Menurut Konferensi Neuropati Diabetika, San Antonio, neuropati diabetika ditandai dengan
kerusakan saraf somatis dan atau saraf otonom yang ditemukan secara klinis atau subklinis dan
semata karena diabetes melitus, tanpa adanya penyebab neuropati perifer lainnya.
American diabetes Association mendefinisikan diabetes neuropati sebagai gejala dan tanda
disfungsi saraf perifer pada penderita diabetes setelah eksklusi penyebab-penyebab yang lain.
Neuropati Diabetika merupakan komplikasi mikrovaskular paling sering dari diabetes melitus tipe I
(Insulin Dependent Diabetes Melitus) maupun tipe II (Non- Insulin Dependent Diabetes Melitus).
Kejadian neuropati diabetika meingkat sejalan dengan lamaya penyakit dan tingginy hiperglikemia.
Diperkirakan setelah menderita diabetes selama 25 tahun, prevalensi neuropati diabetika adalah
50%. Kemungkinan terjadi neuropati pada kedua jenis kelamin sama.
Keluhan pada ekstremitas bawah biasanya lebih berat dibandingkan ekstremitas atas. Keluhan juga
sering dimulai dari ekstremitas bawah. Gejala seringkali memberat pada malam hari. Pasien
neuropati diabetes juga sering mengungkapkan bahwa berdiri dan berjalan mengurangi intensitas
nyeri.
Ditentukan pula sifat keluhan (terbakar, kesemutan, hiperalgesia, alodinia, nyeri fantom, keluhan
vasomotor, sindroma kausalgia dll), faktor yang memperberat dan memperingan serta anamnesis
psikologis pain triad (cemas, depresi, gangguan tidur).
Dalam anamnesis juga harus diarahkan pada pencarian faktor risiko, diantaranya yaitu :
1. Usia
2. Tinggi badan
3. Kepekaan
4. Genetik
5. Durasi diabetes
6. Pengendalian glukosa buruk
7. Kadar trigliserida dan kolesterol HDL
8. Retinopati dengan mikroalbuminuria
9. Ketoasidosis berat
10. Hipertensi (tekanan diastolik)
11. Penyakit kardiovaskuler
12. Inflamasi
13. Stress oksidatif
14. Merokok
Refleks fisiologis pada ektremitas atas biasanya masih dalam batas normal pada kondisi neuropati
diabetika yang ringan. Selain itu, seringkali didapatkan hilangnya modalitas serabut sensoris secara
bertahap atau defisit sensoris gloves and stocking.
Penurunan fungsi motorik biasanya terjadi setelah adanya abnormalitas pada pemeriksaan sensoris
dan refleks. Kelemahan motorik seringkali diawali pada ekstensor jari kaki kemudian diikuti fleksor
jari kaki.
Fungsi motorik otot-otot proksimal tungkai biasanya masih normal kecuali pada pasien yang telah
mengalami neuropati diabetika selama 25-30 tahun.
Sekali neuropati diabetikas sampai ke level lutut, pasien akan mulai mengeluhkan adanya
kelemahan pada tangan.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam diagnosis neuropati diabetika yaitu :
1. Pasien merupakan penderita diabetes melitus
2. Tidak ada kelainan atau penyakit lain yang menyebabkan gejala neurologis kecuali diabetes melitus
3. Gejala simetris (nyeri spontan, patesthesia, hipestesia, anestesia)
4. Penurunan refleks achiles atau patela
5. Pallestesia (kelainan sensasi getar)
6. Hasil pemeriksaan elektrofisiologi abnormal
7. Adanya gejala neuropati otonom
Walaupun tidak dapat mendeteksi saraf diameter kecil, tetapi pada neuropati diabetika hampir tidak
ada yang selektif mengenai serabut saraf diameter kecil.
Kelainan tidak patognomonik seperti penurunan hantar saraf sensoris dan motoris, perubahan
gelombang F, perubahan amplitudo potensial aksi otot, peningkatan latensi distal.
Kadar HbAlC dipertahankan sekitar 7%. Cara ini mencegah komplikasi mikrovaskuler dan
memperlambat awitan maupun progresifitas neuropati. Pasien dengan diabetes juga memerlukan
konseling tentang perawatan kaki dan perlindungan pada daerah yang hiposensitif untuk mencegah
terjadinya ulkus dan menurunkan risiko infeksi.
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis ditujukan untuk menghilangkan nyeri neuropatik. Pasien diberikan edukasi
bahwa target terapi berhasil jika nyeri berkurang 50%-70%.
Analgetika nonopioid berupa obat antiinflamasi nonsteroid berguna pada nyeri inflamasi seperti
pada komplikasi muskuloskeletal atau neuroartropati.
Penelitian yang sudah terbukti adalah pemberian ibuprofen 200-800 mg/4-8 jam dan sulindak 200
mg/12 jam.
Tramadol, analegik golongan opioid lemah, dan inhibitor reuptake serotonin-noradrenalin dapat
digunakan dengan dosis awal 50 mg/hari dapat dititrasi sampai 400 mg/hari.
Edukasi yang perlu diberikan pada pasien dengan neuropati diabetika yaitu