Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AMPUTASI

Di Susun Oleh :

KELOMPOK IV:

1. MUHAMMAD NUR (1740702036)


2. NONI (1740702041)
3. NOVARIA TASIK PASERU (1740702046)
4. MEYTA E KALIGIS (1740702051)
5. OKTA KRISTINA (1740702061)
6. MUHAMMAD MALDINI (1740702056)
7. DARMIKA (1740702047)
8. MIKE (1740702042)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan anugrahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami dengan Judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AMPUTASI”. Adapun
tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB
III.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih


terbatas dab jauh dari sempurnah. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan,
pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Untuk itu, kami menghanturkan
permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini.

Tarakan, 22 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN :

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................2
D. Manfaat ...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI :

A. Konsep Teori :
1. Definisi ..............................................................................................3
2. Jenis dan klasifikasi...........................................................................3
3. Etiologi ..............................................................................................4
4. Manifestasi Klinis .............................................................................5
5. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................6
6. Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi .........................................6
7. Pathway .............................................................................................8
B. Konsep Asuhan Keperawatan :
1. Pengkajian .........................................................................................9
2. Klasifikasi Data .................................................................................11
3. Analisa Data ......................................................................................12
4. Diagnosa keperawatan ......................................................................13
5. Intervensi ...........................................................................................13

BAB III PENUTUP :

A. Kesimpulan .............................................................................................17
B. Saran ........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amputasi berasal dari kata latin amputare yang berarti
“pancung”.Dalam ilmu kedokteran di artikan sebagai “membuang” sebagian
atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ
tubuh) (Reksoprodjo,2002). Amputasi pada ekstremitas bawah sering di
perlukan sebagai akibat penyakit vaskuler periver progresif (sering gejala sisa
diabetes melitus), ganggren trauma (cedera remuk, luka bakar, lula bakar
dingin, luka bakar listrik), deformitas kongenital, atau tumor ganas (Bruner &
suddarth, 2002). Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau
manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara
utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa
sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem
muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan
masalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan
penurunan produktifitas. Lima puluh hingga 75%amputasi ekstremitas bawah
di lakukan pada pasien-pasien yang menderita Diabetes melitus (DM).
Sebanyak 50% dari kasus-kasus amputasi ini di perkirakan dapat di cegah bila
pasien diajarkan tindakan preventif untuk merawat kaki dan mempraktikkan
nya setiap hari (Bruner & suddath ,2002). DM adalah gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau
absolut kerja insulin yang di tandai dengan hiperglykemia. DM akan
menyebabkan perubahan patofisiologi pada berbagai sistem organ seperti mata,
ginjal, ektremitas bawah. Kaki diabetik adalah infeksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai
bawah (Decroli, 2008). Neuropati yang berperan pada komplikasi ini terutama

4
adalah neuropati pada kaki yang menyebabkan mati rasa (baal, kebas). Mati
rasa menyebabkan penderitanya tidak akan merasakan apa-apa walaupun
kakinya terluka parah. Jika tidak cepat diatasi, apalagi kalau kemasukan kuman
(infeksi), kaki yang terluka tersebut bisa menjadi borok parah dan bisa
terancam diamputasi (operasi kaki/tungkai) (Kariadi, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan amputasi?
2. Apa saja jenis dan klasifikasi amputasi?
3. Apa etiologi dari amputasi?
4. Apa saja manifestasi klinis dari amputasi?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik amputasi?
6. Apa saja terapi farmakologi dan nonfarmakologi amputasi?
C. Tujuan
1) Tujuan umum :
Diharapkan mahasiswa mahasiswi mampu memahami bagaaimana
cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien amputasi
2) Tujuan Khusus
- Menjelaskan apa yang dimaksud dengan amputasi, jenis dan klasifikasi,
etiologi dari amputasi
- Menjelaskan apaa saja manifestasi klinis dari amputasi, pemeriksaan
diagnostik, terapi farmakologi dan nonfarmakologi amputasi
- Menjelaskan asuhan keperawatan amputasi
D. Manfaat
Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang pengertian, jenis dan
klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, terapi
farmakologi dan nonfarmakologi, dan konsep keperawatan amputasi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Definis
Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti
pancung. Dalan ilmu kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian
atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat
(organ) tubuh (soelarto reksoprodjo, 1995 : 581)
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap
(syamsuhidayat, 1997 : 1282). Dari bebearpa pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa amputasi adalah perlakuan berupa penghilangan
seluruh atau sebagian ekstermitas atau sesuatu yang menonjol yang
mengakibatkan cacat mentetap.
2. Jenis dan klasifiksi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi (Smeltzer dan
Brenda G.bare (2002)):
a. Amputasi selektif/ terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada
penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta
terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu
tindakan alternatif terakhir.

b. Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai


akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
klien.

6
c. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang
cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Jenis amputasi yang dikenal adalah :

a. Amputasi terbuka. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi


yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang
sama. Amputasi terbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka
perang atau infeksi berat antara lain gangrene, dibuat sayatan dikuliti
secara sirkuler sedangkan otot potongan sedikit proximal dari sayatan
kulit dan gergaji sedikit proximal dari otot.

b. Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang


lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka
yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah
potongan otot dan tulang. Setelah dilakaukan tindakan pemotongan,
maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka opersi/ mencegah
terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,

7
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunan
protese (mungkin). Amputsi tertutup dibuat flap kulit yang
direncanakan luas dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit
penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan.

Berdasarkan gambaran prosedur tindakan pada klien yang


mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan
pada klien sesuai dengan kompotensinnya.
3. Etiologi
Penyakit vaskuler perifer (sering terjadi sebagai gejala sisa diabetes
mellitus), gangrene, trauma (cidera, remuk, luka bakar), deformitas
kongenital, atau tumor ganas. Penyakit vaskularisasi perifer
merupakanpenyebab tertinggi amputasi ekstremitas bawah. Diperlukannya
maputasi terjadi pada penyakit vascular perifer, trauma, neoplasma maligna
(misalnya steosarkoma), infeksi (misalnya infeksi akut, gangrene, infeksi
kronik, osteomilitis), deformitas, dan paralisis. Secara umum penyebab
amputasi adalah kecelakaan, penyakit, dan gangguan congenital (Abd.
Wahid, 2013).
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:
1) Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
2) Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3) Gangguan vasekuler/sirkulasi pada ekstermitas yang berat
4) Infeksi yang berat atau beresiko tinggi meyebar keanggota tubuh
lainnya
5) Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
konservatif

8
6) Deformitas organ
7) Trauma
4. Manifestasi klinis
a. Kehilangan anggota gerak ( ekstermitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung
saraf yang dekat dengan permukaan
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengan keronitis
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau
aterom)
e. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
f. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis
g. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
(Smeltzer dan Brenda G.bare (2002))
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen : Untuk mengidenifikasi abnomalitas tulang (abd. Wahid,
S. Kep., M. Kep. 2013)
2. CT scan : Mengidentifikasi lesi neopalstik,ostemofelitas,Pembentukan
hematoma angiografi dan pemeriksaan aliran darah
3. Mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu
memperkirakan potensial penyambutan jaringan setelah amputasi
4. Kultur luka
5. Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
6. Biopsi
7. Mengkonfimasi diagnosa benigna/ maligna
8. Led
9. Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
10. Hitungan darah lengkap /deferensial
11. Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
6. Terapi Farmakologi
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyambutan luka
imutasi dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan

9
dengan kulit yang sehat. pada lansia mungkin mengalami kelembatan
penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan
lainnya.percepat penyembuhan dapat di lakukan dengan penanganan yang
lembut terhadap sisa tungaki,pengontrolan edama sisa tungkai dengan
baalutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik asptik dalam
perawatan luka untuk menghindari infeksi. Terapi farmakologi dapat
menggunakan:
a. Antibiotik
b. Analgetik
c. Antipiretik {bila di perlukan}
7. Teknik Balutan pada Amputasi
a. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan pluster oi
paris yang di pasang waktu di kamar operasi.Pada waktu
memasang balutan ini harus di rencanakan apakah penderita
harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan di lengkapi
tempat pememasangan ekstensi prostbesis sementara
{pylon} dan kaki buatan. Balutan ini sering di gunakan
untuk mendapat kompresi yang merata,menjaga jaringan
lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaos
kaki steril di pasang pada sisi steril dan bantalan di pasang
pada daerah pekat tekanan. Sisa tungkai {Punting}
kemudian di balut dengan gips elaste yang ketika mengeras
akan memberikan tekanan yang merata.hati-hati jangan
sampai menjerat pembuluh darah. Gips di ganti sekitar 10-
14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh. nyeri berat
atau gips mulai longgar harus segerah di ganti.
b. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat di
gunakan bila di perlukan inspeksi berkala sisa tungkai
{puntung} sesuai kebutuhan, bidai imobilitas dapat di

10
balutkan pada balutan. Hemaloma puntung di control
dengan ulat drainusi luka untuk meminimalkan infeksi.
c. Amputasi bertahap
Amputasi bertahap di lakukan bila ada gangren atau infeksi.
Pertama-tama di lakukan amputasi guilloteni untuk
mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis,luka
didebridemen dan di biarkan mongering.jika dalam
beberapa hari infeksi telah terkontrol damk licn stabile, di
lakukan a mputasi delinitife dengan penutupan kulit.
d. Protesis
Kadang di berikan pada hari pertama pasca bedah hingga
latihan segera dapat di mulai ,keuntungan menggunakan
protesis sementara adalah membiasakan klien menggunakan
protensis sedini mungkin. Kadang protesis darurat baru di
berikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi,
pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis
sementgara di berikan setelah 4 minggu. Protesis ini
bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang.
Artinya defak system musculoskeletal harus diatasi,
termasuk defak faal. Pada ekstremitas bawah,tujuan protesis
ini sebagian besar dapat dicapai, bahakan dengan tangan
miolektrik canggih yang canggih yang bekerja atas sinyal
miolektrik dari otot biseps dan trisepa.

11
8. Pathway

Kecelakaan Infeksi, DM

Respon Fraktur multiple Kerusakan pem. kapiler


psikologi organ tubuh
iskemik
Ansietas Kehancuran jar. Lunak
yang luas serta Nefrosis
kerusakan pada struktur
kulit
Terbentuknya ganggren

Amputasi

Pasca bedah Respon Lokal Kehilangan


Kecacatan
anggota tubuh/
n
Luka Operasi Gangguan ekstremitas
integritas Timbul rasa
kulit/ Kesulitan mel. malu, depresi,
Nyeri
jaringan. aktivitas stres
Akut

Gangguan Gangguan
mobilitas fisik Citra Tubuh

12
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, diagnosa medis,
nomor registrasi.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh keterbatasan aktivitas, gangguan
irkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien amputasi biasanya dapat disebabkan oleh luka diabetes
melitus, kecelakaan dll.
d. Riwayata Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien dengan riwayat diabetes melitus yang sudah menyebar
ke kaki bisa menyebabkan klien amputasi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit keturunan yang dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya amputasi seperti diabetes melitus.
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada pasien amputasi akan mengalami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK di karenakan kesulitan untuk melakukan
kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung di bantu oleh
keluarga atau perawat.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien ampuatasi biasanya tidak akan mengalami penurunan
nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Biasanya pasien amputasi kesulitan waktu miksi dan defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses berwarna kuning, konsistensi
defekasi padat.
4) Pola istirahat dan tidur

13
Biasanya kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan
yang disebabkan oleh nyeri, akibat amputasi.
5) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atauangguan yang di
sebabkan oleh amputasi sehingga kebutuhan pasien di bantu oleh
perawat atau keluarga
6) Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien amputasi biasanya mengalami gangguan diri karena
terjadi perubahan pada dirinya, pasien juga mereasa dirinya rendah,
dan dapat menimbilkan stress dan bisa mengakibatkan risiko bunuh
diri.
7) Pola sensori kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sedang pada pola
kognitif atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
8) Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien dengan amputasi akan terjadi perubahan
peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien
merasa malu atau harga diri rendah.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien
meminta perlindungan atau mendekatkan diri pada Tuhan Yang
Maha Esa
g. Pemeriksaan Fisik
1) Muka/wajah
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan tidak ada oedema.
2) Mata
Bisa terjadi anemis (karena terjadi perdarahan)
3) Sistem integumen
Terdapatnya erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
oedema, nyeri tekan.

14
4) Ekstremitas
Terdapat luka terbuka pada femur, perbedaan ukuran pada
ekstremitas bawah kiri dan kanan karena amputasi ataupun salah
satu ekstremitas terdapat nyeri pada ekstremitas yang amputasi.
2. Klasifikasi Data
 Data Subyektif :
 Klien mengatakan sulit untuk bergerak
 Klien mengatakan nyeri pada bagian tubuh yang diamputasi
 Klien mengatakan sendinya terasa nyeri bila digerakkan
 Klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan adanya luka
amputasi
 Klien mengatakan malu dengan keadaannya sekarang
 Klien mengatakan cemas dengan keadaan
 Data obyektif :
 Klien tidak dapat menggerakkan anggota tubuh lainnya yang massih
ada
 Klien tidak bisa merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk
 Tonus dan kekuatan otot lemah
 Body image dan harga diri klien menurun
 Ekspresi wajah klien meringis kesakitan
 Klien tidak mampu beraktifitas tanpa mengeluh nyeri.
 Tampak adanya luka
 Kulit berwarna merah
 Klien tidak dapat berperan secara aktif selama rehabilitas dan self
care
 Daerah sekitar luka kemerahan dan tidak bengkak
 Klien tampak gelisah

15
3. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
 DS : Kerusakan integritas Gangguan mobilitas
 Klien mengatakan sulit struktur tulang fisik
untuk bergerakan
 DO :
 Klien tidak dapat
menggerakkan anggota
tubuh lainnya yang ada
 Klien tidak dapat merubah
posisi dari posisi tidur ke
posisi duduk
 Tonus dan kekuatan otot
lemah
 Klien tidak dapat melakkan
ambulasi
 DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri pada
bagian tubuh yang
diamputasi
 Klien mengatakan sendinya
terasa nyeri bila digerakkan
 DO :
 Ekspresi wajah klien
meringis kesakitan
 Klien tidak mampu
beraktifitas tanpa mengeluh
nyeri.
 DS : Neuropati perifer Gangguan integritas
 Klien mengatakan merasa kulit/jaringan
tidak nyaman dengan adanya
luka amputasi

16
 DO :
 Tampak adanya luka
 Kulit berwarna merah

 DS : Perubahan Gangguan citra tubuh


 Klien mengatakan malu struktur/bentuk
dengan keadaannya sekarang tubuh

 DO :
 Klien tidak dapat berperan
secara aktif selama
rehabilitas dan self care
 Body image dan harga diri
klien menurun

 DS : Ancaman terhadap Ansietas


 Klien mengatakan tidak bisa konsep diri
tidur memikirkan
penyakitnya
 DO :
 Klien tampak gelisah

4. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang
2) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
3) Gangguan integritas kulit/jaringan b/d neuropati perifer
4) Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur/betuk tubuh
5) Ansietas b/d ancaman konsep diri
5. Intervensi
1) Dx : Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang
Tujuan dan kriteria hasil :

17
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
- Memperagakan menggunakan alat
- Bantu untuk mobilisasi

Intervensi :

- Monitor vital sigh sebelum/sesudah latihan dan lihat respon klien


saat latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
- Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera.
- Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan
kebutuhan
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
- Berikan alat bantu jika pasien memerlukan
2) Dx Kep: Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
Tujuan dan kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan

18
- Kurangi factor presipitas nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
3) Dx Kep : Gangguan integritas kulit/jaringan b/d neuropati perifer
Tujuan dan kriteria hasil :
- Perfusi jaringan normal
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera
- Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
- Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk menggunaan pakaian yang longgar
- Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor tanda dan gejala adanya infeksi pada area insisi
4) Dx Kep : Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur/betuk tubuh
Tujuan dan kriteria hasil :
- Body image positif
- Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
- Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
- Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi :
- Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
- Monitor frekuensi mengkritik dirinya

19
- Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
- Dorong klien menggungkapkan perasaannya
- Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
6) Dx Kep : Ansietas b/d ancaman konsep diri
Tujuan dan kriteria hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol cemas
- Vital sigh dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amputasi adalah amputasi adalah perlakuan berupa penghilangan
seluruh atau sebagian ekstermitas atau sesuatu yang menonjol yang
mengakibatkan cacat mentetap. Amputasi merupakan Pengangkatan memalui
bedah atau traumatik dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan post amputasi diperlukan proses peningkatan yang komperhensif yang
meliputi aspei hio,psiko,sosial,spritual dengan mengikutkan klaen dan keluarga
klaen didalamnya.
B. Saran
1. Saran Bagi Perawat
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan, hal ini memiliki pengetahuan dan keterampilan bagi
perawat agar dapat melakukan tindakan sesuai prosedur.
2. Saran Bagi Pasien
Diharapakan pasen dapat menerapkan cara untuk mencegah terjadinya
amputasi.

21
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Percetakan Mediation Publishing Jogjakarta.
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan indikator
Diagnostik, Edisi. Jakarta : DPP PPNI

22
23

Anda mungkin juga menyukai