Anda di halaman 1dari 23

EUTHANASIA

Oleh:
KELOMPOK 1 (SATU)
AKHMAD SOBRI
DELIA TSURAYA MN
EWINDRI PUTRI PRATIWI
RANGGA SUJIYONO
NURMAWATI

Pengertian Euthanasia
Euthanasia

berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang


berarti indah, bagus, terhormat atau gracefully and with
dignity, dan thanatos yang berarti mati. Jadi secara
etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati
dengan baik. Jadi sebenarnya secara harfiah, euthanasia
tidak bisa diartikan sebagai suatu pembunuhan atau
upaya menghilangkan nyawa seseorang.

Euthanasia Aktif
Euthanasia

aktif artinya mengambil kehidupan seseorang


untuk mengurangi penderitaannya. Ada aspek
kesengajaan mematikan orang tersebut.
Dalam euthanasia aktif, dokter atau tenaga langsung dan
sengaja menyebabkan kematian pasien, misalnya dengan
memberikan pasien obat secara overdosis, memberikan
tablet sianida atau menyuntikkan zat-zat yang
mematikan ke dalam tubuh pasien.

Euthanasia Pasif
Euthanasia

pasif artinya membiarkan si sakit mati secara alamiah tanpa


bantuan alat bantu seperti pemberian obat, makanan, atau alat bantu
buatan. Euthanasia pasif, membiarkan kematian. Euthanasia pasif
biasanya dibedakan atas euthanasia pasif alamiah dengan bukan alamiah.
Euthanasia pasif alamiah berarti menghentikan pemberian penunjang
hidup alamiah seperti makanan, minuman dan udara.
Sedangkan euthanasia pasif bukan alamiah berarti menghentikan
penggunaan alat bantu mekanik buatan misalnya mencabut respirator
(alat bantu pernapasan) atau organ-organ buatan. Euthanasia pasif
alamiah sama dengan pembunuhan sebab dengan sengaja membiarkan
si sakit mati tanpa makan-minum (membunuh pelan-pelan). Sedangkan
mencabut alat bantu yang mungkin hanya berfungsi memperpanjang
penderitaan tidak sama dengan membunuh sebab memang si sakit tidak
sengaja dimatikan melainkan dibiarkan mati secara alamiah.

Eutanasia Sukarela dan Non-sukarela


Eutanasia

sukarela terjadi atas permintaan dari pasien atau


orang yang akan meninggal, misalnya dengan menolak
perawatan medis, meminta perawatannya dihentikan atau mesin
pendukung kehidupannya dimatikan atau menolak untuk makan.
Sedangkan euthanasia non-sukarela terjadi ketika pasien sadar
atau tidak, sehingga ada orang lain yang mengambil keputusan
atas namanya. Euthanasia non-sukarela bisa terjadi pada kasuskasus seperti pasien sedang koma, pasien terlalu muda
(misalnya bayi), orang pikun, mengalami keterbelakangan
mental yang sangat parah atau gangguan otak parah.

Eutanasia Langsung dan Bantuan Bunuh Diri


Euthanasi

Langsung
Euthanasia Langsung berarti memberikan
perlakuan (biasanya untuk mengurangi
rasa sakit) yang memiliki efek samping
mempercepat kematian pasien.
Bantuan Bunuh Diri
Hal ini biasanya mengacu pada kasuskasus yang mana orang yang akan mati
membutuhkan bantuan untuk membunuh
dirinya sendiri dan meminta tenaga medis
untuk melakukannya.

Auto Euthanasia
Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima
perawatan medis &dia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek
atau mengakhiri hidupnya. Dengan penolakan tersebut ia membuat
sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto euthanasia pada
dasarnya adalah euthanasia pasif atas permintaan.
Selain itu, euthanasia bisa juga dibedakan atas euthanasia voluter
dan euthanasia non-voluter. Yang pertama berarti si sakit menghendaki
dan meminta sendiri dan mengetahui kematiannya. Maka euthanasia
voluter sering disamakan dengan bunuh diri, sedangkan euthanasia
non-voluter sering disamakan dengan pembunuhan.

Eutanasia ditinjau dari sudut cara


pelaksanaannya
Ditinjau dari sudut maknanya maka eutanasia dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu eutanasia pasif, eutanasia agresif
dan eutanasia non agresif

Eutanasia agresif
Eutanasia agresif atau suatu tindakan eutanasia aktif yaitu
suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau
tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri
hidup si pasien. Misalnya dengan memberikan obat-obatan yang
mematikan seperti misalnya pemberian tablet sianida atau
menyuntikkan zat-zat yang mematikan ke dalam tubuh pasien.

Eutanasia non agresif


Euthanasia

non agresif atau kadang juga disebut


autoeuthanasia (eutanasia otomatis)yang termasuk kategori
eutanasia negatif yaitu dimana seorang pasien menolak
secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan
medis dan sipasien mengetahui bahwa penolakannya
tersebut akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya.
Dengan penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil
(pernyataan tertulis tangan). Auto-eutanasia pada dasarnya
adalah suatu praktek eutanasia pasif atas permintaan.

Eutanasia ditinjau dari sudut pemberian izin


Ditinjau dari sudut pemberian izin maka eutanasia dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu :
Eutanasia di luar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan
eutanasia yang bertentangan dengan keinginan si
pasien untuk tetap hidup. Tindakan eutanasia semacam
ini dapat disamakan dengan pembunuhan.
Eutanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan
si pasien sendiri, namun hal ini juga masih merupakan
hal kontroversial.

Eutanasia

secara tidak sukarela: Eutanasia semacam


ini adalah yang seringkali menjadi bahan perdebatan
dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh
siapapun juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang
tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil
suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang
wali dari si pasien (seperti pada kasus Terri Schiavo).
Kasus ini menjadi sangat kontroversial sebab beberapa
orang wali mengaku memiliki hak untuk mengambil
keputusan bagi si pasien.

Eutanasia ditinjau dari sudut tujuan


Beberapa

tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia


antara lain yaitu :
Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy
killing)
Eutanasia hewan
Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah
bentuk lain daripada eutanasia agresif secara
sukarela

Motivasi Euthanasia
Pasien yang melakukan euthanasia dengan
memperhatikan beberapa alasan:
1. Faktor Ekonomi
Yaitu salah satu sebab bagi seseorang untuk
melakukan euthanasia, dikarenakan biaya yang
dibutuhkan untuk pengobatan yang sangat mahal,
sehingga pasien dibiarkan dengan peratan medis
yang seadanya, padahal pasien tersebut
membutuhkan pengobatan yang meksimal untuk
mengobati penyakit itu. Faktor ekonomi ini sangat
berpengaruh dalam pengobatan pasien, apalagi
pada zaman sekarang ini, semua perlatan medis
sulit dijangkau oleh masyarakat biasa (miskin).

2. Pertimbangan Sarana dan Petugas Medis


Argumen pemikiran ini didasarkan atas pengutamaan
seseorang individu diatas individu yang lain, dengan
alasan apabila ada pasien yang masih muda dan
diprediksikan lebih berpeluang untuk sembuh. Dengan
alasan semacam ini, petugas medis lebih
mengutamakan pasien yang lebih muda tersebut.
Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa pasien yang
sakit ringan mampu hidup lebih lama ketimbang pasien
yang sakit parah. Padahal kematian seseorang tidak
akan terjadi kecuali atas kehendak-Nya

3. Mati Dengan Layak


Artinya bagi pasien yang sekarat yang diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk menikmati apa yang
mereka inginkan daripada terbaring ditempat tidur, yaitu
dengan memberikan obat dalam dosis yang mematikan,
sehingga si pasien tidak dengan cepat mengakhiri
hidupnya, padahal tindakan semacam ini sama saja
dengan bunuh diri dan merupakan dosa besar dalam
pandangan Islam.

Pandangan Agama Tentang Euthanasia


Euthanasia menurut Agama Islam
Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu arrahma atau taysir al-maut. Syariah Islam mengharamkan
euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori
pembunuhan sengaja (al-qatlu al-amad) walaupun niatnya
baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien.
Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien
sendiri atau keluarganya.

Hukum euthanasia pasif dalam arti menghentikan


pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada
pasien setelah matinya/rusaknya organ otak
hukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter.
Euthanasia menurut Agama Hindu
Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila
seseorang melakukan bunuh diri, maka rohnya tidak
akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap
berada didunia fana sebagai roh jahat dan berkelana
tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu
dimana seharusnya ia menjalani kehidupan

Euthanasia menurut Agama Kristen


Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan
sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang
mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek umurnya sendiri. Orang yang
menghendaki euthanasia, walaupun dengan penuh
penderitaan bahkan kadang kadang dalam keadaan
sekarat dapat dikategorikan putus asa, dan putus
asa tidak berkenan dihadapan Tuhan. Demikian juga
para dokter yang melakukan euthanasia bisa
dikategorikan melakukan dosa besar dan melawan
kehendak Tuhan, yaitu memperpendek umur.

Euthanasia menurut Agama Budha


Dari sudut pandang nilai kemoralan atau sila,
euthanasia dapat dikategorikan dalam kasus
pembunuhan manusia, dan juga termasuk dalam
tindakan bunuh diri (Attavada), karena pasien
sendiri yang menghendaki untuk dibunuh.
Euthanasia adalah pembunuhan yang dilakukan
dengan kehendak (cethana). Hal ini sangat
bertentangan dengan ajaran Pancasila buddhis yaitu
sila yang pertama adalah menghindari membunuh
makhluk hidup

Pandangan UUD 1945


Pada

prinsipnya, hak untuk hidup merupakan hak fundamental atau


hak asasi dari setiap manusia. Konstitusi kita yakni UUD 1945
melindungi hak untuk hidup ini dalam Pasal 28A UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Jadi, tindakan dokter yang sudah lepas tangan terhadap pasien
yang gawat dengan menyuruhnya pulang atau tetap di Rumah
Sakit tanpa dilakukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dikategorikan sebagai euthanasia pasif sesuai dengan pembagian di
atas. Namun, Anda tidak menyebutkan apakah ada persetujuan
pihak keluarga maupun pasien dalam hal ini

Jika

dikaitkan kembali dengan hak asasi manusia, euthanasia tentu


melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk hidup. Dalam salah
satu artikel hukumonline Meski Tidak Secara Tegas Diatur,
Euthanasia Tetap Melanggar KUHP, pakar hukum pidana Universitas
Padjadjaran Komariah Emong berpendapat, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) mengatur tentang larangan melakukan
euthanasia. yakni dalam Pasal 344 KUHP yang bunyinya:
Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang
itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Dari

ketentuan tersebut, jelas bahwa yang diatur dalam KUHP


adalah euthanasia aktif dan sukarela. Sehingga, menurut Haryadi,
dalam praktiknya di Indonesia, Pasal 344 KUHP ini sulit diterapkan
untuk menyaring perbuatan euthanasia sebagai tindak pidana,
sebab euthanasia yang sering terjadi di negara ini adalah yang
pasif, sedangkan pengaturan yang ada melarang euthanasia aktif
dan sukarela.
Jadi, euthanasia memang dilarang di Indonesia, terutama untuk
euthanasia aktif dapat dipidana paling lama 12 (dua belas) tahun
penjara. Akan tetapi, dalam praktiknya tidak mudah menjerat
pelaku euthanasia pasif yang banyak terjadi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai