Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun Untuk Memenuhi Target Keperawatan Gerontik

Oleh:

IDA AYU PUTU ANIAKA DEWI

NIM. 2114901121

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

1. Konsep Lansia
a Definisi Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia merupakan
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Secara umum
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Menurut Nugroho, 2021 lansia merupakan seseorang apabila
berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Penuaan
adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2011).
b Batasan Lansia
Batas-batasan usia lansia menurut para ahli (Alpin, 2016) meliputi:
1) Menurut undang-undang no 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat
2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai 60
tahun ke atas”
2) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), batasan lanjut usia
meliputi:
a) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (Old) antara 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3) Menurut Jos Masdani (2002) terdapat 4 fase yaitu:
a) 1. Fase inventus 25-40 tahun
b) 2. Fase virilities 40-45 tshun
c) 3. Fase presenium 55-65 tahun
d) 4. Fase senium 65 sampai tutup usia
4) Menurut Koesoemato Soetyonegoro (2002). Masa lanjut usia
(getriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun, Masa lanjut usia itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur yaitu:
a) Young old (70-75 tahun)
b) Old (75-80 tahun)
c) Very old (>80 tahun)
c Ciri-ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
1) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih
lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial
di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.
d Teori Proses Penuaan
Menurut Azizah (2011:8-9), teori penuaan secara umum dapat
dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan secara biologi dan teori
penuaan psikososial.
a. Teori Biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya mampu membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram untuk membelah 50
kali”. Jika sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di
laboratorium lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan
membelah akan terlihat lebih sedikit. Hal ini akan memberikan
beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan
menunjukan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan
berkurangnya umur. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf,
sistem muskoloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ
sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang
sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki
diri.
2) Teori protein (Kolagen dan Elastisin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya
pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan
dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam
jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan
kartilago, dan elastisin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan
bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastisin pada
kulit kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal,
seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga
terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatannya pada sistem
muskuloskeletal.
3) Teori menua akibat metabolisme
Pengurangan intake kalori akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori
tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu
atau beberapa proses metabolisme.
4) Teori akibat radikal bebas
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam
tubuh fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan didalam
rantai pernafasan didalam mitokondria. Untuk organisasi
aerobik, radikal bebas terbentuk pada waktu respirasi (aerob)
didalam mitokondria karena 90% oksigen yang diambil tubuh
termasuk didalam mitokondria. RB bersifat merusak, karena
sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
dan asam lemak tak jenuh. Walaupun telah ada sistem
penangkal, namun sebagian RB tetap lolos, bahkan makin lanjut
usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses pengerusakan
terus terjadi, kerusakan organel sel semakin banyak akhirnya sel
mati.
b. Teori Psikologi
1) Aktivitas atau Kegiatan (activity theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah lanjut usia sense of integrity yang dibangun
dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari usia
lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke usia lanjut.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identitas pada lansia yang sudah mantap memudahkan
dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan
diri dengan masalah dimasyarakat, keluarga dan hubungan
interpersonal. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimilikinya.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga terjadi kehilangan
ganda.
e Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Proses Menua
1. Hereditas atau ketuaan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
f Perubahan Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,
sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M, 2011).
1) Perubahan fisik
a) Sistem indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem integument
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi
tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat
pada kulit dikenal dengan liver spot
c) Sistem muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung
kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan
menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya
kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan
fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih
lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot:
perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
d) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang
mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
f) Pencernaan dan matabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata
karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar
menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
g) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal
h) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
i) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
2) Perubahan kognitif
a) Memori (Daya ingat, Ingatan)
b) IQ (Intellegent Quotient)
c) Kemampuan Belajar (Learning)
d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g) Kebijaksanaan (Wisdom)
h) Kinerja (Performance)
i) Motivasi
3) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan
h) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
4) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
5) Perubahan psikososial
a) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau
gangguan sensorik terutama pendengaran.
b) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah
rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
gangguan fisik dan kesehatan.
c) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,
lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan
karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
d) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan
dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
e) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada
lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan
sosial.
f) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan yang mana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau
karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering
menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
g Tugas Perkembangan Lansia
Dalam perkembangan masa lansia juga memiliki tugas
perkembangan yang harus dilaksanakan oleh para individu yang
menginjak usia lansia. Berikut tujuh tugas perkembangan selama hidup
yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu (Hurlock, 1980 dalam
Ramdani, 2015).
1) Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis
2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
3) Menemukan makna kehidupan
4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
7) Menerima dirinya sebagai seorang lansia.
2. Tinjauan Kasus
a Pengertian
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti
sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu
penyakit autoimun dimana persendian (biasanya tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Gordon,
2002 dalam Febriana,2015).
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik
atau penyakit autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki
karakteristik terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan
deformitas. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Lukman &
Nurna Ningsih, 2013).
b Etiologi
Penyebab pasti RA tidak diketahui, diperkirakan merupakan
kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem
reproduksi. Faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus. Berikut beberapa faktor yang diduga menjadi
penyebab rhematoid arthritis meliputi:
1) Genetik
Beberapa penelitian melaporkan terjadinya RA sangat terkait dengan
faktor genetik.
2) Usia dan jenis kelamin
Insidensi lebih banyak dialami oleh wanita dibanding pria dengan
rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan diasumsikan karena pengaruh dari
hormon, namun data ini masih dalam penelitian. Wanita memiliki
hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun. Rheumatoid
arthritis terjadi pada usia ± 50 tahun.
3) Infeksi
Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah
terinfeksi secara genetik. Ada beberapa teori penyebab rheumatoid
arthritis antara lain infeksi streptokokus hemolitikus dan
streptokokus non-hemolitikus, endokrin, autoimun, metabolik dan
faktor genetik serta faktor pemicu lainnya. Rheumatoid arthritis
diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan
oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita
4) Lingkungan
Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat memicu rheumatoid
arthritis seperti merokok, kebiasaan minum susu, dan aktivitas fisik.
c Patofisiologi
Rheumatoid arthritis sering disebut radang selaput sinovial.
Penyebab dari rheumatoid arthritis masih belum jelas. Pada penderita
rheumatoid arthritis suatu antigen penyebab artritis reumatoid yang
berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen presenting
cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A,
sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekskresi determinan
HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR
yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu
kompleks trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan
interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofag
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.
Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut
akan mengekskresi reseptor interleukin-2 (IL-2) pada permukaan CD4+.
IL-2 yang diekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor
spesifik pada permukaannya sendiri dan akan menyebabkan terjadinya
mitosis dan proliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan
berlangsung terus selama antigen tetap berada dalam lingkunan tersebut.
Selain IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai
limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis factor b (TNF-b),
interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4), granulocyte-macrophage
colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang
bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas
fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-
1, IL-2, dan IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang
dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara
bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks imun akan
mengaktivasi sistem komplemen yang akan membebaskan
komponennkomplemen C5a. Komponen komplemen C5a merupakan
faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga
dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke
arah lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial
menunjukkan bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada artritis
reumatoid adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular membran
sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran
sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh
pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien,
prostaglandin dan protease neutral (collagenase dan stromelysin) yang
akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas
dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu
radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan
sendi.
Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan
dapat merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan
IL-1 dan TNF-b. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan
terhenti bila antigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan
tersebut. Akan tetapi pada artritis reumatoid, antigen atau komponen
antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian, sehingga
proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya
destruksi persendian pada artritis reumatoid kemungkinan juga
disebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah
suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-
90% pasien artritis reumatoid. Faktor reumatoid akan berikatan dengan
komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga proses
peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga
menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan
terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta
aktivasi jalur asam arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat
pengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang
merupakan elemen yang paling destruktif dalam patogenesis artritis
reumatoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel
radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan
pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai
kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan.
Pada penderita rheumatoid arthritis sinovium menjadi sangat tebal
dan terasa seperti pembengkakan di sekitar sendi dan tendon. Sinovium
berproliferasi ke dalam lipatan, lipatan ini kemudian disusupi oleh
berbagai sel inflamasi diantaranya polimorf yang transit melalui jaringan
ke dalam sel sendi, limfosit dan plasma sel. Lapisan sel sinovium
menjadi menebal dan hiperplastik, kejadian ini adalah tanda proliferasi
vaskuler awal rheumatoid arthritis. Peningkatan permeabilitas pembuluh
darah dan lapisan sinovial menyebabkan efusi sendi yang mengandung
limfosit dan polimorf yang hampir mati (Kumar and Clark, 2009).
Sinovium hiperplastik menyebar dari daerah sendi ke permukaan
tulang rawan. Penyebaran ini menyebabkan kerusakan pada sinovium,
dan tulang rawan mengalami peradangan, kejadian ini menghalangi
masuknya gizi ke dalam sendi sehingga tulang rawan menjadi menipis.
Fibroblast dari sinovium berkembang biak dan tumbuh di sepanjang
pembuluh darah antara margin sinovial dan rongga tulang epifis dan
merusak tulang (Kumar and Clark, 2009).
Proses awalnya, antigen (bakteri, mikroplasma atau virus)
menginfeksi sendi. Akibatnya terjadi kerusakan lapisan sendi yaitu pada
membran sinovial dan terjadi peradangan yang berlangsung terus-
menerus. Peradangan ini akan menyebar ke tulang rawan kapsul fibroma
ligament tendon. Kemudian terjadi penimbunan sel darah putih dan
pembentukan pada jaringan parut sehingga membran sinovium menjadi
hiperatropi dan menebal. Terjadinya hiperatropi dan penebalan ini
menyebabkan aliran darah yang masuk ke dalam sendi menjadi
terhambat. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis
(rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat dan deformitas (perubahan bentuk)
(Dipiro et al., 2008).
Sendi yang paling sering terkena rheumatoid arthritis adalah sendi
tangan, pergelangan tangan dan kaki. Selain itu, siku, bahu, pinggung,
lutut dan pergelangan kaki mungkin terlibat. Peradangan kronis dengan
kurangnya program latihan yang memadai bisa berpengaruh pada
hilangnya rentang gerak, atrofi otot, kelemahan dan deformitas.
Keterlibatan tangan dan pergelangan tangan adalah umum pada pasien
rheumatoid arthritis. Keterlibatan tangan dimanifestasikan dengan nyeri,
pembengkakan, ketidakstabilan, dan atrofi dalam fase kronis. Kesulitan
fungsional ditandai dengan berkurangnya gerakan motorik halus.
Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini
ditandai dengan adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang
akan sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi,
sedangkan orang yang memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka
kondisi yang dialaminya akan menjadi kronis yang progresif. (Asikin,
2013)
d Manifestasi Klinis
Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan gejala
klinis yaitu (Asikin, 2013):
1) Nyeri persendian disertai kaku terutama pada pagi hari. Kekakuan
berlangsung sekitar 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam
dalam sehari.
2) Muncul pembengkakan, warna kemerahan, lemah dan rasa panas yang
berangsur-angsur.
3) Peradangan sendi yang kronik dapat muncul erosi pada pinggir tulang
dan dapat dilihat dengan penyinaran X-ray.
4) Pembengkakan sendi yang meluas dan simetris.
5) Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah bera dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya nyeri.
6) Sendi besar
kemungkinan juga dapat terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi atau ekstensi.
7) Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
berkembang menjadi pincang. Gangguan bejalan merupakan ancaman
besar
e Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut
(Asikin, 2013):
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Laju endap darah meningkat
b) Protein c-reaktif meningkat
c) Terjadi anemia dan leukositosis
d) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita)
2) Aspirasi cairan sinovial Menunjukkan adanya proses inflamasi
(jumlah sel darah putih >2000 µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi
pewarnaan garam, pemeriksaan jumlah sel darah, kultur, gambaran
makroskopis.
3) Pemeriksaan radiologi Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis tulang yang berdekatan
f Penatalaksanaan Medis
Tujuan dari pengobatan rheumatoid arthritis tidak hanya mengontrol
gejala penyakit, tetapi juga penekanan aktivitas penyakit untuk mencegah
kerusakan permanen (Nikolaus, 2012). Ada beberapa penatalaksaan
medis (Asikin, 2013) meliputi:
1) Pengobatan farmakologi
a) Anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering dijumpai.
b) Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARDs) memiliki
potensi untuk mengurangi kerusakan pada sendi,
mempertahankan integritas dan fungsi sendi dan pada akhirnya
mengurangi biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas
pasien rheumatoid arthritis.
c) Kortikosteroid
d) Terapi biologi
2) Pengobatan non-farmakologi
a) Istirahat
b) Latihan fisik
c) Nutrisi: menjaga pola makan seperti: diet rendah purin
d) Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin
e) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera
f) Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat
nyeri
g) Kompres jahe hangat untuk mengurangi nyeri

3. Tinjauan Askep
a Pengkajian
1) Data Subjektif
1) Mengatakan nyeri ketika bergerak atau beraktivitas
2) Mengatakan nyeri seperti tertekan
3) Mengatakan kekakuan pada pagi hari, biasanya bilateral dan
simetris
4) Mengatakan terasa kebas
5) Mengatakan kesemutan pada tangan maupun kaki
6) Mengatakan hilangnya sensasi pada jari tangan
7) Mengatakan demam ringan menetap
8) Mengatakan lelah, anoreksia, dan berat badan menurun
2) Data Objektif
a) Tampak terdapat keterbatasan rentang gerak
b) Tampak atrofi otot
c) Tampak kesulitan untuk melakukan aktivitas perawatan pribadi
d) Tampak pembengkakan pada sendi
e) Tampak kemerahan pada sendi
f) Tampak perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
g) Klien tampak anemik
h) Tampak adanya deformitas disertai pembengkakan
i) Terjadi penurunan kekuatan otot
3) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera fisik
b) Nyeri Kronis berhubungan dengan agens cedera fisik
c) Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri dan
penurunan kekuatan otot
d) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh
e) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan
f) Defisien Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
b Rencana Perawatan
1) Nyeri Akut
a) Tujuan Dan Kriteria Evaluasi
NOC:
(1) Pain level
(2) Pain control
(3) Comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x …
diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil:
(a) Tanda vital dalam rentang normal
S : 36,5-37,5˚C
N : 60-100 x/menit
TD : Sys (100-130 mmHg)/Dys (70-90 mmHg)
R : 16-20 x/menit
(b) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
(c) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyer
(d) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
(e) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
(f) Tidak mengalami gangguan tidur
b) Intervensi
NIC:
(1) Pantau vital sign
(2) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
(3) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
(4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
(5) Kurangi faktor pencetus atau meningkatkan nyeri
(misalnya: kecemasan, ketakutan, dan kurang pengetahuan)
(6) Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti teknik nafas
dalam, distraksi, kompres hangat/dingin, terapi musik,
aromaterapi dll
(7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
c) Rasional Tindakan
(1) Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan penanganan
yang akan diberikan
(2) Untuk mengetahui derajat nyeri yang dialami pasien
(3) Mengetahui adanya perasaan tidak nyaman yang
mempengaruhi kondisi
(4) Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman akan
menurunkan stimulus nyeri eksternal
(5) Pengetahuan tentang penyakit dan penyebab nyeri akan
membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu
kepatuhan klien terhadap rencana terapiutik
(6) Teknik non farmakologi merupakan salah satu intervensi
keperawatan secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan oleh pasien.
(7) Analgetik dapat membantu dalam mengurangi intensitas
nyeri

2) Nyeri Kronis
a) Tujuan Dan Kriteria Evaluasi
NOC:
(1) Comfort level
(2) Pain control
(3) Pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. nyeri kronis
pasien berkurang dengan kriteria hasil:
(a) Tidak ada gangguan tidur
(b) Tidak ada gangguan konsentrasi
(c) Tidak ada gangguan hubungan interpersonal
(d) Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara
verbal
(e) Tidak ada tegangan otot
b) Intervensi
(1) Pantau vital sign
(2) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
(3) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
(4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
(5) Kurangi faktor pencetus atau meningkatkan nyeri
(misalnya: kecemasan, ketakutan, dan kurang pengetahuan)
(6) Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti teknik nafas
dalam, distraksi, kompres hangat/dingin, terapi musik,
aromaterapi dll
(7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
c) Rasional Tindakan
(1) Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan penanganan
yang akan diberikan
(2) Untuk mengetahui derajat nyeri yang dialami pasien
(3) Mengetahui adanya perasaan tidak nyaman yang
mempengaruhi kondisi
(4) Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman akan
menurunkan stimulus nyeri eksternal
(5) Pengetahuan tentang penyakit dan penyebab nyeri akan
membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu
kepatuhan klien terhadap rencana terapiutik
(6) Teknik non farmakologi merupakan salah satu intervensi
keperawatan secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan oleh pasien.
(7) Analgetik dapat membantu dalam mengurangi intensitas
nyeri
3) Hambatan Mobilitas Fisik
a) Tujuan Dan Kriteria Evaluasi
NOC:
(1) Joint movement: active
(2) Mobility level
(3) Selfcare: ADLs
(4) Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
mampu melakukan rentang gerak dan ambulasi secara perlahan
dengan kriteria hasil:
(a) Pasien meningkat dalam aktivitas fisik
(b) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
(c) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah
(d) Memperagakan penggunakaan alat bantu untuk
mobilisasi
b) Intervensi
NIC:
(1) Kaji tingkat mobilitas pasien
(2) Bantu pasien untuk melakukan rentang gerak aktif maupun
rentang gerak pasif pada sendi
(3) Bantu pasien melakukan ROM
(4) Anjurkan latihan ambulasi dengan alat bantu (misalnya:
tongkat, kursi roda, walker, kruk)
(5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik
lainnya.
c) Rasional Tindakan
(1) Mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
(2) Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah kontraktur
(3) Untuk mempertahankan fleksibelitas sendri sesuai dengan
kemampuan
(4) Membantu dalam peningkatan aktivitas dengan
menggunakan alat bantu
(5) Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapi
4) Gangguan Citra Tubuh
a) Tujuan Dan Kriteria Evaluasi
NOC:
(1) Body Image
(2) Self Esteem
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. citra tubuh
positif dengan kriteria hasil:
(a) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
(b) Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
(c) Mempertahankan interaksi sosial
b) Intervensi
NIC:
(1) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
tubuhnya
(2) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
(3) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
(4) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit
(5) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
c) Rasional Tindakan
(1) Untuk mengetahui respon klien terhadap tubuhnya
(2) Untuk mengetahuan tingkat klien dalam mengkritik dirinya
(3) Agar dapat mengeksplor perasaannya secara mendalam
(4) Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang kondisi
yang dialami
(5) Untuk meningkatkan dukungan kepada klien sehingga klien
dalam menerima tubuhnya
5) Defisit Perawatan Diri
a) Tujuan Dan Kriteria Evaluasi
NOC:
(1) Self care: Activity of Daily Living (ADLs)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. defisit
perawatan diri dapat teratasi dengan kriteria hasil:
(a) Pasien terbebas dari bau badan
(b) Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs
(c) Dapat melakukan ADLs dengan bantuan
b) Intervensi
NIC:
(1) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri
(2) Damping dalam melakukan perawatan diri samapi mandiri
(3) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
(4) Bantu jika tidak mampu melakuan perawatan perawatan diri
(5) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
c) Rasional Tindakan
(1) Untuk mengetahui kebutuhan pasien
(2) Untuk membantu klien dalam melakukan perawatan diri
(3) Untuk mempermudah klien dalam melakukan perawatan
diri
(4) Untuk mengawasi pasien dalam melakukan perawatan diri
(5) Agar klien bisa melakukan perawatan diri secara mandiri
bertahap
6) Defisien Pengetahuan
a) Tujuan Dan Kriteria Evaluasi
NOC:
(1) Knowledge: disease process
(2) Knowledge: health behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x … jam
diharapkan pengetahuan klien meningkat dengan kriteria hasil:
(a) Klien paham dengan penyakit yang dialami
(b) Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
dengan benar
(c) Klien mampu menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaska oleh perawat
b) Intervensi
(1) Identifikasi tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
(2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang
dialami klien
c) Rasional Tindakan
(1) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang
penyakit yang dialami
(2) Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit
sehingga dapat melaksanakan penetalaksanaan dengan tepat
c Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan. Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya fisik dan
perlindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat
perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan
yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
d Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Dalam proses keperawatan berdasarkan masalah yang
muncul maka hal-hal yang di harapkan pada evaluasi adalah sebagai
berikut:
1) Nyeri klien berkurang
2) Nyeri kronis pasien berkurang
3) Mampu melakukan rentang gerak dan ambulasi secara perlahan
4) Citra tubuh positif
5) Defisit perawatan diri dapat teratasi
6) Pengetahuan klien meningkat
4. WOC

- Genetik
- Usia dan jenis
kelamin
- Infeksi RHEUMATOID
- Lingkungan ARTHRITIS

Pelepasan mediator Instabilitas


Kurang terpapar Erosi tulang Inflamasi membrane
kimia (bradikinin, dan
informasi sinovial
histamine, bradikinin, deformitas
prostaglandin,
serotonin, ion kalium)
MK: Defisien Gangguan Penebalam
Pengetahuan mekanis dan membrane sinovial
fungsional pd
Merangsang reseptor sendi
nyeri
Membentuk Tannus
Perubahan
Menyentuh serabut C bentuk tubuh
Kerusakan Menghambat nutrisi
pada tulang &
kartilago dan pada kartilago
sendi
tulang

MK: Gangguan
Citra Tubuh
Otak Tendon & Ligamen
(Korteks somatosensorik) melemah

MK: Defisit Keterbatasan Kekuatan otot


Persepsi Nyeri Perawatan diri
gerak menurun

MK: Hambatan
Nyeri berulang Respon afektif Mobilitas Fisik
>3 bulan

MK: Nyeri Akut


MK: Nyeri
Kronis
5. Daftar Pustaka
Alpin, Haikan. (2016). Hubungan Fungsi Gerak Sendi Dengan Tingkat
Kemandirian Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 3 (1).
Diakses tanggal 18 Oktober 2021, dari
https://media.neliti.com/media/publications/286111-hubungan-
fungsi-gerak-sendi-dengan-tingk-137ee1e8.pdf
Asikin, M, dkk (2016). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga
Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Febriana. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid
Arthritis Ankle Billateral di RSUD Saras Husada Purworejo.
Diakses tanggal 18 Oktober 2021, dari
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/32653
Lukman dan Ningsih, N. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Nikolaus. (2012). Fatigue in rheumatoid arthritis: from patient experience to
measurement. University of Twenty. Diakses tanggal 18 Oktober
2021, dari https://research.utwente.nl/en/publications/fatigue-in-
rheumatoid-arthritis-from-patient-experience-to-measur
Nugroho, W. (2012). Keperawatan gerontik dan Geriatrik Ed. 3. Jakarta:
EGC.
Ramdani. (2015). Kontribusi kecerdasan spiritual dan dukungan keluarga
terhadap kepuasan hidup lansia serta implikasinya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Jurnal KOPASTA, 2 (2). Diakses tanggal
18 Oktober 2021, dari
https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/kopastajournal/article/
download/301/279
LEMBAR PENGESAHAN

Mahasiswa Pembimbing Akademik

(Ida Ayu Putu Aniaka Dewi)


Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep.,M.Kep
NIM. 2114901121
NIDN. 0817089001
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY. R DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

DI DESA MAS, KECAMATAN UBUD

TANGGAL 18-21 OKTOBER 2021

Disusun Untuk Memenuhi Target Keperawatan Gerontik

Oleh:

IDA AYU PUTU ANIAKA DEWI

NIM. 2114901121

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY. R DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

DI DESA MAS, KECAMATAN UBUD

TANGGAL 18-21 OKTOBER 2021

PENGKAJIAN
Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Senin, 18 Oktober 2021 pukul 11.00
WITA. Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
I. IDENTITAS
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 79 tahun
Agama : Hindu
Status Perkawuinan : Belum Kawin
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat rumah : Mas, Ubud
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kiri
III. RIWAYAT KESEHATAN
a Masalah kesehatan yang pernah dialami dan yang dirasakan saat ini
(yang dapat meningkatkan morbiditas bila kontak dengan COVID-19).
Klien mengatakan sering mengalami nyeri pada lutut kiri sejak 2 bulan
yang lalu. Keluarga mengatakan klien sempat dibawa ke Puskesmas
Ubud I oleh keluarganya untuk melakukan pemeriksaan dan dinyatakan
pasien mengalami Rheumatoid Arthritis. Pada saat pengkajian, klien
mengeluh nyeri pada lutut kiri, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
dengan skala nyeri 6 dari 10 yang diberikan, nyeri hilang timbul dan
paling sering muncul pada malam hari dan saat menggerakkan kaki.
Klien mengatakan sedikit mengalami kesulitan dalam berjalan, klien
mengatakan masih bisa melakukan aktivitas secara mandiri hanya saat
ingin berjalan kadang membutuhkan bantuan dari keluarga, klien
mengatakan tidak mengetahui terapi yang dilakukan, klien mengatakan
tidak mengetahui makanan yang tidak boleh dikonsumsi pada orang
dengan rematik. Klien nampak meringis kesakitan, klien nampak
gelisah, klien nampak memegang lutut bagian kiri, klien nampak
kesulitan menbggerakkan lutut bagian kiri, klien nampak tidak
seimbang saat berjalan, klien nampak kebingungan.
b Masalah kesehatan sebelumnya
Klien mengatakan sebelumnya pernah operasi katarak selain itu hanya
pernah mengalami sakit kepala, demam, batuk maupun pilek. Klien
mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengalami rheumatoid
arthritis. Menantu klien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun
yang lalu.
Genogram

HT
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
: Perkawinan
: Keturunan
HT : Riwayat hipertensi
Penjelasan Genogram:
Ny. R adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Orang tua Ny. R sudah
meninggal sejak lama, Sedangkan kakak Ny. R sudah meninggal 4
bulan yang lalu tidak dalam keadaan sakit. Ny. R belum menikah,
sehingga saat ini tinggal bersama anak, menantu dan cucu dari
kakaknya. Di dalam keluarga tinggal 10 orang anggota keluarga. Di
dalam keluarga Ny. R ada yang memiliki riwayat hipertensi, yaitu
menantu kedua.
IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI
a Biologis
1. Pola makan
Klien mengatakan biasa makan biasanya 3x sehari dengan porsi
sedang. Makanan yang dikonsumsi yaitu nasi, lauk pauk, dan
sayuran dan dapat menghabiskan 1 porsi makanan setiap makan.
Klien mengatakan tidak memiliki makanan pantangan.
2. Pola minum
Klien mengatakan sering minum air mineral ±1 botol aqua besar
(1.500 ml) dan meminum kopi hitam pada pagi hari.
3. Pola tidur
Klien mengatakan dapat tidur dengan cukup, pada malam hari klien
biasanya tidur pukul 21.00 wita dan terbangun pukul 05.00 WITA.
Klien mengatakan siang hari sering tidur sekitar 1-2 jam/hari, akan
tetapi jamnya tidak menentu. Klien mengatakan tidak mengalami
keluhan dalam pola tidurnya.
4. Pola eliminasi (BAB/BAK)
Klien tidak mengalami gangguan eliminasi urine (BAK ± 10 x/hari),
warna urine kuning bau khas urine tidak terdapat darah pada urine.
BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, bau khas feses, tidak
terdapat darah dalam darah.
5. Aktivitas sehari-hari
Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi ditempat tidur √
Mobilisasi berpindah √
Berias √
ROM √
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Membutuhkan alat bantu
2 : Membutuhkan pengawasan orang
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Ketergantungan total
Jadi, dapat disimpulkan klien aktivitas (ADL) sehari harinya
sebagian besar dilakukan mandiri, hanya mobilisasi berpindah
membutuhkan bantuan orang lain.
6. Rekreasi
Klien mengatakan tidak pernah melakukan rekreasi. Klie biasa
menghabiskan waktu luangnya untuk berkumpul dengan keluarga di
rumah.
7. Indeks KATZ
Indek Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK),
menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi
yang lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah
dan satu fungsi
yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi
tidak dapat
diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G

Kesimpulan : Berdasarkan indeks KATZ, dapat disimpulkan bahwa


Ny. R berada pada indeks ”A” ditandai dengan klien mandiri dalam
makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah, dan mandi.
b Psikologis
1. Mental (SPMSQ/MMSE)
Short Portabel Mental Status
Questionaire (SPMSQ)
Skore
N0 Pertanyaan
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang ini?
√ 3. Apa nama tempat ini? Di rumah
4. Berapa nomer telepon anda?
√ 4a. Dimana alamat anda? Tanyakan hanya klien tidak
mempunyai telepon Br. Kawan, Mas
√ 5 Berapa umur anda?
√ 6 Kapan anda lahir?
√ 7 Siapa presiden indonesia sekarang? Jokowi
√ 8 Siapa presiden sebelumnya?
√ 9 Siapa nama kecil ibu anda? Ida Ayu A
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dam tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total 6 (fungsi intelektual sedang)
Penilaian SPMSQ :
 Kesalahan 8 - 10 fungsi intelektual berat
 Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
 Kesalahan 3 - 4 fungsi intelektual ringan
 Kesalahan 0 - 2 fungsi intelektual utuh
Kesimpulan: Didapat hasil yaitu kesalahan 6 yang artinya fungsi
intelektual sedang ditandai dengan klien tidak dapat menyebutkan
hari, tanggal, berapa umur, kapan klien lahir, siapa presiden
Indonesia sebelumnya, karena klien hanya mengingat presiden
soekarno saja, serta klien tidak mampu melakukan pengurangan 3
dari 20 secara menurun.

Depresi (Beek/ Yesavage)


Penilaian dengan menggunakan skala Depresi Beck
No Uraian Depresi Beck Skore
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak
dapat menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak
dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau √
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan
sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk
memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pasimis atau kecil hati tentang masa √
depan
C.Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagi seseorang
(orang tua, suami, Istri)
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang
dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
umumnya
0 Saya tidak merasa gagal √
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas √
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak
berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian
dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah √
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai √
membahayakan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya
mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh
diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai √
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan tidak perduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan tidak sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada
sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minta pada orang lain √
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik √
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
permanet dalam penampilan saya dan ini membuat
saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak
menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk √
daripada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras
untuk melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai √
melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya √
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya √
Penilaian:
 0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal
 5-7= Depresi ringan
 8-15= Depresi sedang
 >15 =depresi berat,
Kesimpulan: Total skor 3 yang artinya depresi tidak ada atau
minimal ditandai dengan klien merasa sedih dan galau karena nyeri
yang dirasakan sering muncul dan sering merepotkan keluarga
membantu pasien ketika sulit berjalan, dan memerlukan upaya
tambahan untuk memulai melakukan sesuatu ketika nyeri kambuh
dan kaki sulit untuk digerakkan.
2. Keadaan emosi
Klien mengatakan sering sedih ketika nyeri kambuh, akan tetapi
pasien mampu mengontrol sedihnya sendiri dengan bermain bersama
cucu, menonton televise ataupun membuat canang.
3. Konsep diri
 Identitas diri
Klien dapat menyebutkan nama lengkap, alamat rumah, stayus
perkawinan, dan jenis kelamin dengan benar sesuai dengan KTP.
 Gambaran diri
Klien mengatakan sudah tua, rambutnya putih, badannya pendek
dan kulitnya keriput, klien tidak merasa terganggu dengan itu
karena klien tahu bahwa jika sudah tua semua akan berubah sudah
tidak seperti waktu muda lagi.
 Ideal diri
Klien mengatakan ingin keluarganya sukses dan selalu berkumpul
bersama keluarga
 Peran diri
Klien mengatakan saat ini berperan sebagai orang tua untuk anak
dan menantunya serta sebagai nenek dari cucu-cucunya.
 Harga diri
Klien merasa dihargai baik oleh anak, cucu, maupun lingkungan
disekitarnya. Jika ada hal-hal tertentu anaknya selalu meminta
pendapat darinya.
4. APGAR Gerontik
APGAR Gerontik
No Fungsi Uraian Skore
1 Saya puas bahwa dapat kembali 2
Adaptasi
pada Gerontik saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
2 Saya puas dengan cara Gerontik 2
Hubungan saya membicarakan sesuatudengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas bahwa Gerontik saya 2
Pertumbuhan menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau
arah baru.
4 Saya puas dengan cara Gerontik saya 2
Afeksi mengespresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman 1
Pemecahan saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
Keterangan :
Skor 2 jika selalu
Skor 1 jika kadang-kadang
Skor 0 jika hampir tidak pernah
Kesimpulan: Setelah dilakukan penilaian terhadap APGAR gerontik
didapat skor 10 yang artinya klien merasa puas terhadap 4 fungsi
diatas dan 1 kadang-kadang puas.
c Sosial
1. Dukungan Keluarga
Klien mengatakan keluarga sangat mendukung dalam hal-hal yang
positif. Klien mengatakan keluarga mendukung kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di rumah dan tidak melarang klien untuk berkreasi.
Keluarga juga sering mengantar klien ke pelayanan kesehatan
untuk mengontrol kesehatannya.
2. Hubungan dengan Gerontik
Hubungan dengan lansia lainnya baik dan klien sering berbincang-
bincang dengan tetangganya yang sudah lansia.
3. Hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang lain tidak mengalami masalah,
hubungan pasien harmonis dengan orang lain.
d Spiritual
1. Pelaksanaan ibadah
Klien sering beribadah di merajan sesuai dengan keyakinannya,
dan beribadah di pura pada saat hari raya tertentu
2. Keyakinan tentang kesehatan
Klien sering melakukan pemeriksaan kesehatan, klien tidak
memiliki pikiran negatif tentang sakit yang dialaminya. Menurut
klien sakit yang dialaminya karena faktor usia, karena sudah tua
jadi gampang terkena sakit.

Pemeriksaan Fisik
Tinjauan sistem
1. Keadaan umum : Sadar penuh
2. GCS : V5M6E4
3. Tingkat Kesadaran: Compos mentis
4. Suhu : 36,6˚c Nadi : 88x/menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg RR : 20x/menit
Tinggi badan : 149 cm BB : 58kg
5. Kepala (rambut)
Inspeksi: Persebaran rambut merata, warna rambut hitam dan putih,
kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak
terdapat ketomber
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
6. Mata, telinga, hidung dan mulut
a Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, terdapat kekeruhan pada mata (pasien pernah operasi
katarak beberapa tahun yang lalu), tidak ada nyeri tekan
b Telinga nampak simetris, bersih, pendengaran sedikit berkurang,
tidak ada massa di dalam telinga
c Hidung nampak simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret.
d Mukosa bibir tidak pucat, mukosa bibir kering, gigi sudah tidak
lengkap dan tidak terdapat labio palato skizis
7. Leher
Inspeksi: Tidak ada luka, tidak ada deviasi trakea, tidak ada distensi
vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
8. Dada dan punggung
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada jejas, tidak ada lesi,
gerakan dada bebas, tidak ada retraksi otot dada, payudara
Nampak simetris.
Palpasi: Pengembangan dada simetris, vibrasi tactile premitus
simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Suara paru vesikuler, suara jantung S1 S2 regular
9. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi abdomen dan ascites, tidak terdapat
luka
Auskultasi: Peristaltik usus 16 x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, idak ada hepatomegaly,
apendiksitis, distensi abdomen, ascites dan massa
Perkusi : Tympani
10. Ekstremitas atas dan bawah
Eketremitas atas:
- Pergerakan bebas
- CRT <2 detik
- Tidak ada luka dan sianosis
Eketremitas bawah:
- Pergerakan terganggu
- CRT <2 detik
- Tidak terdapat luka dan sianosis
- Nyeri tekan pada lutut sinistra
- Kekuatan otot:
555 555
222 555

11. Kulit
Kulit klien nampak berwarna kecoklatan (sawo mateng), tidak
terdapat luka, kulit nampak keriput.
12. Genitalia
Tidak terkaji dan tidak ada keluhan
e Keadaan lingkungan
Lingkungan area rumah pasien bersih dan nyaman.
V. INFORMASI/DATA PENUNJANG
Tidak ada informasi/data penunjang
ANALISA DATA

Analisa Data Ny. R dengan Rheumatoid Arthritis


Di Desa Mas, Kecamatan Ubud
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: Nyeri Akut Proses menua
- Klien mengeluh nyeri
- P: Rhematoid Arthritis Perubahan hormonal
Q: Nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk Inflamasi

R: Lutut kiri
Permukaan tulang dan
S: Skala nyeri 6 dari 10
sendi tidak lagi licin
yang diberikan
T: Nyeri hilang timbul Tulang alami gesekan
dan paling sering muncul
pada malam hari dan saat Nyeri
menggerakkan kaki
DO:
- Klien nampak meringis
kesakitan
- Klien nampak gelisah,
klien nampak memegang
lutut bagian kiri
DS: Hambatan Mobilitas Fisik Proses menua
- Klien mengatakan sedikit
mengalami kesulitan Perubahan hormonal
dalam berjalan
- Klien mengatakan masih Peradangan pada
synovial
bisa melakukan aktivitas
secara mandiri hanya
Tendon dan ligament
saat ingin berjalan menjadi lemah
kadang membutuhkan Dislokasi sendi
bantuan dari keluarga.
Do: Pergerakan ekstremitas
terganggu
- Klien nampak kesulitan
menggerakkan kaki Hambatan Mobilitas
bagian kiri Fisik

- Klien nampak tidak


seimbang saat berjalan
- Kekuatan otot:
555 555
222 555

DS: Defisien Pengetahuan Proses menua


- Klien mengatakan tidak
mengetahui terapi yang Penurunan daya ingat
dilakukan
- Klien mengatakan tidak Kurang terpapar
informasi
mengetahui makanan
yang tidak boleh
Defisien Pengetahuan
dikonsumsi pada orang
dengan rematik
DO:
- Penilaian SPMSQ: Skor
5 (fungsi intelektual
sedang)
- Klien nampak
kebingungan
PRIORITAS MASALAH (DIAGNOSA KEPERAWATAN/MASALAH
KOLABORASI)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan klien
mengeluh nyeri, P: rhematoid arthritis, Q: nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk, R: lutut kiri, S: skala nyeri 6 dari 10 yang diberikan, T: nyeri hilang
timbul dan paling sering muncul pada malam hari dan saat menggerakkan
kaki, klien nampak meringis kesakitan, klien nampak gelisah, klien nampak
memegang lutut bagian kiri.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan penurunan kekuatan
otot ditandai dengan klien mengatakan sedikit mengalami kesulitan dalam
berjalan, klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas secara mandiri
hanya saat ingin berjalan kadang membutuhkan bantuan dari keluarga, klien
nampak kesulitan menggerakkan kaki bagian kiri, klien nampak tidak
seimbang saat berjalan, kekuatan otot: 555 555
222 555
3. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
klien mengatakan tidak mengetahui terapi yang dilakukan, klien mengatakan
tidak mengetahui makanan yang tidak boleh dikonsumsi pada orang dengan
rematik, Penilaian SPMSQ: Skor 5 (fungsi intelektual sedang), klien nampak
kebingungan.
RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan Pasien Ny. R dengan Rheumatoid Arthritis


Di Desa Mas, Kecamatan Ubud
Tanggal 18 Oktober 2021

No Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubunganNOC: NIC:


dengan agens cedera fisik- Pain level 1. Pantau tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
ditandai dengan klien- Pain control 2. Lakukan pengkajian nyeri umum klien dan
mengeluh nyeri, P:- Comfort level secara komprehensif termasuk penanganan yang akan
rhematoid arthritis, Q: nyeriSetelah diberikan tindakan lokasi, karakteristik, durasi, diberikan
dirasakan seperti tertusuk- keperawatan selama 2 x 24 jam frekuensi, kualitas dan faktor 2. Untuk mengetahui derajat
diharapkan nyeri dapat berkurang
tusuk, R: lutut kiri, S: skaladengan kriteria hasil: presipitasi nyeri yang dialami pasien
nyeri 6 dari 10 yang 1. Tanda vital dalam rentang 3. Observasi reaksi nonverbal dari 3. Mengetahui adanya
diberikan, T: nyeri hilang normal ketidaknyamanan perasaan tidak nyaman
timbul dan paling sering S : 36,5-37,5˚C yang mempengaruhi
muncul pada malam hari dan N: 60-100 x/menit
saat menggerakkan kaki, TD: Sys (100-130 kondisi
klien nampak meringis mmHg)/Dys (70-90 mmHg) 4. Berikan kompres jahe hangat 4. Jahe memiliki efek
kesakitan, klien nampak R: 16-20 x/menit farmakologis yaitu rasa
gelisah, klien nampak 2. Mampu mengontrol nyeri panas dan pedas, dimana
memegang lutut bagian kiri. (tahu penyebab nyeri, dapat meredakan rasa nyeri,
mampu menggunakan tehnik kaku, dan spasme otot atau
nonfarmakologi untuk terjadinya vasodilatasi
mengurangi nyeri, mencari pembuluh darah.
bantuan) 5. Teknik distraksi dan
3. Melaporkan bahwa nyeri 5. Ajarkan tentang teknik relaksasi relaksasi dapat
berkurang dan distraksi mengalihkan perasaan nyeri
4. Mampu mengenali nyeri pada klien
(skala, intensitas, frekuensi 6. Analgetik dapat membantu
dan tanda nyeri) 6. Kolaborasi dalam pemberian dalam mengurangi
5. Menyatakan rasa nyaman analgetik intensitas nyeri.
setelah nyeri berkurang
6. Tidak mengalami gangguan
tidur
2 Hambatan mobilitas fisikNOC: NIC:
- Joint movement: active 1. Kaji tingkat mobilitas pasien 1. Mengetahui kemampuan
berhubungan dengan nyeri
- Mobility level klien dalam melakukan
dan penurunan kekuatan otot
- Selfcare: ADLs aktivitas
ditandai dengan klien
- Transfer performance 2. Bantu pasien untuk melakukan 2. Meminimalkan atrofi otot,
mengatakan sedikit
Setelah dilakukan tindakan rentang gerak aktif maupun meningkatkan sirkulasi dan
mengalami kesulitan dalam
keperawatan selama 2x 24 jam rentang gerak pasif pada sendi mencegah kontraktur
berjalan, klien mengatakan
diharapkan klien mampu 3. Bantu pasien melakukan ROM 3. Untuk mempertahankan
masih bisa melakukan
melakukan rentang gerak dan fleksibelitas sendri sesuai
aktivitas secara mandiri
ambulasi secara perlahan dengan dengan kemampuan
hanya saat ingin berjalan
kriteria hasil: 4. Anjurkan latihan ambulasi 4. Membantu dalam
kadang membutuhkan
1. Pasien meningkat dalam dengan alat bantu (misalnya: peningkatan aktivitas
bantuan dari keluarga, klien
aktivitas fisik tongkat, kursi roda, walker, dengan menggunakan alat
nampak kesulitan
2. Peningkatan kekuatan otot kruk) bantu
menggerakkan kaki bagian
3. Memverbalisasikan perasaan 5. Kolaborasi dengan ahli 5. Kemampuan mobilisasi
kiri, klien nampak tidak
dalam meningkatkan fisioterapi untuk latihan fisik ekstremitas dapat
seimbang saat berjalan,
kekuatan dan kemampuan lainnya. ditingkatkan dengan latihan
kekuatan otot:
555 555 berpindah fisik dari tim fisioterapi
222 555 4. Memperagakan
penggunakaan alat bantu
3 Defisien pengetahuanNOC: NIC:
1. Knowledge: disease
berhubungan dengan kurang 1. Kaji pengetahuan klien 1. Mengetahui sejauh mana
process
informasi ditandai dengan 2. Knowledge: health tentang penyakit yang pemahaman klien tentang
behavior penyakitnya
klien mengatakan tidak diderita
Setelah dilakukan tindakan
mengetahui terapi yang keperawatan selama 2x24 jam 2. Jelaskan secara detail 2. Pemberian informasi yang
diharapkan pengetahuan klien detail, mudah dipahami dan
dilakukan, klien mengatakan mengenai proses penyakit,
meningkat dengan kriteria hasil: tepat dapat meningkatkan
tidak mengetahui makanan 1. Klien mengatakan paham tanda dan gejala serta
kemampuan klien dalam
tentang penyakit rheumatoid
yang tidak boleh dikonsumsi pengobatan penyakit melakukan perawatan diri
arthritis
pada orang dengan rematik, 2. Klien paham dan mampu rheumatoid arthritis secara benar
melaksanakan diet 3. Untuk meningkatkan
Penilaian SPMSQ: Skor 5 3. Jelaskan dengan klien diet
rheumatoid arthritis pengetahuan klien terkait
(fungsi intelektual sedang), Pengetahuan COVID-19 yang dianjurkan pada klien diet yang dapat diterapkan
3. Klien mampu mengenal dan oleh klien
klien nampak kebingungan dengan rhematoid arthritis
memahami penyakit Covid-
4. Berikan pendidikan 4. Untuk meningkatkan
19 pengetahuan klien
kesehatan mengenai mengenai COVID-19
4. Klien mampu memahami
COVID-19
cara pencegahan Covid-19
IMPLEMENTASI

Implementasi Keperawatan Pasien Ny. R dengan Rheumatoid Arthritis


Di Desa Mas, Kecamatan Ubud
Tanggal 19-21 Oktober 2021

No Dx. Hari / Tgl, Implementasi Evaluasi Nama


Keperawatan Jam Respon &
Paraf
1 I Selasa, 19 Oktober Melakukan pengkajian nyeri S:
2021 - P: Rhematoid Arthritis
08.00 Q: Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk (Aniaka)

R: Lutut kiri
S: Skala nyeri 6 dari 10 yang diberikan
T: Nyeri hilang timbul dan paling sering
muncul pada malam hari dan saat
menggerakkan kaki
O:
- Klien nampak meringis kesakitan
II 11.00 Menganjurkan latihan ambulasi - Klien memegang lutut bagian kiri
dengan alat bantu (misalnya:S:
tongkat, kursi roda, walker, kruk) - Klien dan keluarga nampak paham dengan (Aniaka)
penjelasan latihan ambulasi
- Keluarga klien mengatakan akan
membuatkan klien tongkat dari kayu
untuk membantu klien berjalan
O:
- Klien dan keluarga nampak paham dengan
penjelasan yang diberikan
- Keluarga klien nampak kooperatif dan
antusias dalam mengatasi masalah klien
III 16.00 Memberikan pendidikan kesehatan
tentang rheumatoid arthritis sertaS:
(Aniaka)
diet yang dianjurkan - Klien mengatakan akan mematuhi diet
yang sudah dijelaskan
- Klien sedikit memahami tentang penyakit
yang dialami
O:
- Klien mampu menyebutkan tanda dan
gejala rheumatoid arthritis
- Klien mampu menyebutkan diet untuk
rheumatoid arthritis
2 I Rabu, 20 Oktober Memberikan kompres jahe hangatS:
2021 pada lutut kiri klien - Klien mengatakan nyeri sedikit
10.00 berkurang (Aniaka)

- P: Rhematoid arthritis
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Lutut kiri
S: Skala 5 dari 10 yang diberikan
T: Hilang timbul, nyeri sering muncul
pada saat menggerakkan kaki
O:
- Pasien nampak relaks
- Pasien nampak nyaman saat diberikan
kompres jahe hangat

13.00 Membantu klien melakukan ROM


II S:
- Klien mengatakan baru pertama kali (Aniaka)
latihan seperti ini
- Klien mengatakan nyeri saat diangkat
kaki kiri
O:
- Klien mengikuti perintah yang
dianjurkan saat latihan
- Klien nampak meringis saat kaki kiri
digerakkan
- Kekuatan otot:

555 555
222 555

3 I Kamis, 21 Oktober Mengajarkan teknik relaksasi danS:


2021 distraksi - Klien mengatakan sedikit merasa nyaman
09.00 - Klien mengatakan akan membuat canang (Aniaka)
untuk mengalihkan nyeri
- Klien mengatakan saat relaksasi nyeri
sedikit berkurang
O:
- Klien nampak relaks
- Klien nampak kooperatif
Implementasi Terkait Jurnal
Penyakit rheumatoid artritis merupakan penyakit autoimun yang
menyebabkan nyeri pada daerah lutut, kaki, tangan dan pinggul sehingga dapat
mengganggu aktifitasnya. Rheumatoid artritis ini lebih banyak menyerang lansia
karena perubahan fisiknya yang mengalami proses penuaan. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Susanti (2014), dengan judul “Pengaruh Kompres Hangat
Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Di Panti Sosial Tresna
Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar tahun 2014” disimpulkan bahwa
kompres hangat jahe berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri artritis
rhematoid yang dapat dilanjutkan sebagai intervensi mandiri oleh penderita
rheumatoid artritis. Jahe efektif dalam menurunkan nyeri hal ini dikarenakan jahe
memiliki kandungan enzim siklo-oksigenase yang dapat mengurangi peradangan
pada penderita arthritis reumatoid, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis
yaitu rasa panas dan pedas, dimana dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme
otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang maksimal akan
dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas. Salah satu terapi panas
dengan kompres jahe hangat, dimana pada jahe terdapat kandungan seperti
ginggerol, shogaol, dan zingerone yang dapat memberikan efek farmakologis
seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, dan antikarsinogenik, sehingga
dapat mengobati artritis reumatoid (Hernani & Winarti, 2010).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Damaiyanti & Try
(2014) yang berjudul “Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Kasih Sayang Ibu Kanagarian Cubadak Batu Sangkar”. Dalam
penelitiannya dijelaskan bahwa kompres jahe hangat berpengaruh terhadap
penurunan intensitas nyeri arthritis sebelum dan sesudah dilakukan kompres jahe
hangat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sunarti & Alhuda (2018) dengan judul
“Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe) Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia Di Upt. Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan”. Dalam penelitiannya
dijelaskan bahwa kandungan jahe bermanfaat untuk mengurangi nyeri reumatik
atau osteoarthritis karena jahe memiliki sifat pedas, pahit, dan aromatic dari
oleoresin seperti zingeron, gingerol dan shogaol. Didapatkan hasil bahwa ada
pengaruh kompres hangat jahe merah terhadap penurunan skala nyeri rheumatoid
artritis.
EVALUASI

Evaluasi Keperawatan Pasien Ny. R dengan Rheumatoid Arthritis


Di Desa Mas, Kecamatan Ubud
Tanggal 21 Oktober 2021

No Hari/ Dx Keperawatan Evaluasi Nama &


Tgl/Jam Paraf
1 Kamis, Nyeri akut berhubungan dengan S:
21 agens cedera fisik ditandai dengan - Klien mengeluh nyeri
Oktober klien mengeluh nyeri, P: sedikit berkurang (Aniaka)
2021 rhematoid arthritis, Q: nyeri - P: Rhematoid arthritis
13.00 dirasakan seperti tertusuk-tusuk, Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: lutut kiri, S: skala nyeri 6 dari R: Lutut kiri
10 yang diberikan, T: nyeri hilang S: Skala 4 dari 10 yang
timbul dan paling sering muncul diberikan
pada malam hari dan saat T: Hilang timbul, nyeri
menggerakkan kaki, klien nampak muncul pada saat
meringis kesakitan, klien nampak menggerakkan kaki
gelisah, klien nampak memegang - Klien mengatakan
lutut bagian kiri. nyeri yang dirasakan
tidak mempengaruhi
pola tidurnya
O:
- S: 36,5˚c
TD: 110/80 mmHg
N: 90x/menit
RR: 18x/menit
- Klien nampak sedikit
rileks
- Klien nampak nyaman
A:
- Masalah teratasi, tujuan
1, 2, 3, 4, 5, 6 tercapai
P:
Pertahankan dan tingkatkan
kondisi klien. Lanjutkan
intervensi:
1. Berikan kompres jahe
hangat
2. Ajarkan tentang teknik
relaksasi dan distraksi
3. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
2 Kamis, Hambatan mobilitas fisik S:
21 berhubungan dengan nyeri dan - Klien mengeluh masih
Oktober penurunan kekuatan otot ditandai sulit menggerakkan (Aniaka)
2021 dengan klien mengatakan sedikit kakinya
13.00 mengalami kesulitan dalam - Klien mengatakan
berjalan, klien mengatakan masih sudah melakukan
bisa melakukan aktivitas secara ambulasi dengan
mandiri hanya saat ingin berjalan tongkat
kadang membutuhkan bantuan O:
dari keluarga, klien nampak - Klien nampak sulit
kesulitan menggerakkan kaki menggerakkan kaki
bagian kiri, klien nampak tidak kirinya
seimbang saat berjalan, kekuatan - Klien nampak
otot: menggunakan tongkat
555 555 saat berjalan
222 555 - Kekuatan otot:

555 555
222 555

A:
- Masalah teratasi
sebagian, tujuan 3 dan
4 tercapai
P:
Pertahankan dan tingkatkan
kondisi klien, lanjutkan
intervensi:
1. Bantu pasien untuk
melakukan rentang
gerak aktif maupun
rentang gerak pasif
3 Kamis, Defisien pengetahuan S:
21 berhubungan dengan kurang - Klien mengatakan
Oktober informasi ditandai dengan klien sudah mematuhi diet (Aniaka)
2021 mengatakan tidak mengetahui yang yang dianjurkan
13.00 terapi yang dilakukan, klien - Klien sedikit
mengatakan tidak mengetahui memahami tentang
makanan yang tidak boleh penyakit yang dialami
dikonsumsi pada orang dengan O:
rematik, Penilaian SPMSQ: Skor - Klien nampak sudah
5 (fungsi intelektual sedang), mulai paham tentang
klien nampak kebingungan penyakit rheumatoid
arthritis
- Klien nampak sudah
paham tentang diet
yang dianjurkan untuk
klien dengan
rheumatoid arthritis
- Klien nampak antusias
dalam mengubah pola
hidup khususnya diet
yang dilakukan
A:
- Masalah teratasi, tujuan
1,2 tercapai
P: Pertahankan kondisi klien
Lanjutkan intervensi:
1. Jelaskan secara detail
mengenai proses
penyakit, tanda dan
gejala serta pengobatan
penyakit rheumatoid
arthritis
2. Jelaskan kepada klien
cara mengatur diet untuk
rheumatoid arthritis
3. Berikan pendidikan
kesehatan mengenai
COVID-19
LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Akademik
Mahasiswa

Ida Ayu Putu Aniaka Dewi


Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep.,M.Kep
NIM. 2114901121 NIDN. 0817089001
Lampiran Dokumentasi Pemberian Kompres Jahe Hangat
a Pembuatan rebusan air jahe hangat

b Pemberian kompres jahe hangat


Lampiran SOP (Memberikan kompres jahe hangat)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Kompres Jahe Hangat

Mata Ajar : Keperawatan Gerontik


Kompetensi : Kompres Jahe Hangat
Pengertian : pemberian kompres jahe hangat di bagian sendi yang nyeri
Tujuan : Mengurangi Nyeri
Persiapan Alat dan bahan:
1. Jahe 400 gram
2. Air bersih untuk merebus (2 liter)
3. Parutan
4. Pisau kecil
5. Panci
6. Kompor
7. Termos untuk air panas
8. Handuk kecil
9. Pembuatan rebusan air jahe
a Siapkan jahe 400 gram
b Cuci jahe sampai bersih
c Kemudian jahe diparut
d Nyalakan api kompor;
e Siapkan panci dan isi air bersih secukupnya, kira-kira dua liter untuk
400 gram jahe
f Panaskan air sampai mendidih, kemudian campurkan jahe
g Setelah itu gunakan saringan dan peras air yang ada pada ampas jahe
tersebut
h Kemudian siapkan termos dan masukan air hangat jahe ke dalam
termos, supaya tingkat kehangatan air jahe tetap terjaga.

No. Tahap Pemberian Kompres Jahe Hangat


Pra Interaksi
1. Kaji adanya kebutuhan tindakan kompres jahe hangat
2. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi
4. Beri salam dan panggil dengan namanya
5. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap Kerja
6. Beri kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
7. Menanyakan keluhan utama klien
8. Kaji skala nyeri
9. Jaga privasi klien
10. Bersihkan terlebih dahulu daerah nyeri yang akan dilakukan
pengompresan
11. Tuangkan air hangat jahe yang ada pada termos ke baskon
12. Campurkan sedikit air bersih ke dalam baksom yang telah berisi air
rebusan jahe, agar air jahe tidak terlalu panas
13. Masukkan handuk kecil ke dalam baskon yang berisi air rebusan jahe,
tunggu beberapa menit
14. Peraskan handuk dan tempelkan ke daerah sendi yang terasa nyeri.
Lakukan pengompresan selama 20 menit
15. Angkat handuk kecil apabila sudah terasa dingin
16. Setelah kompres air hangat dilakukan, yakinkan klien dalam
keadaan kondisi kering dan nyaman
17. Klien dan lingkungan dirapikan
Terminasi
18. Evaluasi hasil kegiatan
19. Kaji skala nyeri klien
20. Kontrak pertemuan selanjutnya
21. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
22. Bereskan peralatan
Dokumentasi
23. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai