Anda di halaman 1dari 3

7 Tips Aman Resusitasi Cairan pada Pasien

dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial


asien trauma kepala dengan peningkatan tekanan intrakranial mengalami peningkatan jumlah kasus
dari tahun ke tahun. Begitu pula, stroke perdarahan mengalami angka kejadian dengan trend
peningkatan. Keganasan pada otak juga sudah tidak lagi menjadi kasus jarang. Akhir-akhir ini kita
mengalami peningkatan kasus pasien dengan peningkatan tekanan intra kranial (TIK).

Hampir sepertiga pasien rawat inap memerlukan pemberian cairan intravena, namun pemberian
cairan yang tidak tepat bisa berakibat fatal. Pasien dengan peningkatan TIK adalah salah satu
kondisi khusus yang memerlukan perhatian serius. Di satu sisi dokter dianjurkan memberikan cairan
diuretik (e.g manitol) untuk mengurangi TIK, disisi lain pasien membutuhkan cairan intravena
dalam jumlah banyak untuk mempertahankan volume darah pada kasus-kasus perdarahan.

Manajemen yang tepat dan aman akan memberikan luaran klinis yang baik di akhir perawatan.

Tips Aman Resusitasi Cairan Pasien dengan


Peningkatan Tekanan Intrakranial
1. Perhatikan Osmolaritas Cairan

Osmolaritas adalah kata kunci untuk penatalaksanaan resusitasi cairan pada pasien dengan
peningkatan TIK. Pemberian cairan intravena memiliki tiga sasaran untuk dipengaruhi:
osmolaritas/osmolalitas, tekanan onkotik dan hematokrit.

Untuk memahami peranan osmolaritas ini kita perlu berbicara tentang tekanan osmotik. Tekanan
osmotik adalah tekanan hidrostatik untuk menjaga keseimbangan konsentrasi air pada kedua sisi
membran semi-permeable. Pembuluh darah adalah membran semi-permeable. Kesetimbangan
konsentrasi air pada intravaskuler dan jaringan parenkim di otak juga dipengaruhi tekanan osmotik
plasma.

Tekanan osmotik plasma pada akhirnya berbanding lurus dengan osmolaritas plasma. Semakin
tinggi osmolaritas, semakin tinggi tekanan osmotik. Pada "cairan garam" semacam plasma kita, nilai
osmolaritas beda tipis dengan nilai osmolalitas.

Prisnsip teknan osmotik adalah, air akan berpindah dari "sisi" dengan tekanan osmotik rendah ke
"sisi" dengan tekanan osmotik yang tinggi. Jadi untuk "menarik" air dari parenkim otak yang
mengalami edema (peningkatan TIK), maka dibutuhkan tekanan osmotik plasma "lebih tinggi".
Prinsip resusitasi pasien dengan peningkatan TIK adalah, "Pertahankan Osmolaritas plasma tidak
rendah".Jelas?
2. Hindari Penggunaan Cairan yang Mengandung Glukosa

Cairan intravena tanpa garam yang mengandung glukosa harus dihindari pada pasien dengan cedera
otak. Setelah glukosa dimetabolisme, hanya akan tertinggal air bebas yang dapat menurunkan
osmolalitas plasma dan meningkatkan kadar air dalam otak. Yang pada akhirnya memperberat
peningkatan TIK.

Lebih jauh lagi, beberapa penenlitian melaporkan efek pemberian glukosa pada pasien cedera otak
dapat meningkatkan kerusakan neuron dan dapat memperburuk kondisi klinis pasien melalui
iskemia fokal maupun global.

Pemberian glukosa pada pasien dengan peningkatan TIK dan kelainan otak harus ditunda, kecuali
pada pasien neonatus dan hipoglikemia pada diabetes.

3. Tips Menggunakan Manitol

Manitol sudah cukup dikenal luas oleh para dokter sebagai preparat yang cukup efektif dalam
mengontrol TIK dan edema cerebri. Manitol memiliki mekanisme kerja menciptakan gradien
tekanan osmotik sehingga menimbulkan perpindahan air dari parenkim otak ke intravaskuler.
Namun, efek itu akan terjadi dengan syarat Blood Brain Barrier (BBB) masih dalam keadaan intak.

Yang perlu diwaspadai adalah penggunaan manitol yang berlebihan dapat menjadi "senjata makan
tuan". Manitol secara progresif dapat terakumulasi pada ruang interstitial jika digunakan dengan
dosis berulang.

Jika osmolalitas interstitial meningkat dengan cepat, sangat mungkin gradien normal parenkim otak-
intravaskuler menjadi terbalik, air akan berpindah dari intravaskuler ke jaringan interstitial yang
pada akhirnya akan masuk ke parenkim otak. TIK bisa meningkat cepat dan edema cerebri bisa
semakin berat.

Dosis pemberian manitol yang disarankan bervariasi antara 0,25-2,27 g/kgBB. Namun, penelitian
ternyata membuktikan bahwa manitol dosis kecil sama efektifnya dengan manitol dosis besar.
Sehingga dosis manitol yang direkomendasikan secara luas adalah 0,25-1 g/kgBB, yang
diberikan secara intravena selama 10-15 menit.

4. Tips Menggunakan Salin Hipertonik

Cairan salin hipertonik adalah cairan yang banyak digunakan untuk resusitasi sementara pasien
Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) dengan syok perdarahan dan edema cerebri.

Data penelitian menunjukkan bahwa cairan salin hipertonik memiliki efektivitas yang baik dalam
resusitasi volume intravaskuler, namun memiliki resiko edema cerebri yang kecil.
Cairan salin hipertonik 7,5% memiliki berhubungan dengan outcome klinis pasien yang lebih baik
dan efektif mempertahankan tensi darah selama proses transpor pasien dengan cedera kepala.

Namun, perlu diwaspadai kondisi hipernatremia pada pemberian salin hipertonik. Kadar natrium
plasma pada pasien yang mendapat salin hipertonik dapat mencapai sedikit di atas 150 mEq/L.
Namun, sangat jarang dilaporkan sekuele hipernatremia neurologis pada pasien dengan resusitasi
menggunakan salin hipernatremia.

5. Tips Menggunakan Koloid Hipertonik/Hiperonkotik Cairan Koloid hipertonik/hiperonkotik


memiliki superioritas dalam kondisi khusus. Sejumlah kecil cairan koloid hipertonik/hiperonkotik
dilaprkan dapat mengembalikan keadaan normovolemia dengan cepat tanpa meningkatkan TIK.
Cairan koloid juga terbukti dapat menurunkan TIK pada pasien cedera kepala dan stroke. Namun,
harga yang relatif mahal dan keterbatasan distribusi masih menjadi kendala pemanfaatan cairan
koloid hipertonik/hiperonkotik.

Cairan koloid jenis Hetastarch harus digunakan secara hati-hati karena dapat menyebabkan
penurunan faktor koagulasi VIII, terutama pada pemberian dalam jumlah besa (>1000 mL).
Pentastarch memiliki efek penurunan faktor koagulasi VIII yang lebih minimal.

6. Cek Osmolaritas Plasma secara Rutin

Kontrol ketat terhadap osmolaritas/osmolalitas plasma adalah tidakan preventif yang baik untuk
memastikan terapi resusitasi tidak memperberat TIK dan edema cerebri. Jaga agar
osmolaritas/osmolalitas darah tidak rendah sehingga tidak memperberat edema cerebri.

7. Obati Pasien, Bukan Otak!

Namun, tetap prinsip utama dari tindakan resusitasi adalah life saving. Terlalu fokus pada TIK dan
mengabaikan indikator klinis yang lain adalah tindakan "sembrono". Tetap melihat dan merawat
pasien dengan perspektif holistik tetap merupakan pendekatan yang paling bisa diterima sebagai
seorang dokter.

Anda mungkin juga menyukai