Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ATAU INTERAKSI SOCIAL

A. Pengertian

Dalam hubungan social ada tiga hal yang penting yaitu : aksi, interaksi dan transaksi.
Aksi merupakan suatu stimulus yang diberikan kepada orang lain. Interaksi adalah sutau
hubungan yang terjadi antara stimulus dan respons. Transaksi adalah hubungan yang lebih
luas dan lebih kompleks terjadi antara stimulus yang satu dengan respons yang lain, dan
respons yang lainnya lagi. Jadi, hubunngan yang minimal timbal balik adalah interaksi.
Pearson (1983) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk social, yang berarti tidak
dapat menjalin hubungan sendiri, melainkan menjalin hubungan dengan orang lain,
mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi dengan orang
lain dan berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Hubungan interpersonal (social)
adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu
sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten, dan ketika menjalin hubungan
interpersonal akan terjadi suatu proses dan biasanya dimulai dengan ketertarikan
interpersonal (interpersonal attraction). Walgito (2003) menyatakan hubungan social atau
interaksi social adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lainnya,
individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, dalam hal ini
terjadi hubungan yang timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Kelly (1983)
menyatakan sesuatu yang terjadi jika dua orang saling mempegaruhi satu sama lain, yang
satu bergantung dengan yang lainnya.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa hubungan social atau interaksi social adalah
suatu hubungan yang terjadi antara individu yang satu dengan yang lainnya, individu
dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi atau saling
menyesuaikan diri dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hubungan tersebut bisa
hubungan yang satu arah atau timbal balik.

B. Daya Tarik interpersonal


Menurut Sears, Freedman, dan Peplau (1999), dimenai utama dari kesan pertama dalam
daya Tarik interpersonal adalah penilaian. Mengapa menyukai beberapa orang dan tidak
menyukai orang lain ? apakah yang menentukan seseorang akan menjadi teman kita ?
Jawaban yang paling umum adalah bahwa kita menyukai orang yang memberikan ganjaran
dan membantu memenuhi kebutuhan kita. Teori belajar dan teori insentif memberikan
penjelasan tentang mekanisme spesifik bahwa ganjaran mempengaruhi rasa suka. Prinsip
dasar dari teori belajar adalah penguatan. Seseorang menyukai orang yang satu atau
dengan yang lain sebagai cara memberi ganjaran penguatan dari tindakannya. Tipe
ganjaran yang paling penting adalah persetujuan social, dan berbagai penelitian
menunjukkan bahwa seseorang cenderung menyukai orang yang menilainya secara positif.
Teori pertukaran social menyatakan bahwa seseorang menyukai orang lain, jika
mempersepsi bahwa interaksinya dengan orang itu menguntungkan yaitu, bila ganjaran
yang diperolehnya dari hungan itu lebih besar daripada kerugiannya.
Teori pertukaran social juga menekankan bahwa seseorang membuat penilaian
komparatif, menilai keuntungan yang diperoleh dari seseorang disbanding keuntungan
yang diperoleh dari orang lainnya lagi. Prinsip yang berguna dari classical conditioning
adalah asosiasi yang menyatakan bahwa seseorang menjadi suka pada orang yang
diasosiasikan dengan pengalaman yang baik dantidak menyukai pada orang yang
diasosiasikan dengan pengalaman yang buruk. Kebenaran dan kesederhanaan gagasan itu
tidak boleh membutakan kita terhadap proses lain yang pada suatu saat mungkin
bertentangan dengan gagasan tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang bersamanya
mengalami suatu masa penuh tekanan dan siksaan batin, bisa jadi menjadi teman dekatnya
di kemudian hari, sekalipun asosiasi tentang orang itu mengingatkannya pada
kesengsaraan semata, karena kadang-kadang kesengsaraan yang dialami bersama
menciptakan rasa solidaritas yang menjadi dasar persahabatan.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Ketertarikan Interpersonal

Menurut Baron dan Byrne (2006), ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction)


merupakan penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, penilaian itu dapat diekspresikan
melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Ini berarti saat
berkenalan dengan orang lain, seseorang telah melakukan penilaian terhadap orang tersebut
dapat menyukai atau tidak dalam melakukan hubungan atau interaksi selanjutnya. Dalam
melakukan hubungan interpersonal, factor yang mempengaruhi ketertarikan interpersonal
adalah :

1. Factor internal
Baron dan Byrne (2008) mengemukakan fator internal adalah factor yang berasal dari
dalam diri yang meliputi kebutuhan untuk berinteraksi dan pengaruh perasaan.
Kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya akan berbeda satu dengan
yang lainnya. Ada kecenderungan untuk berinteraksi dengan orang lain, namun di lain
waktu terkadang tidak ingin berinteraksi atau hanya ingin sendirian. Menurut
McClelland (1987), kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan seseorang berusaha
untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi
dalam kegiatan, menikmati aktivitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan
perilaku saling bekerjasama, saling mendukung dan konformitas. Seseorang yang
mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan terhadap
kebutuhannya, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta cenderung untuk memilih
melakukan kerja sama bersama orang yang mementingkan keharmonisan dan
kekompakkan kelompok. Pengaruh perasaan menunjukkan bahwa orang asing akan
lebih menyukai jika individu mengucapkan kalimat yang menyenangkan, misalnya,
“kamu memiliki anjing yang bagus”, dibandingkan dengan mengucapkan kalimat
negative seperti “dimanakah kamu menemukan anjing yang buruk itu?” (Baron dan
Byrne, 2008). Contoh tadi menunjukkan bahwa jika seseorang membuat orang lain
senang saat bertemu dengannya, interaksi akan lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika
kita bertemu dengan seseorang dan kita membuat peras[aannya jadi negative seperti
marah, kesal, maka orang tersebut akan sulit berinteraksi dengannya. Penelitian lain
dari Fraley dan Aron menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi social, humor
digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi
pertemanan (Baron dan Byrne, 2006). Humor yang menghasilkan tawa dapat membuat
lebih mudah berinteraksi, sekalipun dengan orang yang belum dikenal. Apakah masih
ingat dengan kalimat lama “tertawa itu sehat”?. Makna dari kalimat tersebut dapat
diartikan bahwa dengan tertawa, perasaan menjadi senang, sehingga dapat berpikir
lebih sehat dan berperilaku makin adaptif. Ini berarti, bahwa berinteraksi dengan orang
lain, menjadi lebih mudah saat kondisi perasaan sedang senang, dibandingkan dengan
saat perasaan sedang negative. Hal ini terjadi karena pada saat senang seseorang lebih
terbuka untuk berkomunikasi.

2. Faktor Eksternal
Factor eksternal yang memengaruhi hubungan social adalah kedekatan (
proximity) dan daya tarik fisik. Baron dan Byrne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan
secara fisik antara dua orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama seperti di
kantor dan di kelas menunjukkan bahwa makin dekat jarak geografis diantara mereka
makin besar kemungkinan kedua orang tersebut untuk sering bertemu. Pertemuan
tersebut akan menghasilkan penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul
ketertarikan diantara mereka. Keadaan demikian disebut dengan more exposure effect
( Zajonc,1968). Seseorang cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa dikenali
dibandingkandengan orang yang wajahnya tidak dikenal (Miller dan Perlman,2009).
Penelitian tentang daya tarik fisik menunjukkan bahwa sebagian besar orang percaya
bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan, mudah
bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, serta lebih
maskulin dan feminism daripada orang yang tidak menarik (Dion dan Dion,1991). Dan
Hatfield dan Hprecher 1986 dalam Baron dan Byrne (2008). Jadi ada kecenderungan
seseorang untuk memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan
dengan orang yang kurang menarik karena orang yang menarik memiliki karakteristik
yang menarik.

3. Interaksi
Dalam factor intedraksi terdapat dua komponen penting yaitu persamaan
perbedaan ( Similarity-Dissimilarity) dan Recaliking. Miller dan Perlman (2009)
menyatakan bahwa sangat menyenangkan ketika sesorang menemukan orang yang
mirip dengannya dan saling berbagi asal-usul, minat, dan pengalaman yang sama.
Makin banyak persamaan, makin saling menyukai. Penelitian Gaunt (2006)
menemukan bahwa pasangan suami istri yang memiliki kepribadian yang hamper sama
akan memiliki pernikahan yang lebih bahagia daripada pasangan suami istri yang
memiliki kepribadian berbeda. Ternyata perbedaan bisa juga lebih menyenangkan dari
pada persamaan. Jones menemukan bahwa seseorang merasa senang saat menemukan
ada hal yang mirip dengan orang yang disukai, tetapi ternyata lebih menyenangkan saat
mengetahui bahwa pandangannya berbeda dengan yang dimilikinya. Hal demikian bias
terjadi karena ketika menyukai seseorang yang memiliki pandangan bebeda orang itu
mengansumsikan bahwa orang tersebut menyukai seperti adanya dan bukan karena
pandangannya. Keuntungan yang diperoleh dari berinteraksi dengan orang yang
memiliki pandangan berbeda adalah dapat belajar hal yang baru dan bernilai darinya
(Pines,1999). Factor lain yang juga memengaruhi ketertarikan pada orang lain adalah
cara orang tersebut menyukai. Pada umumnya, seseorang menyukai orang lain yang
juga menyukainya dan tidak menyukai orang yang juga tidk menyukainya. Ini berarti
seseorang memberikan kembali (reciprocal) dinyatakan bahwa pada hakikatnya ketika
seseorang disukai orang lain, hal demikian dapat meningkatkan harga diri, merasa
bernilai dan mendapat positive reinforcement.

D. Perbandingan Sosial

Bagaimanakah diri kita ? Apa saja yang baik dan buruk dari diri kita ? Pertanyaan
demikian sering ditanyakan oleh seseorang pada dirinya sendiri. Menurut Baron, Byrne dan
Branscombe (2006) untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut orang
melakukan perbandingan social. Festinger (1954) menyatakan untuk mengetahui dirinya, maka
ia akan melakukan perbandingan dengan orang lain karena tidak adanya patokan yang objektif
yang menilai. Dengan demikian orang lain menjadi sumber informasi mengenai dirinya.
Seseorang dapat melakukan perbandingan dengan orang lain karena tidak adanya patokan yang
objektif yang menilai. Dengan demikian orang lain menjadi sumber informasi mengenai
dirinya. Seseorang dapat melakukan perbandingan dengan orang lain yang lebih baik atau yang
lebih buruk, namun motif dasar seseorang melakukan perbandingan dengan orang lain adalah
karena ingin memiliki gambaran yang positif tentang dirinya, bukan karena ingin memiliki
gambaran yang akurat tentang dirinya ( Baumeister,1998). Dalam rangka memperoleh
gambaran yang positif, seseorang dapat memilih untuk melakukan perbandingan dengan orang
lain yang kategori sosialnya sama dengannya. Misalnya, laki-laki dengan laki-laki, perempuan
dengan perempuan, miskin dengan miskin, dan kaya dengan kaya, jika beda kategori sosialnya,
beda pula tindakan dan performa yang diharapkan. Seseorang akan menghindari melakaukan
perbandingan social dengan anggota kelompok social yang lebih tinggi atau lebih baik dalam
rangka mempertahankan harga dirinya . menurut Tesser (1998), suatu model yaitu self
evaluation maintenance model menyatakan bahwa untuk memperoleh pandangan positif
tentang dirinya, orang tersebut cenderung menjaga jarak dari orang lain yang melakukan
sesuatu yang lebih baik darinya dan lebih membandingkan diri dengan orang lain yang lebih
buruk darinya.

E. Presentasi Diri

Saat berinteraksi dengan orang lain, sering kali perhatian tertuju pada cara orang lain
akan menilai diri kita. Seseorang berusaha mengontrol cara orang lain berfikir tentang kita,
sehingga kita berusaha melakukan impression management, yaitu usaha untuk mengatur kesan
yang orang lain terima mengenai diri kita baik disadari maupun tidak disadari (schlenker,1980).
Sebagai bagian dari impression management, kita melakukan presentasi diri seperti yang kita
inginkan dengan berbagai macam tujuan. Jones & Pittman (1982) mengemukakan lima strategi
presentasi diri yang memiliki tujuan yang berbeda sebagai berikut :

1. Ingratiation

Strategi ini bertujuan agar disukai, maka seseorang menampilkan diri sebagai
orang yang ingin membuat orang lain senang. Cara ini jika dilakukan secara berlebihan
bias membuat orang lain merasa terganggu manakala orang yang menjadi sasaran tidak
menyukai.

2. Self-promotion

Ini bertujuan agar dianggap kompeten, kita menampilkan diri sebagai orang yang
memiliki kelebihan atau kekuatan baik dalam hal kemampuan atau trait pendidikan.

3. Intimidation

Atrategi ini bertujuan agar ditakuti. Seseorang menampilkan diri sebagai orang
yang berbahaya dan menakutkan.

4. Supplication

Agar dikasihani, seseorang menampilkan diri sebagai orang yang lemah dan
tergantung pada orang lain

5. Exemplification

Dalam berinteraksi dengan orang lain yang bertujuan agar dianggap memiliki
integritas moral tinggi, seseorang menampilkan diri sebagai orang yang rela berkorban
untuk orang lain.

Strategi presentasi diri yang lain adalah self handicapping yang merujuk pada segala
tindakan yang dilakukan agar dapat mengeksternalisasi jika mendapat hasil yang negatif dan
menginternalisasi jika memperoleh hasil yang positif (Berglas &Jones, 1978). Tujuan
strategi ini adalah melindungi harga diri sebagai antisipasi terhadap hasil yang tidak sesuai
dengan harapan.

F. Prasangka

Taylor, Peplau, dan Sears (1994) mengemukakan prasangka merupakan evaluasi


seseorang atau dari kelompokyang berdasarkan keanggotaan orang tersebut menjadi
anggotanya. Prasangka adalah evaluasi negative terhadap orang lain atau kelompok lain.
Proses kognitif menjadi dasar timbulnya prasangka, yang terdiri dari:

1. Kategori atau penggolongan


Seseorang mempersepsi orang lain atau jika suatu kelompok mmpersepsi
kelompok lain dan memasukkan sesuatu yang dipersepsi itu ke dalam suatu kategori
tertentu, misalnya seseorang dimasukkan dalam kategori umur atau pekerjaan. Proses
kategorisasi ini mempunyai dampak yang luas seperti pada kategori kulit hitam dan
kulit putih. Keadaan demikian berakibat adanya prasangka tertentu antara kulit putih
dan kulit hitam.
2. Ingroup lawan outgroup
Kategorisasi dapat menuju keingroup dan outgroup jika adanya kategorisasi kita
dan mereka, dan ini yang menimbulkan ingroup dan outgroup. Seseorang dalam
kelompoknya merasa dirinya sebagai ingroup dan orang lain dalam kelompok lain
sebagai outgroup. Dalam ingroup ada berbagai dampak yang timbul,yaitu:
a. Anggota ingroup mempersepsi anggota ingroup yang lain lebih mempunyai
kesamaan jika dibandingkan dengan anggota outgroup. Ini yang sering disebut
similarity effect. Muncullah asumsi yang menyatakan bahwa keadaan ingroup
mempunyai sifat yang berbeda dengan outgroup.
b. Kategorisasi ingroup dan outgroup mempunyai dampak bahwa ingroup lebih
favorit dari pada outgroup dan ini yang sering disebut sebagai ingroup
favoritism effect.
c. Bahwa seseorang dalam ingroup memandang outgroup lebih homogen dari
pada ingroup baik dalam hal kepribadian maupun dalam hal lainnya. Hal yang
demikian dapat menimbulkan prasangka satu dengan yang lainnya.

G. Gangguan Hubungan Sosial

Dalam melakukan hubungan sosial, sering kali ditemui berbagai hambatan atau
gangguan yang terjadi. Gangguan dalam berhubungan sosial sering disebut dengan kerusakan
interaksi sosial. Menurut NANDA (2005), kerusakan interaksi sosial adalah interaksi yang
tidak mencukupi atau berlebih atau kualitaspertukran yang tidak efektif. Menunjukkan
ketidakmampuan untuk menerima atau mengomunikasikan rasa kepuasan, rasa memiliki,
menyayangi, ketertarikan, atau membagi pengalaman menunjukkan ketidaknyamanan dalam
situasi sosial, atau menunjukkan penggunaan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil.
Gangguan hubungan sosial lainnya adalah adanya kebutuhan sosial yang tidak dipenuhi yang
disebut dengan kesepian. Tidak semua orang dapat melepaskan diri dari kesepian. Kehidupan
diwarnai dengan transisi sosial yang mengganggu hubungan pribadi dan menyebabkan
timbulnya kesepian (Sears, Freedman, dan Peplau, 1999). Kesepian dan kesendirian
merupakan dua hal yang berbeda. Kesepian menunjukkan pada kegelisahan subjektif yang
dirasakan pada saat hubungan sosial kehilangan ciri-ciri pentingnya. Hilangnya ciri-ciri
tersebut bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Bersifat kuantitatif bisa tidak mempunyai
teman atau hanya mempunyai sedikit teman, tidak seperti yang diinginkan. Bersifat kualitatif
jika hubungan tersebut dirasakan dangkal atau kurang memuaskan dibandingkan dengan yang
diharapkan. Kesepian terjadi dalam diri seseorang dan tidak dapat dideteksi hanya dengan
melihar orang itu.berbeda dengan kesepian yang subjektif tadi, kesendirian merupakan keadaan
terpisah dari orang lain yang bersifat objektif. Kesendirian yang dialami oleh seseorang bisa
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Dalam kehidupan sehari-hari kadang kal
membutuhkan saat kesendirian untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian yang penting,
membaca buku penting, atau untuk memikirkan suatu persoalan. Menjadi tidak menyenangkan
jika kesendirian terjadi saat seseorang menghadapi masalah atau menanggung beban yang
berat.

Anda mungkin juga menyukai