B DENGAN DIAGNOSA
MEDIS CHRONIC RENAL FAILURE DI
RUANG HEMODIALISA RSUD
DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh :
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat kuasa-Nya saya dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Chronic
Kidney Disease (CKD)” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan laporan
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktir Pra Klinik 4 (PPK 4).
Penulis sangat menyadari bahwa pada penulisan ini masih menemukan
kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat memperbaiki dan melengkapinya sehingga terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2017.C09a.0857
Pembimbing Akademik
Kristinawati,S.Kep.,Ners
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Prinsip HD
Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama yaitu
(Pardede, 2009):
1. Proses Difusi Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam
darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang
berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD
pergerakan molekul/zat ini melalui suatu membrane semi permeable
yang membatasi kompartemen darah dan kompartemen dialisat.
2. Proses Ultrafiltrasi Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane
semi permeable akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada
kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik
/ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah
ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan
positif dalam kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan
negatif dalam kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut
TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.
3. Proses Osmosis Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi
karena adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan
dialisat. 9 Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal
dialysis (Haryati, 2010)
1.1.3 Indikasi HD
Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada penyakit ginjal kronis
adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga
dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut
dibawah (Sylvia & Wilson, 2015):
1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
2. K serum > 6 mEq/L
3. Ureum darah > 200 mg/Dl
4. pH darah < 7,1
5. Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )
6. Fluid overloaded
1.1.4 Kontraindikasi
Menurut PERNEFRI (2013), kontraindikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain
diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom
hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.
1.1.5 Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama
hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya
adalah hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada,
sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil.
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik yang terjadi pada responden hemodialisis yaitu
penyakit jantung, malnutrisi, hipertensi/volume excess, anemia, Renal
osteodystrophy, Neurophaty,disfungsi reproduksi, komplikasi pada
akses, gangguan perdarahan, infeksi, amiloidosis, dan Acquired cystic
kidney disease (Mahmudah, 2013)
1.2.2 Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi,
beberapa kondisi atau penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau
struktur lain di ginjal dapat mengarah ke CKD.
Penyebab yang paling sering muncul adalah:
1. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus. Jika
kadar gula darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini
dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015)
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab
utama terjadinya CKD (WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara
lain:
1. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan
oleh kista
2. Memiliki arteri renal yang sempit.
3. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal.
Seperti obat Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti
Celecoxib dan Ibuprofen dan juga penggunaan antibiotik (WebMD,
2015).
1.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m dengan
rumus Kockroft Gault sebagai berikut :
Deraja Penjelasan LFG
t (ml/mn/1.73m)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 12-29
5 Gagal Ginjal <15
Sumber : Sudoyo,2015. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
1.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi CKD beragam, bergantung pada proses penyebab penyakit.
Proses patologi umum yang menyebabkan kerusakan nefron, CKD, dan gagal
ginjal. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan inflamasi interstisial
dan fibrosis adalah ciri khas CKD dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal .
Seluruh unit nefron secara bertahap hancur. Pada tahap awal, saat nefron hilang ,
nefron fungsional yang masih ada mengalami hipertrofi. Aliran kapiler
glomerulus dan tekanan meningkat dalam nefron ini dan lebih banyak pertikel zat
terlarut disaring untuk mengkompensasi massa ginjal yang hilang. Kebutuhan
yang meningkat ini menyebabkan nefron yang masih ada mengalami sklerosis
(jaringan parut) glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron pada akhirnya.
Proteinuria akibat kerusakan glomerulus di duga menjadi penyebab cedera
tubulus. Proses hilangnya nefron yang kontiunu ini terus berlangsung meskipun
setelah proses penyakit awal telah teratasi (Lemon, 2016).
Perjalanan CKD beragam, berkembang selama periodebulanan hingga
tahunan. Pada tahap awal, sering kali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron
yang tidak terkena mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan
pada pasien asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatin serum normal. Ketika
penyakit berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan ebberapa
manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal di
tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi atau obstruksi saluran kemih) dapat
menurunkan fungsi dan dapat memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih
lanjut. Kadar serum kratinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi uliguria,
dan manifestasi uremia muncul. Pada ESRD, tahap akhir CKD, GFR kurang dari
10% normal dan terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan
hidup. (Lemon, 2016)
GFR Menurun
GGK
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Penimbunan Sekresi eritropoitin Penumpukan sampah Obstruksi ginjal Sekresi protein Sindrom uremia
sampah metabolit metabolit terganggu
1.2.6 Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan
drah selama hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia
2.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama klien Ny. B, umur 59 thn, jenis kelamin perempuan, suku/bangsa
Dayak / Indonesia, agama Kristen Protestan, pekerjaan klien swasta, pendidikan
SMP, status perkawinan klien sudah menikah, alamat Palangka Raya, tanggal
masuk rumah sakit 14 September 2020, Diagnosa Medis CRF (Chronic Renal
Failure)
GENOGRAM KELUARGA :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
3. PEMERIKASAAN FISIK
1.) Pre HD
1) Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, klien tampak sesak,
posisi semi fowler , terdapat edema derajat 1 di ekstremitas bawah , terpasang O2
nassal kanul 4 lpm, terpasang selang AVBL dengan akses AV fistula dan
terhubung ke mesin dialiser.
Masalah Keperawatan : Kelebihan Volume Cairan
Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 37,5 0C Axilla
b. Nadi/HR : 84 x/mnt
c. Pernapasan/RR : 30 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 150/80 mmHg
e. BB Pre HD : 68 kg
f. Balance cairan dalam 24 jam : intake cairan – output cairan
700cc – 400cc = 300cc
g. Ureum : 170 mg/dL
h. Kreatinin : 9,56 mg/dL
i. Hb : 11,4 g/dl
Setting Mesin
h. UF Goal : 3000 L
i. UF Rate : 0.77 L/jam
j. Time : 4 jam
2) INTRA HD
a. Suhu/ T : 37, 30C Axilla
b. Nadi/HR : 90 x/menit
c. Pernapasan/RR : 28 x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 145/80 mm Hg
e. Keluhan selama HD : Klien mengeluh sesak nafas
f. Nutrisi
1. Jenis Makanan : Nasi dan lauk pauk
Jumlah : ½ porsi
2. Jenis Minuman : Air putih
Jumlah : 300 cc
g. Catatan Lain : Klien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, RR kembali normal, posisi semi fowler , terpasang O2 nassal
kanul 4 lpm, terpasang selang AVBL dengan akses AV fistula dan terhubung ke
mesin dialiser.
Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif
Catatan Observasi Pasien selama Proses Hemodialisa
Jam UF Removed QB Vital Sign Setting Mesin
08.50 0,77 250 150/72 Time: 4 jam
mmHg
98x/mnt
09.00 0,81 250 160/82 UF Goal: 3000 L
mmHg
99x/mnt
12.00 0,85 200 140/79 UF Rate: 0,85 L
mmHg
89x/mnt
Heparin: 5000 .iu
3) Post HD
a. Keadaan Umum :
Klien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, sesak klien mulai berkurang
, posisi semi fowler , terpasang O2 nassal kanul 3 lpm.
b. Tanda-tanda Vital :
1) Suhu/T : 37, 0 0C Axilla
2) Nadi/HR : 79 x/mt
3) Pernapasan/RR : 24 x/tm
4) Tekanan Darah/BP : 140/80 mmHg
d. BB Post HD : 62 kg
e. Jumlah cairan yang dikeluarkan : 1000.cc
k. Ureum : 80 mg/dL
f. Kreatinin : 3 mg/dL
g. HB : 14,2 g/dL
h. UF Goal : 3000 L
i. UF Rate : 0.77 L/jam
j. Time : 4 jam
.
1. Ureum 170 mg/Dl 10-50 mg/dL
2. Creatinin 9,56 mg/Dl 0,5-1,5 mg/dL
Novia Fergina
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
1. DS : Klien Gangguan pada ginjal Kelebihan volume
mengatakan bengkak cairan
pada tungkai kaki Tidak dapat berfungsi
DO : sebagai pengatur
- Tampak ada edema hemodinamik
ekstremitas bawah
- Skala pitting edema Aliran darah menurun
derajat 1 dengan
kedalaman 3 mm GFR menurun
- Balance cairan : intake
cairan – output cairan Vasokontriksi retensi Na
700cc – 400cc = 300cc
BB pre HD : 68 kg Peningkatan TD
BB post HD :62 kg
Mendorong cairan keluar
dari intravaskuler
Edema
Diagnosa Kelebihan Volume 3. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang - Klien tampak dibatasi pemasukan cairan
Cairan pembatasan cairan - Keluarga klien tampak mengetahui pentingnya pembatasan Novia Fergina
4. Berkolaborasi dengan dokter terkait pembatasan cairan cairan untuk klien
yang masuk. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi keseimbangan masukan dan luaran , turgor
kulit.
2. Batasi masukan cairan
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pembatasan
cairan
4. Kolaborasi dengan dokter terkait pembatasan cairan yang
masuk.
2. Senin 21 September 2020 ,
pukul 13.30 WIB 1. Mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles S:-
3.1 Kesimpulan
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit,
sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah.
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau
end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau
permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang
toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan
3.2 Saran
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi bahan
referensi bagi para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Bsyhakki. 2012. Sari Asuh Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta :
EGC.
Kristiana. 2011. Asuhan Keperawatan Medikan Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Lemone, Priscila; Burke, Karen M., & Bauldoff, Gerene. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Medikal bedah (ed. 5. Vol. 3). Jakarta: EGC
Lewis, Sharon L., et al. 2011. Medikal-Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems (8th ed. Vol 2.). United State of
America: Elsevier Mosby
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri). 2013. Annual Report of Indonesian
Renal Registry. Pernefri.
Rendy, MC dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Alwi I, Simadibrata K, dan Setiati S. (2015). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna publishing. 1035-1039.