Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Euthanasia
Bidang medis membagi proses kematian ke dalam tiga cara yaitu : pertama, Orthothansia
ialah proses kematian yang terjadi karena proses ilmiah atau secara wajar, seperti proses ketuaan,
penyakit dan sebagainya. Kedua, dysthanasia ialah proses kematian yang terjadi secara tidak wajar,
seperti pembunuhan, bunuh diri dan lain-lain. Ketiga, euthanasia ialah proses kematian yang
terjadi karena pertolongan dokter.1
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu Euthanatos. Eu berarti baik, tanpa
penderitaan dan Thanatos berarti mati. Jadi dapat disimpulkan bahwa Euthanasia artinya mati
dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan atau . Euthanasia atau jenis kematian ketiga
yang disebutkan diatas merupakan jenis kematian yang hingga saat ini menimbulkan dilema bagi
para petugas medis khususnya dokter karena belum adanya ketetapan hukum. Karena tidak
jarang pasien yang menderita penyakit parah dan sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh
menginginkan dokter melakukan euthanasia terhadap dirinya atau pasien yang tidak sadarkan diri
selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sehingga keluarganya tidak tega melihat penderitaan
yang dialami oleh pasien tersebut sehingga keluarga meminta kepada dokter untuk melakukan
tindakan euthanasia. Baik itu dengan cara menghentikan pengobatan, memberikan obat dengan
dosis yang berlebihan (over dosis), dan dengan berbagai macam cara lainnya.
Menurut kamus hukum, Euthanasia adalah menghilangkan nyawa tanpa rasa sakit untuk
meringankan sakaratul maut seorang penderita yang tak ada kemungkinan sembuh lagi. Menurut
pandangan dokter, Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang
hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri
hidup seorang pasien, dan dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Profesinya seorang dokter
tidak boleh melakukan penguguran kandungan (Abortus Provocatus), mengakhiri kehidupan seorang
pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia). Euthanasia
dalam Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai kematian yang lembut dan nyaman,
dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan.
Istilah yang sangat populer untuk menyebut jenis pembunuhan ini.
Sementara itu menurut Kamus Kedokteran euthanasia mengandung dua pengertian.
Pertama, suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan dengan
kemurahan hati, pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat
disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.
B Jenis-Jenis Euthanasia
1 Bajang Tukul, 2008, Perdebatan Etis atas Euthanasia (Perspektif Filsafat Moral),
Yogyakarta, Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 4

Euthanasia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dari mana sudut pandangnya atau
cara melihatnya.
a. Euthanasia dilihat dari cara dilaksanakannya
Berdasarkan cara pelaksanaannya, Euthanasia dapat dibedakan menjadi :
1) Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah menghentikan atau mencabut segala tindakan pengobatan
yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidupnya. Menurut

kamus

hukum,

Euthanasia pasif adalah pihak dokter menghentikan segala obat yang diberikan kepada
pasien, kecuali obat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atas permintaan
pasien. Berdasarkan kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Euthanasia
pasif adalah tindakan mempercepat kematian pasien dengan cara menolak memberikan
pertolongan seperti menghentikan atau mencabut segala pengobatan yang menunjang hidup si
pasien.
Hal ini sudah jelas, karena seorang pasien yang sedang menjalani perawatan pastilah didukung
oleh obat-obatan sebagai salah satu tindakan medis yang dilakukan oleh petugas medis
atau dokter demi kesembuhan pasien. Apabila petugas medis/dokter membiarkan pasien
meninggal atau pasien menolak untuk diberikan pertolongan oleh dokter dengan cara
menghentikan pemberian obat- obatan bagi pasien, misalnya seperti memberhentikan alat
bantu pernapasan (alat respirator) maka secara otomatis pasien meninggal. Cara yang
dilakukan oleh dokter tersebut merupakan euthanasia pasif.
2) Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis
melalui intervensi atau tindakan aktif oleh seorang petugas medis (dokter), bertujuan untuk
mengakhiri hidup pasien. Dengan kata lain, Euthanasia aktif sengaja dilakukan untuk
membuat pasien yang bersangkutan meninggal, baik dengan cara memberikan obat
bertakaran tinggi (over dosis) atau menyuntikkan obat dengan dosis atau cara lain yang dapat
mengakibatkan kematian. Euthanasia dibagi lagi menjadi euthanasia aktif langsung
(direct) dan euthanasia aktif tidak langsung (indirect). Euthanasia aktif langsung adalah
dilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien
atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini biasa disebut mercy killing. Contohnya,
dokter memberikan suntikan zat yang dapat segera mematikan pasien. Euthanasia aktif
tidak langsung adalah keadaan dimana dokter atau tenaga medis melakukan tindakan medik
tidak secara langsung untuk mengakhiri hidup pasien, namun mengetahui adanya resiko
yang dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Contohnya, mencabut oksigen atau
alat bantu kehidupan lainnya.2
2 Muh. Rofiq Nasihudin, Euthanasia Dalam Hukum Pidana,
pendidikanhuku.blogspot.com, diakses dalam

b. Ditinjau dari permintaan


Bagi pasien yang harapannya untuk sembuh sangat kecil biasanya mengajukan
permintaan kepada petugas medis untuk mengakhiri hidupnya agar pasien tersebut tidak
mengalami penderitaan yang berkepanjangan. Berdasarkan hal tersebut, maka Euthanasia dapat
dibedakan menjadi :
1) Euthanasia voluntir
Euthanasia voluntir adalah euthanasia yang dilakukan oleh petugas medis
berdasarkan permintaan dari pasien sendiri. Permintaan ini dilakukan oleh pasien dalam
kondisi sadar dan berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun. Dengan kata lain, pasien
menginginkan dilakukannya euthanasia secara sukarela karena berdasarkan permintaannya
sendiri dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
2) Euthanasia involuntir
Euthanasia involuntir ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang sudah tidak
sadar. Biasanya permintaan untuk dilakukannya euthanasia ini berasal dari pihak ketiga yaitu
keluarga pasien dengan berbagai alasan, antara lain : biayaperawatan yang mahal sehingga
tidak bisa ditanggung lagi oleh keluarga pasien, kasihan terhadap penderitaan pasien, dan
beberapa alasan lainnya.3
Menurut Leenen, seperti dikutip oleh Chrisdiono, 4terdapat beberapa kasus yang
disebut pseudo-euthanasia atau euthanasia semu, yang tidak dapat dimasukkan pada
larangan hukum pidana. Empat pseudo-euthanasia menurut Leneen adalah :
1) Pengakhiran perawatan medis karena gejala mati batang otak. Jantung masih berdenyut,
peredaran darah dan pernapasan masih berjalan, tetapi tidak ada kesadaran karena otak
seratus persen tidak berfungsi, misalnya akibat kecelakaan berat.
2) Pasien menolak perawatan atau bantuan medis terhadap dirinya.
3) Berakhirnya kehidupan akibat keadaan darurat karena kuasa tidak terlawan (force
majure).
4) Penghentian perawatan/pengobatan/bantuan medis yang diketahui tidak ada gunanya.
C. Aborsi
http://pendidikanhukum.blogspot.com/2010/10/euthanasia-dalam-hukumpidana_25.html pada tanggal 1 Desember pukul 06.41 WIBes
3Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta, Penerbit Rineka
Cipta,2010. hlm. 146
4 Ari Yunanto dan Helmi, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Yogyakarta, Penerbit
ANDI Offset, 2010, hlm. 58

1. Pengertian aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah aborsi,
berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam
kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fact Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute For Social, Studies anda
Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan
setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai
20 minggu.
Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai pengguguran kandungan (aborsi). Aborsi
didefenisikan sebagai terjadinya keguguran janin, melakukan aborsi sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan Sultan
Mohamad Zair,1996).
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara alami, tanpa
intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang direncanakan melalui tindakan medis
dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina
(aborsi provokatus). (Fauzi, et.al., 2002)
Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Untuk lebih memperjelas maka berikut ini akan saya
kemukakan defenisi para ahli tentang aborsi (Rustam Mochtar, 1998)
a. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara
400 1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu
b. Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu, yaitu fetus belum
viable by law
c. Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana plasentasi belum
selesai.
Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran spontan
(spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi provocatus), meskipun secara
terminologi banyak macam aborsi yang bisa dijelaskan (C.B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan
berbagai macam aborsi, yang terdiri dari:
a. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/ Induced Abortion, yaitu
penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
b. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup di luar kandungan
(viabilty).

c. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk
menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.
d. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar kandungan
dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan dilarang oleh hukum.
e. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari kelahiran bayi yang cacat
atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk
mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja
f. Aborsi langsung - tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara
langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung
ialah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri
tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
g. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak
memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi inibanyak dilakukan wanita yang mengadakan Pre
natal diagnosis yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
h. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin dengan menyisahkan satu atau dua
janin saja, karena dikhawatirkan mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat
perkembanganya.
i. Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah medis dikenal dengan
nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan
kepada wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur. Tindakan selanjutnya
adalah menggunakan alat khusus, dokter memutar posisi bayi, sehingga yang keluar lebih dahulu
adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar kepala bayi tersebut tetap
berada dalam tubuh ibunya. Ketika di dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang
tajam. Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru disedot keluar
Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan (Taber Ben-zion, 1994) :
a. Aborsi Spontanus atau ilmiah
Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar baik factor mekanis ataupun
medisinalis. Misalnya karena sel sperma atau sel telur tidak bagus kualitasnya, atau karena ada
kelalaian bentuk rahim. Dapat juga disebabkan oleh karena penyakit, misalnya penyakit syphilis,
infeksiakut dengan disertai demam yang tinggi pada penyakit malaria. Aborsi spontanus dapat juga
terjadi karena sang ibu hamil muda, sementara ia melakukan pekerjaan yang berat- berat ataupun
keadaan kandungan yang tidak kuat dalam rahim karena usia wanita yang terlalu muda hamil
utaupun terlalu tua. Aborsi spontan dibagi atas:
1) Aborsi komplitus
Artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
2) Aborsi habitualis

Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut. Aborsi habitualis ini dapat terjadi
juga jika kadangkala seorang wanita mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan oleh
ganguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya terpeleset, bermain skipping (meloncat
dengan tali), naik kuda, naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali terjadi pada
tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut aborsi habitualis yang biasanya terjadi pada
kandungan minggu kelima sampai kelimabelas.
3) Aborsi inkomplitus
Artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu.
4) Aborsi diinduksi
Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu dapat bersifat terapi atau non terapi.
5) Aborsi insipiens
Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks kontinu dan
progresif tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.
6) Aborsi terinfeksi
Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital.
7) Missed Abortion
Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam uterus sebelum umur kehamilan
lengkap 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih.
8) Aborsi septik
Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dari produknya ke dalam
sirkulasi sistematik ibu.
b. Aborsi Provokatus
Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan pertimbangan
tertentu baik dengan memakai obat-obatan atau alat karena kandungan tidak dikehendaki.
Aborsi provocatus terdiri dari (Ediwarman, 1996) :1) Provocatus therapeutics/ aborsi
medicalis Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat terjadi baik karena di
dorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit.
Aborsi provokatus dapat juga dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si ibu,
kehamilan perlu diakhiri, umpamanya pada kehamilan di luar kandungan, sakit jantung yang
parah, penyakit TBC yang parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim.
Indikasi untuk melakukan aborsi provokatus therapeuticum sedikit-dikitnya harus ditentukan
oleh dua orang dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan seorang lagi dari ahli
penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung
1) Aborsi provokatus criminalis

Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu maupun oleh orang lain
dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini dilakukan dengan alasan-alasan tertentu, misalnya
malu mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya dilakukan demi
kepentingan pelaku, baik itu dari wanita yang mengaborsikan kandungannya ataupun orang
yang melakukan aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun beranak
yang hanya akan mencari keuntungan materi saja
Sumber: Abdul Munim Idries. 2012.Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Tangerang:
Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai