Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN DANGNOSA
ATEROSKLEROSIS DI RUANG
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :

Fahrianto
2017.C.09a.08

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Fahrianto
Program : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.M Dengan
Diangnosa Aterosklerosis Di Ruang Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai syarat untuk


menyelesaikan Keperawatan II Prodi Sarjana keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik.

Vina Agustina, Ners, M.Kep. Marjawatie, S.Kep.,Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Pada Ny.S Diruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap
laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Sindrom Nefrotik.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka raya, 07 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan..............................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................1
1.1 Konsep Penyakit.............................................................................................................1
1.1.1 Definisi.....................................................................................................................1
1.1.2 Anatomi Fisiologi.....................................................................................................1
1.1.3 Etiologi.....................................................................................................................3
1.1.4 Klasifikasi................................................................................................................4
1.1.5 Patofisiologi (Patway)..............................................................................................6
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)..................................................................10
1.1.7 Komplikasi.............................................................................................................10
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................11
1.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................................11
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................................21
1.2.1 Pengkajian..............................................................................................................21
1.2.2 Diagnosa.................................................................................................................22
1.2.3Intervensi.................................................................................................................23
1.2.4 Implementasi..........................................................................................................32
1.2.5 Evaluasi..................................................................................................................33
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................34
2.1 Pengkajian.................................................................................................................34
2.2 Diagnosa....................................................................................................................47
2.3 Intervensi...................................................................................................................49
2.4 Implementasi.............................................................................................................50
2.5 Evaluasi.....................................................................................................................50
Kesimpulan .....................................................................................................................52
Saran................................................................................................................................53
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 KONSEP DASAR ATEROSKLEROSIS


1.1.1 Defenisi
Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau
ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan
sklerosis (indurasi dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah
suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa
endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler,
kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di
seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media
(www.medicastore.com).
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima
arteri besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak,
kalsium. komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima
arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai ateroma atau plak. Karena
aterosklerosis merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita menjumpainya di
ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh yang lain
(Brunner & Suddarth, 2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena
mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah
suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan
fase tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan
tidak terduga berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti
gejala klinik. Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak
berlangsung (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997).
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung,
ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis
terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke.
Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka
bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah
arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua.
Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-
kanak. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi
fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih
dahulu.

1.1.2  ETIOLOGI
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah
dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang
mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini
akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma,
terisi dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak,
terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa
tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka
terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini
menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk
ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan
karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma
mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa
pecah. Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah,
sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan
memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan
mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas
dan mengalir bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat
lain (emboli).
Faktor risiko aterosklerosis dibedakan menjadi 2 yaitu, faktor risiko yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah:
a) Dapat diubah
1. Usia, pada orang tua resiko terjadi atherosklerosis lebih tinggi
2. Sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup
faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di arteri
pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun menyebabkan
tanda-tanda atau gejala, pada pria, risiko meningkat setelah usia 45,
sedangkan pada wanita, risiko meningkat setelah usia 55.
3. Jenis kelamin; pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita
4. Ras
5. Riwayat keluarga dengan Atherosklerosis
6. Risiko aterosklerosis meningkat jika ayah atau saudara laki-laki didiagnosis
dengan penyakit jantung sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara
perempuan didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 65 tahun tetapi
meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit jantung dini faktor risiko, itu
tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan atherosclerosis jika Anda
memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya hidup dan atau
mengambil obat-obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya seringkali
dapat mengurangi pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari
berkembang, bahkan pada orang dewasa yang lebih tua.
b) dapat diubah
1. Mayor
a) Peningkatan lipid serum
b) Hipertensi
c) Merokok; pada orang-orang yang sebelumnya telah memiliki resiko tinggi
untuk menderita penyakit jantung, merokok sangatlah berbahaya karena:
d) Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol HDL dan meningkatkan kadar
kolesterol LDL.
2)  Merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam
darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan
dinding arteri.
3)  Merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit
karena atherosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke
jaringan.
4) Merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk bekuan,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya arteri perifer, penyakit arteri
coroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah
pembedahan.
d)     Gangguan toleransi glukosa
e)      Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
2. Minor
a. Gaya hidup yang kurang gerak
b. Stress psikologik
c. Tipe kepribadian

1.1.3 PATOFISIOLOGI
Akibat langsung aterosklerosis pada arteri meliputi penyempitan (stenosis)
lumen, obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi abnormal pernbuluh darah),
ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan fibrosis organ
yang disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel yang berfungsi aktif
memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen dan peka terhadap
setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila penurunan tersebut berat dan
permanen, sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis (kematian sel akibat
kekurangan aliran darah) dan diganti oleh jaringan fibrosa yang tidak
memerlukan banyak nutrisi.
Aterosklerosis terutama mengenai arteri utama sepanjang. percabangan arteri
dalam berbagai derajat keparahannya, biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang
arteri biasanya hanya terkena pada bagian bifurcation.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi
nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh
darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen
pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik
dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan
aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan
cenderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana
terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli

1.1.4 MANIFESTASI KLINIK


Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit
jantung koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau
penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak,
tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri
yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan
mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke
jaringan.
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi
pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas
gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya
penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi
jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
1.1.5. Tanda dan Gejala
a.       Klaudikasio intermiten
b.      Impotensi atau gangguan ereksi
c.       Nyeri istirahat (sewaktu malam)
d.      Denyut arteri kurang kuat, dinding arteri keras
e.       Bising jantung (murmur)
f.       Hipotrofia otot tungkai
g.      Ujung ekstremitas pucat, sianosis, dingin, kelainan trofik, hilang
bulunya, atrofi kulit
h.      Nekrosis atau gangren

1.1.6 STADIUM ATEROSKLEROSIS


Penyakit sumbatan arteri adalah gangguan aliran arteri yang kronik yang
sering ditemukan dan biasanya memerulukan tindakan bedah. Penggolongannya
didasarkan pada letak, luasnya sumbatan serta ukuran arteri. Beratnya
insuffisiensi aliran darah diarteri ekstrimitas bawah dibedakan dalam stadium
menurut fontaine.
Pada stadium I perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan
arteri. Pada stadium II perfusi ke otot intermiten yaitu nyeri pada otot ekstrimitas
bawah yang timbul ketika berjalan yang memeaksakan berhenti berjalan. Nyeri
hilang bila penderita istirahat. Gejala ini mengurangi penggunaan otot sehingga
jarak tempuh dalam berjaln tidak dapat melebihi jarak tertentu. Pada stadium III
perfusi sudah tidak memadai saat istirahat. Pada stadium IV telah terjadi iskemia
yang mengakibatkan nekrosis, kelainan tropik kulit, atau gangguan penyembuhan
lesi kulit.

Stadium Tanda dan Gejala


I Asimptomatik atau gejala tidak khas (semutan,
II geringgingan)
III Klaudikasio intermiten (sehingga jarak tempuh
IV memendek)
Nyeri saat beristirahat
Manisfestasi kerusakan jaringan karena anoksia (sekresi,
ulkus)
Stadium atherosclerosis menurut Fontaine
1.1.7  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan
terdiagnosis. Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup)
pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.
Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang. Pemeriksaan yang bisa
dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:
a.  ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di
pergelangan kaki dan lenga
b.   Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena
c.    Skening ultrasonik Duplex
d.    CT scan di daerah yang terkena
e.    Arteriografi resonansi magnetik
f.     Arteriografi di daerah yang terkena
g.    IVUS (intravascular ultrasound)

1.1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS


a)  Penatalaksanaan Medik
Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk
pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk
menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin,
kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah, dapat diberikan obat-obatan
seperti aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan.
Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan
meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi
merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass
merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal
dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri
yang tersumbat.
b)  Penatalaksanaan Keperawatan
Mengajarkan tekhnik relaksasi (pernafasan dalam) dan distraksi untuk
mengurangi rasa nyeri pada dada akibat terjadi sumbatan pada arteri koronaria.
Menganjurkan untuk mengonsumsi makanan yang rendah kolesterol, tinggi
protein dan makanan yang kaya akan serat.
1.2 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1 PENGKAJIAN
1.  Identitas  klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota
dan daerah.
2.  Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang: tanda dan gejala klinis aterosklerosis,
gejala yang mudah diamati adalah nyeri dada yang hilang saat
istirahat.
c. Riwayat penyakit dahulu: untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor
penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah
kondisinya.  Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi
pertimbangan dalam penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit
hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan
pengaruhnya terhadap terjadinya aterosklerosis. 
d. Riwayat penyakit keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien
sekarang.
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi-metabolik.
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah
(adanya peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu,
tenggorokan dan gangguan menelan.
b. Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi
abdomen, tidak ada bising usus ( illeus paralitik ).
c. Pola aktifitas-latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
d. Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan
gangguan penglihatan.
e. Pola sensoris
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau
kekaburan pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau
sentuhan menurun terutama pada daerah luka dan ekstremitas, status
mental, koma, ekstremitas lemah atau paralisis, tidak dapat
menggenggam, paralisis wajah, tidak dapat bicara, berkomunikasi
secara verbal, kehilangan pendengaran, penglihatan, sentuhan, refleks
pupil, dan dilatasi.
f. Pola kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian
depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang
dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
pernah dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan
wajah yang menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan
kontak mata ,perubahan irama jantung, ECG (Elektokardiograf),
tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
g. Pola respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas
crakcles atau wheezes atau juga vesukuler. Sputum jernih atau juga
merah muda/pink tinged.
h. Pola interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
i. Pola pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
3. Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan
untuk mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh,
gambaran dari tanda vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari
peningkatan atau penurunan kondisi perfusi jaringan dan kegagalan
jantung dalam berkontraksi.
a. Keluhan atau adanya nyeri: Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih
dalam seberapa besar nyeri muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk
penjalaran dari nyeri yang muncul sehingga dapat diklasifikasikan
daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya nyeri yang terkaji
dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang mengami
penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi kembali dengan
beberapa pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan
mempertegas kondisi pasien.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting
dilakukan karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan
kelainan sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi
penurunan kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut nadi akan
menurun dan juga tekanan darah naik lama kelamaan akan menurun
karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian terhadap
tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya
kelainan sistemik tubuh.
c. Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem
hemodinamik tubuh, karena adanya perubahan curah jantung, maka
sirkulasi juga akan  berkurang, demikian juga cairan dan
keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan
hemodinamik tubuh
d.  Pemantaun perubahan penampakan dan temperature kulit
1)      Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas
dingin
2)      Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas
tergantung dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri
dimana pembuluh darah tidak mampu berkonstruksi.
3)      Sianosis
4)      Rambut hilang
5)      Kuku rapuh
6)      Kulit kering
7)      Atropi dan ulserasi
8)      Edema bilateral atau unilateral
4. Pemeriksaan penunjang
a)  Pemeriksaan ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium,
apalagi dalam kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau
horizontal 1mm atau lebih diluar titik J, bersifat khas, walaupun tidak
patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain dari adanya kelainan
ECG mencakup perubahan gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan
hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta aritmia bersifat non
spesifik untuk penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b) Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia
adalah suatu faktor penting dalam perkembangan aterosklerosis
koronaria. Demikian juga peningkatan kadar gula darah yang diatas rata-
rata, hal ini menunjukkan adanaya risk factor lain yang dapat
menyebabkan aterosklerosis.
1) Elektrolit: ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau
hiperkalemia.
2) Sel darah Putih (SDP): leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak
sehubungan dengan proses inflamasi.
3) Kecepatan sedimentasi: apabila meningkat maka menunjukkan
adanya inflamasi.
Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi
organ akut atau kronis.
4) Kolesterol atau trigeliserida serum: meningkat, menunjukkan
arteriosclerosis.
5. Pemeriksaan dengan
a) Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari
pemeriksaan ini dapta dilihat lokasi penyumbatan dan berapa besar
tingkat aliran darah yang mengaliri koroner dan jantung, dan dilihat
juga seberapa besar adanya penyumbatan aliran tersebut. Dari hasil
echo yang dapat memotret dari 3 dimensi memungkinkan diagnosa dan
tindakan yang akan dilakukan akan tepat sasaran.
b) Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan
biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi
dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
c) Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung didug
gagal jantung koroner atau aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini
disamping untuk mengetahui seberapa besar adanya pembesaran
jantung, juga untuk mengetahui dan mengidentifikasi gangguan sistem
respirasi terutama paru. Dengan adanya photo thorak dapat diketahui
secara dini adanya pneumonia atau infeksi lain sehingga faktor penyulit
tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan cepat.
1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bila mengenai jaringan perifer
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan
pertukaran.
b) Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah
menyuplai oksigen ke jaringan.
c) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
2.   Bila dilakukan pembedahan
a)      Pra pembedahan
    1) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
b)      Post pembedahan
   1) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-
saraf akibat luka operasi.
    2)  Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka
operasi (pembedahan)
    3)    Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
3.      Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup
a) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
sumber- sumber informasi

1.2.3 INTERVENSI
1.      Bila mengenai jaringan perifer
a)      Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan
pertukaran.
Tujuan NOC:
1)     Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris
2)     Suhu ekstremitas hangat
3)     Tingkat sensasi normal
Intervensi NIC:
1)      Rendahkan ekstremitas
Rasional : untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat.
2)      Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari jantung
Rasional : untuk meningkatkan aliran darah balik vena
3)      Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama tirah baring
Rasional : untuk mencegah terjadinya perubahan integritas kulit.
4)      Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti bantalan pansa,
botol berisi air panas, dan kantung es.
Rasional : suhu yang terlalu ekstrim dapat
5)      Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki
Rasional : pencegahan terhadap adanya statis vena
b)  Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan
Tujuan NOC:
1)      Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan
untuk mencegah nyeri
2)      Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
3)      Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
4)      Pasien dapat mempertahankan tingkat nyeri
Intervensi NIC:
1)      Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
2)      Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
3)      Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama
aktivitas yang menyakitkan
4)      Kolaborasi dalam pemberian analgesia
5)      Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
c)      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi
Tujuan NOC:
1)      Kulit utuh, warna normal
2)      Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi
Intervensi NIC:
1)      Lakukan penilaian sirkulasi perifer yang komprehensif (misalnya cek
nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna kulit, dan suhu ekstremitas)
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
2)      Pantau kulit dari adanya perubahan integritas kulit.
Rasional : pencegahan, meminimalkan cedera, atau rasa tidak nyaman pada
pasien.
3)      Hindari trauma kimia, mekanik atau panas yang melibatkan ekstremitas
2.      Bila dilakukan pembedahan
a)      Pra pembedahan
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
Tujuan NOC:
1)      Tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
2)      Tidak ada gangguan persepsi sensori
3)      Pasien dapat mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara
tepat
Intervensi NIC:
1)      Kaji tingkat ansietas yang terjadi
2)      Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat
pemahaman pasien dan keluarga
3)      Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
4)      Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan
yang tenang.
5)      Diskusikan ketegangan dan harapan pasien
c)      Post pembedahan
1)      Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-saraf
akibat luka operasi.
Tujuan NOC:
a.       Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan
untuk mencegah nyeri
b.      Pasien mampu melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
c.       Pasien mampu menunjukkan tekhnik relaksasi secara individual yang
efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi NIC:
a.       Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
b.      Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
c.       Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama
aktivitas yang menyakitkan
d.      Kolaborasi dalam pemberian analgesia
2)      Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka
operasi (pembedahan)
Tujuan NOC:
a.       Terbebas dari tanda atau gejalainfeksi
b.      Pasien akan melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti
prosedur dan pemantauan
Intervensi NIC:
a.       Pantau tanda dan gejala infeksi
b.      Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak terinfeksi
c.       Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang rawat luka dengan tekhnik
sepsis dan asepsis
d.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotika
3)      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
Tujuan NOC:
a.       Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif
b.      Mengingesti makanan secara adekuat untuk meningkatkan integritas
kulit
Intervensi NIC:
a.       Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit
b.      Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih
c.       Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin
d.      Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit
3.      Bila dianjurkan memodifikasi gaya hidup
a)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
sumber-sumber informasi.
Tujuan NOC:
1)      Berpartisipasi dalam proses belajar
2)      Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau prognosis dan aturan
terapeutik
3)      Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi NIC:
1)      Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu.
Rasional: membantu dalam membangun harapan yang realistis dan
meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
2)      Sarankan pasien menurunkan atau membatasi stimulasi lingkungan
terutama selama kegiatan berfikir
Rasional: stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses
berfikir
3)      Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual (seperti hipertensi,
kegemukan, merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral)
Rasional: meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin menurunkan
resiko kambuh.

1.2.4 IMPLEMENTASI
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan
pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun /
ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal
dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun
perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih
intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1.      Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2.      Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3.       Menyiapkan lingkungan terapeutik
4.      Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5.      Memberikan asuhan keperawatan langsung
6.      Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan
klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,
mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk
mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat
menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian
keperawatan. Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada
tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan
terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar
keperawatan.

1.2.5 EVALUASI
1.      Bila mengenai jaringan perifer
a)      Ketidakefektifan perfusi jaringan: suplai darah arteri ke ekstremitas
meningkat (teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat).
b)      Nyeri: pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik
dengan baik.
c)      Risiko kerusakan integritas kulit: integritas kulit terjaga, tidak terjadi
trauma dan iritasi kulit.
2.      Bila dilakukan pembedahan
a)      Pra pembedahan:
Ansietas: tanda dan gejala ansietas menurun.
b)      Post pembedahan:
1)      Nyeri akut: nyeri pasca bedah terkontrol.
2)      Risiko infeksi: infeksi luka operasi tidak terjadi.
3)      Risiko kerusakan integritas kulit: kulit tampak terawat baik, integritas
kulit terjaga.
3.      Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup
a)      Kurang pengetahuan: pemahaman pasien meningkat, pasien
menunjukkan mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajin di ruang aster pada tgl 07 oktober 2019 pukul 14.00 wib.

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama pasien Tn.N umur 55 Tahun Laki-Laki Suku Dayak/Indonesia agama
hindu Pekerjaan wirasusta Pendidikan lulusan SD Status Kawin Alamat Tbg
Manase tangal masuk rumah sakit kamis 10 Oktober 2019 dengan Diagnosa
Medis Aterosklerosis
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama
pasien mengatakan nyeri dada .
Pengkajian nyeri mengunakan PQRST
P : nyeri bertambah saat di bawa beraktivitas
Q : nyeri tertusuk.
R : nyeri seperti diare.
S : sekala nyeri 6 ( nyeri sedang )
T : nyeri datang sewaktu waktu/kadang dengan durasi yg tidak menentu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 03 oktober 2019. Pukul 11.00 wib
pasien merasakan. Nyeri tertusuk-tusuk dan sesak napas RR 28 . Pada
tangal 03 oktober 2019 keluarga pasien memutuskan di bawa ke rumah
sakit kuala kurun. Sampai di IGD pasien di beri terapi oksigen 3 liter
infus D5% 16 tpm injeksi ketorolac 50 mg dan ceftriaxone pasien di cek
darah lengkap dan usg abdomen di diagnosa Hepatoma. Pasien di rawat
inap 4 hari dan masalah belum teratasi. Kerena vaselitas tidak memadai
pasien di rujuk ke RSUD dr. Doris Sylvanus. Palangka raya. Sampai di
IGD pukul 03.00 wib Pasien di tangani pasien di beri terapi oksigen 3
liter, infus D5% 16 Tpm, injeksi ketorolac 50 mg dan ceftriaxone.
pemeriksaan laboratorium darah lengkap pada tangal 09 oktober 2019.
Berdasarkan data yg di kumpul Pasien di diagnosa hepatoma. Kemudian
pasien di bawa ke ruang aster rawat inap untuk perawatan selanjutnya.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tida ada riwayat penyakit sebelumnya maupun
operasi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan atau
menular.

GENOGRAM KELUARGA:
C

C
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
= Klien ( Tn.N)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien Kesadaran compos mentis pasien berbaring terlentang semi
flower pasien tampak meringis terpasng infus d5% 16 tmp.

2. Status Mental
Kesadaran sadar penuh ekspresi wajah meringis Bentuk Badan normal
Cara Berbaring Terlentang semi flower terbatas Berbicara jelas Suasana
Hati gelisah Penampilan cukup rapi.
a. Fungsi Kognitif:
 Orientasi Waktu : Klien mengetahui waktu pagi, sore dan malam
 Orientasi Orang : Klien dapat membedakan keluarga, perawat.
 Orientasi Tempat : Klien mengetahui dirinya sedang dirawat di
Rumah sakit
Halusinas Tidak Ada Proses Berpikir adaftif Insight Baik Mekanisme
Pertahanan Diri Adaptif.
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
3. Tanda-tanda Vital
Saat di kaji Suhu 36,9 C Axilla Nadi 91 x/menit Pernapasan 28 x/menit
Tekanan Darah 110/80 mmHg
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk badan Simetris merokok 1bungkus/hari sesak nafas saat respirasi
Type Pernapasan Dada dan Perut Irama Pernapasan tidak Teratur Suara
Napas Vesikuler.
Keluhan Lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : ganguan pertukaran gas b/d adanya asites
dan penekanan difragama.
5. Cardiovasculer (Bleeding)
Suara Jantung Normal Lub-Dup ( s1-s2 tunggal) tidak Ada Kelainan
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E : 4 ( spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa
dirangsang )
V : 5 ( orientasi baik, bicaranya jelas. )
M : 6 ( mengikuti perintah pemeriksa.)
Total Nilai GCS 15 Compos menthis Pupi Isokor Reflek Cahaya Kanan
Positif Kiri Positif, tidak ada nyeri. Pasien gelisah
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I : Fungsi penciuman baik
Nervus Kranial II : Penglihatan kurang
Nervus Kranial III : gangguan pergerakan bola mata
Nervus Kranial IV : gangguan pergerakan mata keatas & kebawah
Nervus Kranial V : Tidak ada gangguan pergerakan rahang
Nervus Kranial VI : Tidak ada gangguan pergerakan mata ke kiri dan
ke kanan
Nervus Kranial VII : Tidak ada gangguan pada ekspersi wajah
Nervus Kranial VIII : Fungsi pendengaran kurang
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pita suara berfungsi dengan baik
Nervus Kranial XI : Pergerakan leher baik
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari positif Jari ke hidung Positif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempol kaki Negatif
Uji Kestabilan Tubuh: Negatif
Masalah Keperawatan : Tidak ada
7. Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi Urine 2000 ml 3 X/hari kunig keruh Bau khas ammoniac Tidak
ada masalah/lancar
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan Faring Bibir kering, tidak ada perlukaan Gigi Lengkap Gusi
Tidak Ada peradanagn BAB 1 /hari Warna coklat Konsistensi tidak keras
Bising Usus 28/menit nyri perut kanan atas. Perut membesar.
Masalah Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding
perut. Akibat asites.
9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas Parese kaki Ukuran otot Simetris
Uji Kekuatan Otot Ekstrimitas atas 4/5 Ekstrimitas bawah 4/5Tulang
belakang Normal.
Masalah Keperawatan : tidak ada.
10. Kulit-kulit Rambut
Riwayat alergi tidak ada Suhu kulit Hangat Warna kulit Coklat
tua/hyperpigmentasi Turgor Baik Tekstur Halus Tekstur Rambut Kasar
Bentuk kuku Simetris
Masalah Keperawatan: tidak ada
11. Sistem Penginderaan
a. Fungsi penglihatan Berkurang Gerakan bola mata Bergerak normal
Sclera Normal/putih Konjunctiva Merah muda Kornea Keruh alat
bantu Tidak Ada.
Keluhan Lainnya: tidak ada
b. Telinga/Pendengaran:
Fungsi Pendengaran baik.
c. Hidung/Penciuman :
Bentuk Simetris.
Masalah Keperawatan: tidak ada
12. Leher dan Kelenjar Limfe
Massa Tidak ada Kelenjar Limfe Tidak teraba Kelenjar Tiroid Tidak
teraba Mobilitas Leher Bebas.
13. Sistem Reproduksi
Tida ada masalah.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Klien mengatakan bahwa ia ingin cepat sembuh
2. Nutrisida Metabolisme
TB 159 cm BB sekarang 62 Kg BB sebelum sakit 61 Kg Diet Cair
Diet Khusus Rendah garam.

Pola makan sehari-hari Sesudah sakit Sebelum sakit


Frekuensi/hari 3 x/hari 2 x/hari
Porsi ½ porsi 1 porsi
Nafsu makan berkurang Baik
Jenis makanan Nasi,sayur,lauk,buah. Nasi lauk sayur buah
Jenis minuman air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam Air putih 1500 ml 2000 ml
Kebiasan makan Tidak teratur Tidak teratur
Keluhan/masalah Kesukaran menelan Tidak ada
Keluhan Lainnya : Tidak Ada

Masalah Keperawatan: Tidak ada.

3. Pola istirahat dan tidur:


Sebelum sakit Siang 2 Jam Malam 5-8Jam
Saat sakit Siang 2 Jam Malam 5-6Jam
Masalah Keperawatan: Tidak ada
4. Kognitif:
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya sekarang.

Masalah Keperawatan: tidak ada

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran):
Klien menerima keadaannya saat ini, klien berusaha agar cepat
sembuh
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
6. Aktivitas Sehari-hari
Klien berkerja sebagai orang petani.
Masalah Keperawatan:
7. Koping-Toleransi terhadap stress
Klien dapat mentoleransi stress dan masalah yang dihadapi, menurut
Tn.N segala masalah pengobatan selalu didiskusikan bersama dengan
keluarga.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
8. Nilai Pola Keyakinan
Klien dan keluarga menganut agama hindu.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
E. SOSIAL – SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkumunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari, menggunakan bahasa Dayak dan
Indonesia.
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga cukup baik, dibuktikan keluarga
klien setiap saat selalu memperhatikan keadaan Tn.N
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan.
5. Orang berarti/terdekat
Orang yang terdekat dengannya adalah keluarga, terutama istri
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Saat ada waktu luang, biasanya digunakan klien untuk berkumpul
bersama keluarga, berbincang walaupun hanya sepatah kata saja dan
beristirahat.
7. Kegiatan beribadah
Untuk kegiatan ibadah selama sakit klien bisa berada diatas tempat
tidur.
A. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 09 oktober 2019

N0 Prameter Hasil Satuan Nilai normal

1 SDA (random) 128 Mg/dl <200

2 Glukosa-sewaktu 85 Mg/dl <200

3 Urium 192 Mg/dl 0,7-15

4 SGOT/AST(37 c) 140 U/L 40

5 SGOT/ALT(37 c) 116 U/L 50

6 Creatinin 1.35 Mmol/L 0,98-1,2

B. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemberian pada tanggal 22 september 2019

N NAMA DOSIS RUTE INDIKASI


O OBAT
1 Ranitidine 50 mg Iv Ranitidine adalah obat untuk
mengurangi jumlah asam lambung
dalam perut.
2 ketorolac 30 mg Iv Meredakan peradangan dan nyeri
3 Asam 10 mg Iv Untuk menghentikan pendarahan
tranexamat
4 Omeprazole 40 mg iv Untuk mengobati keluhan lambung dan
tukak lambung
5 cefotaxime 50 mg iv mengatasi berbagai infeksi.
6 Tab 500 Oral Untuk menurunkan demam.
paracetamol mg

Palangka Raya, 22 september 2019


Mahasiswa,

(………………………………..)
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB

Ds : pasien mengatakan sesak ganguan pertukaran Penekanan


nafas gas diafragam

Do: pasien tampak gelisah ↓


berbaring terlentang
adanya asites
- Terpasang oksigen 3 liter

- RR 28
penekanan difragam

Ds : pasien mengatakan nyeri perut Akibat asites Nyeri kronis


kanan atas.

Do : pasien tampak meringis Tegangnya dinding
berbaring terlentag semi perut
flower.

- Skala nyeri 6 (nyeri sedang)
Nyeri kronis
- Ttv : TD : 110/80 mmhg
N : 91 x/menit
S : 36,9 c
R : 28

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya asites dan penekanan
diafragma di tandai dengan.
Ds : pasien mengatakan sesak gelisah.

Do: pasien tampak sesak nafas berbaring terlentang.

- Terpasang oksigen 3 liter


- RR 28
2. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut. Akibat asites

Ds : pasien mengatakan nyeri perut kanan atas.

Do : pasien tampak meringis berbaring terlentag semi flower.

- Skala nyeri 6 (nyeri sedang)


- Ttv : TD : 110/80 mmhg
N : 91 x/menit
S : 36,9 c
R : 28
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.N


Ruang Rawat : ASTER
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

1 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan Posisi semi fowler 1. Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 2. Observasi gejala kardinal dan penekanan isi perut terhadap diafragma
adanya asites dan jam nafas kembali normal. monitor tanda-tanda sehingga meningkatkan ruangan untuk
penekanan diafragma. kriteria hasil: ketidakefektifan pola napas ekspansi paru   yang maksimal dan
3. Berikan penjelasan tentang mengurangi peningkatan volume darah
 Tidak mengeluh sesak
penyebab sesak dan motivasi utuk paru sehingga memperluas ruangan yang
napas,
membatasi aktivitas dapat diisi oleh udara
 RR 16 – 24 X/menit.
4. Kolaborasi dengan tim medis 2. Pemantau lebih dini pada perubahan
 Hasil Lab BGA  Normal
(dokter) dalam pemberian sehingga dapat diambil tindakan
 Tidak ada pernafasan
diuretik, batasi asupan cairan, dan penanganan segera.
cuping hidung
aspirasi asites. 3. Pengertian klien akan mengundang
 Tidak ada penggunaan partispasi klien dalam mengatasi
otot-otot bantu permasalahan yang terjadi.
pernafasan 4. Untuk mengurangi asites dan cairan dalam
cavum peritoneum sehingga pola nafas
kembali normal (16-24x/menit)
1. Nyeri kronis Setelah di lakukan tindakan 1. Lakukan kolaborasi dengan 1. Analgesik bekerja mengurangi reseptor
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 dokter dalam pemberian analgesic nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral
tegangnya dinding perut jam di harap kan dengan (perhatikan fungsi faal hepar) 2. Dengan posisi miring ke sisi yang sehat
akibat asites. nyeri berkurang. 2. Atur posisi klien yang enak sesuai disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka
dengan  keadaan dengan miring kesisi yang sehat maka
krakteria hasil.
3. Awasi respon emosional klien terjadi pengurangan  penekanan sisi yang
 Klien terlihat tenang terhadap proses nyeri sakit
 Skala nyeri 0-3 4. Ajarkan teknik pengurangan nyeri 3. Keadaan emosional mempunyai dampak
 TD 120/80 mmHg dengan teknik  distraksi pada kemampuan klien untuk        

 Nadi 60-100 x/mnt Observasi tanda-tanda vital. menangani nyeri


4. Teknik distraksi merupakan teknik
pengalihan perhatian sehingga mengurangi
emosional dan kognitif
5. Deteksi dini adanya kelainan
37

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.N


Ruang Rawat : ASTER
Hari / Tanggal Tanda Tangan dan Nama
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Perawat

Senin 7 Oktober 1. menrtahankan Posisi semi S : pasien mengatakan sesak nafas


2019 fowler berkurang
2. meobservasi gejala kardinal dan
Pukul 02.00 wib O: pasien mulai tenag
monitor tanda-tanda
ketidakefektifan pola napas  pasien tidak mengunakan alat bantu
3. memberikan penjelasan tentang pernapasan.
penyebab sesak dan motivasi  SPO2 : 97 %
utuk membatasi aktivitas  RR : 24
4. menkolaborasi dengan tim A: masalah teratasi.
medis (dokter) dalam pemberian
P: itervensi dihentikan.
diuretik, batasi asupan cairan,
dan aspirasi asites.
JEFRI GUSTINUS

Senin 7 oktober 1. melakukan kolaborasi dengan S : pasien mengatakan nyeri berkurang.


2019 dokter dalam pemberian
O: pasien mulai tenag.
analgesic (perhatikan fungsi faal
38

hepar)  Skala nyeri 3 (nyeri ringan)


2. mengatur posisi klien yang enak  Ttv : TD : 110/80 mmhg
sesuai dengan  keadaan N : 91 x/menit
3. mengawasi respon emosional S : 36,5 c
klien terhadap proses nyeri R : 24
4. mengajarkan teknik
A: masslah teratasi sebagian.
pengurangan nyeri dengan
teknik  distraksi Observasi P: itervensi dilanjutkan.
tanda-tanda vital
1. melakukan kolaborasi dengan
JEFRI GUSTINUS
dokter dalam pemberian analgesic
(perhatikan fungsi faal hepar)
2. mengatur posisi klien yang enak
sesuai dengan  keadaan
3. mengawasi respon emosional klien
terhadap proses nyeri
4. mengajarkan teknik pengurangan
nyeri dengan teknik  distraksi
Observasi tanda-tanda vital
39

DAFTAR PUSTAKA

Diana. 2013. Coronary Atherosclerosis. http://dhintea.blogspot.com/2013/09/coronary-


atherosclerosis.html. Diakses tanggal
Fazha, Ira. 2011. Makalah Aterosklerosis Plus
Askepnya.  http://sitihadirah.blogspot.com/2011/04/makalah-aterosklerosis-plus-
askepnya.html. Diakses tanggal
Rahayu, Rizky Destyowati Candra. 2012. Askep Aterosklerosis. http://kumpulan-
askep3209.blogspot.com/2012/06/askep-aterosklerosis.html. Diakses tanggal
Ruhyanudin, Faqih. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Karidovaskuler. Malang: UMM Press
Sari, Ninda Nurmala.
2012. Aterosklerosis. http://kardiovaskularninda.blogspot.com/2012/02/aterosklerosis.html.
Diakses tanggal
Wibowo, Angga. 2012. Asuhan Keperawatan
Arteriosklerosis. http://anggahargustra.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-
arteriosklerosis.html. Diakses tanggal
Wiwik. 2014. Laporan Pendahuluan Askep
Arteriosklerosis. http://laporanpendahuluanaskep.blogspot.com/2014/09/laporan-

Anda mungkin juga menyukai