A. Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu artinya baik, tanpa penderitaan;
sedangkan thanathos artinya mati atau kematian. Dengan demikian, secara etimologis, euthanasia
dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada pula yang
menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan
melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang
minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan
mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dari
KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu :
“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup
seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri
hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri”.
1. Klasifikasi Euthanasia
Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia dibagi menjadi :
a. Voluntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang yang sakit. Misalnya
gangguan atau penyakit jasmani yang dapat mengakibatkan kematian segera, dimana keadaan
diperburuk oleh keadaan fisik dan jiwa yang tidak menunjang.
b. Involuntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang lain. Seperti pihak
keluarga atau dokter karena pasien mengalami koma medis.
c. Assisted Suicide, tindakan ini bersifat individual yang pada keadaan tertentu dan alasan
tertentu menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh diri.
d. Tindakan yang langsung menginduksi kematian dengan alasan meringankan penderitaan
tanpa izin individu bersangkutan dan pihak yang punya hak untuk mewakili. Hal ini sebenarnya
merupakan pembunuhan, tetapi agak berbeda pengertiannya karena tindakan ini dilakukan atas
dasar belas kasihan.
2. Jenis-Jenis Euthanasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, dilihat dari cara pelaksanaannya,
euthanasia dapat dibedakan atas :
a. Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan
yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidup pasien. Dengan kata lain, euthanasia
pasif merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada pasien terminal untuk
mengakhiri hidupnya. Tindakan pada euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan tidak
lagi memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak
memberikan alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga medis maupun keluarga pasien
sendiri. Keluarga pasien bisa saja menghendaki kematian anggota keluarga mereka dengan
berbagai alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau karena sudah
tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien
yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma). Euthanasia ini seringkali menjadi bahan
perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi
apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan,
misalnya hanya seorang wali dari pasien dan mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan
bagi pasien tersebut.
B. Aborsi
Aborsi adalah cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah abortus yang berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Abortus adalah
suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Pada saat ini aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini
aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap
ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian
aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat
kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat.
C. Transplansi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke
tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi
pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan
kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan pengobatan biasa
atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini transplantasi terus berkembang dalam dunia
kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus
dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah
terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ jenazah.
Karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum,
kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swata.
Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokkan organ terhadap klien yang
membutuhkan. Dalam kasus tumor ginjal, gagal ginjal, ginjal dari donor ditransplantasikan
kepada ginjal penerima. Tidak semua perawat terlibat dalam tindakan tranplantasi, perawat
hanya berperan seperti merawat dan meningkatkan kesehatan pemberi donor, membantu di
kamar operasi dan merawat klien setelah operasi (Megan, 1991).
Pelaksaan transplantasi di Indonesia diatur dalam PP No. 18 tahun 1981, tentang bedah mayat
klinis dan bedah mayat anatomis/transplantasi alat atau jaringan tubuh, merupakan pemindahan
alat/jaringan tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat. Tindakan transplantasi tidak
menyalahi aturan semua agama dan kepercayaan sepanjang penentuan saat mati dan
penyelenggaraan jenazah terjamin dan tidak terjadi penyalahgunaan (Est. Tanxil, 1991).
D. Supporting devices
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di tinjau dari segi
keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat tambahan
yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan praktik.
1. Peralatan pendukung yang sering digunakan
Adapun peralatan pendukung yang sering digunakan oleh perawat atau tenaga medis adalah :
a. Cusa (pisau pemotong yang menggunakan gelombang ultrasonografi)
b. Meja operasi
c. Gunting
d. Pisau operasi
e. Bedah minor set
f. Slang-slang pembius
g. Drap (kain steril yang digunakan untuk menutup bagian tubuh yang tidak dioperasi)
h. Plastik steril berkantong yang fungsinya menampung darah yang meleleh dari tubuh pasien
i. Retractor
j. Penghangat darah dan cairan
k. Lampu operasi, dan lain-lain.