DOSEN PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
Faradhea Ayuningtias
6. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain; kurang zat besi;
kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan
oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume
plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan volume plasma
yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan
hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada
spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah
maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta
nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum pada
minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik
puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8
kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan
tercapai (Prawirohardjo,2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume plasma
meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah.
Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan
dan kembali normal tiga bulan postpartum.
Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma
darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume plasma
meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat.
Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III (Pratami,
2016).
2.2 Proses Kehamilan
Dimulai dari pembuahan, di mana jutaan sel sperma akan bersaing menuju sel telur
sambil mengeluarkan enzim yang dapat membuat salah satu sperma berhasil sampai tujuan,
yaitu sel telur. Disaat pembuahan, akan terjadi perubahan kimiawi yang mencegah sperma
lainnya memasuki sel telur. Di saat salah satu sperma berhasil masuk ke dalam sel telur,
maka proses kehamilan selanjutnya adalah sperma masuk kedalam inti sel yang membawa
kode genetik, kemudian menyatu dengan kode genetik sel telur yang telah dibuahi.
Selanjutnya, sperma melakukan penentuan jenis kelamin bayi oleh 46 kromosom yang
menyusun karakteristik genetik. Sel telur yang telah dibuahi kemudian akan membelah
menjadi 2 sel, dan selanjutnya berkembang menjadi 4 sel.
Sel telur tersebut akan selalu berkembang. Ketika pembelahan sel telur terus terjadi,
begitu juga dengan sel akan bergerak meninggalkan tuba falopi menuju rahim. di hari ketujuh
ini, di mana setelah terjadinya proses pembuahan. Maka sel yang terbelah telah mencapai 30
dan kumpulan sel ini dinamakan dengan nama morula. Adapun morula yang telah mencapai
lapisan rahim akan tertanam pada lapisan endometrium. Kelompok sel yang berkembang ini
akan semakin matang dan menjadi blastokista, sekaligus akan menstimulasi terjadinya
perubahan dalam tubuh calon ibu, termasuk berhentinya siklus menstruasi.
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
Pemeriksaan Fisik
Gambaran UmumPerlu menyebutkan:
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
1. BB sebelum sakit
2. BB saat ini
3. BB ideal
4. Status gizi
5. Status Hidrasi
Tanda-tanda vital:
1. TD
2. Nadi
3. Suhu
4. RR
Pemeriksaan head toe toe
KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri kepala.
Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak
ada lesi, simetris, tak oedema.
MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
Hidung tak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit
klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
Jantung
Inspeksi; Tidak tampakiktus jantung.
Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi; Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada
mur- mur.
Abdomen
Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi; Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel
mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia.
Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin
tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah
menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan
anemia.
Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal.
Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena
kekurangan vitamin ini.
Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat
dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga
menunjuk ke arah besi kekurangan anemia
Evaluasi
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah
atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007). Sedangkan menurut Pratami (2016)anemia
dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl
pada trimester II.
Daftar Pustaka
BUKU ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA KASUS
KOMPLIKASI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS.