Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DARING

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GAGAL GINJAL KRONIK

OLEH :

ALEXANDRE A. M. S. GUSMAO
1420118008R

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus ”Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dengan
Diagnosa Medis Gagal Ginjal Kronik” Sudah disetujui dan diresponse pada
tanggal : ...... / ....... / 2021.

Mahasiswa

Alexandre A. M. S. Gusmao
1420118008R

Mengetahui

Pembimbing Ketua Prodi S1

(Syahrir, S.Kep.M.Si) (Syahrir, S.Kep.M.Si)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Daring
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Diagnosa Medis Gagal Ginjal
Kronik“. Dalam menyelesaikan Laporan ini saya menemui banyak kendala, namun atas
kerjasama dan bantuan dari beberapa pihak kendala tersebut dapat teratasi.
Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Markus Kore,S.kep, selaku ketua stikes kupang yang telah memperbolehkan
penulis untuk kuliah di kampus Stikes Nusantara Kupang.
2. Bapak Syahrir, S.kep.M.Si, Ketua Program studi SI ilmu keperawatan stikes nusantara
kupang sekaligus Dosen pembimbing praktek kerja lapangan yang telah mendidik penulis
dalam menyusun Laporan Pratek Kerja Lapangan Daring ini dengan baik.
3. Orang tua saya, Bapak dan Ibu Luisa yang telah memotivasi penulis dengan senantiasa
memberikan dukungan dan doa demi terselesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
Daring ini.
4. Teman-teman semua yang membantu penulis menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan Daring ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan Daring ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan penyusunan laporan-
laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, 22 oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...........................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................3
DAFTAR ISI........................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................6
1.2 Tujuan......................................................................................................................................7
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................................................7
1.2.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................................8
2.1 Pengertian............................................................................................................................8
2.2 Anatomi dan Fungsi Ginjal.................................................................................................8
2.3 Etiologi..................................................................................................................................9
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................10
2.5 Stadium Gagal Ginjal Kronik...........................................................................................11
2.6 Tanda Dan Gejala..............................................................................................................11
2.7 Pathway..............................................................................................................................12
2.8 Komplikasi.........................................................................................................................13
2.9 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................13
2.10 Penatalaksanaan Medis.....................................................................................................15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................17
3.1. Pengkajian..........................................................................................................................17
3.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................18
3.3. Intervensi Keperawatan....................................................................................................19
BAB IV TINJAUAN KASUS............................................................................................................21
4.1. Pengkajian..........................................................................................................................21
4.2. Analisa Data.......................................................................................................................26
4.3. Diagnosa KeperawatanError! Bookmark not
defined.......................................................................................................25
4.4. Intervensi keperawatan.....................................................................................................27
4.5. Implementasi dan Evaluasi………………………………………………………………28
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………………
299
5.1. Kesimpulan.........................................................................................................................32
5.2 Saran……………………………………………………………………………………….27

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut, serta bersifat persisten dan irreversible.
Menurut catatan medical record RS Fatmawati klien gagal ginjal kronik yang
dirawat di RS Fatmawati pada periode 1 Agustus 2003 – 31 Juli 2004 berjumlah 224
orang atau 6,73% dari 3327 penderita penyakit dalam yang dirawat, adapun periode 1
Agustus 2004 – 31 Juli 2005 berjumlah 237 orang atau 6,03 % dari 3930 klien
penyakit dalam yang dirawat, hal ini menunjukan penurunan jumlah penderita gagal
ginjal kronis yang dirawat sebesar 0,33 %, namun demikian masalah keperawatan yang
sering timbul pada gagal ginjal kronik cukup kompleks, yang meliputi : kelebihan
volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kecemasan, penurunan
cardiac output, gangguan mobilitas fisik, konstipasi / diare, resiko tinggi injuri
perdarahan, perubahan proses pikir dan kurangnya pengetahuan.
Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada pasien gagal ginjal
kronik, peran perawat sangat penting, diantaranya sebagai pelaksana, pendidik,
pengelola, peneliti, advocate. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam memberikan
asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif yang meliputi :
mempertahankan pola nafas yang efektif, mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat, meningkatkan aktivitas yang
dapat ditoleransi dan mencegah injury.
Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan kesehatan, khususnya
tentang perbatasan diet, cairan, dll. Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus
membuat perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya sehingga program pengobatan dan perawatan dapat berjalan dengan baik.
Peran perawat sebagai peneliti adalah menerapkan hasil penelitian di bidang
keperawatan untuk meningkat mutu asuhan keperawatan. Peran perawat sebagai
advocate adalah membela hak klien selama perawatan, seperti hak klien untuk
mengetahui rasional penatalaksanaan medis, pemeriksaan penunjang dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran
lebih jelas tentang bagaimana “Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Yang Mengalami
Gagal Ginjal Kronik “.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Yang Mengalami Gagal
Ginjal Kronik
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang :
a. Mampu melakukan Pengkajian keperawatan pada klien Tn. J yang mengalami
gagal ginjal kronik.
b. Mampu menganalisa Data dengan masalah keperawatan pada klien Tn. J yang
mengalami gagal ginjal kronik.
c. mampu menyusun rencana keperawatan pada klien Tn. J yang mengalami
gagal ginjal kronik.
d. Mampu melakukan Implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan yang
telah disusun.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah
dilakukan.

.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus
menerus. Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit. (Elizabeth J.
Corwin, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irreversibel (Arif Mansjoer, 1999).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut
(Slamet Suyono, 2001).

2.2 Anatomi dan Fungsi Ginjal


a. Anatomi Ginjal
Secara normal, manusia memiliki dua ginjal ( ginjal kanan dan kiri ) setiap
ginjal memiliki panjang 12 cm, lebar 7 cm dan tebal maksimum 2,5 cm dan terletak
pada bagian belakang abdomen, posterior terhadap peritoneum, pada cekungan yang
berjalan disepanjang sisi corpus vertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang
melapisi ginjal. Ginjal kanan terletak agak lebih rendah dari pada ginjal kiri karena
adanya hepar pada sisi kanan. Sebuah glandula adrenalis terletak pada bagian atas
setiap ginjal.
Struktur ginjal meliputi, kapsula fibrosa pada bagian luar, korteks adalah
bagian ginjal yang pucat dan berbercak-bercak oleh glomerulus, medula yaitu
bagian ginjal yang berwarna gelap dan bergaris terdiri dari sejumlah papilla renalis
yang menonjol kedalam pelvis dan pembesaran pada ujung atas ureter. Setiap ginjal
dibentuk oleh sekitar satu juta nefron. Nefron adalah unit struktural dan fungsional
ginjal. Setiap nefron terdiri dari tubulus renalis, glomerulus dan pembuluh darah
yang menyertainya. Setiap tubulus renalis adalah tabung panjang yang bengkok,
dilapisi oleh selapis sel kuboid. Tubulus renalis dimulai sebagai kapsula bowman,
mangkuk berlapis ganda yang menutupi glomerulus, terpuntir sendiri membentuk
tubulus kontortus proksimal, berjalan dari korteks ke medula dan kembali lagi,
membentuk ansa henle, terpuntir sendiri kembali membentuk tubulus kontortus
distal. Dan berakhir dengan memasuki duktus koligentes. Setiap duktus koligentes
berjalan melalui medula ginjal, bergabung dengan duktus koligentes dari nefron
lain. Dan mereka membuka bersama pada permukaan papila renalis didalam pelvis
ureter.
b. Fungsi Ginjal
1. Pengaturan cairan tubuh dan mengontrol keseimbangan asam basa.
2. Ekskresi produk akhir yperkalem.
3. Memproduksi Hormon.
Selain fungsinya sebagai pengendali keseimbangan air dan kimia tubuh,
ginjal menghasilkan renin dan eritropitin. Renin diproduksi oleh sel-sel tertentu
dalam dinding arteriol yang dilalui darah menuju glomerulus. Renin disekresi bila
tekanan darah sangat menurun sehingga jumlah darah yang melewati ginjal tidak
cukup. Hormon ini meningkatkan tekanan darah. Hormon lain yang disekresi ginjal
asalah eritropoetin. Eritropoeitin disekresi oleh ginjal sebagai respon terhadap
penurunan tekanan oksigen normal. Hormon ini merangsang pembentukan eritrosit
dalam sumsum tulang dan meningkatkan jumlah darah yang tersedia untuk
pengangkutan oksigen. Fungsi ginjal yang lain memproduksi vitamin D yang aktif
secara biologis. (J Gibson, 2001).

2.3 Etiologi
Menurut Guyton (1997) penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah :
a. Gangguan Imunologi
1. Glomerulonefritis
2. Poliarteritis Nodusa
3. Lupus Eritematosus
b. Gangguan Metabolik
1. Diabetes mellitus
2. Amiloidosis
c. Gangguan Pembuluh Darah Ginjal
1. Arterosklerosis
2. Nefrosklerosis
d. Infeksi
1. Pielonefritis
2. Tuberkulosis
e. Obstruksi traktur Urinarius
1. Batu Ginjal
2. Hipertropi Prostat
3. Konstriksi Uretra
f. Kelainan Kongenital
1. Penyakit polikistik
2. Tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital (hipoksia renalis).

2.4 Patofisiologi
Menurut Price S Anderson (2000), Elizabeth Crowin (2000) dan Guyton (l997)
patofisiologi gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh hipertensi adalah sebagai berikut
: Hipertensi menyebabkan penurunan perfusi renal yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan parenkim ginjal. Hal ini menyebabkan peningkatan renin dan meningkatkan
angiotensin II, selanjutnya angiotensin II dapat menyebabkan dua hal yaitu :
peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi arteriol. Pada kondisi peningkatan
aldosteron, akan meningkatkan reabsorpsi natrium, natrium akan meningkat di cairan
ekstraseluler sehingga menyebabkan retensi air dan peningkatan volume cairan
ekstraseluler. Pada vasokonstriksi arteriol terjadi peningkatan tekanan glomerulus, hal
ini akan menyebabkan kerusakan pada nefron, sehingga laju filtrasi glomerulus
menurun. Sebagai kompensasi dari penurunan laju filtrasi menurun, maka kerja nefron
yang masih normal akan meningkat sampai akhirnya mengalami hipertrofi. Pada
kondisi hipertrofi akan meningkatkan filtrasi cairan tetapi reabsorbsi cairan tubulus
menurun, protein di tubulus di ekskresikan ke urine (proteinuria) yang menyebabkan
penurunan protein plasma (hipoproteinemia), hipoalbuminemia, dan penurunan tekanan
onkotik kapiler. Penurunan tekanan onkotik kapiler menyebabkan edema anasarka.
Pada edema anasarka akan menekan kapiler-kapiler kecil dan syaraf yang akhirnya
terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR lebih lanjut akan menyebabkan tubuh tidak
mampu membuang air, garam dan sisa metabolisme, sehingga terjadi sindrom uremia.
Sindrome uremia akan meningkatkan zat-zat sisa nitrogen, akhirnya terjadi : rasa lelah,
anoreksia, mual dan muntah.
2.5 Stadium Gagal Ginjal Kronik.
Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat penurunan GFR
(Glomerular Filtration Rate) Crowin (2000) meliputi :
a. Penurunan cadangan ginjal : terjadi apabila GFR turun 50 % dari normal.
b. Insufisiensi ginjal : terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 50 % dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima.
c. Gagal ginjal : terjadi apabila GFR kurang dari 20 % dari normal, semakin banyak
nefron yang mati.
d. Penyakit ginjal stadium akhir : terjadi apabila GFR kurang.

2.6 Tanda Dan Gejala


Menurut Suyono (200l) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah :
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.
1. Anoreksia, mual dan muntah yang berhubungan dengan gangguan yperkalem
protein dalam usus dan terbentuknya zat – zat toksik.
2. Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yang diubah
menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafas berbau amonia.
3. Cegukan, belum diketahui penyebabnya.
b. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.
1. Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
2. Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan urokrom.
3. Gatal-gatal akibat toksin uremik.
4. Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5. Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).
c. Sistem Syaraf dan otak.
1. Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
2. Ensepalopati yperkale : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi.
d. Sistem Kardiovaskuler.
1. Hipertensi. Nyeri dada, sesak nafas.
2. Gangguan irama jantung akibat yperkale dini.
3. Edema.
e. Sistem endokrin.
1. Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada
wanita muncul gangguan menstruasi.
2. Gangguan yperkalem glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
f. Gangguan pada sistem lain
1. Tulang : osteodistrofi renal.
2. Asidosis hiperkale akibat penimbunan asam hiperkale.

2.7 Pathway

Gagal Ginjal Kronik

Hipertensi

Volume darah
meningkat

Gangguan fungsi ginjal

GFR menurun
Proteinuria

Ureum Naik Fosfat serum naik Hipoalbumin

Mual Anoreksia Kalsium serum menurun Tekosmetik


plasma turun

Dx. Dx. Kalsium tulang turun


Perubahan Retensi natrium
Nausea
nutrisi
kurang dari
Perubahan dalam tulang- Edema
kebutuhan
penyakit tulang

Penyakit tulang uremik

GGK
Produksi Eritropoitin
Turun

Anemia Renal

DX : Angina DX : DX :
Keletihan Gangguan Anemia
pertukaran
gas

2.8 Komplikasi
Menurut Smeltzer (2000), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
a. Hiperkalemia : akibat penurunan ekskresi, asidosis yperkale, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
b. Perikarditis : efusi yperkalemi dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan yperkal yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin,
angiotensin, yperkalemi.
d. Anemia: akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastro intestinal.
e. enyakit tulang serta kalsifikasi yperkalem akibat retensi fosfat.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang pada pasien GGK adalah :
a. Volume urine : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria) terjadi dalam (24
jam – 48) jam setelah ginjal rusak.
b. Warna Urine : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah.
c. Berat jenis urine : Kurang dari l,020 menunjukan penyakit ginjal contoh :
yperkalemiaritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan memekatkan :
menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal berat.
d. Ph : Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal dan rasio urine/
serum saring (1 : 1).
e. Kliren kreatinin : Peningkatan kreatinin serum menunjukan kerusakan ginjal.
f. Natrium : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bila ginjal tidak
mampu mengabsorpsi natrium.
g. Bikarbonat : Meningkat bila ada asidosis yperkale.
h. Protein : Proteinuria derajat tinggi (+3 – +4 ) sangat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila Sel darah merah dan warna Sel darah merah tambahan juga ada.
Protein derajat rendah (+1 – +2 ) dan dapat menunjukan infeksi atau nefritis
intertisial.
i. Warna tambahan : Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi tambahan warna
merah diduga nefritis glomerulus.

Darah:
1. Hemoglobin : Menurun pada anemia.
2. Sel darah merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan / penurunan
hidup.
3. Ph : Asidosis yperkale (<>
4. Kreatinin : Biasanya meningkat pada proporsi rasio (l0:1).
5. Osmolalitas : Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering sama dengan urine .
6. Kalium : Meningkat sehubungan dengan retensi urine dengan perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan (yperkale sel darah merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.
8. Ph, Kalium & bikarbonat : Menurun.
9. Klorida fosfat & Magnesium : Meningkat.
10. Protein : Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui
urine, perpindahan cairan penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena
kekurangan asam amino esensial.
11. Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya masa / kista (obstruksi
pada saluran kemih bagian atas).
12. Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
13. Endoskopi ginjal / nefroskopi : Untuk menentukan pelvis ginjal (adanya batu,
hematuria).
14. E K G : Mungkin abnormal menunjukkan ketidak seimbangan asam / basa.
2.10 Penatalaksanaan Medis
Menurut Arief Mansjoer (2000) penatalaksanaan yang dilakukan pada klien
dengan gagal ginjal kronik :
a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250 - 1000 mg/hr) atau
diuretik loop (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan
cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen natrium klorida atau
natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan
pencatatan keseimbangan cairan.
b. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20- 40 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea (mual) dan uremia, menyebabkan penurunan ureum dan
perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
c. Kontrol Hipertensi
Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung
kiri. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan
cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah.
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
Untuk mencegah hiperkalemia, hindari masukan kalium yang besar,
diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan ekskresi kalium
(misalnya, obat anti-inflamasi nonsteroid).
e. Mencegah penyakit tulang.
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500- 3000 mg) pada
setiap makan.
f. Deteksi dini dan terapi infeksi.
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imonosupuratif dan terapi lebih
ketat.
g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal.
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya
toksik yang dikeluarkan oleh ginjal Misalnya: analgesik opiate, dan alupurinol.
h. Deteksi terapi komplikasi.
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis,
neuropati perifer, hiperkalemia meningkat, kelebihan volume cairan yang
meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga
diperlukan dialisis.
i. Persiapan yperkal dan program transplantasi.
Hemodialisis adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Pada hemodialis,
darah dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter, masuk kedalam sebuah alat
besar. Didalam mesin tersebut terdapat ruang yang dipisahkan oleh sebuah
membran semipermiabel. Darah dimasukkan ke salah satu ruang. Sedangkan ruang
yang lain di isi oleh cairan dialilsis dan diantara ke duanya akan terjadi difusi.
Tujuan : Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, mengeluarkan sisa
akhir produk metabolisme dalam tubuh, menormalkan Ph dalam tubuh.
Indikasi : Hemodialisa pasa gagal ginjal kronik adalah berdasarkan data
klinis dan biokimia :
1) Klinis meliputi : sindrom uremia , penurunan kesadaran, over load, unuria
( lebih dari 3 hari )
2) Biokimia meliputi : Uremia ( > 200 mg/dl ), yperkalemia ( > 7 mEq/l), asidosis
( Ph darah).
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Menurut Doenges (2002), pengkajian keperawatan pada klien GGK meliputi :
a) Riwayat keperawatan
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Berat badan, Tinggi badan
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat gagal ginjal kronik
b) Pemeriksaan fisik
1. Aktifitas :
Subjektif : Keletihan, kelemahan, malaise
Objektif : Kelemahan otot, kehilangan tonus
2. Sirkulasi :
S : – Hipotensi / hipertensi (termasuk hipertensi maligna)
a. Eklamsi / hipertensi akibat kehamilan.
b. Disritmia jantung.
O : Nadi lemah / halus, hipertensi : ortostatik (hipovolemia), nadi kuat
hipervolemia, edema jaringan umum, termasuk area priorbital, mata kaki,
sacrum, pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
S : Perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi : poliuria
(kegagalan dini) atau penurunan frekwensi / oliguria (fase akhir), disuria, ragu-
ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi / obstruksi, infeksi).
O : – Abdomen kembung, diare, konstipasi
1. Riwayat batu / kalkuli
4. Makanan / cairan
S : – Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi)
1. Mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati.
2. Penggunaan diuretic
O : Perubahan turgor kulit / kelembaban edema (umum, bagian bawah).
5. Neurosensori
S : Sakit kepala, penglihatan kabur.
O : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang pandang,
ketidakmampuan berkonsentrasi, hilangnya memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (ozotemia) ketidakseimbangan elektrolit (asam / basa).
6. Nyeri / kenyamanan
S : Nyeri tubuh, sakit kepala.
O : Perilaku hati-hati / distraksi, gelisah.
7. Pernafasan
S : Nafas pendek.
O : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan kusmaul),
nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda (edema paru).
8. Keamanan
S : Adanya reaksi transfusi.
O : – Demam (sepsis, dehidrasi).
1. Petekie, area kulit ekimosis.
2. Pruritus, kulit kering.
3. Fraktur tulang, deposit kalsium, jaringan lunak sendi.
4. Keterbatasan gerak sendi.
9. Seksualitas
O : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
10. Interaksi sosial
O : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
11. Penyuluhan pembelajaran
O : – Riwayat DM keluarga, nefritis herediter kalkus urinarius.
1. Riwayat terpajan toksin : obat, racun lingkungan.
2. Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini / berulang.

3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang umum ditemukan pada klien GGK menurut
Doenges (2002) dan Smeltzer (2002).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urine, diet
berlebihan, retensi cairan dan natrium.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
c. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi kerja miokardial.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produksi
sampah dan prosedur dialisis.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh & disfungsi seksual.
f. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolik sirkulasi dan sensasi, gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas /
mobilisasi.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan kurang
informasi.

3.3. Intervensi Keperawatan


Menurut Marilyn E Doenges : (2002), Brunner & Suddarth : (2002).
a. Mempertahankan keseimbangan cairan dengan cara :
1. Mengukur intake out put cairan / 24 jam, mengkaji turgor kulit, mengkaji edema,
TTV.
2. Membatasi asupan cairan 500 cc / 24 jam.
3. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium: Kreatinin natrium, kalium, ureum,
klorida, pH.
b. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dengan cara :
Mencatat asupan nutrisi, mengkaji pola diet nutrisi klien, anjurkan cemilan
tinggi kalori rendah protein, rendah natrium.
c. Meningkatkan partisipasi klien dalam aktivitas yang dapat ditoleransi dengan
cara:
Mengkaji faktor yang menimbulkan keletihan, anjurkan istirahat setelah
dialisis, tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat di
toleransi, bantu jika keletihan terjadi.
d. Memperbaiki konsep diri dengan cara :
Mengkaji respon reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan
penanganan, mengkaji koping pasien dan keluarga, ciptakan diskusi terbuka
e. Meningkatkan pengetahuan mengenal kondisi dan penanganannya dengan cara :
1. Mengkaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal kronik.
2. Jelaskan fungsi ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman.
3. Diskusikan masalah nutrisi lain :
Contoh pemasukan masukan protein sesuai dengan fungsi ginjal.
a. Anjurkan masukan kalori tinggi khususnya karbohidrat.
b. Kolaborasi
Terapi obat : kalsium (ikatan Fosfat : contoh : antisida Aluminium hidroksida)
f. Mempertahankan curah jantung dengan cara :
1. Memantau TD dan frekuensi jantung, nadi perifer, pengisian kapiler.
2. Kaji aktifitas, respon terhadap aktifitas..
3. Kaji adanya hipertensi : awasi TD, perhatikan perubahan postural : duduk,
berdiri, berbaring.
4. Kolaborasi :
Awasi elektorit (kalium, natrium, kalsium, magnesium) foto dada, berikan obat anti
hipertensi : Kaptopril, klondin.
g. Mempertahankan kulit tubuh dengan cara :
1. Inspeksi kulit, memantau cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa, ubah
posisi dengan sering, berikan lotion untuk perawatan kulit, selidiki keluhan gatal.
2. Inpeksi kulit terhadap perubahan warna, tugor, pruritus.
3. Pantau masukan cairan, membarqan mukosa dan hidrasi kulit.
4. Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun, berikan salep atau krim (misal
: lanolin, aquaphor).
BAB IV

TINJAUAN KASUS

4.1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 37 Tahun
Tanggal Lahir : 23 Maret 1971
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMU
Suku bangsa : Melayu
Agama : Kristen Katolik
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 09 oktober 2021
Diganosa medis : Gagal Ginjal Kronis (GGK)
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. C
Umur : 35 Tahun
Agama : Kristen Katolik
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)

b. Keluhan Utama
Klien mengeluh mual dan ingin muntah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan saat ini merasa mual dan ingin muntah serta tidak selera
makan, pasien mengatakan perut semakin membesar dan bengkak pada kedua kaki,
selain itu pasien juga mengeluh sesak napas dan badan terasa lemas. Pasien terlihat
hanya berbaring ditempat tidurnya. Hasil TTV : TD : 110/80 mmHg, RR : 20 x/
menit, N : 84 x/ menit.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah dirawat dirumah sakit pada tanggal 10 Oktober 2021 selama 4
hari dengan diagnosa yang sama yaitu GGK, pasien memiliki riwayat penggunaan
obat asam urat namun sudah berhenti ± 2 tahun yang lalu, pasien tidak memiliki
riwayat alergi dan operasi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan kalau orang tua yaitu bapak memiliki riwayat hipertensi.

f. Genogram (3 generasi)

KETERANGAN:
Laki-laki : Meninggal :
Perempuan : Tinggal serumah :
Pasien :

Klien Tn. J berusia 37 tahun, jenis kelamin laki-laki. Klien adalah anak pertama
dari 2 bersaudara. Klien bekerja sebagai seorang wiraswasta. Klien memiliki 1
orang istri dan 3 orang anak. Klien tinggal bersama keluarganya.

g. Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV :
- TD : 110 / 80 mmHg
- RR : 26 x / menit
- N : 90 x / menit
- Suhu : 36oC
h. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Simetris, kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam mulai
beruban dan tidak ada kelainan.
2. Mata
Sclera putih, konjungtiva anemis, palpebra tidak ada edema, refleks cahaya +,
pupil isokor.
3. Hidung
Pernafasan cuping hidung tidak ada, posisi septum nasal simetris, lubang
hidung bersih, tidak ada penurunan ketajaman penciuman dan tidak ada
kelainan.
4. Rongga Mulut dan Lidah
Keadaan mukosa bibir lembab dan pucat. Tonsil ukuran normal uvula letak
simetris ditengah.
Pemeriksaan Thorax
1. Keluhan : Pasien mengeluh sesak napas
2. Inspeksi : Bentuk dada simetris, frekuensi napas 23x/menit, irama nafas teratur,
pola napas dyspnea, pernapasan cuping hidung tidak ada, penggunaan otot bantu
nafas tidak ada, pasien menggunakan alat bantu napas oksigen nasal kanul 3 liter
/ menit.
3. Palpasi : Vocal premitus teraba diseluruh lapang paru, ekspansi paru simetris,
pengembangan sama di paru kanan dan kiri, tidak ada kelainan.
4. Perkusi : Sonor, batas paru hepar ICS 5 dekstra.
5. Auskultasi : Suara napas vesikuler dan tidak ada suara napas tambahan.
Pemeriksaan Jantung
Tidak ada keluhan nyeri dada
1. Inspeksi : Tidak terlihat adanya pulsasi iktur kordis, CRT < 2 detik dan tidak
ada sianosis.
2. Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 dan akral hangat.
3. Perkusi : Batas atas : ICS 2 line : sternal dekstra, Batas bawah : ICS V line
midclavicula sinistra, Batas kanan : ICS III line sternal dekstra, Batas kiri : ICS
III line sternal sinistra.
4. Auskultasi : BJ II Aorta : Dup, regular dan intensitas kuat. BJ II Pulmonal :
Dup, regular dan intensitas kuat. BJ I Trikuspid : Lup, regular dan intensitas
kuat. BJ I Mitral : Lup, reguler dan intensitas kuat. Tidak ada bunyi jantung
tambahan. Tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi
1. BB sebelum HD : 62 Kg, TB : 165 Cm
2. BAB : 1x/hari, konsistensi lunak, jenis diet : diet rendah protein rendah garam,
nafsu makan menurun, porsi makan habis ¼ porsi.
Abdomen
3. Inspeksi : Bentuk membesar, benjolan tidak ada diperut tidak tampa, tidak da
bayangan vena, tidak terlihat adanya benjolan abdomen, tidak ada luka operasi
pada abdomen dan tidak terpasang drain.
4. Auskultasi : Peristaltik 18x/menit
5. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba adanya penumpukan cairan / asites dan
tidak ada pembesaran pada hepar dan lien.
6. Perkusi : Shifting Dullness : (+).
Pemeriksaan System Syaraf
1. Memori : Panjang
2. Perhatian : Dapat mengulang
3. Bahasa : Komunikasi verbal menggunakan bahasa Indonesia
4. Kognisi dan orientasi : Dapat mengenal orang, tempat dan waktu
5. Refleks fisiologis : Patella 2, Achilles 2, Bisep 2, Trisep 2
6. Brankioradialis 2 : Tidak ada keluhan pusing, Istirahat / tidur 5 jam / hari,
pemeriksaan syaraf kranial.
7. N1 – N12 : Normal
Pemeriksaan Sistem Perkemihan
1. Kebersihan : Bersih
2. Kemampuan berkemih : Menggunakan alat bantu (Jenis : Folley Chateter)
ukuran 18, hari ke-2.
3. Produksi urin : 150ml/hari, warna kuning, bau khas urin, tidak ada nyeri tekan
pada kandung kemih.
Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada fraktur,
turgor kulit baik, tidak terdapat luka, terdapat pitting edema grade +3 (ekstremitas
bawah RL +3 dan LL +3), nilai risiko decubitus, pasien dalam kategori tidak
berisiko yaitu dengan skor 7.
Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, getah bening dan trias DM.

i. Pengkajian Psikososial
Persepsi pasien terhadap penyakitnya adalah merupakan cobaan Tuhan.
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya adalah menerima, pasien kooperatif saat
interaksi, pasien tidak mengalami gangguan konsep diri dilihat dari citra tubuh
persepsi pasien terhadap kondisi kakinya tidak jadi masalah meskipun harus
menggunakan tongkat saat berjalan, dari perilaku pasien hanya harus mengikuti
anjuran dari dokter dan perawat dan pasien ingin cepat sembuh.

j. Pengkajian Spiritual
Kebiasaan beribadah sebelum sakit pasien kadang-kadang beribadah. Setelah
sakit pasien belum pernah beribadah.

k. Personal Hygiene
Klien mandi 1x sehari, keramas tidak pernah, memotong kuku setiap 1 minggu
sekali, ganti pakaian 1x sehari, sikat gigi 1x sehari.

l. Hasil Penatalaksanaan
Nama Obat Kandungan Bentuk Kekuatan Dosis/ Cara
Obat Obat Aturan Pemberian
Pakai
Ranitidine Ranitidine Ampul 50 mg 2x1 IV
Furosemide Furosemide Ampul 20 mg 2x1 IV
Asam Folat Asam Folat Tablet 1 mg 2x1 PO
Amlodipine Amlodipine Tablet 10 mg 1x1 PO
4.2. Analisa Data
No Diagnosa Keperawatan Etiologi Masalah
1 DS : Uremia (D.0076)
1. Pasien mengatakan merasa mual Nausea
2. Pasien mengatakan ingin muntah
3. Pasien mengatakan tidak napsu
makan
DO :
1. Pasien terlihat pucat
2. Kadar ureum meningkat (Ureum
132,7 mg/dl).

2 DS : Kelemahan (D.0056)
Pasien mengeluh badan terasa lemas Intoleransi
DO : aktivitas
Tekanan darah dan nadi meningkat

3 DS : Gangguan (D.0022)
1. Pasien mengatakan perut semakin mekanisme Hipervolemia
membesar regulasi
2. Pasien mengatakan kedua kaki
membengkak
DO :
1. Edema pada kedua kaki
2. Asites diperut
3. Kadar hemoglobin 9.0 mg/dl dan
hematocrit 28,1%
4. Oliguria.

4.3. Diagnosa Keperawatan


a. Uremia berhubungan dengan nausea ditandai dengan pasien mengatakan merasa
mual, ingin muntah dan tidak napsu makan.
b. Kelemahan berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai dengan pasien
mengeluh badan terasa lemas, tekanan darah dan nadi meningkat.
c. Gangguan mekanisme regulasi berhubungan dengan hypervolemia ditandai dengan
pasien mengatakan perut semakin membesar dan kedua kaki membengkak.
4.4. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual
berhubungan tindakan 3 x 8 jam Observasi
dengan uremia maka nausea 1. Identifikasi pengalaman mual
ditandai membaik dengan 2. Monitor mual (mis : frekuensi,
dengan pasien kriteria hasil : durasi dan tingkat keparahan.
mengatakan 1. Nafsu makan Terapeutik
merasa mual, membaik 3. Kendalikan faktor lingkungan
ingin muntah 2. Keluhan mual penyebab (mis : bau tak sedap,
dan tidak menurun suara dan rangsangan visual yang
napsu makan. 3. Pucat membaik tidak menyenangkan).
4. Takikardia 4. Kurangi atau hilangkan keadaan
membaik (60 – penyebab mual (mis : kecemasan,
100x/menit) ketakutan, kelelahan).
Edukasi
5. Anjurkan istiahat dan tidur cukup
6. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kcuali jika merangsang mual
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual (mis :
relaksasi, terapi music, akupresur).
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian antiemetic,
jika perlu.

2 Intoleransi Setelah dilakukan Managemen Energi


aktivitas tindakan 3 x 8 jam Observasi
berhubungan maka nausea 1. Monitor kelelahan fisik dan
dengan membaik dengan emosional
kelemahan kriteria hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur
ditandai 1. Keluhan lelah Terapeutik
dengan pasien menurun 3. Lakukan latihan rentang gerak pasif
mengeluh 2. Saturasi oksigen / aktif
badan terasa dalam rentang 4. Libatkan keluarga dalam
lemas, tekanan normal melakukan aktivitas, jika perlu
darah dan nadi 3. Frekuensi nadi Edukasi
meningkat. dalam rentang 5. Anjurkan melakukan aktivitas
normal secara bertahap
4. Pernapasan saat 6. Anjurkan keluarga untuk
beraktivitas dan memberikan penguatan positif
setelah Kolaborasi
beraktivitas 7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
menurun cara meningkatkan asupan
makanan.

3 Hypervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia


berhubungan tindakan 3 x 8 jam Observasi
dengan maka nausea 1. Periksa tanda dan gejala
gangguan membaik dengan hypervolemia (edema, dyspnea,
mekanisme kriteria hasil : suara napas tambahan)
regulasi 1. Asupan cairan 2. Monitor intake dan output cairan
ditandai meningkat 3. Monitor jumlah dan warna urin
dengan pasien 2. Haluaran urin Terapeutik
mengatakan meningkat 4. Batasi asupan cairan dan garam
perut semakin 3. Edema menurun 5. Tinggikan kepala tempat tidur 30 –
membesar dan 4. Tekanan darah : 40o
kedua kaki 90-120 / 60 – 80 Edukasi
membengkak. mmHg 6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian diuretic
8. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretic
9. Kolaborasi pemberian continuous
renal replacement therapy (CRRT),
jika perlu.
4.5. Implementasi dan Evaluasi

No Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


1 10 Oktober 2021 S:
07.20 1. Menanyakan tanda dan gejala primer penurunan curah 1. Pasien mengatakan merasa mual
jantung 2. Pasien mengatakan ingin muntah
07.25 2. Mengkaji tanda dan gejala hypervolemia 3. Pasien mengatakan tidak napsu makan
3. Menanyakan kelelahan fisik pasien
07.30 4. Menanyakan pola dan jam tidur O:
07.35 5. Menanyakan apakah pasien masih mual Pasien terlihat pucat
07.40 6. Mengkaji jumlah dan warna urin
07.45 7. Memberikan posisi semi fowler A:
07.50 8. Memberikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit Masalah belum teratasi
09.00 9. Memberikan injeksi furosemide 20 mg
09.05 10. Memberikan injeksi ranitidine 50 mg P:
09.10 11. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup Lanjutkan intervensi
11.50 12. Mengukur tekanan darah 1. Monitor mual (mis : frekuensi, durasi dan
12.00 13. Memberi makan dengan diet rendah protein rendah tingkat keparahan)
garam 2. Kendalikan faktor lingkungan penyebab
12.30 14. Menganjurkan untuk membersihkan mulut (mis : bau tak sedap, suara dan
rangsangan visual yang tidak
menyenangkan)
3. Anjurkan istirahat dan tidur cukup
4. Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual
5. Berikan pemberian antiemetik
2 11 Oktober 2021 S:
07.20 1. Menanyakan tanda dan gejala primer penurunan curah Pasien mengatakan badan terasa lemas
jantung
07.25 2. Mengkaji tanda dan gejala hypervolemia O:
3. Menanyakan kelelahan fisik pasien Tekanan darah dan nadi meningkat
07.30 4. Menanyakan pola dan jam tidur
07.35 5. Menanyakan apakah pasien masih mual A:
07.40 6. Mengkaji jumlah dan warna urin Masalah belum teratasi
07.45 7. Memberikan posisi semi fowler
07.50 8. Memberikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit P:
09.00 9. Memberikan injeksi furosemide 20 mg Lanjutkan intervensi
09.05 10. Memberikan injeksi ranitidine 50 mg 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
09.10 11. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup 2. Monitor pola dan jam tidur
11.50 12. Mengukur tekanan darah 3. Lakukan latihan rentang gerak pasif /
12.00 13. Memberi makan dengan diet rendah protein rendah aktif
garam 4. Libatkan keluarga dalam melakukan
12.30 14. Menganjurkan untuk membersihkan mulut aktivitas, jika perlu
5. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3 12 Oktober 2021 S:
07.20 1. Menanyakan tanda dan gejala primer penurunan curah 1. Pasien mengatakan perut membesar
2. Pasien mengatakan kedua kaki
07.25 jantung membengkak
2. Mengkaji tanda dan gejala hypervolemia
07.30 3. Menanyakan kelelahan fisik pasien O:
07.35 4. Menanyakan pola dan jam tidur 1. Edema pada kedua kaki
07.40 5. Menanyakan apakah pasien masih mual 2. Asites di perut
07.45 6. Mengkaji jumlah dan warna urin 3. Oliguria
07.50 7. Memberikan posisi semi fowler
09.00 8. Memberikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit A:
09.05 9. Memberikan injeksi furosemide 20 mg Masalah belum teratasi
09.10 10. Memberikan injeksi ranitidine 50 mg
11.50 11. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup P:
12.00 12. Mengukur tekanan darah Lanjutkan intervensi
13. Memberi makan dengan diet rendah protein rendah 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
12.30 garam (edema, dyspnea, suara napas tambahan)
14. Menganjurkan untuk membersihkan mulut 2. Monitor intake dan output cairan
3. Monitor jumlah dan warna urin
4. Batasi asupan cairan dan garam
5. Berikan diuretic sesuai terapi.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan padan Tn.J dengan gagal ginjal kronik
(GGK) dapat disimpulakan sebagi berikut :
a. Pengkajian yang dilakukan tidak banyak berbeda dengan pengkajian pada konsep
berfokus pada masalah yang dihadapi pasien.
b. Mengatasi masalah yang ditemukan pada pasien perlu direncanakan beberapa
tindakan keperawatan dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai sesuai
dengan prioritas masalah.
c. Diagnosa medis dapat saja berubah sejalan dengan waktu sehingga selain terapi
diberikan, pemeriksaan penunjang lainnya harus tetap dikolaborasikan untuk
menentukan dan mengatasi masalah lainnya yang muncul pada pasien.

5.2. Saran
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut (Slamet Suyono, 2001).
Demikian laporan ini dibuat, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3


Volume 8. Jakarta : EGC
2. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan.Edisi 2, Jakarta ; EGC
3. Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofisiologi. Jakarta ; EGC
4. Doengoes, E. Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi I, FKUI :
Media Aesculapius
5. Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
6. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Volume II. Jakarta :
Media Aesculapius
7. Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
8. Suyono, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FK

Anda mungkin juga menyukai