adalah sebuah virus yang mampu menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang masuk ke dalam tubuhmu. Seseorang dapat terinfeksi penyakit ini dengan cara melakukan hubungan seksual tanpa alat pengaman dengan mereka yang sudah mengidap penyakit ini atau berbagi jarum suntik dengan penderita AIDS. Etiologi • Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yakni sejenis virus RNA yang tergolong retrovirus. Dasar utama penyakit infeksi HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih (Limfosit T helper) yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 mempunyai pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi kekebalan, sehingga kelainan-kelainan fungsional pada sel T4 akan menimbulkan tanda-tanda gangguan respon kekebalan tubuh. Setelah HIV memasuki tubuh seseorang, HIV dapat diperoleh dari limfosit terutama limfosit T4, monosit, sel glia, makrofag dan cairan otak penderita AIDS. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : • 1.Periode jendela : Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. • 2.Fase infeksi HIV primer akut : Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. • 3.Infeksi asimtomatik : Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada. • 4.Supresi imun simtomatik : Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. • 5.AIDS : Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist. Cara Penularan • 1.Hubungan seksual • 2.Penerimaan darah atau produk darah melalui transfusi darah • 3.Penggunaan alat suntik, alat medis dan alat tusuk lain (tato, tindik, akupuntur, dll.) yang tidak steril • 4.Penerimaan organ, jaringan atau air mani • 5.Penularan dari ibu hamil kepada janin yang dinkandungnya. • 6.Sampai saat ini belum terbukti penularan melalui gigitan serangga, minuman, makanan atau kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renang, WC umum atau tempat kerja dengan penderita AIDS. Manifestasi Klinik • Gejala Mayor: • 1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan • 2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan • 3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan • 4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis • 5. Demensia/ HIV ensefalopati • Gejala Minor: • 1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan • 2. Dermatitis generalisata • 3. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang • 4. Kandidias orofaringeal • 5. Herpes simpleks kronis progresif • 6. Limfadenopati generalisata • 7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita • 8. Retinitis virus sitomegalo Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS: 1. Tahap 1: Periode Jendela a) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah b) Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat c) Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini d) Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan 2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun a) HIV berkembang biak dalam tubuh b) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat c) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV d) Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek) 3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala) a) Sistem kekebalan tubuh semakin turun b) Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll c) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya 4. Tahap 4: AIDS a) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah b) Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah Penatalaksanaan Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu: a) Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. b) Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3. c) Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. d) Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. Komplikasi • 1. Oral Lesi • Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. • 2. Neurologik • · Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf • · Enselophaty akut • · Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. • · Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) • 3. Gastrointestinal • · Diare karena bakteri dan virus • · Hepatitis karena bakteri dan virus • · Penyakit Anorektal • 4. Respirasi • Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. • 5. Dermatologik • Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. • 6. Sensorik • · Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan • · Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri. ASUHAN KEPERAWATAN Riwayat Keperawatan Riwayat Penyakit • Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Pemeriksaan Fisik · Aktifitas / Istirahat Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ). · Sirkulasi Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera. Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler. · Integritas dan Ego Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya. Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah. · Eliminasi Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine. · Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia. Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema · Hygiene Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS. Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri. · Neurosensori Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan. Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang. Pemeriksaan Fisik · Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis. Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang. · Pernafasan Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada. Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum. · Keamanan Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam. Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum. · Seksualitas Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil pencegah kehamilan. Tanda : Kehamilan,herpes genetalia · Interaksi Sosial Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS Tanda : Perubahan interaksi · Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik. Diagnosa Keperawatan • 1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif • 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat • 3. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular • 4. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi VitaminK • 5. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna b/d penurunan berat badan • 6. Nyeri kronik b/d inflamasi, keluhan nyeri • 7. Kerusakan integritas kulit b/d efisit imunologi, lesi kulit • 8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi, candidiasis • 9. Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme, kekurangan energi • 10. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia, perubahan lapang perhatian • 11. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi, peningkatan tegangan • 12. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan, perasaan ditolak • 13. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh, bergantung pada orang lain untuk perawatan • 14. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi, permintaan informasi Penatalaksanaan • Secara umum, penatalaksanaan odha terdiri atas beberapa jenis yaitu: • Pengobatan suportif • Pemberian nutrisi yang baik • Pemberian multivitamin • Pengobatan simpomatik • Pencegahan infeksi oportunistik dapat di gunakan anti biotik kotrimoksazol. • Pemberian ARV ( anti retroviral ) • ARV dapat di berikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur hidup. Pedoman terapi ARV : • Jangan gunakan obat tunggal atau dua obat • Selalu gunakan minimal kombinasi tiga ARV yang di sebut HAART ( Highly Acitive Anti Retroviral Teraphy ) • Kombinasi ARV lini pertama pasien naive ( belum pernah pakai ARV sebelumnya ) yang di anjurkan : 2 NRT (nucleoside atau nucleotide reserve transciptase inhibitor ) + 1 NNRTI (non nucleoside atau nucleotide reserve transciptase inhibitor ) • Di indonesia regimen pengobatan yang di pakai adalah • Lini pertama : AZT + 3 TC + EFV atau NVP. Alternatif d4T + 3TC + EFV atau NVP, AZT atau d4T + 3TC + 1 PI (LPV/r) • AZT (azidotimidin ), EFV (efavirenz), d4T (stavudine), 3TC (lamuvudine ), NVP (nelfinafir ), LPV /r (lopinafir/ritonafir) Intervensi • Hipertermia – Tujuan: pasien akan menunjukkan termoregulasi Intervensi (NIC) Aktivitas Keperawatan • Pantau aktivitas kejang • Pantau hidrasi ( misalnya, turgor kulit, kelembaban membrane mukosa) • Pantau tekanan darah,denyut nadi, dan frekuensipernapasan • Kaji ketetapan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan Penyuluhan untuk pasien/ keluarga • Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia misalnya( sengatn panas,dan keletihan akibat panas) • Regulasi suhu (NIC) ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan, jika perlu Aktivitas kolaboratif • Regulasi suhu (NIC) berikan obat antipiretik Ketidakseimbangan Nutrisi • Tujuan : memperlihatkan Status Gizi: asupan makanan dan cairan , yang di buktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak adekuat , sedikit adekuat , cukup adekuat , adekuat , sangat adekuat): • Makanan oral , pemberian makan lewat selang ,atau nutrisi parenteral total Asupan cairan oral, atau IV . Intervensi Aktifitas keperawatan • Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan • Pantau nilai laboratorium , khususnya transferin , albumin , dan elektrolit Manajemen nutrisi (NIC) • Ketahui makanan kesukaan pasien • Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi • Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan • Timbang pasien pada interval yang tepat Penyuluhan untuk pasien / keluarga • Ajarkan metode untuk perencanaan makanan • Ajarkan pasien/ keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal Manajemen Nutrisi (NIC) • Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya Aktifitas kolaboratif • Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan prorein • Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap , pemberian makan makanan melalui slang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan • Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi • Rujuk ke progam gizi di komunitas yang tepat Manajemen Nutrisi ( NIC ) : • Tentukan ,dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan