Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

B DENGAN DIAGNOSA
MEDIS CHRONIC RENAL FAILURE DI
RUANG HEMODIALISA RSUD
DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :

Novia Fergina 2017.C.09a.0857

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat kuasa-Nya saya dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Chronic
Kidney Disease (CKD)” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan laporan
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktir Pra Klinik 4 (PPK 4).
Penulis sangat menyadari bahwa pada penulisan ini masih menemukan
kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat memperbaiki dan melengkapinya sehingga terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 19 September 2020

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :

Nama : Novia Fergina

NIM : 2017.C09a.0857

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.B Dengan Diagnosa Medis


Chronic Renal Failure Di Ruang Hemodialisa Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II (PPK II) Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik

Kristinawati,S.Kep.,Ners
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
1.1 Konsep Hemodialisa .................................................................... 4
1.2 Konsep Penyakit .......................................................................... 16
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ............................................. 26
BAB 2 PENUTUP ........................................................................................... 60
2.1 Kesimpulan ................................................................................... 60

2.2 Saran ............................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Hemodialisa


1.1.1 Pengertian
Hemodialisis adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,
asam urat, dan zat-zat lain melalui membrane semi permeabel sebagai pemisah
darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi (Rendi, 2012).
Hemodialisis adalah proses dimana darah penderita dialirkan untuk
dilakukan pemisahan (penyaringan) sisa-sisa metabolisme melalui selaput
permeabel dalam ginjal buatan dengan bantuan mesin hemodialisis. Darah yang
sudah bersih dipompakan kembali kedalam tubuh selama tindakan dialisis darah
pasien berada pada suatu sisi membran didalam kompartemen darah. Dialisat pada
sisi yang lain, yaitu pada kompartemen dialisat. Dialisat dan darah tidak akan
bercampur kecuali membran bocor atau rusak (Kristiana, 2011).

1.1.2 Prinsip HD
Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama yaitu
(Pardede, 2009):
1. Proses Difusi Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam
darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang
berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD
pergerakan molekul/zat ini melalui suatu membrane semi permeable
yang membatasi kompartemen darah dan kompartemen dialisat.
2. Proses Ultrafiltrasi Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane
semi permeable akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada
kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik
/ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah
ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan
positif dalam kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan
negatif dalam kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut
TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.
3. Proses Osmosis Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi
karena adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan
dialisat. 9 Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal
dialysis (Haryati, 2010)

1.1.3 Indikasi HD
Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada penyakit ginjal kronis
adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga
dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut
dibawah (Sylvia & Wilson, 2015):
1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
2. K serum > 6 mEq/L
3. Ureum darah > 200 mg/Dl
4. pH darah < 7,1
5. Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )
6. Fluid overloaded

1.1.4 Kontraindikasi
Menurut PERNEFRI (2013), kontraindikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain
diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom
hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.

1.1.5 Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama
hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya
adalah hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada,
sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil.
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik yang terjadi pada responden hemodialisis yaitu
penyakit jantung, malnutrisi, hipertensi/volume excess, anemia, Renal
osteodystrophy, Neurophaty,disfungsi reproduksi, komplikasi pada
akses, gangguan perdarahan, infeksi, amiloidosis, dan Acquired cystic
kidney disease (Mahmudah, 2013)

1.2 Konsep Penyakit


1.2.1 Pengertian
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit,
sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah.
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik adalah suatu
penyakit dimana ginjal mengalami penurunan fungsi yang progresif dan
ireversibel. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of The
National Kidney Foundation menyebutkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal
yang telah berlangsung selama lebih dari 3 bulan dan penurunan LFG (Laju
Filtrasi Glomerulus) sebanyak 60 ml/min/1.73m2.

1.2.2 Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi,
beberapa kondisi atau penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau
struktur lain di ginjal dapat mengarah ke CKD.
Penyebab yang paling sering muncul adalah:
1. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus. Jika
kadar gula darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini
dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015)
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab
utama terjadinya CKD (WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara
lain:
1. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan
oleh kista
2. Memiliki arteri renal yang sempit.
3. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal.
Seperti obat Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti
Celecoxib dan Ibuprofen dan juga penggunaan antibiotik (WebMD,
2015).

1.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m dengan
rumus Kockroft Gault sebagai berikut :
Deraja Penjelasan LFG
t (ml/mn/1.73m)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 12-29
5 Gagal Ginjal <15
Sumber : Sudoyo,2015. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

1.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi CKD beragam, bergantung pada proses penyebab penyakit.
Proses patologi umum yang menyebabkan kerusakan nefron, CKD, dan gagal
ginjal. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan inflamasi interstisial
dan fibrosis adalah ciri khas CKD dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal .
Seluruh unit nefron secara bertahap hancur. Pada tahap awal, saat nefron hilang ,
nefron fungsional yang masih ada mengalami hipertrofi. Aliran kapiler
glomerulus dan tekanan meningkat dalam nefron ini dan lebih banyak pertikel zat
terlarut disaring untuk mengkompensasi massa ginjal yang hilang. Kebutuhan
yang meningkat ini menyebabkan nefron yang masih ada mengalami sklerosis
(jaringan parut) glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron pada akhirnya.
Proteinuria akibat kerusakan glomerulus di duga menjadi penyebab cedera
tubulus. Proses hilangnya nefron yang kontiunu ini terus berlangsung meskipun
setelah proses penyakit awal telah teratasi (Lemon, 2016).
Perjalanan CKD beragam, berkembang selama periodebulanan hingga
tahunan. Pada tahap awal, sering kali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron
yang tidak terkena mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan
pada pasien asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatin serum normal. Ketika
penyakit berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan ebberapa
manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal di
tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi atau obstruksi saluran kemih) dapat
menurunkan fungsi dan dapat memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih
lanjut. Kadar serum kratinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi uliguria,
dan manifestasi uremia muncul. Pada ESRD, tahap akhir CKD, GFR kurang dari
10% normal dan terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan
hidup. (Lemon, 2016)

Patofosiologi berdasarkan penyebab menurut Lemon, 2016:


1. Nefropati diabetik : Peningkatan awal laju aliran glomerulus
menyebabkan hiperfiltrasi dengan akibat kerusakan glomerulus,
penebalan dan sklerosis membran basalis glomerulus dan glomerulus
kerusakan bertahap nefron menyebabkan penurunan GFR
2. Nefrosklerosis hipertensi : Hipertensi jangka panjang menyebabkan
skelrosis dan penyempitan arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat
penurunan aliran darah yang menyebabkan iskemia, kerusakan
glomerulus, dan atrofi tubulus.
3. Glomerulonefritis kronik : Inflamasi interstisial kronik pada parenkim
ginjal menyebabkan obstruksi dan kerusakan tubulus dan kapiler yang
mengelilinginya, memengaruhi filtrasi glomerulus dan sekresi dan
reabsorbsi tubulus,dengan kehilangan seluruh nefron secara bertahap.
4. Pielonefritis kronik : Infeksi kronik yang biasa dikaitkan dengan
obstruksi atau reluks vesikoureter menyebabkan jaringan parut dan
deformitas kaliks dan pelvis ginjal, yang menyebabkan refluks
intrarenal dan nefropati
5. Penyakit ginjal polisistik : kista bilateral multipel menekan jaringan
ginjal yang merusak perfusi ginjal dan menyebabkan iskemia,
remodeling vaskular ginjal, dan pelepasan mediator inflamasi, yang
merusak dan menghancurkan jaringan ginjal normal.
6. Eritematosa lupus kompleks : kompleks imun terbentuk di membaran
basalis kapiler yang menyebabkan inflamasi dan sklerosis dengan
glomerulonefritis fokal, lokal, atau difus.
Etiologi :
- Diabetes Melitus
WOC - Hipertensi
- Infeksi
- Penggunaan obat NSAID

Penurunan Fungsi Ginjal

GFR Menurun

GGK

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Penimbunan Sekresi eritropoitin Penumpukan sampah Obstruksi ginjal Sekresi protein Sindrom uremia
sampah metabolit metabolit terganggu

Produksi Hb turun Penurunan fungsi Perporasi


Ureum menumpuk Toksin menembus ginjal Gangguan
ospaleimia
di rongga paru dan sawar darah otak keseimbangan Asam
Oksigen
pleura GFR menurun Basa
Hemoglobin turun Pruritis
Merusak seelaput
gg. prosesdifusi Suplai O2 menurun mielin Retensi air dan Na Asam lambung naik
Intoleransi
Aktivitas
Sesak , Nyeri Penurunan kesadaran Kelebihan Volue Mual, muntah
Perfusi Jaringan
dada Cairan
Perifer Tidak
Hipovoleia
Efektif Defisti Nutrisi
Pola Gangguan
Nafas pertukaran
Tidak gas
Efektif
1.2.5 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Menurut Smeltzer dan Bare (2014), tanda dan gejala klien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
1. Manifestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi (akibat retensi cairan
dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting
edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena leher.
2. Manifestasi dermatologi, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering,
bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan
kasar.
3. Manifestasi Pulmoner, krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal,
pernapasan Kussmaul.
4. Manifestasi Gastrointestinal, pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Manifestasi Neurologi, kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi,
kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan
perilaku.
6. Manifestasi Muskuloskeletal, kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur
tulang, foot drop.
7. Manifestasi Reproduktif, amenore dan atrofi testikuler.

1.2.6 Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan
drah selama hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia

1.2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca,
Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein,
antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin) 
2) Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa,
protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri,
tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,
hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography,
Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan,
MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen
tulang, foto polos abdomen

1.2.8 Penatalaksanaan Medis


Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah
atau mengobati komplikasi. Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK
namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan
adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara
mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol
berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein
(pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai
biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik,
perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan
dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt.
Dialisis juga diiperlukan bila :
1. Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
2. Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
3. Overload cairan (edema paru)
4. Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
5. Efusi perikardial
6. Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

1.3 Manajemen Keperawatan


1.3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah
kesehatan klien sekarang.
3. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan pada sistem pernafasan di dapatkan hasil
pernafasan kussmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal
dyspnea (+), batuk produktif dengan frotty sputum bila terjadi edema
pulmonal.
2) B2 (Blood)
Didapatkan hasil dari pemeriksaan ini yaitu riwayat hipertensi lama
atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP, tachycardia,
hipotensi orthostatic, friction rub
3) B3 (Brain)
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas,
kesemutan, gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, koma
4) B4 (Bladder)
Adanya penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna
urin, urin pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi,
abdomen kembung
5) B5 (Bowel)
Pada pemeriksaan ini didaptkan hasil peningkatan BB karena edema,
penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa
logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan
6) B6 (Bone)
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan
tonus, penurunan ROM
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
2. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme
protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual,
muntah
3. Risiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebihan (fase
diuretik)
4. Risiko penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
5. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa

1.3.3 Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
Tujuan : pasien menunjukkan pengeluaran urin tepat seimbang dengan
pemasukan.
Kriteria Hasil :
1) Hasil laboratorium mendekati normal
2) BB stabil
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Tidak ada edema
Intervensi :
1) Monitor denyut jantung, tekanan darah, CVP
2) Catat intake & output cairan, termasuk cairan tersembunyi seperti
aditif antibiotic, ukur IWL
3) Awasi BJ urin
4) Batasi masukan cairan
5) Monitor rehidasi cairan dan berikan minuman bervariasi
6) Timbang BB tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
7) Kaji kulit,wajah, area tergantung untuk edema. Evaluasi derajat
edema (skala +1 sampai +4)
8) Auskultasi paru dan bunyi jantung
9) Kaji tingkat kesadaran : selidiki perubahan mental, adanya gelisah
Kolaborasi :
1) Perbaiki penyebab, misalnya perbaiki perfusi ginjal, me ↑ COP
2) Awasi Na dan Kreatinin Urine Na serum, Kalium serumHb/ Ht
3) Rongent Dada
4) Berikan Obat sesuai indikasi : Diuretik : Furosemid, Manitol;
Antihipertensi : Klonidin, Metildopa
5) Masukkan/pertahankan kateter tak menetap sesuai indikasi
6) Siapkan untuk dialisa sesuai indikasi
2. Risiko perubahan kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein,
pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah
Tujuan : mempertahankan status nutrisi adekuat
Kriteria hasil : berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin dalam
batas normal.
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi
2) Kaji/catat pola dan pemasukan diet
3) Kaji faktor yang berperan merubah masukan nutrisi : mual,
anoreksia
4) Berikan makanan sedikit tapi sering, sajikan makanan kesukaan
kecuali kontra indikasi
5) Lakukan perawatan mulut, berikan penyegar mulut
6) Timbang BB tiap hari
Kolaborasi :
1) Awasi hasil laboratorium : BUN, Albumin serum, transferin, Na, K
2) Konsul ahli gizi untuk mengatur diet
3) Berikan diet ↑ kalori, ↓ protein, hindari sumber gula pekat
4) Batasi K, Na, dan Phospat
5) Berikan obat sesuai indikasi : sediaan besi; Kalsium; Vitamin D dan
B kompleks; Antiemetik
3. Risiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebihan (fase
diuretik)
Hasil yang diharapkan : klien menunjukkan keseimbangan intake &
output, turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, nadi perifer teraba,
BB dan TTV dalam batas normal, elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
1) Ukur intake & output cairan , hitung IWL yang akurat
2) Berikan cairan sesuai indikasi
3) Awasi tekanan darah, perubahan frekuansi jantung, perhatikan tanda-
tanda dehidrasi
4) Kontrol suhu lingkungan
5) Awasi hasil Lab : elektrolit Na
4. Risiko penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil :
1) TD dan HR dalam batas normal
2) Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi jantung, evaluasi adanya, dispnea, edema
perifer/kongesti vaskuler
2) Kaji adanya hipertensi, awasi TD, perhatikan perubahan postural
saat berbaring, duduk dan berdiri
3) Observasi EKG, frekuensi jantung
4) Kaji adanya nyeri dada, lokasi, radiasi, beratnya, apakah berkurang
dengan inspirasi dalam dan posisi telentang
5) Evaluasi nadi perifer, pengisian kapiler, suhu, sensori dan mental
6) Observasi warna kulit, membrane mukosa dan dasar kuku
7) Kaji tingkat dan respon terhadap aktivitas
8) Pertahankan tirah baring
Kolaborasi:
1) Awasi hasil laboratorium : Elektrolit (Na, K, Ca, Mg), BUN,
creatinin
2) Berikan oksigen dan obat-obatan sesuai indikasi
3) Siapkan dialysis
5. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa
Tujuan : klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat
ditoleransi
Intervensi ;
1) Kaji tingkat kelelahan, tidur , istirahat
2) Kaji kemampuan toleransi aktivitas
3) Identifikasi faktor yang menimbulkan keletihan
4) Rencanakan periode istirahat adekuat
5) Berikan bantuan ADL dan ambulasi
6) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, anjurkan aktifitas alternative
sambil istirahat

1.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam tindakan keperawatan.

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara 
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan .
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 September 2020
pukul 08.00 WIB bertempat di ruang Hemodialisa RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, dengan teknik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan
fisik, dan data dari buku keperawatan pasien, didapatkan data-data hasil
pengkajian sebagai berikut :

2.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama klien Ny. B, umur 59 thn, jenis kelamin perempuan, suku/bangsa
Dayak / Indonesia, agama Kristen Protestan, pekerjaan klien swasta, pendidikan
SMP, status perkawinan klien sudah menikah, alamat Palangka Raya, tanggal
masuk rumah sakit 14 September 2020, Diagnosa Medis CRF (Chronic Renal
Failure)

2. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN PRE HD


1) Keluhan Utama /Alasan HD :
Klien mengatakan bengkak pada kedua tungkai kaki.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 12 September 2020 pukul 10.00 WIB klien mengeluh bengkak
pada kedua kakinya, karna takut kakinya semakin membengkak akhirnya
pasien di bawa ke Rumah Sakit Doris , tiba di IGD pukul 11.00 WIB. Setelah
diperiksa didapatkan hasil diagnosa medis CRF (Chronic Renal Failure). Dan
didapatkan hasil TTV, TD : 150/80 mmHg, N: 84x/m, S:37,5°C, RR : 30x/m.
Klien masih dalam keadaan sadar penuh, dipasangkan O2 nassal kanul 2 lpm,
dan kemudian klien dipindahkan ke ruang penyakit dalam wanita.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan ± 3 bulan yang lalu mengetahui penyakitnya dan
sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak memiliki riwayat penyakit turunan
seperti CRF maupun CKD.

GENOGRAM KELUARGA :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien

3. PEMERIKASAAN FISIK
1.) Pre HD
1) Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, klien tampak sesak,
posisi semi fowler , terdapat edema derajat 1 di ekstremitas bawah , terpasang O2
nassal kanul 4 lpm, terpasang selang AVBL dengan akses AV fistula dan
terhubung ke mesin dialiser.
Masalah Keperawatan : Kelebihan Volume Cairan

Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 37,5 0C  Axilla
b. Nadi/HR : 84 x/mnt
c. Pernapasan/RR : 30 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 150/80 mmHg
e. BB Pre HD : 68 kg
f. Balance cairan dalam 24 jam : intake cairan – output cairan
700cc – 400cc = 300cc
g. Ureum : 170 mg/dL
h. Kreatinin : 9,56 mg/dL
i. Hb : 11,4 g/dl

Setting Mesin
h. UF Goal : 3000 L
i. UF Rate : 0.77 L/jam
j. Time : 4 jam

2) INTRA HD
a. Suhu/ T : 37, 30C  Axilla
b. Nadi/HR : 90 x/menit
c. Pernapasan/RR : 28 x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 145/80 mm Hg
e. Keluhan selama HD : Klien mengeluh sesak nafas
f. Nutrisi
1. Jenis Makanan : Nasi dan lauk pauk
Jumlah : ½ porsi
2. Jenis Minuman : Air putih
Jumlah : 300 cc
g. Catatan Lain : Klien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, RR kembali normal, posisi semi fowler , terpasang O2 nassal
kanul 4 lpm, terpasang selang AVBL dengan akses AV fistula dan terhubung ke
mesin dialiser.
Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif
Catatan Observasi Pasien selama Proses Hemodialisa
Jam UF Removed QB Vital Sign Setting Mesin
08.50 0,77 250 150/72 Time: 4 jam
mmHg
98x/mnt
09.00 0,81 250 160/82 UF Goal: 3000 L
mmHg
99x/mnt
12.00 0,85 200 140/79 UF Rate: 0,85 L
mmHg
89x/mnt
Heparin: 5000 .iu

3) Post HD
a. Keadaan Umum :
Klien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, sesak klien mulai berkurang
, posisi semi fowler , terpasang O2 nassal kanul 3 lpm.
b. Tanda-tanda Vital :
1) Suhu/T : 37, 0 0C  Axilla
2) Nadi/HR : 79 x/mt
3) Pernapasan/RR : 24 x/tm
4) Tekanan Darah/BP : 140/80 mmHg
d. BB Post HD : 62 kg
e. Jumlah cairan yang dikeluarkan : 1000.cc
k. Ureum : 80 mg/dL
f. Kreatinin : 3 mg/dL
g. HB : 14,2 g/dL
h. UF Goal : 3000 L
i. UF Rate : 0.77 L/jam
j. Time : 4 jam

4. Perencanaan Pulang (Discharge Planning) :


1) Obat-obatan yang disarankan/ dibawa pulang:
No. Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1. Lansoprazole 1 x 5 mg Intravena Untuk menurunkan
produksi asam lambung
2. Furosemide 3 x 5 mg Intravena Untuk mengobati
penumpukan cairan
3. Ceftriaxone 2 x 10 Intravena Untuk mengobati sejumlah
mg infeksi bakteri
4. PO Asam 3 x 10 Oral Untuk membantu tubuh
Folat mg dalam memecahkan
menggunakan sekaligus
membentuk protein

2) Makanan/ Minuman yang dianjurkan (jumlah): 800 cc


3) Rencana HD/ Kontrol selanjutnya: Minggu selanjutnya
4) Catatan lain: Beri pendidikan kesehatan tentang “ Diet Makanan dan
Cairan pada Pasien Hemodialisa”
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No Nama Pemeriksaan Unit References Ranges

.
1. Ureum 170 mg/Dl 10-50 mg/dL
2. Creatinin 9,56 mg/Dl 0,5-1,5 mg/dL

Palangka Raya,21 September 2020


Mahasiswa

Novia Fergina

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
1. DS : Klien Gangguan pada ginjal Kelebihan volume
mengatakan bengkak cairan
pada tungkai kaki Tidak dapat berfungsi
DO : sebagai pengatur
- Tampak ada edema hemodinamik
ekstremitas bawah
- Skala pitting edema Aliran darah menurun
derajat 1 dengan
kedalaman 3 mm GFR menurun
- Balance cairan : intake
cairan – output cairan Vasokontriksi retensi Na
700cc – 400cc = 300cc
BB pre HD : 68 kg Peningkatan TD
BB post HD :62 kg
Mendorong cairan keluar
dari intravaskuler

Edema

Kelebihan volume cairan

2. DS : - Gangguan Produksi Pola Nafas Tidak


DO : Klien tampak Protein Efektif
sesak nafas
- Irama nafas klien Sindrom Uremia
tampak tidak teratur
- RR = 30 x/menit Ureum bersifat basa
- Terpasang oksigen
nasal canula 3 lpm.
Alkalosis Respiratorik

Pola Nafas Tidak Efektif


3. DS : Klien mengatak Penurunan GFR Defisit Pengetahuan
n tidak mengetahui cara
mengolah diet makanan Penurunan Fungsi Ginjal
yang bener seperti apa
DO : - Klien tampak Hipertofi Nefron
bingung ketika ditanya b
tentang makanan dan Aliran Darah Ginjal
cairan apa saja yang Kurang
harus masuk setiap hari
- Klien tampak tidak GFR <5 %
tahu penyebab dari
edema pada kedua CRF
kakinya
- Klien tampak Kurang terpapar Informasi
bertanyan bagaimana
diet dirumah Defisit Pengetahuan
- Klien tampak diberikan
penkes tentang “ Diet
makanan dan Cairan
Untuk Pasien
Hemodialisa “
PRIORITAS MASALAH
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal ditandai
dengan klien mengatakan bengkak pada kedua kakinya
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan alkalosis respiratorik ditandai
dengan klien tampak sesak nafas
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan klien mengatakan tidak mengetahui lebih banyak informasi tentang
penyakitnya
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.B


Ruang Rawat : Ruang Hemodialisa
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Kelebihan volume cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keseimbangan masukan dan luaran , 1. Informasi keseimbangan cairan dan luaran
dengan disfungsi ginjal keperawatan selama 3 x 7 jam turgor kulit. 2. Pembatasan cairan akan menentukan haluaran
diharapkan volume cairan 2. Batasi masukan cairan urin
kembali normal dengan kriteria 3. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang 3. Meningkatkan kerjasama dengan klien
hasil : pembatasan cairan 4. Membantu proses penyembuhan
1. Tidak ada edema 4. Kolaborasi dengan dokter terkait pembatasan
2. Turgor kulit normal cairan yang masuk.
3. Input dan ouput seimbang

1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles

2. Atur posisi senyaman mungkin

3. Ajarkan klien teknik nafas dalam

4. Membatasi untuk beraktivitas


5. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan oksigen sesuai kebutuhan 1. Menyatakan adanya pengumpulan secret
dengan alkalosis respiratorik keperawatan selama 3 x 7 jam 2. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan
diharapkan pola nafas kembali aliran O2
normal dengan kriteria hasil : 3. Mencegah terjadinya sesak nafas
1. Pola nafas kembali efektif 4. Mengurangi beban kerja dan mencegah
2. RR dalam rentang batas 1. Kaji ulang pengetahuan klien dan keluarga tentang terjadinya sesak atau hipoksia
penyakitnya
normal (16-24 x/menit)
3. Suara nafas teratur 2. Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian ,
tujuan , dll tentang diet makanan dan cairan pada
klien untuk mencegah edema

3. Libatkan keluarga dalam memberi pendidikan


kesehatan
3. Defisit pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Mengukur pengetahuan klien dan keluarga
dengan kurang terpapar informasi 4. Anjurkan keluarga untuk memberi support kepada
keperawatan selama 3 x 7 jam tentang penyakitnya
klien
di harapkan pengetahuan klien 2. Meningkatkan pengetahuan tentang diet
5. Evaluasi klien dan keluarga setelah diberikan
dan keluarga bertambah makanan dan cairan pada pasien hemodialisa
pendidikan kesehatan
dengan kriteria hasil : 3. Agar klien dan keluarga bisa lebih mengerti
1. Klien dan keluarga dapat tentang informasi yang diberikan
menjelaskan beberapa 4. Dukungan keluarga berperan penting untuk
informasi tentang penyakitnya mengurangi cemas dan bingung pada klien
2. Klien dan keluarga dapat 5. Informasi sudah diketahui atau tidak
mengerti dan mengolah diet
makanan dan cairan yang
diperlukan oleh klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin , 21 September 2020 pukul 1. Mengobservasi keseimbangan masukan dan luaran , S : Klien mengatakan kedua kakinya masih bengkak
13.00 WIB turgor kulit. O : Kaki klien masih tampak bengkak
2. Membatasi masukan cairan - Turgor kulit klien masih kurang > 3 detik

Diagnosa Kelebihan Volume 3. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang - Klien tampak dibatasi pemasukan cairan
Cairan pembatasan cairan - Keluarga klien tampak mengetahui pentingnya pembatasan Novia Fergina
4. Berkolaborasi dengan dokter terkait pembatasan cairan cairan untuk klien
yang masuk. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi keseimbangan masukan dan luaran , turgor
kulit.
2. Batasi masukan cairan
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pembatasan
cairan
4. Kolaborasi dengan dokter terkait pembatasan cairan yang
masuk.
2. Senin 21 September 2020 ,
pukul 13.30 WIB 1. Mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles S:-

2. Mengatur posisi senyaman mungkin O : - Klien masih tampak sesak nafas


- Dari hasil auskultasi bunyi nafas di dapat bunyi nafas tidak
Diagnosa Pola Nafas Tidak 3. Mengajarkan klien teknik nafas dalam
Efektif teratur
4. Membatasi untuk beraktivitas - Posisi klien semi fowler untuk mengurangi sesak dan
5. Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi memperbaiki jalan nafas
oksigen sesuai kebutuhan - Klien tampak memperagakan teknis nafas dalam ketika
sesak nafas nya timbul
- Klien tampak membatasi aktivitasnya di tempat tidur
dengan tidak bergerak kesana kemari
- Klien tampak diberikan terapi oksigen 2 lpm
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi Novia Fergina

S : Klien dan keluarga mengatakan sudah mengetahui sedikit


1. Mengkaji ulang pengetahuan klien dan keluarga tentang tentang penyakitnya
penyakitnya
O : Klien dan keluarga tampak sudah mengerti tentang
2. Memberi pendidikan kesehatan mengenai pengertian , penyakitnya
tujuan , dll tentang diet makanan dan cairan pada klien
3. Melibatkan keluarga dalam memberi pendidikan - Klien dan keluarga sudah bisa menjelaskan kembali
kesehatan beberapa informasi tentang penyakitnya
3. Senin , 21 September 2020,
pukul 14.00 WIB 4. Menganjurkan keluarga untuk memberi support kepada - Klien dan keluarga tampak saling support
klien
A : Masalah teratasi sebagian
5. Mengevaluasi klien dan keluarga setelah diberikan
Diagnosa Defisit Pengetahuan P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
pendidikan kesehatan
1. Kaji ulang pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya

2. Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian , tujuan , Novia Fergina


dll tentang diet makanan dan cairan pada klien untuk
mencegah edema

3. Libatkan keluarga dalam memberi pendidikan kesehatan

4. Anjurkan keluarga untuk memberi support kepada klien

5. Evaluasi klien dan keluarga setelah diberikan pendidikan


kesehatan
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit,
sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah.
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau
end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau
permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang
toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan

3.2 Saran
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi bahan
referensi bagi para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Bsyhakki. 2012. Sari Asuh Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta :
EGC.
Kristiana. 2011. Asuhan Keperawatan Medikan Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Lemone, Priscila; Burke, Karen M., & Bauldoff, Gerene. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Medikal bedah (ed. 5. Vol. 3). Jakarta: EGC
Lewis, Sharon L., et al. 2011. Medikal-Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems (8th ed. Vol 2.). United State of
America: Elsevier Mosby
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri). 2013. Annual Report of Indonesian
Renal Registry. Pernefri.
Rendy, MC dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Alwi I, Simadibrata K, dan Setiati S. (2015). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna publishing. 1035-1039.

Anda mungkin juga menyukai