrist PIP, DIP, MCP. Untuk
mencuci pada yaitu pada saat mengucek dan menyikat terasa nyeri, pada wrist
PIP, DIP, MCP ( mencuci dalam keadaan duduk pada kursi)

VI. Diagnosis Okupasi Terapi


Pasien mengalami gangguan Rheumatoid Arthitis yang mengganggu aktivitas
menyapu, ,mencuci, bahkan berjalan dan bangun dari tempat duduk. Yang
masing masing mempunyai masalah keluhan nyeri di bagian sendi yang terkait
dalam aktivitas tersebut. Hal ini juga mempengaruhi performance dari pasien
yang menurun setelah terkena Rheumatoid Athritis.

VII. Prognosis:
a. Prognosis klinis
Dari hasil observasi terlihat bahwa prognosis klinis klien lebih
kearah Dubia ad bonam yang dimana keadaan awalnya terlihat
meragukan namun setelah menjalani terapi dan pengobatan secara
rutin keadaan klien berangsur angsur membaik.
b. Prognosis fungsional
Dari observasi yang dilakukan terlihat bahwa pasien memilik
prognosis yang baik namun tidak sebaik sebelum didiagnosis
Rheumatoid Athritis. prognosis fungsional yang mungkin didapatkan
klien adalah perbaikan pada kemampuan fungsional secara mandiri.
Selama pasien bisa mengikuti prosedur terapi terkait Rheumatoid
Athritis dan pasien bisa melaksanakan home program yang diberikan
terapis serta rutin untuk melakukan kontrol Rheumatoid Athritis
yang diderita sehingga pasien diharapkan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan yaitu kesembuhan dan bisa menjalankan aktivitas
seperti sebelum terkena Rheumatoid Athritis.

VIII. Kerangka Acuan/Model/Pendekatan


Assessment yang digunakan dalam kasus ini adalah kerangka acuan
biomekanik. Digunakannya pendekatan Biomekanik yaitu agar klien mampu
melakukan kembali kegiatan occupational performance untuk mengatasi
gangguan utama yang menyebabkan keterbatasan/limitasi kemampuan untuk
melakukan suatu aktivitas (Hagedom, 1997; Trombly, 1995).
Menurut Kielhofner treatment dalam kerangka acuan biomekanik ini berfokus
pada pencegahan atau mengurangi impairments melalui penggunaan aktivitas
dan exercise (latihan) yang bertujuan. Kerangka acuan biomekanik diterapkan
pada ketika kondisi klien yang mengalami keterbatasan dalam melakukan
gerakan.

IX. Clinical reasoning dalam menentukan problem, tujuan dan


kerangka acuan dan media yang digunakan

Permasalahan yang dihadapi Ny. S yakni nyeri kaku pada persendian


seperti pada jari jari pada tangan, wrist dan patella yang mengakibatkan
pasien mempunyai batas dalam Lingkup Gerak Sendinya serta pada
Kekuatan Ototnya juga. Hal ini didapat berdasar hasil wawancara yang
dilakukan sebelumnya, pekerjaan yang terhambat yakni disaat mencuci,
menyapu serta berjalan terasa nyeri yang sangat mengganggu Ny S.
Dalam Problem ini pedoman yang digunakan yakni Kerangka Acuan
Biomekanik. Untuk alasan memilih kerangka biomekanik yaitu karena
kerangka acuan ini adalah yang digunakan untuk gangguan dalam
Lingkup Gerak Sendi serta Kekuatan Otot (LGS dan KO) serta
endurance yang disebabkan oleh suatu penyakit / trauma yang
mempengaruhi sendi, tonus, jaringan lunak kulit, dimana hal ini tidak
mempengaruhi otak. Alasan lainnya yakni karena kerangka acuan ini
secara khusus digunakan untuk memperbaiki gerakan fungsional secara
umum. Dalam tujuannya, teknik yang dipakai dalam kerangka acuan
biomekanik adalah untuk mencegah limitasi serta meningkatkan
Lingkup Gerak Sendi. Diantaranya LGS penuh, stretching pasif dan
aktif, (aktivitas yang digradasi) dari yang sederhana sampai yang
kompleks (Trombly, 2002).

Dari kerangka acuan yang dipilih maka media terapi yang digunakan
adalah media yang dapat meningkatkan Lingkup Gerak Sendi dan
Kekuatan Otot contohnya adalah stretching, yang bisa dilakukan dalam
durasi tertentu semisal 10-15 menit.
Menyusun Program terapi
A. Tujuan
i. Tujuan Jangka Panjang 1:
Klien mampu melakukan aktivitas mencuci baju dengan baik selama
11 kali sesi terapi
1. Tujuan Jangka Pendek 1.1. :
Klien mampu menyikat baju dengan tegas secara mandiri dalam
posisi duduk selama 3 kali sesi terapi selama 4 menit dengan 3
kali repetisi
2. Tujuan Jangka Pendek 1.2. :
Klien mampu membilas pakaian secara mandiri dalam posisi
duduk selama 4 kali sesi terapi selama 4 menit dengan 3 kali
repetisi

3. Tujuan Jangka Pendek 1.3. :


Klien mampu memasang pakaian dari ember ke hanger baju untuk
digantung ke kawat jemuran selama dalam posisi berdiri 4 kali
sesi terapi selama 10 menit dengan 3 kali repetisi
ii. Tujuan Jangka Panjang 2:
Klien mampu berjalan naik tangga dengan lancar selama 10x sesi
terapi selama 2 minggu
1. Tujuan Jangka Pendek 2.1. :
Klien mampu menggerakan kakinya dalam posisi flexi ke ekstensi
secara mandiri dalam posisi duduk selama 4 kali sesi terapi
2. Tujuan Jangka Pendek 2.2. :
Klien mampu berjalan kaki sejauh 100 meter secara mandiri
dengan kecepatan sedang selama 4 kali sesi terapi
3. Tujuan Jangka Pendek 2.3. :
Klien mampu melakukan aktivitas bersepeda sejauh 500 m
dengan jalanan datar dan posisi duduk secara mandiri selama 2
kali sesi terapi
4. Tujuan Jangka Pendek 2.4. :
Klien mampu melakukan aktivitas naik tangga dalam posisi
berdiri secara mandiri selama 2 kali sesi terapi

B. Strategi pelaksanaan terapi


1. Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 1.1
a. Adjuctive
Sebelum melakukan STG 1 klien melakukan pemanasan
ringan berupa fleksi dan ekstensi tangan selama 3 menit
secara mendiri. Untuk frekuensi dilakukan selama 10 x 3
kali. Bisa dilakukan di luar ruangan maupun di dalam
ruangan. Dan memakai sandal ataupun sepatu yang tidak
licin jika dilakukan diluar ruangan.
b. Enabling
Media terapi yang digunakan dalam aktivitas ini adalah
sikat cucian. Pelaksanaan aktivitasnnya yaitu mencoba
menyikat kain yang tidak terpakai dengan gerakan
menyikat dengan posisi duduk di kursi kecil. Dalam hal ini
bisa dilakukan dengan kain yang sudah dibahasi ataupun
masih dalam keadaan kering. Untuk tempat menyesuaikan
dengan keadaan basah ataupun kering, misal kering bisa
dilakukan di dalam ruangan. Terapi ini dlakukan sebanyak
3 kali sesi terapi dengan durasi sekitar 4 menit

c. Purposeful
Media terapi yang digunakan masih sama yaitu
menggunakan sikat cucian. Aktivitasnya yaitu menyikat
kain dengan arah kiri ke kanan maupun atas ke bawah dan
sebaliknya.dilakukan selama 3 kali sesi terapi dengan 3
kali repetisi selama 4 menit tempat terapi menyeseuaikan
dengan kondisi basah atupun kering misal basah maka
lebih baik di kamar mandi dengan safety precaution
memakai sandal yang tidak licin

d. Keselamatan diri dan klien Occupation


Safety Precaution untuk aktivitas ini yaitu memakai sandal
atapun sepatu yang memiliki daya cengkram yang bagus
agar tidak mudah terpeleset saat melakukan STG maupun
saat exercise

e. Penjelasan tentang kerangka acuan


Kerangka acuan yang dipilih dalam aktitas ini adalah KA
Biomekanik yang terfokus pada meningkatkan Kekuatan
Otot dan Lingkup Gerak Sendi agar bisa kembali
mendekati kondisi normal

2. Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 1.2


a. Adjuctive
Sebelum melakukan STG 1.2 klien melakukan pemanasan
ringan berupa fleksi dan ekstensi tangan selama 3 menit
secara mendiri. Untuk frekuensi dilakukan selama 10 x 3
kali. Bisa dilakukan di luar ruangan maupun di dalam
ruangan. Dan memakai sandal ataupun sepatu yang tidak
licin jika dilakukan diluar ruangan.

b. Enabling
Media terapi yang digunakan dalam aktivitas ini adalah
baju dan ember Pelaksanaan aktivitasnya membilas yakni
dengan memindahkan baju dari ember satu ke ember yang
lainnya. Tempat untuk melakukan aktivitas ini yakni
tempat yang tidka bermasalah jika terkena banyak air
seperti kamar mandi ataupun ruang untuk mencuci, Terapi
ini dlakukan sebanyak 3 kali sesi terapi dengan durasi
sekitar 4 menit. Untuk frekuensi dilakukan selama 10 x 3
kali

c. Purposeful
Media terapi yang digunakan yakni baju dan ember cucian.
Klien melakuka aktivitasnya dengan cara memindhakan
baju dari ember satu ke ember yang lainnya selama 3 kali
sesi terapi dengan 3 kali repetisi selama 4 menit dan Untuk
frekuensi dilakukan selama 10 x 3 kali. tempat terapi
menyeseuaikan dengan kondisi basah atupun kering misal
basah maka lebih baik di kamar mandi dengan safety
precaution memakai sandal yang tidak licin

d. Keselamatan diri dan klien Occupation


Safety Precaution untuk aktivitas ini yaitu memakai sandal
atapun sepatu yang memiliki daya cengkram yang bagus
agar tidak mudah terpeleset saat melakukan STG maupun
saat exercise

e. Penjelasan tentang kerangka acuan


Kerangka acuan yang dipilih dalam aktitas ini adalah KA
Biomekanik yang terfokus pada meningkatkan Kekuatan
Otot dan Lingkup Gerak Sendi agar bisa kembali
mendekati kondisi normal serta untuk menngkatkan
endurance dari klien agar dalam melakukan aktivitasnya
tidak mudah lelah.

3. Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 1.3


a. Adjuctive
Sebelum melakukan STG 1.3 klien melakukan pemanasan
ringan berupa fleksi dan ekstensi tangan dan pronasi
supinasi selama 3 menit secara mendiri. Untuk frekuensi
dilakukan selama 10 x 3 kali. Bisa dilakukan di luar
ruangan maupun di dalam ruangan. Dan memakai sandal
ataupun sepatu yang tidak licin jika dilakukan diluar
ruangan.
b. Enabling
Media terapi yang digunakan dalam aktivitas ini adalah
baju, ember dan hanger baju Pelaksanaan aktivitasnya
yaitu klien memasangkan hanger baju. Baju diambil dari
ember dan posisi nya dibawah, jadi klien memasangkan
baju dalam posisi berdiri dan setengah berdiri disaat
mengambil pakaian yang ada di ember bawah. Kemudian
memasangkan baju di hanger. Untuk frekuensinya adalah
sebanyak 4 kali sesi terapi selama 10 menit dengan 3 kali
repetisi. Tempat terapinya di luar ruangan atau tempat
untuk menjemur baju untuk safety precautionnya yakni
menggunakan sandal yang tidak licin untuk
menghindarkan klien dari hal yang tidak diinginkan,
contohnya menghindarkan klien agar tidak terpeleset saat
melakukan sesi ini.

c. Purposeful
Media terapi yang digunakan yakni baju, hanger dan
ember cucian. Pelaksanaan aktivitasnya yaitu klien
memasangkan hanger baju. Baju diambil dari ember dan
posisi nya dibawah, jadi klien memasangkan baju dalam
posisi berdiri dan setengah berdiri disaat mengambil
pakaian yang ada di ember bawah. Kemudian
memasangkan baju di hanger. Untuk frekuensinya adalah
sebanyak 4 kali sesi terapi selama 10 menit dengan 3 kali
repetisi. Tempat terapinya di luar ruangan atau tempat
untuk menjemur baju untuk safety precautionnya yakni
menggunakan sandal yang tidak licin untuk
menghindarkan klien dari hal yang tidak diinginkan,
contohnya menghindarkan klien agar tidak terpeleset saat
melakukan sesi ini.

d. Keselamatan diri dan klien Occupation


Safety Precaution untuk aktivitas ini yaitu memakai sandal
atapun sepatu yang memiliki daya cengkram yang bagus
agar tidak mudah terpeleset saat melakukan STG maupun
saat exercise karena melibatkan air dalam aktivitasnya.

e. Penjelasan tentang kerangka acuan


Kerangka acuan yang dipilih dalam aktitas ini adalah KA
Biomekanik yang terfokus pada meningkatkan Kekuatan
Otot dan Lingkup Gerak Sendi agar bisa kembali
mendekati kondisi normal serta untuk menngkatkan
endurance dari klien agar dalam melakukan aktivitasnya
tidak mudah lelah.

4. Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 2.1


a. Adjuctive
Adjuctive dalam melakukan STG 2.1 adalah melakukan
pemanasan terlebih dahulu, pemanasan yang dilakukan
seperti jalan ditempat selama 30 detik, melompat – lompat
selama 30 detik, dan menggerakan kaki ke depan dan ke
belakang selama 1 menit masing masing dlakukan dengan
2 repetisi. untuk tempatnya bisa di luar ruangan yang teduh
ataupun di dalam ruangan. dan untuk melaksanakan STG
2.1 ini klien diminta menggerakan kakinya dalam posisi
flexi ke ekstensi secara mandiri dalam posisi duduk. Untuk
safety precaution klien diminta menggunakan alas kaki
yang tidak licin agar klien tidak mudah terpeleset saat
melakukan pemanasan. Terapi ini dilakukan selama 4 kali
sesi terapi

b. Enabling
Media terapi yang digunakan dalam aktivitas ini adalah
kursi yang digunakan untuk duduk. untuk tempatnya bisa
di luar ruangan yang teduh ataupun di dalam ruangan.
untuk melaksanakan STG 2.1 ini klien diminta
menggerakan kakinya dalam posisi flexi ke ekstensi secara
mandiri dalam posisi duduk.Untuk safety precaution klien
diminta menggunakan alas kaki yang tidak licin agar klien
tidak mudah terpeleset saat melakukan pemanasan. Terapi
ini dilakukan selama 4 kali sesi terapi

c. Purposeful
Media terapi yang digunakan dalam aktivitas ini adalah
kursi yang digunakan untuk duduk. untuk tempatnya bisa
di luar ruangan yang teduh ataupun di dalam ruangan.
untuk melaksanakan aktivitas ini klien diminta
menggerakan kakinya dalam posisi flexi ke ekstensi secara
mandiri dalam posisi duduk.Untuk safety precaution klien
diminta menggunakan alas kaki yang tidak licin agar klien
tidak mudah terpeleset saat melakukan pemanasan. Terapi
ini dilakukan selama 4 kali sesi terapi
d. Keselamatan diri dan klien Occupation
Safety Precaution untuk aktivitas ini yaitu memakai sandal
atapun sepatu yang memiliki daya cengkram yang bagus
agar tidak mudah terpeleset saat melakukan STG maupun
saat exercise, tempat yang diperuntukkan untuk terapi juga
diperhatikan, semisal dengan memakai alas kaki masih
terasa licin maka baikknya untuk pindah ketempat yang
lebih terjaga keamanannya.

e. Penjelasan tentang kerangka acuan


Kerangka acuan yang dipilih dalam aktitas ini adalah KA
Biomekanik yang terfokus pada meningkatkan Kekuatan
Otot dan Lingkup Gerak Sendi agar bisa kembali
mendekati kondisi normal
5. Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 2.2
a. Adjuctive
Adjuctive dalam melakukan STG 2.2 adalah melakukan
pemanasan terlebih dahulu, pemanasan yang dilakukan
seperti jalan ditempat selama 30 detik, melompat – lompat
selama 30 detik, dan menggerakan kaki ke depan dan ke
belakang selama 1 menit masing masing dlakukan dengan
2 repetisi. untuk tempatnya bisa di luar contohnya di
lapangan terbuka agar lebih leluasa dalam bergerak dan
untuk melaksanakan STG 2.2 ini klien diminta berjalan
kaki sejauh 100 meter secara mandiri dengan kecepatan
sedang selama 4 kali sesi terapi. Untuk safety precaution
klien diminta menggunakan alas kaki yang tidak licin agar
klien tidak mudah terpeleset saat melakukan pemanasan.
b. Enabling
Untuk STG 2.2 ini tidak ada media terapi yang digunakan,
karena klien hanya diminta untuk berjalan kaki ringan
sejauh 100 M. untuk tempatnya bisa di luar ruangan yang
teduh ataupun bisa di lapangan. Untuk safety precaution
klien diminta untuk melakukan pemanasan sebelum
berjalan dan klien diminta menggunakan alas kaki yang
tidak licin agar klien tidak mudah terpeleset saat
melakukan pemanasan. Terapi ini dilakukan selama 2 kali
sesi terapi

c. Purposeful
Dalam aktivitas purposeful STG 2.2 ini tidak ada media
terapi yang digunakan, karena klien hanya diminta untuk
berjalan kaki ringan sejauh 100 M. untuk tempatnya bisa
di luar ruangan yang teduh ataupun bisa di lapangan. Untuk
safety precaution klien diminta untuk melakukan
pemanasan sebelum berjalan dan klien diminta
menggunakan alas kaki yang tidak licin agar klien tidak
mudah terpeleset saat melakukan pemanasan. Terapi ini
dilakukan selama 2 kali sesi terapi.

d. Keselamatan diri dan klien Occupation


Safety Precaution untuk aktivitas ini yaitu alas kaki yang
memiliki daya cengkram yang bagus agar tidak mudah
terpeleset saat melakukan STG maupun saat exercise,
tempat yang diperuntukkan untuk terapi juga diperhatikan,
semisal dengan memakai alas kaki masih terasa licin maka
baikknya untuk pindah ketempat yang lebih terjaga
keamanannya. Serta harus dipastikan sebelum melakukan
exercise klien diharuskan melakukan exercise dengan baik
dan benar.

e. Penjelasan tentang kerangka acuan


Kerangka acuan yang dipilih dalam aktitas ini adalah KA
Biomekanik yang terfokus pada meningkatkan Kekuatan
Otot dan Lingkup Gerak Sendi agar bisa kembali
mendekati kondisi normal

6. Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 2.3


a. Adjuctive
Adjuctive dalam melakukan STG 2.3 adalah melakukan
pemanasan terlebih dahulu, pemanasan yang dilakukan
seperti jalan ditempat selama 30 detik, melompat – lompat
selama 30 detik, dan menggerakan kaki ke depan dan ke
belakang selama 1 menit masing masing dlakukan dengan
2 repetisi. untuk tempatnya bisa di luar contohnya di
lapangan terbuka atau dijalanan gang yang sepi agar lebih
leluasa dalam bergerak dan untuk melaksanakan STG 2.3
Untuk safety precaution klien diminta menggunakan alas
kaki yang tidak licin agar klien tidak mudah terpeleset saat
melakukan pemanasan.dan menggunakan helm atau
pelindung siku untuk pesepeda
b. Enabling
Untuk STG 2.3 ini media yang digunakan adalah sepeda ,
Klien mampu melakukan aktivitas bersepeda sejauh 500 m
dengan jalanan datar dan posisi duduk secara mandiri
selama 2 kali sesi terapi. untuk tempatnya bisa di luar
ruangan yang teduh ataupun bisa di lapangan bisa juga di
jalanan gang yang sepi supaya lebih leluasa dalam bergerak
Untuk safety precaution klien diminta untuk melakukan
pemanasan dan klien diminta menggunakan alas kaki yang
tidak licin agar klien tidak mudah terpeleset saat
melakukan pemanasan serta menggunakan helm atau
pelindung siku untuk pesepeda
Terapi ini dilakukan selama 2 kali sesi terapi

c. Purposeful
Media yang digunakan dalam purposeful STG 2.3 ini yaitu
sepeda. Tugas yang dilakukan dalam STG ini adalah Klien
mampu melakukan aktivitas bersepeda sejauh 500 m
dengan jalanan datar dan posisi duduk secara mandiri
selama 2 kali sesi terapi. untuk tempatnya bisa di luar
ruangan yang teduh ataupun bisa di lapangan. Untuk safety
precaution klien diminta untuk melakukan pemanasan dan
klien diminta menggunakan alas kaki yang tidak licin agar
klien tidak mudah terpeleset saat melakukan pemanasan.
Terapi ini dilakukan selama 2 kali sesi terapi.

d. Keselamatan diri dan klien Occupation


Safety Precaution untuk aktivitas ini yaitu alas kaki yang
memiliki daya cengkram yang bagus agar tidak mudah
terpeleset saat melakukan STG maupun saat exercise,
tempat yang diperuntukkan untuk terapi juga diperhatikan,
semisal dengan memakai alas kaki masih terasa licin maka
baikknya untuk pindah ketempat yang lebih terjaga
keamanannya. Serta harus dipastikan sebelum melakukan
exercise klien diharuskan melakukan exercise dengan baik
dan benar. Serta karena STG ini menggunakan media
sepeda maka klien baiknya menggunakan helm dan
pelindung siku dan lutut agar lebih aman
e. Penjelasan tentang kerangka acuan
Kerangka acuan yang dipilih dalam aktitas ini adalah KA
Biomekanik yang terfokus pada meningkatkan Kekuatan
Otot dan Lingkup Gerak Sendi agar bisa kembali
mendekati kondisi normal

7. Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 2.4


a. Adjuctive
Adjuctive dalam melakukan STG 2.4 adalah melakukan
pemanasan terlebih dahulu, pemanasan yang dilakukan
seperti jalan ditempat selama 30 detik, melompat – lompat
selama 30 detik, dan menggerakan kaki ke depan dan ke
belakang selama 1 menit masing masing dlakukan dengan
2 repetisi. untuk tempatnya bisa di luar contohnya di
lapangan terbuka agar lebih leluasa dalam stretching
Untuk safety precaution klien diminta menggunakan alas
kaki yang tidak licin agar klien tidak mudah terpeleset saat
melakukan pemanasan.
b. Enabling
Untuk STG 2.4 ini media yang digunakan adalah tangga
rumah, uraian aktivitasnya yakni Klien mampu melakukan
aktivitas naik tangga dalam posisi berdiri secara mandiri
selama 2 kali sesi terapi. Untuk tempat terapinya yaitu di
tangga rumah dan safety precaution harus dipastikan klien
sudah pemanasan agar tidak keram dan klien diminta
menggunakan alas kaki yang tidak licin serta tidak mudah
terpeleset saat naik tangga. Terapi ini dilakukan selama 2
kali sesi terapi

c. Purposeful
Media yang digunakan dalam purposeful STG 2.4 ini yaitu
tangga rumah. Tugas yang dilakukan dalam STG ini adalah
Klien mampu melakukan aktivitas naik tangga dalam
posisi berdiri secara mandiri selama 2 kali sesi terapi.
Untuk tempat terapinya yaitu di tangga rumah dan safety
precaution harus dipastikan klien sudah pemanasan agar
tidak keram dan klien diminta menggunakan alas kaki yang
tidak licin serta tidak mudah terpeleset saat naik tangga.
Terapi ini dilakukan selama 2 kali sesi terapi

d. Keselamatan diri dan klien Occupation


Safety Precaution untuk aktivitas ini yaitu alas kaki yang
memiliki daya cengkram yang bagus agar tidak mudah
terpeleset saat melakukan STG maupun saat exercise,
tempat yang diperuntukkan untuk terapi juga diperhatikan,
semisal dengan memakai alas kaki masih terasa licin maka
baikknya untuk pindah ke tangga yang lebih terjaga
keamanannya misal ada pegangannya. Serta harus
dipastikan sebelum melakukan exercise klien diharuskan
melakukan exercise dengan baik dan benar.
e. Penjelasan tentang kerangka acuan
Kerangka acuan yang dipilih dalam aktitas ini adalah KA
Biomekanik yang terfokus pada meningkatkan Kekuatan
Otot dan Lingkup Gerak Sendi agar bisa kembali
mendekati kondisi normal. Dengan melakukan aktivitas
lainnya seperti jalan kaki, bersepeda maka akan lebih
membantu dalam meningkatkan KO dan LGS
X. Re-evaluasi
a. Data Subjetif hasil re-evaluasi
Re- evaluasi dilakukan setelah selesai melakukan kedua Tujuan Jangka
Panjang, pasien mengatakan bahwa beliau merasa lebih baik dari sisi
Kekuatan Otot dan LGS. Latihan seperti melakukan fleksi ekstensi
dalam posisi duduk ,berjalan kaki, bersepeda membuat beliau merasa
lebih segar dan sekarang lebih leluasa dalam beraktivitas. Selain dari
terapi yang diberikan, pengaruh dari obat anti-inflamasi yang rutin
dikonsumsi oleh klien membuat kondisinya menjadi lebih baik
b. Data Objektif hasil re-evaluasi
Re- evaluasi yang dilakukan oleh terapis pada tanggal 19 Juli 2020
menunjukan bahwa KO dan LGS dari klien mengalami peningkatan
seperti wrist ekstensi dan wrist fleksi dan knee flexion dari yang semula
mendapat nilai 4 untuk KO sekarang klien bisa menahan tekanan nilai
5. Untuk LGS juga mengalami peningkatan dari fleksi wrist semula 50
menjadi 65 ekstensi wrist dari 55 menjadi 75 . Deviasi ulnar 15
menjadi 20 dan deviasi radial dari 10 menjadi 15 dan knee fleksi dari
120 menjadi 130.
No REGIO Hasil Ukur Hasil Ukur LGS Normal
Awal Akhir
1. Wrist Fleksi 55 75 80
2. Wrist Ekstensi 50 65 70
3. Radial Deviasi 10 15 20
4. Ulnar Deviasi 15 20 30
5. Fleksi Knee
120 130 135

1. Wrist Fleksi Nilai 4 Nilai 5


2 Wrist Ekstensi Nilai 4 Nilai 5
3.. Knee Fleksi Nilai 4 Nilai 5

c. Kesimpulan dari hasil re-evaluasi


Re – evaluasi yang dilakukan pad a19 Juli 2020 dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami kemajuan aktivitasnya, klien mengalami
peningkatan pada KO dan LGS setelah menjalani LTG pertama dan
kedua. Kendala dalam menggenggam karena nyeri sudah berkurang
serta kesulitan saat naik tangga klien menyatakan sudah lebih baik
karena sudah terlatih lewat LTG kedua yang memfokuskan pada
kekuatan otot di bagian kaki

XI. Clinical reasoning dengan proses OT


Progress terapi berjalan dengan baik karena klien mampu mengikuti sesi yang
diberikan oleh terapis dengan baik. LGS dan KO meningkat seiring dengan
waktu pada bagian jari jari dan lutut, faktor yang membuat kesembuhan klien
meningkat yakni :
1. Pasien dapat dan mampu mengikuti sesi terapi yang diberikan terapis
secara rutin
2. Pasien mengikuti saran terapis seperti melakukan exercise secara rutin
agar tubuh menjadi lebih bugar
3. Pasien dapat melaksanakan home program dengan baik dan rutin yang
didasarkan pada kerangka acuan biomekanik dimana bertujuan untuk
melatih KO dan LGS
XII. Follow-up
1. Pasien mampu untuk menjalankan terapi secara rutin
2. Pasien melanjutkan terapi yang dapat melatih KO serta endurance
seperti bersepeda, berjalan kaki serta naik tangga

XIII. Home Program


Dalam home program yang diberikan oleh terapis diharapkan dapat
dlilaksanakan oleh klien secara rutin. Aktivitas aktivitas yang dilakukan juga
bisa ditambahkan dengan alat pendukung seperti tambahan beban untuk melatih
Kekuatan Otot dan Endurance dari klien.
Home program yang diberikan oleh terapis antara lain
1. Klien melakukan pemanasan setiap akan melakukan aktivitas selama 5
menit dan 2 kali repetisi
2. Klien memindahkan botol berisi air dari rak bawah ke rak atas dalam
posisi berdiri selama 3 menit dan 5 kali repetisi dan istirahat
3. Klien membuka tutup toples yang seukuran dengan telapak tangan agar
bisa melatih jari jari nya selama 3 menit dengan 5 kali repetisi dan
istirahat
Daftar Pustaka

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, (Mei 2019) : 1-71


Gunadi, Rachmat W. (2006 ) Diagnosis & Terapi Penyakit Rheumatik. Bandung:
SagungSeto;
Harris ED Jr, (1993) ,Etiology and Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. Dalam:
Textbook of Rheumatology Philadhelpia: Saunders Co.
Hembing, W. (2007). Atasi Asam Urat dan Rematik Ala Hembing. Jakarta : Puspa
Swara
Nainggolan, (2009), Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia :
Majalah Kedokteran Indonesia,Vol. 59, No 12, pp. 589

Anda mungkin juga menyukai