PADA AMPUTASI
Di Susun Oleh :
KELOMPOK IV:
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan anugrahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami dengan Judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AMPUTASI”. Adapun
tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB
III.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN :
A. Konsep Teori :
1. Definisi ..............................................................................................3
2. Jenis dan klasifikasi...........................................................................3
3. Etiologi ..............................................................................................4
4. Manifestasi Klinis .............................................................................5
5. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................6
6. Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi .........................................6
7. Pathway .............................................................................................8
B. Konsep Asuhan Keperawatan :
1. Pengkajian .........................................................................................9
2. Klasifikasi Data .................................................................................11
3. Analisa Data ......................................................................................12
4. Diagnosa keperawatan ......................................................................13
5. Intervensi ...........................................................................................13
A. Kesimpulan .............................................................................................17
B. Saran ........................................................................................................17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amputasi berasal dari kata latin amputare yang berarti
“pancung”.Dalam ilmu kedokteran di artikan sebagai “membuang” sebagian
atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ
tubuh) (Reksoprodjo,2002). Amputasi pada ekstremitas bawah sering di
perlukan sebagai akibat penyakit vaskuler periver progresif (sering gejala sisa
diabetes melitus), ganggren trauma (cedera remuk, luka bakar, lula bakar
dingin, luka bakar listrik), deformitas kongenital, atau tumor ganas (Bruner &
suddarth, 2002). Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau
manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara
utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa
sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem
muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan
masalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan
penurunan produktifitas. Lima puluh hingga 75%amputasi ekstremitas bawah
di lakukan pada pasien-pasien yang menderita Diabetes melitus (DM).
Sebanyak 50% dari kasus-kasus amputasi ini di perkirakan dapat di cegah bila
pasien diajarkan tindakan preventif untuk merawat kaki dan mempraktikkan
nya setiap hari (Bruner & suddath ,2002). DM adalah gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau
absolut kerja insulin yang di tandai dengan hiperglykemia. DM akan
menyebabkan perubahan patofisiologi pada berbagai sistem organ seperti mata,
ginjal, ektremitas bawah. Kaki diabetik adalah infeksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai
bawah (Decroli, 2008). Neuropati yang berperan pada komplikasi ini terutama
4
adalah neuropati pada kaki yang menyebabkan mati rasa (baal, kebas). Mati
rasa menyebabkan penderitanya tidak akan merasakan apa-apa walaupun
kakinya terluka parah. Jika tidak cepat diatasi, apalagi kalau kemasukan kuman
(infeksi), kaki yang terluka tersebut bisa menjadi borok parah dan bisa
terancam diamputasi (operasi kaki/tungkai) (Kariadi, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan amputasi?
2. Apa saja jenis dan klasifikasi amputasi?
3. Apa etiologi dari amputasi?
4. Apa saja manifestasi klinis dari amputasi?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik amputasi?
6. Apa saja terapi farmakologi dan nonfarmakologi amputasi?
C. Tujuan
1) Tujuan umum :
Diharapkan mahasiswa mahasiswi mampu memahami bagaaimana
cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien amputasi
2) Tujuan Khusus
- Menjelaskan apa yang dimaksud dengan amputasi, jenis dan klasifikasi,
etiologi dari amputasi
- Menjelaskan apaa saja manifestasi klinis dari amputasi, pemeriksaan
diagnostik, terapi farmakologi dan nonfarmakologi amputasi
- Menjelaskan asuhan keperawatan amputasi
D. Manfaat
Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang pengertian, jenis dan
klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, terapi
farmakologi dan nonfarmakologi, dan konsep keperawatan amputasi.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Definis
Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti
pancung. Dalan ilmu kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian
atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat
(organ) tubuh (soelarto reksoprodjo, 1995 : 581)
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap
(syamsuhidayat, 1997 : 1282). Dari bebearpa pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa amputasi adalah perlakuan berupa penghilangan
seluruh atau sebagian ekstermitas atau sesuatu yang menonjol yang
mengakibatkan cacat mentetap.
2. Jenis dan klasifiksi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi (Smeltzer dan
Brenda G.bare (2002)):
a. Amputasi selektif/ terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada
penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta
terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu
tindakan alternatif terakhir.
6
c. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang
cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
7
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunan
protese (mungkin). Amputsi tertutup dibuat flap kulit yang
direncanakan luas dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit
penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan.
8
6) Deformitas organ
7) Trauma
4. Manifestasi klinis
a. Kehilangan anggota gerak ( ekstermitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung
saraf yang dekat dengan permukaan
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengan keronitis
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau
aterom)
e. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
f. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis
g. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
(Smeltzer dan Brenda G.bare (2002))
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen : Untuk mengidenifikasi abnomalitas tulang (abd. Wahid,
S. Kep., M. Kep. 2013)
2. CT scan : Mengidentifikasi lesi neopalstik,ostemofelitas,Pembentukan
hematoma angiografi dan pemeriksaan aliran darah
3. Mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu
memperkirakan potensial penyambutan jaringan setelah amputasi
4. Kultur luka
5. Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
6. Biopsi
7. Mengkonfimasi diagnosa benigna/ maligna
8. Led
9. Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
10. Hitungan darah lengkap /deferensial
11. Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
6. Terapi Farmakologi
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyambutan luka
imutasi dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan
9
dengan kulit yang sehat. pada lansia mungkin mengalami kelembatan
penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan
lainnya.percepat penyembuhan dapat di lakukan dengan penanganan yang
lembut terhadap sisa tungaki,pengontrolan edama sisa tungkai dengan
baalutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik asptik dalam
perawatan luka untuk menghindari infeksi. Terapi farmakologi dapat
menggunakan:
a. Antibiotik
b. Analgetik
c. Antipiretik {bila di perlukan}
7. Teknik Balutan pada Amputasi
a. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan pluster oi
paris yang di pasang waktu di kamar operasi.Pada waktu
memasang balutan ini harus di rencanakan apakah penderita
harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan di lengkapi
tempat pememasangan ekstensi prostbesis sementara
{pylon} dan kaki buatan. Balutan ini sering di gunakan
untuk mendapat kompresi yang merata,menjaga jaringan
lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaos
kaki steril di pasang pada sisi steril dan bantalan di pasang
pada daerah pekat tekanan. Sisa tungkai {Punting}
kemudian di balut dengan gips elaste yang ketika mengeras
akan memberikan tekanan yang merata.hati-hati jangan
sampai menjerat pembuluh darah. Gips di ganti sekitar 10-
14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh. nyeri berat
atau gips mulai longgar harus segerah di ganti.
b. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat di
gunakan bila di perlukan inspeksi berkala sisa tungkai
{puntung} sesuai kebutuhan, bidai imobilitas dapat di
10
balutkan pada balutan. Hemaloma puntung di control
dengan ulat drainusi luka untuk meminimalkan infeksi.
c. Amputasi bertahap
Amputasi bertahap di lakukan bila ada gangren atau infeksi.
Pertama-tama di lakukan amputasi guilloteni untuk
mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis,luka
didebridemen dan di biarkan mongering.jika dalam
beberapa hari infeksi telah terkontrol damk licn stabile, di
lakukan a mputasi delinitife dengan penutupan kulit.
d. Protesis
Kadang di berikan pada hari pertama pasca bedah hingga
latihan segera dapat di mulai ,keuntungan menggunakan
protesis sementara adalah membiasakan klien menggunakan
protensis sedini mungkin. Kadang protesis darurat baru di
berikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi,
pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis
sementgara di berikan setelah 4 minggu. Protesis ini
bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang.
Artinya defak system musculoskeletal harus diatasi,
termasuk defak faal. Pada ekstremitas bawah,tujuan protesis
ini sebagian besar dapat dicapai, bahakan dengan tangan
miolektrik canggih yang canggih yang bekerja atas sinyal
miolektrik dari otot biseps dan trisepa.
11
8. Pathway
Kecelakaan Infeksi, DM
Amputasi
Gangguan Gangguan
mobilitas fisik Citra Tubuh
12
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, diagnosa medis,
nomor registrasi.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh keterbatasan aktivitas, gangguan
irkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien amputasi biasanya dapat disebabkan oleh luka diabetes
melitus, kecelakaan dll.
d. Riwayata Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien dengan riwayat diabetes melitus yang sudah menyebar
ke kaki bisa menyebabkan klien amputasi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit keturunan yang dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya amputasi seperti diabetes melitus.
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada pasien amputasi akan mengalami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK di karenakan kesulitan untuk melakukan
kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung di bantu oleh
keluarga atau perawat.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien ampuatasi biasanya tidak akan mengalami penurunan
nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Biasanya pasien amputasi kesulitan waktu miksi dan defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses berwarna kuning, konsistensi
defekasi padat.
4) Pola istirahat dan tidur
13
Biasanya kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan
yang disebabkan oleh nyeri, akibat amputasi.
5) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atauangguan yang di
sebabkan oleh amputasi sehingga kebutuhan pasien di bantu oleh
perawat atau keluarga
6) Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien amputasi biasanya mengalami gangguan diri karena
terjadi perubahan pada dirinya, pasien juga mereasa dirinya rendah,
dan dapat menimbilkan stress dan bisa mengakibatkan risiko bunuh
diri.
7) Pola sensori kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sedang pada pola
kognitif atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
8) Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien dengan amputasi akan terjadi perubahan
peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien
merasa malu atau harga diri rendah.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien
meminta perlindungan atau mendekatkan diri pada Tuhan Yang
Maha Esa
g. Pemeriksaan Fisik
1) Muka/wajah
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan tidak ada oedema.
2) Mata
Bisa terjadi anemis (karena terjadi perdarahan)
3) Sistem integumen
Terdapatnya erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
oedema, nyeri tekan.
14
4) Ekstremitas
Terdapat luka terbuka pada femur, perbedaan ukuran pada
ekstremitas bawah kiri dan kanan karena amputasi ataupun salah
satu ekstremitas terdapat nyeri pada ekstremitas yang amputasi.
2. Klasifikasi Data
Data Subyektif :
Klien mengatakan sulit untuk bergerak
Klien mengatakan nyeri pada bagian tubuh yang diamputasi
Klien mengatakan sendinya terasa nyeri bila digerakkan
Klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan adanya luka
amputasi
Klien mengatakan malu dengan keadaannya sekarang
Klien mengatakan cemas dengan keadaan
Data obyektif :
Klien tidak dapat menggerakkan anggota tubuh lainnya yang massih
ada
Klien tidak bisa merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk
Tonus dan kekuatan otot lemah
Body image dan harga diri klien menurun
Ekspresi wajah klien meringis kesakitan
Klien tidak mampu beraktifitas tanpa mengeluh nyeri.
Tampak adanya luka
Kulit berwarna merah
Klien tidak dapat berperan secara aktif selama rehabilitas dan self
care
Daerah sekitar luka kemerahan dan tidak bengkak
Klien tampak gelisah
15
3. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Kerusakan integritas Gangguan mobilitas
Klien mengatakan sulit struktur tulang fisik
untuk bergerakan
DO :
Klien tidak dapat
menggerakkan anggota
tubuh lainnya yang ada
Klien tidak dapat merubah
posisi dari posisi tidur ke
posisi duduk
Tonus dan kekuatan otot
lemah
Klien tidak dapat melakkan
ambulasi
DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri pada
bagian tubuh yang
diamputasi
Klien mengatakan sendinya
terasa nyeri bila digerakkan
DO :
Ekspresi wajah klien
meringis kesakitan
Klien tidak mampu
beraktifitas tanpa mengeluh
nyeri.
DS : Neuropati perifer Gangguan integritas
Klien mengatakan merasa kulit/jaringan
tidak nyaman dengan adanya
luka amputasi
16
DO :
Tampak adanya luka
Kulit berwarna merah
DO :
Klien tidak dapat berperan
secara aktif selama
rehabilitas dan self care
Body image dan harga diri
klien menurun
4. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang
2) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
3) Gangguan integritas kulit/jaringan b/d neuropati perifer
4) Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur/betuk tubuh
5) Ansietas b/d ancaman konsep diri
5. Intervensi
1) Dx : Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang
Tujuan dan kriteria hasil :
17
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
- Memperagakan menggunakan alat
- Bantu untuk mobilisasi
Intervensi :
18
- Kurangi factor presipitas nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
3) Dx Kep : Gangguan integritas kulit/jaringan b/d neuropati perifer
Tujuan dan kriteria hasil :
- Perfusi jaringan normal
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera
- Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
- Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk menggunaan pakaian yang longgar
- Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor tanda dan gejala adanya infeksi pada area insisi
4) Dx Kep : Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur/betuk tubuh
Tujuan dan kriteria hasil :
- Body image positif
- Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
- Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
- Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi :
- Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
- Monitor frekuensi mengkritik dirinya
19
- Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
- Dorong klien menggungkapkan perasaannya
- Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
6) Dx Kep : Ansietas b/d ancaman konsep diri
Tujuan dan kriteria hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol cemas
- Vital sigh dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amputasi adalah amputasi adalah perlakuan berupa penghilangan
seluruh atau sebagian ekstermitas atau sesuatu yang menonjol yang
mengakibatkan cacat mentetap. Amputasi merupakan Pengangkatan memalui
bedah atau traumatik dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan post amputasi diperlukan proses peningkatan yang komperhensif yang
meliputi aspei hio,psiko,sosial,spritual dengan mengikutkan klaen dan keluarga
klaen didalamnya.
B. Saran
1. Saran Bagi Perawat
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan, hal ini memiliki pengetahuan dan keterampilan bagi
perawat agar dapat melakukan tindakan sesuai prosedur.
2. Saran Bagi Pasien
Diharapakan pasen dapat menerapkan cara untuk mencegah terjadinya
amputasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Percetakan Mediation Publishing Jogjakarta.
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan indikator
Diagnostik, Edisi. Jakarta : DPP PPNI
22
23