Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan Anemia Kehamilan

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas

DOSEN PEMBIMBING :

Emmelia Astika Fitri Damayanti, Ns. S. Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :

Faradhea Ayuningtias

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA

Jalan Batas No.54, Kel.Baru – Pasar Rebo Jakarta Timur


Email : akperyaspen@ymail.com
Facebook : akper yaspen
Telp. 021-87703785 Fax. 021-8717353

Tahun Akademik 2020/2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami
oleh wanita diseluruh dunia dinegara berkembang. Anemia kehamilan disebut “potensial
danger to mother and child” atau anemia potensial membahayakan ibu dan anak. (Manuaba,
2007). Wanita hamil biasanya sering mengeluh, sering letih, kepala pusing, sesak nafas,
wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Anemia terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa
mengandung.Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah
merah di dalam darah daripada biasanya.
Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2010, melaporkan bahwa ibuibu hamil yang
mengalami defisiensi besi sekitar 35%-75%.40% kematian ibu dinegara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut yang saling berinteraksi. Hasil
persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28% angka
kematian janin, 30% kematian perinatal, dan 7-10% angka kematian neonatal. Anemia
sebagai penyebab kematian baik secara langsung maupun tidak langsung.Kejadian di Asia
7,26% dan kejadian di Indonesia lebih tinggi lagi yaitu 40% - 80%. Kematian yang
disebabkan anemia pada penelitian dirumah sakit bervariasi yaitu kurang dari 1% sampai
2 ibu hamil dengan persentase 6,1%.
BAB II
ISI
A. Konsep Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah
atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007). Sedangkan menurut Pratami (2016)anemia
dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl
pada trimester II.
Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter
laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap
anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%.
Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester pertama dan n <10 g/dl pada
trimester kedua dan ketiga menjadi batas bawah untuk menjadi penyebab anemia dalam
kehamilan. Nilai – nilai ini kurang lebih sama nilai Hb terendah pada ibu - ibu hamil yang
mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada
trimester kedua dan ketiga (Prawirohardjo,2010).
2. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil
Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat
berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh ibu. Salah satu perubahan
fisiologis yang terjadi adalah perubahan hemodinamika. Selain itu, darah yang terdiri atas
cairan dan sel-sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan trombosis jika
terjadi ketidakseimbangan faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis (Prawirohardjo, 2010)
Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke 6 –
8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34 dengan perubahan kecil
setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini
dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang dinisiasi oleh jalur renin -
angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan
eritrosit (Prawirohardjo, 2010)
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20 - 30%, tetapi
tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan
hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobindari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada
6% perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal dan
biasanya lebih berhubungan dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan
cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga
penambahan asupan zat besi dan asam folat dapat membantu mengembalikan kadar
hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 – 7
mg/hari. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah persalinan
(Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara 5.000 –
12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 –
16.000 /ul. Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama juga diketahui
terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo, 2010). Selama
kehamilan juga sirkumferensia torak akan bertambah lebih kurang 6 cm, tetapi tidak
mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru karena
pengaruh diagfragma yang naik lebih kurang 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan
hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hamper seperti sediakala dalam minggu ke
24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).
3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Menurut Prawirohardjo(2010) klasifikasi anemia dalam kehamilan sebagai berikut :
a. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi berkaitan dengan asupan besi
yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat. Kehilangan zat
besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoienis, kehilanan darah
pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg atau
setara dengan 2 liter darah. Sebagian perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi
yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi.
Pencegahan anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan suplemen besi dan asam folat.
WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg zat besi selama 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis selma kehamilan. Namun, banyak literatur menganjukan dosis 100 mg
besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan
prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplemen sampai 3 minggu
postpartum.
b. Defisiensi Asam Folat
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena transfer
folat dari ibu kejanin yang menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan
lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi, adanya nemia
hemolitik. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya
memeliki efek penghambat terhadap absorbs folat. Defesiensi asam folat sangat umum terjadi
pada kehamilan dan merupakan penyebab utama anemia megabolik pada kehamilan.
Anemia tipe megabolik karena defesiensi asam folat merupakan penyebab kedua terbanyak
anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya oleh gangguan sitesis DNA dan ditandai dengan
adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk anemia jenis ini. Defesiensi asam folat ringan
juga telah dikaitkan dengan anomali kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung
neural (neural tube defects).
Selain itu, defesiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran kemih,
alat gerak, dan organ lainya. Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian folat
secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat
dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat
sedikitnya 400 ug folat perhari.
c. Anemia Plastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan kehamilan, tetapi
hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus eksaserbasi anemia aplastik yang
telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setela terminasi kehamilan. Pada
kasus-kasus lainya, aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan
berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum tulang,
tetapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi
sumsum tulang setelah persalinan.
d. Anemia Penyakit Sel Sabit
Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia) disertai dengan
peningkatan insidens pielonefritis, infar pulmonal, pneomonia, perdaraan antepartum,
prematuritas, dan kematian janin. Peningkatan anemia megaloblastik yang responsive dengan
asam folat, terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Beat lahir
bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit dibawah rata-rata, dan kematian janin tinggi.
Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah menurun dari sekitar 33% menjadi 1,5% pada
masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal. Pemberian tranfusi darah profilaktin belum
terbukti efektifnya walaupun beberapa pasien tampak memberi hasil yang memuaskan.
4. Penyebab
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016) penyebab anemia
dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidaksebanding dengan peningkatan
volume plasma
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb),dimana zat besi adalah
salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi danketidaktahuan tentang pola
makan yang benar
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasiyang banyak dan
perdarahan akibat luka
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
g. Hamil saat masih remaja
5. Tanda dan Gejalah Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu hamil
sebagai berikut :
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Sesak nafas
d. Tampak pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Frekuensi pernapasan cepat
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel
darah merah
h. Sakit kepala
i. Tidak bisa berkonsentrasi
j. Rambut rontok
k. Malaise

6. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain; kurang zat besi;
kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan
oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume
plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan volume plasma
yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan
hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada
spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah
maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta
nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum pada
minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik
puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8
kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan
tercapai (Prawirohardjo,2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume plasma
meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah.
Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan
dan kembali normal tiga bulan postpartum.
Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma
darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma
meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat.
Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III (Pratami,
2016).
2.2 Proses Kehamilan
Dimulai dari pembuahan, di mana jutaan sel sperma akan bersaing menuju sel telur
sambil mengeluarkan enzim yang dapat membuat salah satu sperma berhasil sampai tujuan,
yaitu sel telur. Disaat pembuahan, akan terjadi perubahan kimiawi yang mencegah sperma
lainnya memasuki sel telur. Di saat salah satu sperma berhasil masuk ke dalam sel telur,
maka proses kehamilan selanjutnya adalah sperma masuk kedalam inti sel yang membawa
kode genetik, kemudian menyatu dengan kode genetik sel telur yang telah dibuahi.
Selanjutnya, sperma melakukan penentuan jenis kelamin bayi oleh 46 kromosom yang
menyusun karakteristik genetik. Sel telur yang telah dibuahi kemudian akan membelah
menjadi 2 sel, dan selanjutnya berkembang menjadi 4 sel.
Sel telur tersebut akan selalu berkembang. Ketika pembelahan sel telur terus terjadi,
begitu juga dengan sel akan bergerak meninggalkan tuba falopi menuju rahim. di hari ketujuh
ini, di mana setelah terjadinya proses pembuahan. Maka sel yang terbelah telah mencapai 30
dan kumpulan sel ini dinamakan dengan nama morula. Adapun morula yang telah mencapai
lapisan rahim akan tertanam pada lapisan endometrium. Kelompok sel yang berkembang ini
akan semakin matang dan menjadi blastokista, sekaligus akan menstimulasi terjadinya
perubahan dalam tubuh calon ibu, termasuk berhentinya siklus menstruasi.

2.3 Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
2. Nama
3. Umur
4. Pada anemia,Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zat
besi wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
5. Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan
cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
6. Hubungan klien dengan penanggung jawab
7. Agama
8. Suku bangsa
9. Status perkawinan
10. Alamat
11. Golongan darah
12. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-
kunang.
13. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi.
14. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit tertentu
seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia tulang.
15. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik
16. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat .

17. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan.Ataksia, tubuh tidak tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda
– tanda lain yang menunjukan keletihan.
18. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring).Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan
sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).

Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
Pemeriksaan Fisik
Gambaran UmumPerlu menyebutkan:
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
1. BB sebelum sakit
2. BB saat ini
3. BB ideal
4. Status gizi
5. Status Hidrasi
Tanda-tanda vital:
1. TD
2. Nadi
3. Suhu
4. RR
Pemeriksaan head toe toe
KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri kepala.
Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak
ada lesi, simetris, tak oedema.
MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
Hidung tak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit
klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
Jantung
Inspeksi; Tidak tampakiktus jantung.
Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi; Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada
mur- mur.
Abdomen
Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi; Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel
mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia.
Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin
tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah
menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan
anemia.
Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal.
Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena
kekurangan vitamin ini.
Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat
dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga
menunjuk ke arah besi kekurangan anemia
Evaluasi
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah
atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007). Sedangkan menurut Pratami (2016)anemia
dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl
pada trimester II.
Daftar Pustaka
BUKU ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA KASUS
KOMPLIKASI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS.

( Oleh Ns. Yelmi Reni Putri, S.kep., MAN


Dr. Hj. Evi Hastina, S.Pd., M.

Anda mungkin juga menyukai