Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami
perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang cukup
tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi
persaingan yang tinggi, pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk
memilih diantara beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk memenangkan
persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien (Windy Rakhmawati,
2008).
Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan
kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di
suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan
strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit.Dan salah satu
faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan
yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia (Windy Rakhmawati, 2008).
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian
asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu
kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan
tenagakeperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi
klienberdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah &
kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu
diperlukan kontribusi darimanager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan
kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit (Windy Rakhmawati, 2008).
Pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawata sudah menjadi tanggung jawab
pihak rumah sakit untuk memiliki tenaga perawat yang bermutu karena keperawatan adalah
suatu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga

1
mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Aditama, 2004). Tercapainya mutu pelayanan di
rumah sakit dapat melalui kegiatan manajemen sumber daya manusia atau yang disebut juga
manajemen ketenagaan di RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang kebutuhan
tenaga, recruitment, seleksi, penempatan yang sesuai (placement), promosi, pensiun
(separation), pengembangan karir, pendidikan dan pelatihan (Aditama, 2004).
Griffith JR (1987) dalam buku The Well Managed Community Hospital (dalam Aditama,
2004) bahwa kegiatan dalam perencanaan meliputi mengantisipasi jumlah dan jenis pekerjaan
yang dibutuhkan, jadwal waktu untuk recruitment, retraining dan pemutusan hubungan kerja
bila dibutuhkan, gaji dan kompensasi yang akan diberikan dikaitkan dengan kondisi sosial
ekonomi yang ada serta berbagai kemungkinan perubahan dalam kebijaksanaan kesehatan.
Di masa depan, manajemen SDM menjadi hal yang sangat potensial untuk diperhatikan
oleh para pemimpin rumah sakit. Ketepatan dalam pemilihan, penerimaan, pengelolaan dan
pengembangan SDM rumah sakit merupakan kunci sukses rumah sakit untuk berkembang
(Ilyas, 2004).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apakah dafinisi dari manajemen perencanaan tenaga keperawatan?
1.2.2 Apa sajakah unsur-unsur dari perencanaan?
1.2.3 Apa sajakah sifat-sifat dari perencanaan?
1.2.4 Apa sajakah fungsi dari perencanaan?
1.2.5 Apa sajakah prinsip-prinsip perencanaan?
1.2.6 Apa sajakah syarat-syarat perencanaan?
1.2.7 Bagaimanakah proses perencanaan?
1.2.8 Bagaimanakah langkah-langkah pokok perencanaan?
1.2.9 Apa sajakah kriteria – kriteria dari perencanaan?
1.2.10 Bagaimanakah perencanaan kerja perawat?
1.2.11 Bagaimanakah cara menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit?

2
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah membahas lebih lanjut mengenai“Manajemen Perencanaan Tenaga Keperawatan”,
diharapkan mahasiswa mampu memahami tentangManajemen Keperawatan, khususnya
dalam manajemen perencanaan tenaga keperawatandan metode perhitungannya yang dapat
mempengaruhi proses pelayanan kesehatan terutama pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas dalam rumah sakit.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Mampu menjelaskan definisi mengenai manajemen perencanaan tenaga
keperawatan
2) Mampu menyebutkan unsur-unsur perencanaan
3) Mampu menyebutkan sifat-sifat perencanaan
4) Mampu menyebutkan fungsi perencanaan
5) Mampu menyebutkan prinsip-prinsip perencanaan
6) Mampu menyebutkan syarat-syarat perencanaan
7) Mampu menjelaskan proses perencanaan
8) Mampu menyebutkan langkah-langkah pokok perencanaan
9) Mampu menyebutkan kriteria perencanaan
10) Mampu menjelaskan perencanaan tenaga kerja perawat
11) Mampu menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit dengan metode
Lokakarya PPNI, metode Ilyas dan metode Swansburg.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu fungsi utama pimpinan
organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan pimpinan organisasi dalam merencanakan
perawat ditentukan oleh kualitas SDM (Arwani & Suprianto, 2006).
Perencanaan tenaga kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah tenaga dan jenis
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai target pelayanan
kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai tujuan kesehatan. Perencanaan ini mencakup
persiapan: siapa yang berbuat apa, kapan, dimana, bagaimana, dengan sumber daya apa dan
untuk populasi mana. Perencanaan tenaga rumah sakit adalah sebagai perencanaan tenaga
kesehatan untuk mencapai target pelayanan rumah sakit yang dibutuhkan yang akan membantu
pencapaian target kesehatan. Langkah-langkah perencanaan tenaga rumah sakit secara garis
besar sama dengan langkah-langkah perencanaan tenaga pada umumnya. Memang ada
beberapa kekhususan-kekhususan sesuai dengan fungsi rumah sakit (Junaidi, 1988 dalam
Analisis Kebutuhan Tenaga PerawatDi Instalasi Rawat Inap RSUD Karimun oleh Liza Sri,
2011).
Menurut Ilyas (2004) dalam menentukan kebutuhan SDM rumah sakit harus
memperhatikan beberapa faktor seperti ukuran dan tipe rumah sakit; fasilitas dan tipe
pelayanan yang ditawarkan; jenis dan jumlah peralatan dan frekuensi pemakaiannya;
kompleksitas penyakit; usia pasien dan lamanya waktu tinggal di rumah sakit; pemberian cuti,
seperti melahirkan, liburan, sakit, dan tugas belajar; keterbatasan anggaran; turn over
(mengundurkan diri) personel dan tingkat ketidak hadiran; pelayanan dan perawatan kesehatan
24 jam dan lain-lain.

2.2 UNSUR PERENCANAAN


1. Rasional (dibuat dengan pemikiran yang rasional; tidak secara khayalan/angan-angan;
harus dapat dilaksanakan);
2. Estimasi (dibuat berdasarkan analisa fakta dan perkiraan yang mendekati/estimate; untuk
pelaksanaan yang akan segera dikerjakan);

4
3. Preparasi (dibuat sebagai persiapan/pre-parasi; pedoman/patokan tindakan yang akan
dilakukan/bukan untuk yang telah lalu);
4. Operasional (dibuat untuk dilaksanakan; untuk keperluan tindakan-tindakan kemudian
dan seterusnya; bukan yang telah lalu).

2.3 SIFAT PERENCANAAN


1. Faktual (dibuat berdasarkan fakta/data; memperkirakan kejadian yang akan datang dalam
tindakan pelaksanaan kelak);
2. Rasional (masuk akal, ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan angan-angan),
3. Fleksibel (dapat mengikuti perkembangan kemajuan masyarakat, perubahan situasi dan
kondisi; dapat diubah /disempurnakan sesuai keadaan/tidak merubah tujuan),
4. Kontiniu/berkesinambungan (dipersiapkan untuk tindakan yang terus menerus dan
berkelanjutan; tidak untuk sekali tetapi untuk selamanya),
5. Dialektis (memperkirakan peningkatan dan perbaikan untuk kesempurnaan masa yang
akan datang).

2.4 FUNGSI PERENCANAAN


1. Interpretasi (dapat menjelasan, menguraikan dan menjabarkan kebijakan umum (general
policy)dari bentuk kerjasama (manajemen);
2. Forcasting (dapat memperhitungkan keadaan dan situasi dimasa yang akan datang);
3. Koordinasi (sebagai alat koordinasi seluruh kegiatan manajemen);
4. Ekonomis (mengandung prinsif ekonomis/hemat, agar kegiatan manajemen efisien);
5. Pedoman (jadi pedoman, patokan atau pegangan pelaksanaan perencanaan dimaksud);
6. Kepastian (menetapkan dimuka hal-hal yang akan dikerjakan kemudian secara pasti – tidak
coba-caba);
7. Preventive control (alat pengontrol dan penilaian agar terhindar dari penyelewengan dan
pemborosan, baik waktu, tenaga, biaya maupun fasilitas manajemen).

2.5 PRINSIP PERENCANAAN


1. Contributeir (membantu tercapainya tujuan manajemen);
2. Primary activity (kegiatan pertama dari seluruh kegiatan manajemen);

5
3. Pervasivitas (mencakupi seluruh kegiatan manajemen, menyeluruh dalam setiap level);
4. Alternative (adanya alternatif/pilihan – bahan, waktu, tenaga, biaya, dsb);
5. Efficiency (nilai efisiensi – penghematan dan kerapian);
6. Limiting factor (factor yang urgen, terang, jelas, tegas dan tidak bertele-tele);
7. Fleksibilitas (mudah disempurnakan, diperbaiki – disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang berubah-ubah);
8. Strategis (punya siasat/strategi agar diterima atasan, masyarakat maupun anggota untuk
dilaksanakan);

2.6 SYARAT PERENCANAAN


a. Syarat - syarat perencanan meliputi :
1. Merumuskan dahulu masalah yng akan direncanakan
2. Perencaanaan harus di dasarkan padaa informasi data dan fakta
3. Menetapkan beberapa alternative dan premsnya
4. Putuskanlah suatu keputusan yg menjadi rencana
b. Syarat – syarat rencana yang baik adalah :
1. Tujuan harus jelas , rasional, obyektif dan cukup menantang untuk dierjungkan
2. Rencana harus mudah dipahami dan penafsiranya hanya Satu
3. Rencana harus dapat di pakai sebagai pedoman untuk pengendalian semua tindakan
4. Rencana harus bias dikerjakan oleh sekelompok orang
5. Rencana harus dipakai sebagai pedoman untuk bertindak ekonomi.
6. Rencana harus flekible
7. Rencan harus menunjukan urutan – urutan dan waktu pekerjaan
8. Rencana harus berkesinambungan
9. Rencana harus meliputi semua tindakan yang akan dilakukan
10. Rencana harus berimbang
11. Dalaam rencana tidak boleh ada pertentangan antar departemen hendaknya saling
mendukung
12. Rencana harus sensitive terhadaap situasi sehingga terbuk kemungkina untuk
mengubah teknik pelaksanaanya tanpa mengalami perubahan pada tujuanya

6
2.7PROSES PERENCANAAN
1. Menentukan tujuan perencanaan
2. Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
3. Mengembangkn dasar pemikiran kondisi mendatang
4. Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan
5. Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya

2.8 LANGKAH POKOK PERENCANAAN


1. Menentukan masalah, tugas, tujuan dan kebutuhan secara jelas;
2. Mencari informasi secara lengkap yang berhubungan dengan berbagai kegiatan;
3. Mengorbservasi, meneliti, menganalisis dan mengklasifikasi informasi yang sudah
terkumpul;
4. Melaksanakan metode perencanaan yang telah dibuat dengan menetapkan pelaksanaan
rencana (memilih rencana yang diajukan / memantapkan perencanaan dan
mempertimbangkan hambatan-hambatan dengan berbagai kegiatan;
5. Menetapkan planning alternatif;
6. Memilih dan memeriksa rencana yang diajukan;
7. Membuat sintesis (metode/alternatif penyelesaian);
8. Mengatur urutan dan waktu rencana secara terperinci;
9. Mengadakan evaluasi (penilaian).

2.9 KRITERIA PERENCANAAN


a. Mengetahui sifat / cirri / prinsip rencana yang baik, yaitu :
1. Mempermudah tercapainya tujuan,
2. Dibuat oleh orang yang memahami tujuan organisasi.
3. Dibuat oleh orang yang mendalami teknik perencanaan,
4. Disertai perincian yang teliti,
5. Tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan,
6. Bersifat sederhana,
7. Luwes,
8. Dalam perencanaan terdapat tempat pengambilan resiko,

7
9. Bersifat praktis/pragmatis,
10. Merupakan forcasting.
b. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab,
sebagai berikut :
1. What (apa) = tujuan (tindakan apa yang perlu dilakukan)
2. When (kapan) = waktu (kapan hal tersebut perlu dilakukan.
3. How (bagaimana) = cara mengerjakannya (bagaimana cara melakukan pekerjaan
tersebut)
4. Who (siapa) = tenaga kerja (siapa yang melakukan pekerjaan tersebut)
5. Where (dimana) = tempat (dimana pekerjaan itu harus dilakukan)
6. Why (mengapa) = keperluannya (mengapa pekerjaan itu harus dilakukan).
c. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan
mempergunakan teknik-teknik ilmiah (scientific techniques of problem solving), melalui
langkah:
1. Mengetahui sifat hakikat masalah yang dihadapi (know the nature of the problem).
2. Mengumpulkan data (collect data),
3. Menganalisa data-data (analisis of the data),
4. Menentukan beberapa alternatif (determination of several alternatives),
5. Memilih cara yang terbaik (selection of the seeminingly best way from among
alternatives),
6. Pelaksanaan (execution)
7. Penilaian hasil (evaluation of results)

2.10 PERENCANAAN TENAGA KERJA PERAWAT


Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal,
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan
jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi
dan harapan pasien dan keluarga.

8
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan
pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, layout keperawatan, fasilitas
dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik,
pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.

Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan
dan pengembangan.

2.11 METODE PERHITUNGAN PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN


1. Metode Lokakarya PPNI
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI dengan mengubah
satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung dalam
minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per minggu. PPNI
berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di Indonesia:

(𝐀 × 𝟓𝟐 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮) × 𝟕 𝐇𝐚𝐫𝐢 (𝐓𝐓 × 𝐁𝐎𝐑)


Tenaga Perawat = +25%
𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐞𝐟𝐞𝐤𝐭𝐢𝐟 × 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐣𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮

Keterangan :
 A = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien perhari
 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
 TT = Tempat Tidur
 BOR (Bed Occupancy Rate)adalah presentase rata-rata jumlah tempat tidur yang
digunakan selama periode tertentu (satu semester/tahun)
 Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut :
= (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/minggu
= 41 minggu

9
 Total jam kerja perminggu = 40 jam
 Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas

2. Metode Ilyas
Metode ini dikembangkan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Metode ini berkembang
karena adanya keluhan dari rumah sakit di Indonesia bahwa metode
Gilliesmenghasilkan jumlah perawat yang terlalu kecil, sehingga beban kerja perawat
tinggi, sedangkan PPNI menghasilkan jumlah perawat yang terlalu besar sehingga
tidak efisien.
Rumus dasar dari formula ini adalah sebagai berikut :
𝐀 × 𝐁 × 𝟑𝟔𝟓 𝐡𝐚𝐫𝐢
Tenaga Perawat =
(𝟐𝟓𝟓 × 𝐉𝐚𝐦 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚/𝐡𝐚𝐫𝐢)

Keterangan :
 A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
 B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
 365= jumlah hari kerja selama setahun
 255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x 3⁄4}
= 255 hari
 Jam kerja/hari = 6 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja/minggu) : 7 hari

Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadwal kerja perawat
dirumah sakit yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawat
mendapat libur satu hari setelah jadwal jaga malam. Uraiannya sebagai berikut hari
pertama perawat masuk pagi, hari kedua siang, hari ketiga malam dan hari keempat
perawat mendapat libur satu hari.

3. Metode Swansburg
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut;
a. Total jam perawat /hari :
= Jumlah Klien × Jumlah jam kontak perawat-klien 10
b. Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari :
Total jam perawat/hari
=
Jumlah jam kerja/hari

Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi :


𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐢𝐞𝐧/𝐡𝐚𝐫𝐢 × 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐚𝐦 𝐤𝐨𝐧𝐭𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐭−𝐩𝐚𝐬𝐢𝐞𝐧/𝐡𝐚𝐫𝐢
=
𝐉𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚/𝐡𝐚𝐫𝐢

Rumus selanjutnya adalah untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan perawat
dalam satu minggu.
a. Jumlah shift perminggu :

= Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari × Jumlah shift dalam 1 minggu

b. Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu


Jumlah shift/minggu
=
jumlah hari kerja/minggu

Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999), merekomendasikan untuk


pembagian proporsi dinas dalam satu hari :
Pagi : Siang : Malam = 47 % : 36 % : 17 %.
Keterangan :
 Jumlah hari kerja/minggu = 6 hari
 Jumlah jam kerja/hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja/minggu) : 6
hari

11
BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah sakit adalah
tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Untuk hal ini
dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat perencanaan terutama tentang ketenagaan.
Perencanaan ketenagaan ini harus benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbukan
dampak pada beban kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan
menurun. Bila hal ini dibiarkan akan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat
pelayanan kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun.
Seorang menajer keperawatan harus mampu membuat perencanaan ketenagaan
dengan baik, yaitu dengan memanfaatkan hasil perhitungan yang didasarkan pada data-
data kepegawaian sesuai dengan yangada di rumah sakit tersebut. Dalam melakukan
penghitungan kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit, kita dapat menggunakan beberapa
rumus dimana tiap metode penghitungan pada prinsipnya hampir sama akan tetapi
memiliki kekhasan bagi situasi dan kondisi tertentu dari sistem pemberian layanan asuhan
keperawatan kepada klien.

4.2 SARAN
 Bagi Mahasiwa
Berdasarkan kekurangan yang sudah disampaikan oleh penulis, diharapkan mahasiswa
dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang manajemen
keperawatan, bahkan mengembangkan metode perhitungan dalam perencanaan tenaga
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit di Indonesia.

 Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar tidak hanya meningkatkan keterampilan dalam
memberikan praktik asuhan keperawatan (care giver), tetapi juga
meningkatkanpengetahuan dan keterampilan dalam hal manajerial(koordinator) baik

12
dalam manajemen kasus atau mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga perawat
dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal.

 Bagi Dunia Keperawatan


Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, manajemen keperawatan dalam
perencanaan tenaga keperawatan dapat terus ditingkatkan sehingga dapat menambah
pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

13

Anda mungkin juga menyukai