i
ADA APA DENGAN ANEMIA ?
Penulis :
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST., M.Keb., Ph.D
Dr.Sc. Dina Oktavia, S.Hut., M.Si
Lani Gumilang, SST., MM
Meylani Zakaria, S.Keb.,Bd
Ade Zayu Cempaka Sari, SST
Ira Nufus Khaerani, S.Tr. Keb, Bdn
Dr. Evi Novianti
Prof. Sunardi, Ph.D
Editor :
Dewi Susanti, SST, M.Keb
Dian Purnama, S.Pd
Desain Cover :
Apriliyanto Rhamadhan, S.Pd
Penata Letak :
Lila Andana Fitri, S.T.
Diterbitkan oleh :
CV. Penulis Cerdas Indonesia
Anggota IKAPI No. 280/JTI/2021
Jalan Selat Karimata E6/No. 1
Kota Malang
E-mail: Idbookstore.official@gmail.com
Website: Idbookstore.id
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
v
vi
PENDAHULUAN
1
tinggi di wilayah Asia Tenggara, yakni 48,7%. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi
anemia defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia adalah
48,9%, jumlah ini meningkat 11,8% jika dibandingkan
dengan angka di tahun 2013.2
2
1. Konsep anemia
2. Bahan pangan pencegah anemia
3. Faktor lingkungan penyebab anemia.
Buku ini telah disesuaikan dengan kebutuhan
informasi tenaga kesehatan dan kondisi masyarakat
Indonesia yang telah diidentifikasi berdasarkan kajian
masalah yang telah dilakukan penulis dan diperuntukkan
untuk tenaga kesehatan khususnya bidan di Indonesia
3
Hasil dari data World Health Organization menyatakan
salah satu penyebab angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
berkembang sangat tinggi sebabkan oleh pendarahan 28%.
Ibu hamil yang mengalami anemia dan kekurangan energi
kronik disebabkan oleh infeksi dan pendarahan. Populasi
dunia yang mengalami anemia terjadi sekitar 1,62 miliar,
dengan prevalensi 25,4% pada anak sekolah dasar, dan 305
juta anak sekolah dilaporkan menderita anemia di seluruh
dunia. Permasalahan gizi pada penduduk wanita di Asia
Tenggara yang berada pada rentang umur 10-19 (remaja)
menderita anemia defisiensi zat besi pada tingkat ringan
sampai berat sekitar 25-40%. Pengidap Anemia Defisiensi
Zat Besi di Amerika Serikat (AS) sangat tinggi pada wanita
usia 15 sampai 45 tahun sekitar 5% - 10% dan anak kecil
sekitar 20%. 3
4
dan percepatan pertumbuhan pada masa kanak-kanak,
disertai makanan dan konsumsi susu formula dengan
asupan zat besi yang rendah. Selain itu, anemia defisiensi
besi (ADB) sering terjadi pada masa pubertas karena
percepatan pertumbuhan, tidak mencukupi asupan zat besi,
dan diperparah dengan keluarnya darah menstruasi pada
remaja perempuan. Prevalensi ADB diperlihatkan dari data
Survei Kesehatan Rumah Tangga 2007. 3
5
makanan 8 sampai 10 mg zat besi setiap harinya yang
bermanfaat menjaga jumlah zat besi dalam tubuh. Pesatnya
pertumbuhan usia bayi yang dapat menyebabkan kesulitan
untuk mempertahankan kandungan zat besi sekitar 1 mg/L
dalam susu sapi atau air susu ibu pada tubuh bayi. Bayi yang
disusui oleh ibunya memiliki kelebihan, karena jumlah zat
besi yang terserap secara efektif 2 sampai 3 kali daripada
bayi yang mengkonsumsi susu sapi. 3
6
pada wanita yang sedang hamil. Data lain melaporkan
prevalensi pada wanita yang sedang hamil cukup tinggi
yang sejumlah 45%, pada remaja sejumlah 5,8%, dan 15,8%
pada remaja perempuan yang berusia 12 sampai 15 tahun
dengan status sosial ekonomi cukup rendah. Berdasarkan
hasil data di atas, pentingnya masyarakat mempunyai
kesadaran untuk mengidentifikasi dan mengetahui tata cara
dalam menangani penyakit ADB dengan baik. 1
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan terhadap anemia.
Peran tenaga kesehatan sangat diperlukan di sini untuk
meningkatkan capaian program vaksinasi dan menjamin
derajat kesehatan masyarakat Indonesia secara optimal.
1. Materi
a. Komposisi darah
b. Pengertian anemia
c. Bahan pangan pencegah anemia
d. Faktor lingkungan penyebab anemia
2. Tujuan
Tujuan penulisan buku ini adalah:
a. Memberikan informasi tentang komposisi darah kepada tenaga
kesehatan
b. Membantu memudahkan tenaga kesehatan untuk memahami
pengertian anemia
c. Memberikan informasi tentang bahan pangan pencegah anemia
7
d. Membantu memberikan informasi mengenai faktor lingkungan
penyebab anemia
8
BAB 1 KONSEP DARAH
A. Komposisi darah
9
Gambar 1.1 Komposisi Darah
10
normal yaitu eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel
darah putih) dan platelet dimana ketiga komponen darah
menyatu pada plasma darah. 2
11
Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dari paru-
paru ke jaringan merupakan proses sel darah merah. Tingkat
kemampuan sel darah merah diukur dengan pencapaiannya
untuk memasuki sistem mikrovaskulatur tanpa memberikan
defek mekanik. Oksigen yang diangkut oleh pigmen, serta
ditentukan takaran warna merah dari eritrosit merupakan
proses hemoglobin dalam sel darah merah. Heme dan
globin merupakan 2 komponen dari Hemoglobin, porfirin
dikandung oleh molekul besi disebut heme, dan senyawa
protein adalah globin. Setiap sel darah merah mengandung
kurang lebih 5-6 x 10 molekul hemoglobin. 2
12
dan mukopolisakarida yang menyelubungi membran lemak
yang asimetris. Mikrotubulus dan aktin termasuk bagian
dari Sitoskeleton pada trombosit. Trombosit berawal dari
sel megakariosit berposisi di sumsum tulang dan telah
beredar selama 10 pada 12 hari.2
13
bekerja baik secara spesifik maupun non-spesifik terhadap
organisme dan zat lain dari luar tubuh. Leukosit terbagi
menjadi lima jenis yaitu basofil, neutrofil, eosinofil,
limfosit, dan monosit. Basofil, neutrophil, dan eosinofil,
disebut granulosit karena memiliki butiran di sitoplasma.
Ketiga sel ini bereaksi cukup cepat pada zat lain berasal
dari luar.2
14
B. Karakteristik Darah
1. Warna
2. Viskositas
Viskositas darah 3⁄4 lebih tinggi dari pada viskositas
air yaitu sebesar 1.048- 1.006. 3. pH pH darah bersifat
alkali dengan pH 7.35-7.45 (netral 7.00). 4. Volume Pada
orang dewasa volume darah sekitar 70-75 ml/kg BB, atau
sekitar 4-5 liter.
15
3. Membawa bahan buangan dari jaringan ke alat
ekskresi misalnya ginjal, kulit, paru-paru, dan hati
yang kemudian disalurkan ke empedu dan saluran
pencernaan menjadi feses.
4. Bahan yang dibutuhkan dalam satu jaringan
diproduksi di jaringan lain sebagai alat transportasi
antar jaringan.
5. Menurut Sadikin (2002) menjaga homeostatis dalam
tubuh, seperti mengatur keseimbangan distribusi air,
menjaga suhu tubuh, dan menjaga keseimbangan
asam basa sehingga pH darah dan cairan tubuh lainnya
terjaga pada tingkat yang semestinya. Melindungi
tubuh dari serangan zat dan senyawa asing yang
umumnya dianggap berpotensi berbahaya.
16
BAB 2 PENGERTIAN ANEMIA
17
Zat besi, protoporphyrin, dan protein (globin) memiliki
fungsi utama untuk membentuk Hb, hal ini merupakan
proses mekanisme metabolisme zat besi yang ada di dalam
tubuh. Selain itu, zat besi hadir dalam beberapa enzim
yang terlibat dalam sintesis DNA, metabolisme oksidatif,
proses katabolik, dan neurotransmiter. Zat besi dalam
tubuh diklasifikasikan menjadi dua jenis, menurut bentuk
ikatan dan fungsinya diantaranya zat besi (heme-protein)
membentuk ikatan heme dengan protein sedangkan
penyimpanan dan transportasi besi (non heme iron).6
18
anemia. Penyebab lainnya seperti meningkatnya kebutuhan
zat besi, asupan makanan zat besi yang tidak mencukupi,
perdarahan saluran cerna, infeksi, dan lain-lain merupakan
gejala ADB. Penyebab ADB terjadi disebabkan dari
beberapa hal yaitu perdarahan saluran cerna, kurangnya zat
besi (Fe) yang diserap, kebutuhan yang meningkat, adanya
infeksi. 7
19
Perlunya penanganan dalam mengatasi masalah
anemia khususnya pada remaja. Peraturan dan arahan
menteri kesehatan menerapkan terapi farmakologi pada
wanita usia dini atau remaja diharuskan mengkonsumsi
tablet tambah darah yang mengandung 60 mg FeSO4
dan asam folat (0,400mg) diminum seminggu sekali dan
setiap hari selama menstruasi, berbeda dengan terapi non
farmakologi dilakukan oleh remaja dengan cara menyantap
sayur, buah, kurma, daun kelor, dan teh rosella. Para remaja
dapat mengkonsumsi bahan-bahan ini dan dapat diolah
menjadi jus, puding, dan seduhan teh.8
a. Pertumbuhan
Bertambahnya kasus ADB terjadi, ketika
peningkatan kebutuhan besi berada pada periode
pertumbuhan pesat saat masa remaja dan usia satu
tahun pertama. Bayi yang berusia 1 tahun, berat
badannya meningkat 3 kali lipat dibandingkan saat
lahir, dan massa Hb dalam aliran darah meningkat 2
kali lipat. Pertumbuhan pada anak prematur cukup
besar disebabkan oleh berat badan meningkat 6 kali
20
lipat dan massa Hb dalam peredaran darah dapat
mencapai 3 kali lipat dibandingkan saat lahir pada
usia 1 tahun.
b. Menstruasi
Menstruasi pada remaja perempuan sering
mengalami kekurangan zat besi karena kehilangan
darah.
b. Malabsorpsi besi
Malabsorpsi besi merupakan kondisi yang dialami
anak gizi buruk ketika terjadi perubahan fungsional
dan histologis pada mukosa usus. Penderita yang
21
sudah menjalani gastrektomi parsial dan mengalami
ADB, bahkan jika pasien mendapatkan cukup zat
besi. Hal tersebut terjadi karena makanan dan asam
lambung lebih cepat melewati usus kecil posisi atas,
yang merupakan tempat khusus absorbsi zat besi
heme dan non-heme.
3. Perdarahan
Penyebab terjadinya anemia defisiensi besi
dikarenakan kekurangan darah akibat pendarahan sehingga
mempengaruhi keseimbangan status besi. Kehilangan
0,5 mg zat besi diakibatkan kekurangan 1 ml darah,
sehingga 3 sampai 4 ml/hari (1,5 sampai 2 mg) darah dapat
menyebabkan keseimbangan zat besi negatif. Milk induced
enteropathy, ulkus peptikum, dan perdarahan saluran cerna
merupakan bentuk dari pendarahan yang disebabkan oleh
obat-obatan (anti inflamasi non steroid, indometasin,
kortikosteroid, dan asam asetil salisilat) dan juga infeksi
cacing (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
yang usus halus bagian proksimal diserang dan darah dari
pembuluh darah submukosa usus dihisap.3
4. Transfusi feto-maternal
Anemia defisiensi besi disebabkan kebocoran kronis
darah ke dalam sirkulasi ibu pada tahap akhir fetus dan
awal neonatus.
22
5. Hemoglobinuria
Situasi ini biasanya terjadi pada anak-anak dengan
katup jantung buatan. Pada hemoglobinuria nokturnal
paroksismal (PNH), rata-rata 1,8 sampai 7,8 mg zat besi
diekskresikan dalam urin per hari.
23
ANEMIA DALAM
KEHAMILAN DAN NIFAS
Anemia merupakan suatu keadaan tubuh di mana
sel darah merah tidak mencukupi mengantarkan oksigen
ke jaringan. Karena anemia sulit diukur, anemia dapat
didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang
lebih rendah dari normal, jumlah sel darah merah, dan nilai
normal hematokrit (Hct). Menurut WHO, anemia selama
kehamilan didefinisikan sebagai hematokrit (Ht) <33% atau
hemoglobin (Hb) <11 g/dL, dan anemia postpartum sebagai
Hb <10 g/dL. 1 Centers for Disease Control and Prevention
berpendapat bahwa anemia sebagai kondisi dengan nilai Hb
<11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, Hb <10,5 g/dL
pada trimester kedua dan <10 g/dL postpartum. 2
1) Asupan
Ibu hamil dapat beresiko terkena penyakit anemia
yang bersumber dari asupan nutrisi. Perubahan fisiologis
pada ibu yang memerlukan banyak zat gizi, maka perlu
kurangnya vitamin B12 dan asam folat yang masih sering
dialami oleh ibu yang sedang mengandung. Oleh sebab itu,
untuk mencegah anemia pada ibu hamil dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan dengan berbagai nilai gizi, terutama
zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
24
2) Diabetes Gestasional
Hiperglikemia merupakan kondisi transferrin
sebagai respon terhadap meningkatnaya kebutuhan besi
janin mengalami hiperglikosilasi, sehingga tidak dapat
berfungsi secara optimal. Akibatnya, transfer zat besi ke
janin mengalami penurunan, dan produksi sel darah merah
khusus menggunakan zat besi, hal tersebut tidak dapat
mencukupi kebutuhan organ janin yang sedang berkembang.
Satu studi menemukan bahwa sekitar 40% sampai 90% zat
besi mengalami pengurangan di organ bayi baru lahir dari
ibu yang menderita diabetes.
3) Kehamilan multipel
Dalam kasus kehamilan kembar atau multipel,
kebutuhan zat besi lebih tinggi daripada kasus kehamilan
tunggal. Ibu hamil anak kembar lebih mengalami kenaikan
berat badan daripada ibu hamil tunggal dengan adanya
kemungkinan naiknya kadar mediator inflamasi sistemik
seperti IL-6, yang dapat meningkatkan kebutuhan zat besi.
Hal ini menempatkan ibu hamil kembar dapat berisiko
kekurangan zat besi yang lebih besar.
4) Kehamilan remaja
Beberapa faktor yang menyebabkan anemia pada
kehamilan remaja putri seperti penyakit genetik, infeksi,
atau status gizi yang tidak adekuat. Masa remaja telah
terbukti menjadi periode sensitif untuk kekurangan gizi.
Meningkatnya risiko anemia pada usia muda disebabkan
kebutuhan zat besi pada fase pertumbuhan dan perkembangan
25
yang belum selesai. Menurut sebuah penelitian di Amerika,
hingga 9% sampai 13% anak muda mengalami anemia pada
trimester pertama, dan naik menjadi 57% sampai 66% pada
trimester ketiga.
26
transfusi darah, dan intervensi bedah. Beberapa metode
dapat memperkirakan jumlah darah yang hilang, khususnya
metode pengukuran langsung dan juga memeriksa
perbedaan nilai konsentrasi hemoglobin dan hematokrit
b) Anemia Hipoproliferatif 2
27
B12. Defisiensi faktor intrinsik dapat menyebabkan
beberapa terjadinya anemia misalnya operasi
lambung sebelumnya, malabsorpsi sekunder, dan
peradangan gastrointestinal kronis. Adapun beberapa
gejala lain dari defisiensi vitamin B12, selain
penderita mengalami anemia makrositik termasuk
defisit neuropsikiatri seperti otot yang lemah, mudah
marah, depresi, rasa kebas, dan paraesthesia. Kadar
vitamin B12 rendah pada Ibu hamil dapat berisiko
mengalami berbagai komplikasi kehamilan, termasuk
neural tube defect atau cacat tabung saraf, keguguran
spontan, IUGR, dan bayi berat lahir rendah. Anemia,
Abnormalitas kognitif, dan diabetes tipe 2 di
kemudian hari merupakan risiko yang dapat dialami
oleh anak dari ibu yang kekurangan vitamin B12.
Kekurangan vitamin B6 harus dipertimbangkan pada
wanita hamil dengan anemia yang tidak responsif
pada suplemen zat besi. Plasenta yang memproduksi
alkaline phosphatase dapat mempengaruhi kadar
vitamin B6 selama kehamilan. Kekurangan vitamin
B6 dapat memicu terjadinya enzimatik sintesis
heme dan penggunaan besi dalam sel eritropoietik.
Kedua zat gizi mikro (mikronutrien) yang kurang
dapat mengakibatkan pemeriksaan gambaran darah
tepi sulit dibedakan dan memicu penyakit anemia
mikrositik hipokrom, maka dari itu pemeriksaan
kadar keduanya untuk membuat diagnosis yang benar
perlu dilakukan.
28
c) Anemia Akibat Proses Inflamasi 2
Anemia dapat disebabkan oleh infeksi parasit
dan bakteri (pielonefritis akut), infeksi virus kronis
(human immunodeficiency virus), dan penyakit radang
kronis yang mempengaruhi pencernaan (penyakit
Crohn dan kolitis ulseratif). Anemia terjadi akibat
penghambatan hematopoiesis yang dimediasi sitokin dan
berkurangnya pelepasan besi ke dalam eritrosit dari sistem
retikuloendotelial. Bakteri seperti Staphylococcus memakai
zat besi untuk memberi reaksi enzimatiknya. Pengambilan
zat besi tidak hanya dari perusakan transferin tetapi juga
dari sel darah merah sesudah perusakan oleh molekul heme.
Patofisiologi
Bersama dengan protein (globin), protoporphyrin, dan
zat besi berperan penting untuk membentuk hemoglobin. Zat
besi juga ditemukan di berbagai enzim yang terlibat dalam
sintesis DNA, metabolisme oksidatif, neurotransmiter, dan
proses katabolisme. 6
29
2) Penyimpanan dan pengangkutan zat besi (non heme
iron) kurang lebih 90% diperoleh dari makanan, yaitu
dalam bentuk Fe3+ atau senyawa zat besi inorganik,
sehingga diserap di usus, zat besi harus terlebih
dahulu diubah menjadi bentuk Fe2+ atau fero seperti
zat besi non heme adalah ferritin dan hemosiderin. 6
30
haemoglobin, mean corpuscular volume, pada kasus
berat mean corpuscular hemoglobin concentration,
hematokrit dan free erythrocyte protoporphyrin (FEP)
meningkat. 6
31
diare, dan sebagainya. Selama infeksi, zat besi banyak
digunakan dalam sistem kekebalan tubuh, yaitu dalam
aktivitas fagositosis neutrofil dan proliferasi limfosit.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada defisiensi besi yang progresif terjadi perubahan
nilai hematologi dan biokimia. Hal pertama yang terjadi
adalah penurunan cadangan zat besi pada jaringan. Melalui
serum ferritin yang menurun akan menunjukan terjadinya
proses penurunan ini, yang mana besi diikat dengan protein
sebagai cadangan di dalam tubuh. Kemudian jumlah zat
besi dalam serum menurun, daya muat pengikatan besi dari
serum (serum transferin) meningkat, dan saturasi transferin
turun di bawah normal.3
32
menjadi lebih kecil. Perubahan morfologis ini paling sering
terlihat terkait dengan penurunan mean corpuscular volume
dan mean corpuscular hemoglobin. Perubahan variasi
ukuran eritrosit terjadi ketika normosit digantikan oleh
mikrositik, perbedaan terlihat pada peningkatan red blood
cell distribution width (RDW). Jumlah sel darah merah
juga berkurang dan persentase retikulosit sedikit meningkat
atau mungkin normal. Sampel darah menunjukkan sel
darah merah hipokromik dan mikrositik dengan variasi
sel yang persisten. Sel darah berbentuk elips atau cerutu
sering terlihat. Deteksi peningkatan reseptor transferin dan
penurunan konsentrasi hemoglobin retikulosit mendukung
diagnosis.3
33
yang membutuhkan diagnosis cepat, komplikasi, atau
anemia yang tidak responsif terhadap terapi besi. 3
DIAGNOSIS
Diagnosis anemia defisiensi ditegakkan berdasarkan:
34
mikrositik, hipokrom, anisositik hipokrom yang
terdapat pada darah tepi biasanya dialami oleh anemia
defisiensi besi, talasemia, dan infeksi kronis. 6
35
1) Tes hapusan darah tepi hipokrom mikrositer
mengkonfirmasi penurunan mean corpuscular
values, mean corpuscular hemoglobin, dan mean
corpuscular hemoglobin concentration.
2) Red cell distribution width (RDW) > 17%
3) Free erythrocyte porphyrin meningkat
4) Feritin serum menurun
5) Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST < 10%
6) Respon terhadap pemberian preparat besi.
a. Retikulositosis mencapai pundak pada hari ke
5 – 10 setelah pemberian besi
b. Kadar hemoglobin meningkat rata-rata 0,25 –
0,4 g/dl/ hari atau PCV meningkat 1% / hari.
7) Sumsum tulang
a. Tertundanya maturasi sitoplasma
b. Pada pewarnaan sumsum tulang tidak
ditemukan besi atau besi berkurang
36
Pengaruh Anemia
Terhadap Kehamilan
A. Maternal
B. Plasenta
37
superoksida dismutase. Superoksida dismutase adalah
antioksidan yang menangkal efek negatif dari radikal
bebas berlebih di unit fetoplasenta. Angiogenesis,
vaskulogenesis dan perkembangan plasenta dipengaruhi
oleh kurangnya zat besi dengan atau tanpa adanya anemia.
Pemicu angiogenesis plasenta disebabkan rendahnya kadar
ferritin pada awal kehamilan, sedangkan hipertrofi plasenta
dipicu oleh anemia pada kehamilan dan peningkatan
kapilaritas untuk meningkatkan vaskularisasi plasenta.
Ini menjelaskan bahwa kekurangan zat besi, anemia dan
hipoksia menginduksi mekanisme kompensasi plasenta dan
terutama angiogenesis.2
C. Janin
38
BAB 3 BAHAN PANGAN
kelahiran PENCEGAH
prematur, berat badan ANEMIA
lahir rendah dan small for
gestational age. Dengan nilai hemoglobin <9,0 g/dL, risiko
gangguan pada kandungan ibu hamil juga meningkat dengan
kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan small for
gestational age. Pada trimester ketiga, kadar hemoglobin
<10 g/dL meningkatkan risiko kelahiran prematur 2 kali
lipat dan 3 kali lipat pada bayi lahir dengan berat badan
rendah.2
39
neurokognitif dan neurobehavioral dalam jangka panjang,
meskipun pada usia 9 bulan memiliki simpanan zat besi
yang cukup.2
40
A. Bahan Pangan Pencegah Anemia
41
besi, edukasi gizi, dan makanan fortifikasi. Pencegahan dan
Penanggulangan Anemia Gizi Besi atau PPAGB merupakan
program yang dilakukan oleh pemerintah dengan sasaran
ibu yang mengandung walaupun PPAGB telah dilaksanakan
oleh pemerintah, terlihat bahwa penderita anemia masih
tinggi pada ibu hamil. 10
42
43
1. Tempe
44
Kandungan asam amino pada tempe 24 kali lipat
lebih tinggi dari pada susu kedelai. Pada proses fermentasi
terjadi peningkatan asam folat dan pembentukan vitamin
B12 dari bakteri yang tidak ditemukan pada produk nabati
lainnya. Penanganan penyakit anemia memerlukan asupan
makanan yang cukup yang memenuhi kebutuhan tubuh
akan zat besi, protein, asam folat dan vitamin B12. Tempe
merupakan bahan gizi fungsional yang mengandung semua
zat gizi yang dibutuhkan untuk mengatasi anemia. Dalam
mengatasi penyakit anemia memerlukan semua zat gizi
yang terkandung pada bahan gizi fungsional yang terdapat
pada tempe. Memastikan nutrisi yang cukup membantu
mengobati dan mencegah anemia. Tempe adalah pangan
fungsional yang berpotensi untuk menyembuhkan penyakit
anemia. Tempe memiliki nutrisi yaitu asam folat, zat besi,
dan vitamin B12 yang dapat meningkatkan Hb.11
a. Zat Besi
45
satu makanan yang membuat kandungan zat besi tertinggi
dengan jumlah 3,30 mg/hari pada remaja. Konsumsi tempe
di kalangan remaja rata-rata 59 kali per bulan dan 33 g per
hari. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
remaja lebih banyak mengkonsumsi tempe dalam sehari.
Makanan yang mudah didapat dan harganya lebih murah
adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai. Tempe
tanpa fortifikasi memiliki kadar rata-rata besi 2,0 mg.11
46
ferro. Pembentukan kadar hemoglobin dipengaruhi oleh
kadar zat besi dalam tubuh.11
b. Asam folat
47
komponen asam folat dari kedelai dan sintesis bakteri
disebabkan oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh jamur
Rhizopus spp dan mikroorganisme lainnya, yang mana
proses ini dapat memungkinkan terjadinya peningkatan
asam folat. Selama proses fermentasi tempe, peningkatan
suplemen asam folat yang dominan.beberapa bakteri
yaitu bifidobacteria, E. Faecium, dan S. thermophilus
mensintesis. Asam folat mengalami perubahan selama
proses fermentasi dapat dikaitkan dengan aktivitas enzim
protease, dimana enzim protease dapat memecah protein
sehingga melepaskan komponen asam folat dari komponen
protein kedelai. Hubungan erat antara asam folat dan
aktivitas enzim protease, karena asam folat merupakan
asam pteroylmonoglutamat terdiri dari residu poliglutamat
atau monoglutamat.11
48
ekstrak, 761,85 μg/mL bubuk bubur tempe, dan 299,66 μg/
mL bubuk konsentrat tempe. Dapat disimpulkan, sumber
asam folat alami terdapat di tempe kedelai dan hasil olahan.
Produk olahan tempe mengalami kekurangan kandungan
asam folat contohnya konsentrat tempe dan bubur tempe
akibat keseluruhan proses pengeringan mempengaruhi
mikrofiltrasi. Ciri-ciri buatan isolat mendeskripsikan bahwa
asam folat bubuk dari konsentrat hasil mikrofiltrasi (299,66
μg/mL) sangat rendah dibanding dengan bubuk bubur
tempe (761,85 μg/mL). 11
c. Vitamin B12
49
kandungan vitamin B12 dengan 0,08 μg/100gram dan
tempe matang 0,14 μg/100 gram.11
50
Proses pematangan sel–sel darah merah, mempercepat
pertumbuhan, pembentukan sel darah eritrosit, dan
metabolisme protein merupakan peran yang dilakukan dari
koenzim Vitamin B12 pada tubuh. Berdasarkan hasil analisis
menjelaskan bahwa peningkatan kadar Hb pada darah
berasal dari asupan vitamin B12 yang adekuat. Naiknya
kadar Hb melalui proses asam folat, lemak, dan protein
yang memerlukan fungsi vitamin B12 untuk disintesis Hb
dan sel darah merah. Succinyl CoA sangat membutuhkan
sintesis Hb. 11
51
Tabel 3.2 Komponen kadar zat besi, asam folat dan vitamin
B 12 pada tempe serta pengaruh tempe terhadap kadar
hemoglobin
1. Kacang Hijau
52
protein, rendah karbohidrat, mengandung lemak sehat, dan
beberapa vitamin tersebut dapat menaikan metabolisme
tubuh, energi, serta mineral yang kaya akan enzim aktif.
Setelah memahami penjelasan tentang faktor-faktor
penyebab meningkatnya nilai Hb di darah, sehingga
fokus penelitian pada kebutuhan gizi anak muda dengan
memberikan minuman kacang hijau kepada mahasiswa,
karena kacang hijau memiliki zat besi yang dapat meningkat
kadar Hemoglobin pada darah. 9
53
Absorbsi zat besi non-heme dapat ditingkatkan dengan
Vitamin C sehingga mencapai empat kali lipat. Adapun
beberapa bahan misalnya asam tartrat, suksinat, laktat,
malat, dan sitrat dapat menaikkan absorbsi zat besi non-
heme dalam keadaan tertentu. Faktor reduksi terdapat pada
vitamin C yang berguna untuk menaikkan penyerapan zat
besi dengan cara mereduksi besi ferri menjadi besi ferro
untuk meningkatkan penyerapan zat besi. 12
2. Pisang Ambon
54
pada tubuh. Pemenuhan kebutuhan zat gizi cukup dengan
mengkonsumsi buah pisang per hari untuk penderita anemia.
Salah satu gejala kehamilan seperti kram kaki merupakan
gejala rasa nyeri yang cukup mengganggu tetapi dengan
mengkonsumsi asupan kalium dapat meredakan kram
kaki. Ibu hamil dapat menangani penyakit anemia dengan
mengkonsumsi dua buah pisang per hari. Peningkatan
kadar hemoglobin dengan 2 jenis pangan ini dinilai cukup
berhasil bagi ibu hamil. Peningkatan hemoglobin dapat
berhasil dengan menilai pangan yang mana lebih efektif
terutama ibu hamil trimester kedua dan ketiga, penilaian
tersebut membutuhkan penelitian yang lebih jauh.13
55
Tabel 3.4 Kandungan Pisang Ambon
3. Ubi Jalar
56
ungu merupakan cara terbaik dalam menjaga kandungan
gizi dibandingkan pengolahan lainnya. Kandung 1,1%
serat, 150,7 mg antosianin, 0,4% gula reduksi, 18,2%, zat
besi 0,70 mg, vitamin C 20,1 mg, dan pati, 0,6% protein
terdapat pada ubi jalar varietas abtin-3. 13
4. Bayam Merah
57
diantaranya 2,2 gram protein, 0,8 gram lemak, 6,8 gram
karbohidrat, 7 mg besi, dan 62 gram vitamin C. Protein
kompleks dan besi adalah pembentukan feritin dari
gabungan zat besi dan molekul protein di dalam tubuh.
Transferin terbentuk dari gabungan zat besi dan protein.
Fungsi transferin yaitu mengangkut zat besi ke dalam darah,
sedangkan fungsi ferritin terdapat pada sel mukosa usus
halus. Peningkatan hemopoesis dan rendahnya simpanan zat
besi berhubungan dengan kekurangan zat besi. Kekurangan
asupan protein menyebabkan transportasi zat besi terhambat
yang dapat memicu terjadinya kekurangan zat besi. 12
5. Jambu Biji
58
askorbat yaitu 86 gram air, 25 SI vitamin A, 0,05 mg
vitamin B1, 28 mg fosfor, 14 mg kalsium, 1,1 mg besi, 12,2
gram karbohidrat, 0,3 gram lemak, 0,9 gram protein, dan 49
kalori. Berdasarkan analisis Rahmi, peningkatan kadar Hb
sebanyak 1,78 g/dl.10 dengan mengkonsumsi rumput laut
selama 1 minggu. Beberapa komposisi gizi yang ada pada
rumput laut diantaranya kadar abu (mineral dan unsur Ca,
P, dan Fe), kadar protein, vitamin C dan A, kadar alginate,
dan kadar lemak. 12
6. Buah Bit
59
memiliki vitamin A dan B, sehingga penderita darah rendah
dianjurkan untuk mengonsumsi buah bit dalam jumlah
yang banyak. Adapun manfaat senyawa kimia yang ada
pada buah bit dengan kandungan yang ada di dalamnya
seperti mengatasi anemia, anti kanker, memaksimalkan
perkembangan otak bayi, melegakan pernafasan, dan
pembersih darah. 14
7. Bayam
60
Salah satu sayuran yang memiliki kadar tinggi
sekitar 2,8 gram/ 100 gr bahan adalah sayuran bayam
merah. Beberapa fungsi yang ada pada bayam di antaranya
menurunkan kolesterol dalam darah, menurunkan berat
badan, menurunkan resiko serangan kanker, mencegah
terjadinya anemia, dan diabetes mellitus. Kandungan zat
besi pada bayam yang relatif tinggi daripada sayur lainnya
dipercaya dapat menaikkan kadar Hb. 8
61
02 gram, protein 1 gram, kalsium 33 miligram, fosfor 35
miligram, besi 0,66 miligram, vitamin B 0,6 miligram,
vitamin C 1,9 miligram, air 88,2 gram, serta vitamin A
835 satuan internasional per 100 gram. Pada ibu hamil,
mendapatkan asupan kacang panjang sangat bermanfaat
untuk mencegah atau mengobati anemia. Hal ini disebabkan
tingginya kandungan besi kacang panjang sebanyak 6,2
mg per 100gram dan tingkat penyerapan sebanyak 17,4%
kacang panjang segar. 14
Tabel 3.7 Kandungan Wortel
62
9. Daun Singkong
63
mg/dl zat besi terkandung pada buah kurma yang dapat
mengobati penyakit anemia dan tubuh membutuhkan
vitamin B dan A yang bermanfaat untuk memproduksi Hb
di sumsum tulang belakang. Hasil penelitian menyatakan
bahwa peningkatan kadar hemoglobin hanya dengan
mengkonsumsi kurma 7 butir dalam waktu 1 minggu secara
berturut-turut dapat meningkat kadar Hb sebanyak 1,2 gr/
dl. 8
64
Tabel 3.8 Kandungan Kurma
65
66
BAB 4 FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP ANEMIA
A. Sosiodemografi
67
dalam tubuh, sehingga pola makan ibu tidak dapat tercukupi
sehingga menyebabkan anemia. 16
B. Lingkungan Pertanian
68
Para petani dan masyarakat mengkonsumsi beras
bila menggunakan pestisida secara berlebihan dapat
menimbulkan komplikasi kesehatan. Sebagian besar
pestisida digunakan dalam hortikultura. Hortikultura
berasal dari kata latin Hortus (tanaman kebun) dan Cultura
(budidaya) dan diartikan sebagai budidaya tanaman
pekarangan. Hortikultura meliputi penaburan, penanaman,
pemanenan, kultur jaringan, pengepakan dan transportasi.
Berbeda dengan agronomi, hortikultura hanya menanam
buah-buahan, sayuran, bunga, dan tumbuhan. 17
69
Akibat dari keracunan pestisida dapat terhindari
jika pestisida ditangani dengan baik pada setiap tahap
pekerjaan, yaitu pada setiap tahapan pekerjaan. mengikuti
pedoman dan peraturan yang berlaku untuk penanganan
pestisida. Pestisida adalah zat beracun yang berdampak
negatif pada individu dan makhluk hidup lainnya, tetapi
dapat digunakan dengan aman. Oleh karena itu, penting
bagi penyemprot untuk mengetahui jenis dan bahan aktif
pestisida serta pengelolaannya. 17
C. Polusi Udara
Penyebab sumber utama pencemaran udara di
perkotaan adalah kendaraan motor. Hal ini menempatkan
pekerja pada risiko tinggi terkena, karbon monoksida
(CO), nitrogen oksida (NOx), timbal (Pb), hidrokarbon
(HC), karbon dioksida (CO), sulfur dioksida (SO2)
yang terdapat pada asap kendaraan bermotor. Kadar Hb
dapat mempengaruhi zat toksin sebab kadar Hemoglobin
70
berfungsi mengantar oksigen ke seluruh tubuh yang mana
asap dari kendaraan bermotor dihirup melalui alveoli,
bronchioles, bronchi, trachea, larynx, pharynx, dan nasal
passages, pertukaran darah dan gas terjadi melalui proses
alveoli yang berguna untuk mengikat hemoglobin dan
didistribusikan ke seluruh tubuh. 18
71
Timbal (Pb) pada knalpot kendaraan menyebar ke
udara dan terhirup oleh orang-orang yang mengendarai
kendaraan di jalan raya dengan jangka waktu yang lama.
Di udara, timbal (Pb) mengikat sel darah merah yang dapat
mencegah proses pembentukan Hb. 18
72
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan
73
Buku ini berisi panduan dalam pemberian edukasi
khususnya terkait dengan anemia yang akan disampaikan
oleh tenaga kesehatan khususnya calon tenaga kesehatan
kebidanan. Buku ini berisi rekomendasi tentang upaya
pencegahan anemia di Indonesia.
B. Saran
74
DAFTAR PUSTAKA
Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan Tatalaksana
Anemia Defisiensi Besi. J Major. 2022;2(1):49–56.
75
Agustina N, Norfai N. Paparan Pestisida terhadap Kejadian
Anemia pada Petani Hortikultura. Maj Kedokt
Bandung. 2018;50(4):215–21.
76
Pekalongan dr Onny Setiani B, Magister Kesehatan
Lingkungan UNDIP Drdr Sri Achadi Nugraheni P,
Kesehatan Masyarakat UNDIP F. Faktor-faktor yang
Terkait Paparan Pestisida dan Hubungannya dengan
Kejadian Anemia pada Petani Hortikultura di Desa
Gombong Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang
Jawa Tengah Factors Related to Pesticides Exposure
and Anemia on Horticultural Farmers In Gombong
Village Belik Sub District Pemalang Central Java.
2013;12(2).
77
78