PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Nutrisi Untuk Ibu Hamil Dengan Komplikasi Defisiensi Zat Besi
(Anemia)
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada
trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II (Cunningham,,
2005). Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut
WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan
menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9 10 gr % disebut anemia ringan. Hb
7 8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
3. Prinsip Diet
Konsumsi bahan kaya protein, zat besi dan Asam folat. Bahan kaya protein dapat
diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging, hati, dan telur adalah sumber protein
yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai
mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras
merah, dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan
asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai
buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh
untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin.
4. Pencegahan anemia
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan
anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan untuk meningkatkan
atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat besi
pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan tidak
mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan
zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi direkomendasikan
sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008). Penderita anemia ringan sebaliknya tidak
menggunakan suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu
makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang
hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan
buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu tambahkan substansi yang
memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan.
Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut
dihindari (Anonim, 2004).
2.2 Diet Pada Ibu Hamil Dengan Komplikasi Hyperemesis Gravidarium
1. Pengertian Hyperemesis Gravidarium
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan, muntah
terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi,dll. Pengertian lain Hiperemesis
Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil me-muntahkan segala apa
yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang,
diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing.Penyebab hiperemesis gravidarum
belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang diduga
berkaitan yaitu Faktor adaptasi dan hormonal pada saat hamil, Faktor Psikologis ,
Faktor Alergi . Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi
menjadi 3 tingkatan yaitu :1. Tingkat I (Ringan), 2. Tingkt II (Sedang), 3. Tingkat III
(Berat).
Jelaslah bahwa banyak sekali perbedaan dari ketiga jenis diet ini, tentu saja
karena bahan makanannya tidak sama nilai gizinya juga juga tidak sama, coba
perhatikan tabel berikut :
Makanan yang dianjurkan bagi ibu Hiperemisis adalah sebagai berikut ; Roti
panggang, biskuit, krekers, Buah segar, sari buah, sirop, kaldu tak berlemak, teh.
Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet Hiperemesis I, II, dan
III adalah makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan
makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambahan
(pengawet, pewarna, dan bahan penyedap).
2. Tujuan diet
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal,
2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal ,
3) Mencegah atau mengurangi retensi garam atau air,
4) Mencapai keseimbangan nitrogen,
5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal,
6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada
saat kehamilan atau setelah melahirkan
3. Syarat-syarat diet
1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara
berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan
energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil,
2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air.
Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah
1kg/minggu,
3) Protein tinggi (1,5 -2g/kg berat badan),
4) Lemak sedang , sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak
jenuh ganda ,
5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium,
7) Bentuk makanan desesuaikan dengan kemampuan makan pasien,
8) Cairan diberikan 2500 ml hari . Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat dan
pernapasan .
3.2 Saran
Pengetahuan tentang gangguan pada masa kehamilan sangatlah penting, baik bagi para
perempuan yang kelak menjadi calon ibu, dan bagi para mahasiswa laki-laki yang akan
menjadi seorang bapak. Pemahaman kita tidak hanya dituntut karena sebatas profesi saja
yang mengaruskan, namun lebih kepada kita sebagai calon orang tua, yang mampu peduli
pada kesehatan pasangan dan buah hati kita.
Semoga makalah ini menjadi salah satu pegangan untuk hal itu, dan menjadi salah satu
referensi dalam mata ajar Ilmu Gizi dan referensi bagi calon orang tua yang membutuhkan.