DISUSUN OLEH :
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah Myastenia Gravis. Adapun tujuan penyusunan dari
makalah ini salah satunya untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Neurologi Klinis.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dr. Prasaja, STr.kes., M.kes.
Dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
yang selalu sabar membimbing kami.
Kami sadar akan keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, maka
kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
makalah ini. Saran dan kritik kami harapkan untuk meningkatkan bobot makalah
ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 20
B. Saran....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 21
LAMPIRAN.................................................................................................. 22
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1
Kelenjar timus adalah suatu kelenjar di bagian dada yang berperan sebagai
penghasil antibodi. Sebagian penderita myasthenia gravis mengalami pembesaran
kelenjar timus akibat tumor atau pembengkakan kelenjar.
Gejala utama myasthenia gravis adalah melemahnya otot. Gejala ini akan
timbul setelah beraktivitas dan hilang setelah istirahat. Seiring waktu, otot yang
sering digunakan akan makin melemah dan tidak akan membaik meskipun
penderita telah beristirahat. Gejala myasthenia gravis diawali dengan gangguan
penglihatan, seperti penglihatan kabur atau ganda, akibat melemahnya otot-otot
mata. Salah satu atau kedua kelopak mata juga bisa turun. Selain itu, myasthenia
gravis dapat memengaruhi otot wajah dan tenggorokan. Pada kondisi ini, gejala
yang muncul adalah:
2
Tiap penderita myasthenia gravis mengalami gejala yang berbeda-beda. Gejala
ini berkembang secara perlahan dan cenderung memburuk dalam beberapa tahun
sejak munculnya gejala, bila tidak diobati.
1
Peran okupasi terapi pada dasarnya memberikan latihan untuk membantu
pasien dalam melakukan occupational performance. Latihan diberikan dalam
bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam bentuk permainan. Perlu diingat bahwa
latihan secara bertahap dan melihat kondisi pasien, jangan sampai melelahkan
pasien.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi
B. Gejala
Gejala utama myasthenia gravis adalah melemahnya otot. Gejala ini akan
timbul setelah beraktivitas dan hilang setelah istirahat. Seiring waktu, otot yang
sering digunakan akan makin melemah dan tidak akan membaik meskipun
penderita telah beristirahat. Gejala myasthenia gravis diawali dengan gangguan
penglihatan, seperti penglihatan kabur atau ganda, akibat melemahnya otot-otot
mata. Salah satu atau kedua kelopak mata juga bisa turun. Selain itu, myasthenia
gravis dapat memengaruhi otot wajah dan tenggorokan. Pada kondisi ini, gejala
yang muncul adalah:
4
Kondisi melemahnya otot akibat myasthenia gravis juga dapat menyerang
bagian tubuh lain, seperti otot leher, lengan, dan tungkai. Gejala yang dapat
muncul adalah:
C. Etiologi
Tumor ekstra timus : penyakit Hodgkin, kanker paru tipe small cell
Hipertiroidisme
5
Sensitifitas antigen asing yang cross-reactive dengan reseptor Ach
nikotinik
D. Diagnosis
E. Pengobatan
6
Jenis penanganannya pun berbeda-beda untuk tiap penderita, tergantung
usia, tingkat keparahan, dan kondisi pasien secara keseluruhan. Beberapa tindakan
pengobatan untuk mengatasi myasthenia gravis adalah:
Obat
Jenis obat yang digunakan untuk menangani gejala myasthenia gravis meliputi:
Plasmaferesis
7
Operasi
F. Prognosis
8
Pada pasien dengan kelemahan umum, nadir kelemahan maksimal
biasanya dicapai dalam 3 tahun pertama penyakit. Akibatnya, setengah dari
kematian terkait penyakit juga terjadi selama periode ini. Mereka yang bertahan 3
tahun pertama penyakit biasanya mencapai kondisi mapan atau membaik.
Memburuknya penyakit jarang terjadi setelah 3 tahun.
9
BAB III
PEMAPARAN JURNAL
JURNAL 1
Myasthenia Gravis A Manual for the Health Care Provider James F.
Howard, Jr., M.D. (2009)
Intervensi OT
Setelah tujuan ditetapkan, terapis okupasi akan mengembangkan strategi
intervensi berdasarkan pengetahuan/edukasi, rehabilitasi dan / atau teknik
kompensasi. Untuk terapi tertentu akan tergantung pada beberapa faktor
yang sama yang memandu proses evaluasi. Selain itu, klien perlu edukasi
yang cukup tetang penyakit ini, tentang proses penyakit. Keinginan pasien
untuk kembali hidup normal juga akan memengaruhi jalannya terapi.
Kelebihan
1. Dijelaskan secara runtut bagaimana strategi untuk pasien
2. Intervensi OT berorientasi kepada berfungsinya kembali fisik
pasien
3. Terapi tidak hanya mendukung ketrampilan untuk aktivitas sehari
hari, namun juga aktivitas yang perlu menyesuaikan lingkungan
4. Bisa dilakukan dimana saja
Kekurangan
1. Dalam strategi OT pasien mempunyai banyak sekali limitasi, tetapi
jurnal ini hanya berfokus pada adaptasi lingkungan.
10
10
JURNAL 2
11
latihan untuk berhasil. Selain itu, pentingnya latihan menahan beban
ditekankan sebagai tindakan pencegahan untuk melawan osteoporosis.
Program latihan strategi keseimbangan 16-sesi meningkatkan
kemampuan fungsional dan keseimbangan dalam pasien MG. Pasien
dilatih sekali atau dua kali seminggu pada latihan workstation
terapeutik, mis. tumit-kaki berjalan, duduk untuk berdiri, dan
menangkap bola dan melempar serta keseimbangan berdiri pada busa
dengan mata tertutup.
Lohi et al menunjukkan bahwa latihan fisik aman dan dapat
meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan maksimal untuk individu
dengan MG ringan. Program ini dimodifikasi karena banyak pasien
tidak dapat menyelesaikan jumlah pengulangan yang ditentukan atau
peningkatan progres beban kerja. Pasien tidak memiliki efek negatif
dari latihan kekuatan. Intervensi berupa Resistance exercises (bench
press, lat pulldown, shoulder press, leg extension, and leg curl) 3 kali
per minggu.
12
B. Kelebihan
- Program latihan fisik meningkatkan fungsi, memodifikasi tugas hidup
sehari-hari menggunakan prinsip konservasi energi, memfasilitasi
kembali bekerja dan partisipasi sosial, mengatasi dan beradaptasi
dengan keterbatasan fisik, dan meningkatkan mental kesehatan pasien.
- Penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik atau olahraga pada
individu dengan MG ringan mampu meningkatkan kekuatan dan daya
tahan, dapat mengurangi kelelahan, meningkatkan kekuatan, dan
meningkatkan mobilitas fungsional pasien.
C. Kekurangan
Program latihan fisik terutama latihan fisik yang berat membuat pasien MG
merasa kelelahan yang berlebhihan.
JURNAL 3
Hindawi Publishing Corporation
Autoimmune Diseases
Volume 2012, Article ID 874680, 10 pages
doi:10.1155/2012/874680
Review Article
Myasthenia Gravis : A Review
Myasthenia Gravis (MG) adalah kelainan yang relatif tidak umum,
dengan tingkat prevalensi yang meningkat menjadi sekitar 20 per 100.000
pada populasi AS. Penyakit autoimun ini ditandai oleh kelemahan otot
yang berfluktuasi, memburuk dengan aktivitas, dan membaik dengan
istirahat. Pada sekitar dua pertiga dari pasien, keterlibatan otot mata
ekstrinsik muncul sebagai gejala awal, biasanya berkembang dengan
melibatkan otot bulbar lain dan otot tungkai, yang menghasilkan general
Myasthenia Gravis. Meskipun penyebab gangguan ini tidak diketahui,
peran antibodi yang bersirkulasi terhadap reseptor nikotinik asetilkolin
dalam patogenesisnya telah diketahui dengan baik. Karena gangguan ini
sangat dapat diobati, pengenalan yang cepat sangat penting.
13
Rehabilitasi MG dan Intervensi OT
14
Didalam jurnal ini adapun beberapa rangkuman rehalibitasi
misalnya OT dan TW
14
Kekurangan :
Sayang dalam jurnal ini belum dijelaskan secara detail bagaimana intervensi OT
yang tepat dan tidak diberikan contoh aktivitas sehari-hari apa yang menggunakan
konservasi energi dan teknik kompensasi yang bagaimana yang harus dilakukan.
Dalam menggunakan cara konservasi energi pun tidak dijelaskan bagaimana
caranya.
JURNAL 4
Peningkatan functional oral intake scale dan kualitas hidup pada myastenia gravis
pasca rehabilitasi menelan
A. Latar belakang
15
B. Tujuan
C. Metode
Penelitian ini merupakan quasi experimental open label pre and post-test
design dan data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Penelitian
berlangsung di Poliklinik Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah
Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung sejak Januari − April
2013 pada 10 subjek penelitian. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, penilaian FOIS dengan melihat konsistensi makanan yang
aman ditelan berdasarkan temuan pemeriksaan FEES sebelum dan sesudah
mengikuti program rehabilitasi menelan selama 6 minggu dan penilaian kualitas
hidup dengan kuesioner SWAL-QoL.
Penatalaksanaan disfagia orofaring pada miastenia gravis dapat berupa
penatalaksaan medikamentosa dan non-medikamentosa. Penatalaksanaan
medikamentosa adalah dengan pemberian obat antikolinesterase dan salah satu
penatalaksanaan nonmedikamentosa adalah dengan program rehabilitasi
menelan.13
D. Intervensi OT
16
lama 1 sesi 30 menit, terapi rehabilitasi menelan dilakukan juga di rumah 3 kali
setiap hari selama 6 minggu. Program rehabilitasi dilakukan 1 jam setelah subjek
mendapat terapi obat antikolinesterase.
16
E. Hasil
G. Kekurangan
Pasien dalam program rehabilitasi membuat pasien diet dalam makan padat. Dan
dalam jurnal ini hanya dapat membantu makanan yang tidak padat agar bisa
lansung menelan. Tidak memberikan strategi nya dalam mengunyah.
JURNAL 5
Effects Of Balance Strategy Training In Myasthenia Gravis : A Case Study
Series
Intervensi okupasi terapi
Intervensi terdiri dari kontraksi isometrik maksimal berulang, dan
latihannya yaitu terfokus pada satu sendi dan otot yang sama. Strategi,
penguatan, dan latihan disesuaikan secara individual dengan kemampuan
fisik mereka. Program intervensi yang dipilih dalam studi ini adalah model
setelah metode workstation yang dijelaskan oleh Rendah Choy dan Nitz.
Latihan workstation serupa, yang menangani kebutuhan fungsional subjek,
contoh latihan ini termasuk berjalan tumit-Toe, duduk untuk berdiri, serta
menangkap bola dan melempar. Meningkatnya tantangan progresif
diperkenalkan jika subjek mampu mengatasi. Hal ini dilakukan dengan
meningkatkan jumlah pengulangan, mengubah kecepatan,
memperkenalkan tugas ganda, dll.
17
Kelebihan
1. Metode ini dapat dilakukan di mana saja
2. Metode penelitian ini dapat diterapkan pada berbagai jenis kelamin
(perempuan dan laki-laki) dan dapat juga diterapkan pada klien dengan
berbagai latar belakang.
3. Metode ini dijelaskan secara baik tentang bagaimana melakukan
strategi sesuai dengan kondisi /kemampuan fisik pasien
4. Intervensi berfokus pada kebutuhan fungsional pasien tersebut
Kekurangan
Pembahasan Jurnal
Berdasarkan jurnal atau artilek yang telah dianalisis, dapat
disimpulkan bahwa metode terapi yang efektif adalah metode Latihan
Fisik dipadukan dengan metode Latihan Workstation. Karena metode
latihan fisik dapat meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan maksimal
untuk individu, kemudian metode workstation menangani kebutuhan
fungsional subjek, contoh latihan ini termasuk berjalan tumit, duduk untuk
berdiri, serta menangkap bola dan melempar sehingga individu dapat
melakukan aktivitas ringan, dan tidak selalu berada di tempat tidur.
18
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21