Definisi
yang didefinisikan sebagai serangan yang cepat (rapid onset) dari gejala – gejala atau
tanda – tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Disfungsi ini dapat berupa
tanpa kelainan jantung sebelumnya, atau dapat merupakan dekompensasi dari gagal
jantung kronik (chronic heart failure) yang telah dialami sebelumnya. ADHF muncul
bila cardiac output tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. (Hanafiah,
2006).
berikut: gejala – gejala gagal jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau
saat melakukan aktifitas, dan atau kelelahan; tanda – tanda retensi cairan seperti
Rodgers Jo E, 2006).
B. Etiologi
paling umum adalah kerusakan fungsional jantung dimana terjadi kerusakan atau
hilangnya otot jantung, iskemik akut dan kronik, peningkatan tahanan vaskuler
penyebab gagal jantung pada 70% dari pasien gagal jantung. Penyakit katup sekitar
koroner, hipertensi, penyakit katup, atau penyakit jantung kongenital lainnya] yang
Menurut Joseph (2009) penyebab umum ADHF biasaya berasal dari ventrikel
kiri, disfungsi diastolik, dengan atau tanpa Coronary Artery Disease (CAD), dan
riwayat Heart Failure (HF) dan jatuh pada kondisi yang buruk, 20% pasien lainnya
Menurut ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure tahun 2008, penyebab umum gagal jantung karena penyakit otot jantung
IV. Aritmia akut (takikardia ventrikuler, fibrilasi ventrikular, fibrilasi atrial, takikardia
supraventrikuler, dll).
i. Volume overload
vi. Asma
viii. Feokromositoma
(Putra, 2012)
C. Patofisiologi
ADHF dapat muncul pada orang yang sebelumnya menderita gagal jantung
kronik asimptomatik yang mengalami dekompensasi akut atau dapat juga terjadi pada
mereka yang tidak pernah mengalami gagal jantung sebelumnya. Etiologi ADHF
dapat bersumber dari kardiovaskuler maupun non kardiovaskuler. Etiologi ini beserta
dengan faktor presipitasi lainnya akan menimbulkan kelainan atau kerusakan pada
jantung yang diakibatkan oleh proses iskemia miokard atau hipertropi remodeling otot
jantung atau kerusakan katup jantung yang dapat menyebabkan disfungsi ventrikel
peningkatan tekanan darah akibat vasokonstriksi arteriol dan retensi natrium dan air.
mengalami disfungsi terutama ventrikel tetapi masih bisa dikompensasi agar tetap
dapat mempertahankan metabolisme dalam tubuh. Tetapi bila telah mencapai ambang
batas kompensasi, maka mekanisme ini akan terdekompensasi sehingga muncul gejala
klinis tergantung dari ventrikel yang terkena sehingga muncul ADHF (Price, 2005).
miokard menurun dan tidak efektif untuk memompa darah. Hal ini akan menimbulkan
penurunan stroke volume dan akhirnya terjadi penurunan curah jantung. Penurunan
kontraktilitas miokard pada ventrikel kiri (apabila terjadi infark di daerah ventrikel
kiri) akan menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena
Bendungan ini akan menimbulkan transudasi cairan ke jaringan dan alveolus paru
sehingga terjadilah oedema paru. Oedema ini tentunya akan menimbulkan gangguan
Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka secara fisiologis tubuh akan
mampu lagi melakukan kompensasi, maka penurunan curah jantung akan memicu
penurunan aliran darah ke jaringan berlanjut. Apabila terjadi penurunan aliran darah
ke ginjal, akan memicu retensi garam dan air oleh sistem renin angiotensin aldosteron.
Retensi ini akan menjadi lebih progresif karena tidak diimbangi dengan peningkatan
tekanan atrium kanan akibat proses dekompensasi, sehingga terjadi kelebihan volume
menciptakan suatu keadaan hipovolemik relatif yang lebih dikenal dengan arterial
underfilling. Selain itu respon terhadap faktor – faktor neurohormonal (seperti sistem
menyebabkan retensi cairan, vasokonstriksi, atau keduanya. Pada pasien tanpa gagal
jantung, respon ini untuk mengakhiri volume cairan yang telah dipertahakan
gagal jantung dan perburukan prognosis pasien . Pada pasien dengan gagal jantung,
pada katekolamin diamati di antara pasien dengan ADHF masih mengangkat cAMP
D. Manifestasi Klinis
Gejala utama ADHF antara lain sesak napas, konngesti, dan kelelahan yang
sering tidak spesifik untuk gagal jantung dan sirkulasi. Gejala – gejala ini juga dapat
disebabkan pleh kondisi lain yang mirip dengan gejala gagal jantung, komplikasi yang
diidentifikasikan pada pasien dengan gejala ini. variasi bentuk penyakit pulmonal
termasuk pneumonia, penyakit paru reaktif dan emboli pulmonal, mungkin sangat
sulit untuk dibedakan secara klinis dengan gagal jantung (Lindenfeld J, 2010).
Menurut ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure tahun 2008, manifestasi klinis acute decompensated heart failure antara
Heart Failure tahun 2006, manifestasi klinis acute decompensated heart failure antara lain
Volume Overload
1) Dspneu saat melakukan kegiatan.
2) Orthopnea.
3) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND).
4) Ronchi.
5) Cepat kenyang.
6) Mual dan muntah.
7) Hepatosplenomegali, hepatomegali, atau splenomegaly.
8) Distensi vena jugular.
9) Reflex hepatojugular.
10) Asites.
11) Edema perifer.
Hipoperfusi
1) Kelelahan.
2) Perubahan status mental.
3) Penyempitan tekanan nadi.
4) Hipotensi.
5) Ekstremitas dingin.
6) Perburukan fungsi ginjal.
Decompensasi cordis akut dapat dimanifestasikan oleh penurunan curah jantung
dan/atau pembendungan darah di vena sebelum jantung kiri atau kanan, meskipun curah
jantung mungkin normal atau kadang-kadang di atas normal.Tanda dominan gagal jantung
adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri
dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung dan kegagalan jantung. Peningkatan
tekanan vena pulmonalis dapat menyebakan cairan mengalir dari kapiler ke alveoli, akibatnya
terjadi edema paru yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya
tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan penambahan berat
badan. Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara luas karena darah
tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk menyampaikan oksigen yang
dibutuhkan. Beberapa efek yang biasanya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing,
konfusi, kelelahan, tidak toleran terhadap aktivitas dan panas, ektremitas dingin, dan haluaran
urin berkurang (oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun, mengakibatkan pelepasan renin
dari ginjal, yang pada gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan
antara lain:
Lelah.
Angina.
Cemas.
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara lain :
Dyspnea.
Batuk.
Orthopnea.
Rales paru.
Edema perifer
darah yang ada untuk filtrasi, ginjal merespon dengan menahan natrium dan
air dengan cara demikian mencoba untuk meningkatkan volume darah central
E. Klasifikasi
i. Stage A : Risiko tinggi gagal jantung, tetapi tanpa penyakit jantung struktural
atau tanda dan gejala gagal jantung. Pasien dalam stadium ini termasuk mereka
atau obesitas.
ii. Stage B : penyakit jantung struktural dengan disfungsi ventrikel kiri yang
fraksi ejeksi LV rendah, riwayat IMA sebelumnya, atau penyakit katup jantung
asimptomatik.
iii. Stage C : Gagal jantung simptomatis dengan tanda dan gejala gagal jantung
saat ini atau sebelumnya. Ditandai dengan penyakit jantung struktural, dyspnea,
iv. Stage D : Gagal jantung simptomatis berat atau refrakter. Gejala dapat muncul
saat istirahat meski dengan terapi maksimal dan pasien memerlukan rawat inap.
Sedangkan menurut New York Heart Association (NYHA) dibagi menjadi 4 kelas
berdasarkan tanda dan gejala pasien, respon terapi dan status fungsional yaitu :
nyaman saat istirahat tetapi mengalami gejala dyspnea, fatigue, palpitasi atau
iii. Functional Class III ( FC III ) : hambatan aktivitas fisik nyata, pasien merasa
nyaman saat istirahat tetapi mengalami gejala dyspnea, fatigue, palpitasi atau
F. Pemeriksaan Diagnostik
i. Laboraturium
SGOT, SGPT.
Gula darah.
Kolesterol, trigliserida.
Aritmia.
Perikarditis
iii. Foto Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya :
Edema alveolar.
Edema interstitials.
Efusi pleura.
Pembesaran jantung.
Radionuklir.
bertujuan untuk :
1. Tirah Baring
2. Pemberian diuretic
Pemberian terapi diuretik bertujuan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia merespon pembatasan
3. Pemberian morphin
balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
4. Terapi vasodilator
diturunkan dan dapat dicapai penurunan dramatis kongesti paru dengan cepat.
ventrikel serta peningkatam efisiensi jantung. Ada beberapa efek yang dihasilkan
seperti : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah,
6. Inotropik positif
Dopamin >> Pada dosis kecil 2,5 s/d 5 mg/kg akan merangsang alpha-
tachicardi.
edema, seperti pada hipertensi atau gagal jantung. Dalam menentukan ukuran
sumber natrium harus spesifik dan jumlahnya perlu diukur dalam milligram.
Tindakan-tindakan mekanis
kiri.
untuk memberi waktu sampai tindakan pasti seperti bedah by pass arteri
(Nasution, 2006).
Menurut Heart Failure Society of America tahun 2010, terapi untuk pasien ADHF dapat
Discharge Planning pada pasien ADHF dapat dilakukan jika pasien dapat memenuhi kriteria
di bawah ini :
b. Diuretik, untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta mengurangi
ini juga menurunkan beban awal ( preload ) dan beban akhir ( afterload ). Misal :