Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP

ANEMIA PADA MAHASISWA

Oleh :

1. Marjan

2. Aqilah Zalsabilla Marzuki

3. Assyifa Irasuliyah Intang

4. Nazhwa Aulia Rizky Zainal

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


y a n g t e l a h memberikan rahmat, hidayah serta karunianya sehingga
akhirnya kami dapat menyalesaikan makalah yang berjudul “Hubungan
Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Anemia Pada Mahasiswa”

Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak


yang telah memberikan kami bantuan dan berkontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh
yang telah memberikan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun


pengalaman kami, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan
kalimat ataupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan angan yang
terbuka kami sangat menerima segala saran ataupun kritikan dari
pembaca, untuk kesempurnaan makalah kami berikutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk para pembaca.

Makassar, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6

A. Definisi....................................................................................................6
B. Faktor Penyebab Anemia........................................................................6
C. Pengetahuan.............................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN................................................................8

A. Jenis Dan Desain Penelitian....................................................................8


B. Tempat Dan Waktu Penelitian.................................................................8
C. Populasi Dan Sampel ..............................................................................8
D. Teknik Pengambilan Sampel...................................................................9
E. Prosedur Penelitian..................................................................................9
F. Sumber Data............................................................................................9
G. Pengolahan Data......................................................................................9
H. Analisis Data...........................................................................................9

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN................................................................11

A. Gambaran Karakteristik Responden......................................................11


B. Hasil Penelitian......................................................................................14

BAB V PENUTUP............................................................................................15

A. Kesimpulan............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

WHO menyebutkan secara global prevalensi kejadian anemia pada


perempuan usia 15 tahun ke atas sebesar 28%. Asia Tenggara menjadi
wilayah dengan prevalensi kejadian anemia tertinggi yaitu 42%.
Prevalensi kejadian anemia pada perempuan usia 15 tahun ke atas di
Indonesia sebesar 23%, angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan negara tetangga terdekat, yaitu Malaysia (21%) dan Singapore
(22%). Angka tersebut juga masih jauh dari angka minimum prevalensi
anemia global pada perempuan usia 15 tahun ke atas (12%). Prevalensi
anemia diantara anak umur 5-12 di Indonesia adalah 26%, pada wanita
umur 13-18 yaitu 23%. Sedangkan Prevalensi anemia pada rentang usia
15-24 tahun berdasarkan Riskesdas tahun 2018 adalah 32%
Wanita berusia antara 10 dan 19 tahun memiliki prevalensi anemia
tertinggi, menurut data Kementerian Kesehatan RI. Gadis remaja lebih
mungkin mengalami anemia daripada anak laki-laki. Anemia, yang
sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi, dialami sekitar 12%
remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan di Indonesia
Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) di
dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang menurut
umur dan jenis kelamin, pada wanita remaja hemoglobin normal adalah
12-15 g/dl dan pria remaja 13-17 g/dl. Hematokrit, hemoglobin, dan
jumlah eritrosit di bawah normal pada dasarnya merupakan satu-satunya
indikator anemia
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat – zat nutrisi.
Penyebab mendasar anemia nitrisional meliputi asupan yang tidak cukup,
absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, dan
kebutuhan yang berlebihan. Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi
yang paling sering ditemukan baik di negara maju maupun di negara
berkembang.
Kelesuan, kelemahan, kelelahan, dan kurang perhatian (5L) adalah
gejala anemia yang juga bisa disertai dengan sakit kepala, pusing ("kepala
berputar"), mata mengambang, refleks lamban, dan kesulitan
berkonsentrasi. Pucat pada pipi, kelopak mata, bibir, kulit, kuku, dan
telapak tangan merupakan tanda klinis anemia.Wanita muda yang
menderita anemia dapat mengalami berbagai dampak negatif, seperti
penurunan kekebalan tubuh, yang membuat mereka lebih rentan terhadap
penyakit menular, penurunan kebugaran dan ketajaman mental akibat
kekurangan oksigen ke otot dan otak, serta penurunan prestasi akademik
dan produktivitas di sekolah. bekerja atau dalam pengaturan lain. Efek
anemia pada remaja putri bertahan hingga mereka hamil, yang dapat
meningkatkan risiko pertumbuhan janin terbatas (IUGR), kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan gangguan perkembangan
pada anak, seperti stunting dan gangguan neurokognitif. Anemia juga
dapat menyebabkan perdarahan sebelum dan saat persalinan,
membahayakan keselamatan ibu dan anak, serta mengakibatkan bayi
dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan mengalami anemia di
kemudian hari.
Dengan komitmen untuk menurunkan prevalensi anemia di WUS
hingga setengahnya (50%) pada tahun 2025, pedoman Rencana aksi gizi
ibu, bayi, dan anak serta target global telah disetujui oleh WHO selama
World Health Assembly (WHA) ke-65. Pemerintah Indonesia
melaksanakan anjuran tersebut dengan mempertegas pendistribusian
Tablet Tambahan Darah melalui lembaga pendidikan guna
mengintensifkan pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja
putri dan WUS.Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-
2019 menargetkan cakupan pemberian Tablet Tambah Darah pada remaja
putri secara bertahap dari 10% (2015) hingga mencapai 30% (2019).
Diharapkan sektor terkait ditingkat pusat dan daerah mengadakan Tablet
Tambah Darah secara mandiri sehingga intervensi efektif dengan cakupan
yang dapat dicapai hingga 90%

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan umum untuk mengenalisis hubungan antara pengetahuan dan
sikap mengenai anemia dengan asupan zat besi pada mahasiswa
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis karateristik berdasarkan umur dan jenis
kelamin
2. Untuk menganalisis hubungan analisis pengetahuan dan sikap
anemia
3. Untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan dan anemia
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar haemoglobin (Hb)


dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin adalah salah satu komponen
dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan untuk
melakukan fungsinya. Kekurangan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan
kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Anemia disebabkan oleh rendahnya
jumah sel darah merah akibat kekurangan zat besi, asam folat, atau vitamin B12.
Sebagai upaya pencegahannya dpat mengoptimalkan konsumsi makanan-makanan
yang mengandung nutrisi tersebut. Anemia merupakan gangguan darah atau
kelainan hematologic yang terjadi ketika kadar haemoglobin (bagian utama dari
sel darah merah yang mengikat oksigen) berada dibawah normal.

B. FAKTOR PENYEBAB ANEMIA

Tiga factor yang menyebabkan terjadinya anemia yaitu, kehilangan darah


karena pendarahan akut atau kronis. Pengrusakan sel darah merah, dan produksi
sel darah yang tidak cukup banyak. Penyebab utama anemia adalah berkurangnya
kadar haemoglobin dalam darah atau terjadinya gangguan dalam pembentukan sel
darah merah dalam tubuh. Berkurangnya sel darah merah secara signifikan dapat
disebabkan oleh terjadinya pendarahan atau hancurnya sel darah merah yang
berlebihan adapun penyebab anemia antara lain:

1. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan tentang pentingnya zat besi juga bagaimana
pencegahan anemia tentu sangat berpengaruh. Pengetahuan ini dapat
membanu keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai
keyakinan tersebut. Pada beberapa penelitian terkait anemia ditemukan
pula pada mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait
anemia.
2. Kurangya asupan zat besi
Penyebab lain dari anemia adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailibilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang mana berlawanan
dengan tingginya zat besi di masa remaja.

3. Status gizi
Mahasiswa dengan status gizi kurus mempunyai resiko mengalami anemia
1,5 kali di bandingkan mahasiswa dengan status gizi normal.status gizi
normal dan lebih merupakan protektif anemia.

C. PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebgaian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga.

1. Factor-faktor yang mrmprngaruhi pengetahuan


a. Pendidikan Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima
informasi.
b. Media massa atau informasi Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan
jangka pendek selungga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan.
c. Sosial budaya dan ekonomi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Umur Faktor-faktor yang mempengaruhi


2. Jenis Kelamin terjadinya anemia :

1. Tingkat Pengetahuan
2. Sikap

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yan terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 2002;64).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1 Hipotesis mayor
Ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada
Mahasiswa/I di Universitas yang ada di Makassar
Hipotesis minor
1. Ada hubungan antara umur dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya anemia pada mahasiswa/I di Universitas yang ada di Makassar
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada mahasiswa/I di Universitas yang
ada di Makassar
3. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap pada mahasiswa/I di
Universitas yang ada di Makassar.
C. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional analitik
yaitu menggambarkan dan menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas yang ada di Makassar
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Oktober

E. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan objek atau dalam hal ini individu yang
sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/I yang ada di
Makassar yang berjumlah 100 mahasiswa/i.
2. Sampel
Adapun sampel bagian yang diambil dari populasi, sampel dalam penelitian ini di
hitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
N
n= 2
1+ Ne
100
n= 2
1+100 (0.10)
100
n=
1+1
100
n=
2
n=50Mahasiswa/i
Keterangan:
n: Jumlah Sample
N: Jumlah Populasi
e: Toleransi eror
Sampel dalam penelitian ini minimal 50 mahasiswa/i di Universitas yang ada di
Makassar
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian yaitu TeknikSampling yang
digunakan adalah Random Sampling. Random sampling adalah adalah teknik
penentuan sampel secara acak bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sugiyono, 2017)

E. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut
a) Menyiapkan perlengkapan pengumpulan data
b) Menjelaskan maksud dan tujuan.
c) Meminta persetujuan responden, Setelah mendapat persetujuan kemudian
peniliti memberikan lembar kuesioner kepada responden yang berkaitan
dengan Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia gizi pada mahasiswa/I
yang ada di Makassar.
F. Sumber Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung terhadap
objek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner)
yang telah dibuat berdasarkan tujuan penelitian, kemudian pertanyaan tersebut
ditanyakan kepada responden
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data monografi Universitas yang
ada di Makassar
G. Pengolahan Data
data yang diperoleh dari data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
computer dan menggunakan program SPSS
H. Analisis Data
Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan
program komputer.
a. Analisis Unvariat
Analisis Univariat bertujuan untuk melanjutkan ataumendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2012).
b. Analisis Bivariat
Setelah diketahui masing-masing variabel, dapat diteruskan analisis lebih lanjut,
tujuannya untuk diagnosis data dan melakukan uji hipotesis untuk maksud
tersebut uji statistik yangdigunakan yaitu Rank Spearman. Untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh antara dua variabel berskala ordinal.
Analisismenggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service
Solutions) versi 27.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Analisis Univariat
a. Karekteristik Responden
Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan/uang saku responden.
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Reponden
Karakteristik Responden frekuensi %
Usia 17 – 25 tahun 94 94
(Kelompok Usia
Muda)
26 – 35 tahun 6 6
(Kelompok Usia
Tua)
Total 100 100
Jenis Kelamin Laki – laki 6 6
Perempuan 94 94
Total 100 100
Pendidikan SMA 79 79
SMK 5 5
D3 2 2
S1 14 14
Total 100 100
Pekerjaan Pelajar/ 92 92
Mahasiswa
Freelance 2 2
Pegawai Swasta 3 3
PNS 3 3
Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah terbanyak pada


kelompok umur 17-25 tahun sebesar 94 %. Jenis kelamin responden terbanyak
yaitu jenis kelamin perempuan sebesar 94 %. Pendidikan terakhir responden
terbanyak pada jenjang pendidikan SMA sebesar 79%. Pekerjaan reponden
terbanyak sebagai pelajar/mahasiswa sebesar 92%.
b. Variabel yang diteliti
1. Variabel Pengetahuan
1) Berdasarkan jawaban responden terkait anemia merupakan suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal
Tabel 4.2
Distribusi jawaban responden terkait anemia merupakan suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai
normal
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 99 99
2 Tidak 1 1
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 99 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 1 % terkait anemia merupakan suatu keadaan dengan
kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal.

2) Berdasarkan jawaban responden terkait buah naga tidak dapat


mengatasi anemia pada ibu hamil
Tabel 4.3
Distribusi jawaban responden terkait buah naga tidak dapat
mengatasi anemia pada ibu hamil
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 52 52
2 Tidak 48 48
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 52 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 48 % terkait buah naga tidak dapat mengatasi anemia
pada ibu hamil

3) Berdasarkan jawaban responden terkait Tanda-tanda dan gejala


anemia yang dapat dilihat adalah Lelah, letih, lemas, lalai, dan lungkai
Tabel 4.4
Distribusi jawaban responden terkait Tanda-tanda dan gejala
anemia yang dapat dilihat adalah Lelah, letih, lemas, lalai, dan
lungkai
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 95 95
2 Tidak 5 5
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 95 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 5 % terkait tanda-tanda dan gejala anemia yang dapat
dilihat adalah lelah, letih, lemas, lalai, dan lungkai

4) Berdasarkan jawaban responden terkait Malnutrisi atau gizi buruk


adalah penyebab anemia nomor satu di indonesia karena asupan zat
besi yang masih kurang dan asupan nabati dan hewani
Tabel 4.5
Distribusi jawaban responden terkait Malnutrisi atau gizi buruk
adalah penyebab anemia nomor satu di indonesia karena asupan
zat besi yang masih kurang dan asupan nabati dan hewani
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 89 89
2 Tidak 11 11
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 89 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 11 % terkait malnutrisi atau gizi buruk adalah penyebab
anemia nomor satu di indonesia karena asupan zat besi yang masih
kurang dan asupan nabati dan hewani

5) Berdasarkan jawaban responden terkait Kelopak mata, bibir, lidah,


kulit, kuku dan telapak tangan nampak pucat merupakan salah satu
tanda-tanda dari anemia
Tabel 4.6
Distribusi jawaban responden terkait Kelopak mata, bibir, lidah,
kulit, kuku , dan telapak tangan nampak pucat merupakan salah
satu tanda-tanda dari anemia
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 91 91
2 Tidak 9 9
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 91 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 9 % terkait kelopak mata, bibir, lidah, kulit, kuku , dan
telapak tangan nampak pucat merupakan salah satu tanda-tanda dari
anemia

6) Berdasarkan jawaban responden terkait Minum teh atau kopi terlalu


banyak bagi orang penderita anemia sangat baik
Tabel 4.7
Distribusi jawaban responden terkait Minum teh atau kopi
terlalu banyak bagi orang penderita anemia sangat baik
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 26 26
2 Tidak 74 74
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab tidak sebesar 74 % dan paling sedikit menjawab
benar sebesar 26 % terkait minum teh atau kopi terlalu banyak bagi
orang penderita anemia sangat baik

7) Berdasarkan jawaban responden terkait Pengobatan anemia mungkin


memerlukan perubahan dalam gaya hidup, seperti mengonsumsi
makanan sehat dan suplemen penambah dara atau menghindari faktor-
faktor yang memperburuk kondisi
Tabel 4.8
Distribusi jawaban responden terkait Pengobatan anemia
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, seperti
mengonsumsi makanan sehat dan suplemen penambah dara atau
menghindari faktor-faktor yang memperburuk kondisi
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 92 92
2 Tidak 8 8
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 92 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 26 % terkait pengobatan anemia mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan sehat
dan suplemen penambah dara atau menghindari faktor-faktor yang
memperburuk kondisi.

8) Berdasarkan jawaban responden terkait Tablet penambah darah harus


diminum sebelum makan
Tabel 4.9
Distribusi jawaban responden terkait Tablet penambah darah
harus diminum sebelum makan
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 52 52
2 Tidak 48 48
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 52 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 48 % terkait tablet penambah darah harus diminum
sebelum makan

9) Berdasarkan jawaban responden terkait Anemia pada remaja


menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
Tabel 4.10
Distribusi jawaban responden terkait Anemia pada remaja
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 94 94
2 Tidak 6 6
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 94 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 6 % terkait anemia pada remaja menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh
10) Berdasarkan jawaban responden terkait Kehilangan darah pada
wanita remaja dalam jumlah banyak bisa terjadi akibat dari
menstruasi

Tabel 4.11
Distribusi jawaban responden terkait Kehilangan darah pada
wanita remaja dalam jumlah banyak bisa terjadi akibat dari
menstruasi
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 89 89
2 Tidak 11 11
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 89 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 11 % terkait kehilangan darah pada wanita remaja dalam
jumlah banyak bisa terjadi akibat dari menstruasi

11) Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada faktor-faktor


yang mempengaruhi terjadinya anemia pada mahasiswa/i di Kota
Makassar
Tabel 4.12
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada
mahasiswa/i di Kota Makassar
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Kurang 11 11
2 Cukup 89 89
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden dengan
tingkat pengetahun terbanyak adalah pengetahuan cukup sebesar 89 %
dan paling sedikit dengan tingkat pengetahuan kurang sebesar 11 %.

2. Variabel Sikap
1) Berdasarkan jawaban responden terkait Remaja perlu mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi
Tabel 4.13
Distribusi jawaban responden terkait Remaja perlu
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 62 62
2 Setuju 27 27
3 Ragu-ragu/netral 7 7
4 Tidak setuju 27 27
5 Sangat Tidak Setuju 2 2
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab sangat setuju sebesar 62 % dan paling sedikit
menjawab sangat tidak setuju sebesar 2 % terkait remaja perlu
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi

2) Berdasarkan jawaban responden terkait Tidak perlu makan sayu-


sayuran hijau
Tabel 4.14
Distribusi jawaban responden terkait Tidak perlu makan sayu-
sayuran hijau
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 9 9
2 Setuju 7 7
3 Ragu-ragu/netral 5 5
4 Tidak setuju 13 13
5 Sangat Tidak Setuju 66 66
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab sangat tidak setuju sebesar 66 % dan paling sedikit
menjawab sangat setuju sebesar 9 % terkait tidak perlu makan sayu-
sayuran hijau

3) Berdasarkan jawaban responden terkait Makan pagi bermanfaat bagi


setiap orang
Tabel 4.15
Distribusi jawaban responden terkait Makan pagi bermanfaat
bagi setiap orang
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 60 60
2 Setuju 21 21
3 Ragu-ragu/netral 15 15
4 Tidak setuju 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 2 2
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan responden paling banyak


menjawab sangat setuju sebesar 60 % dan paling sedikit menjawab
sangat tidak setuju sebesar 2 % terkait makan pagi bermanfaat bagi
setiap orang.

4) Berdasarkan jawaban responden terkait Perlunya mengonsumsi


daging
Tabel 4.16
Distribusi jawaban responden terkait Perlunya mengonsumsi
daging
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 39 39
2 Setuju 38 38
3 Ragu-ragu/netral 18 18
4 Tidak setuju 3 3
5 Sangat Tidak Setuju 2 2
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa responden paling


banyak menjawab sangat setuju sebesar 39 % dan paling sedikit
menjawab sangat tidak setuju sebesar 2 % terkait perlunya
mengonsumsi daging.

5) Berdasarkan jawaban responden terkait Perlunya mengonsumsi tablet


penambah darah/minggu satu kali
Tabel 4.17
Distribusi jawaban responden terkait Perlunya mengonsumsi
tablet penambah darah/minggu satu kali
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 37 37
2 Setuju 23 23
3 Ragu-ragu/netral 32 32
4 Tidak setuju 7 7
5 Sangat Tidak Setuju 1 1
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan bahwa responden paling


banyak menjawab sangat setuju sebesar 37 % dan paling sedikit
menjawab sangat tidak setuju sebesar 1 % terkait Perlunya
mengonsumsi tablet penambah darah/minggu satu kali.

6) Berdasarkan jawaban responden terkait anemia dapat menjadi masalah


kesehatan
Tabel 4.18
Distribusi jawaban responden terkait anemia dapat menjadi
masalah kesehatan
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 64 64
2 Setuju 19 19
3 Ragu-ragu/netral 12 12
4 Tidak setuju 3 3
5 Sangat Tidak Setuju 2 2
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden paling


banyak menjawab sangat setuju sebesar 64 % dan paling sedikit
menjawab sangat tidak setuju sebesar 2 % terkait anemia dapat
menjadi masalah kesehatan

7) Berdasarkan jawaban responden terkait Jika kita sudah menemukan


gejala anemia maka diamkan saja
Tabel 4.19
Distribusi jawaban responden terkait jika kita sudah menemukan
gejala anemia maka diamkan saja
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 8 8
2 Setuju 8 8
3 Ragu-ragu/netral 10 10
4 Tidak setuju 7 7
5 Sangat Tidak Setuju 67 67
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa responden paling


banyak menjawab sangat tidak setuju sebesar 67 % dan paling sedikit
menjawab sangat setuju dan setuju sebesar 8 % terkait jika kita sudah
menemukan gejala anemia maka diamkan saja
8) Berdasarkan jawaban responden terkait Merasa khawatir jika terkena
anemia
Tabel 4.20
Distribusi jawaban responden terkait Merasa khawatir jika
terkena anemia
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 34 34
2 Setuju 26 26
3 Ragu-ragu/netral 24 24
4 Tidak setuju 12 12
5 Sangat Tidak Setuju 4 4
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa responden paling


banyak menjawab sangat setuju sebesar 34 % dan paling sedikit
menjawab sangat tidak setuju sebesar 4 % terkait merasa khawatir jika
terkena anemia

9) Berdasarkan jawaban responden terkait Tidak merasa perlu untuk


mendapatkan informasi mengenai anemia
Tabel 4.21
Distribusi jawaban responden terkait Tidak merasa perlu untuk
mendapatkan informasi mengenai anemia
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 6 6
2 Setuju 10 10
3 Ragu-ragu/netral 7 7
4 Tidak setuju 23 23
5 Sangat Tidak Setuju 54 54
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.21 menunjukkan bahwa responden paling


banyak menjawab sangat tidak setuju sebesar 54 % dan paling sedikit
menjawab sangat setuju sebesar 6 % terkait tidak merasa perlu untuk
mendapatkan informasi mengenai anemia

10) Berdasarkan jawaban responden terkait anemia bisa mengganggu


kondisi belajar

Tabel 4.22
Distribusi jawaban responden terkait anemia bisa mengganggu
kondisi belajar
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 59 59
2 Setuju 18 18
3 Ragu-ragu/netral 17 17
4 Tidak setuju 3 3
5 Sangat Tidak Setuju 3 3
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.22 menunjukkan bahwa responden paling


banyak menjawab sangat setuju sebesar 59 % dan paling sedikit
menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju sebesar 3 % terkait
anemia bisa mengganggu kondisi belajar

11) Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pada faktor-faktor yang


mempengaruhi terjadinya anemia pada mahasiswa/i di Kota Makassar
Tabel 4.23
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pada faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya anemia pada mahasiswa/i di
Kota Makassar
No Sikap Frekuensi %
1 Positif 93 93
2 Negatif 7 7
Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.23 menunjukkan bahwa responden dengan


tingkat pengetahun terbanyak adalah sikap positif sebesar 93 % dan
paling sedikit dengan tingkap sikap negatif sebesar 7 %.

2. Analisis Bivariat
a) Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Jenis Kelamin pada
Mahasiswa/i di Kota Makassar
Tabel 4.24
Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Jenis Kelamin pada
Mahasiswa/i di Kota Makassar

Jenis Pengetahuan Anemia Total P


Kelamin Baik Kurang Value
f % F % f %
Laki-laki 4 66.7 2 33.3 6 100 0. 129
Perempuan 85 90.4 9 9.6 94 100
89 89 11 11 100 100

Berdasarkan tabel 4.24 menunjukkan bahwa mahasiswa berjenis kelamin


perempuan memiliki pengetahuan baik mengenai anemia sebesar (90.4 %)
sedangkan mahasiswa berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan kurang
mengenai anemia sebesar (9.6%).
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square diperoleh
p-value 0.129 > 0.05 sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
pengetahuan mengenai anemia di kota Makassar.
b) Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Umur pada Mahasiswa/I
di Kota Makassar
Tabel 4.25
Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Umur pada
Mahasiswa/i di Kota Makassar

Umur Pengetahuan Anemia Total P


Baik Kurang Value
f % f % f %
17 - 25 83 88.3 11 11.7 94 100 0. 487
tahun
26 - 35 6 100 0 0 6 100
tahun
89 89 11 11 100 100

Berdasarkan tabel 4.25 menunjukkan bahwa mahasiswa berusia 17-25


tahun memiliki pengetahuan baik mengenai anemia sebesar (83 %) sedangkan
mahasiswa berusia 17-25 tahun memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia
sebesar (6%).
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square diperoleh
p-value 0.487 > 0.05 sehingga tidak ada hubungan antara umur dengan
pengetahuan mengenai anemia di kota Makassar.

c) Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang anemia pada Mahasiswa/i


di Kota Makassar
Tabel 4.26
Hubungan Pengetahuan dan sikap tentang anemia pada Mahasiswa/i
di Kota Makassar

Pengetahua Sikap Total P


n Negatif Positif Value
f % f % f %
Kurang 3 27.3 8 72.7 11 100 0. 028
Cukup 4 4.5 85 95.5 89 100
7 7 93 93 100 100

Berdasarkan tabel 4.26 menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki sikap positif


dan memiliki pengetahuan cukup mengenai anemia sebesar (95.5 %) sedangkan
mahasiswa memilki sikap negatif dan memiliki pengetahuan kurang mengenai
anemia sebesar (27.3%).
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square diperoleh
p-value 0.028 < 0.05 sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
sikap mengenai anemia di kota Makassar.

d) Hubungan Sikap Tentang Anemia dengan Jenis Kelamin pada


Mahasiswa/i di Kota Makassar
Tabel 4.27
Hubungan Sikap Tentang Anemia dengan Jenis Kelamin pada
Mahasiswa/i di Kota Makassar

Jenis Sikap Anemia Total P


Kelamin Negatif Positif Value
f % f % f %
Laki-laki 0 0 6 100 6 100 0. 639
Perempuan 7 7.4 87 92.6 94 100
7 7 93 93 100 100

Berdasarkan tabel 4.27 menunjukkan bahwa mahasiswa berjenis kelamin


perempuan memiliki sikap positif mengenai anemia sebesar (92.6 %) sedangkan
mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki sikap negative mengenai
anemia sebesar (7.4%).
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square diperoleh
p-value 0.639 > 0.05 sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
sikap mengenai anemia di kota Makassar.
a) Hubungan Sikap Tentang Anemia dengan Umur pada Mahasiswa/I di
Kota Makassar

Tabel 4.28
Hubungan Sikap Tentang Anemia dengan Umur pada Mahasiswa/i di
Kota Makassar

Umur Sikap Anemia Total P


Positif Negatif Value
f % f % f %
17 - 25 87 92.6 7 7.4 94 100 0. 639
tahun
26 - 35 6 100 0 0 6 100
tahun
93 93 7 7 100 100

Berdasarkan tabel 4.28 menunjukkan bahwa mahasiswa berusia 17-25


tahun memiliki sikap positif mengenai anemia sebesar (92.6%) sedangkan
mahasiswa berusia 17-25 tahun memiliki sikap negatif mengenai anemia sebesar
(7.4%).
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square diperoleh
p-value 0.639 > 0.05 sehingga tidak ada hubungan antara umur dengan sikap
mengenai anemia di kota Makassar.

B. Pembahasan
Usia
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak menuju ke
masa dewasa. Pada masa remaja ini terjadi proses perkembangan fisik , psikologis
juga kognitif (Potter P.A., 2009). Proses pertumbuhan fisik, psikologis serta
kognitif pada remaja membutuhkan komponen nutrisi yang adekuat, salah satunya
adalah zat besi. Kualitas diet yang salah saat masa anak anak akan berdampak
pada masa remaja, karena kebutuhan zat besi yang semakin meningkat seiring
dengan perkembangan remaja yang mengalami pubertas (Shaka &
Wondimagegne, 2018). Tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi terutama zat besi
pada remaja ditunjang dengan kebiasaan makan yang salah, ataupun factor
perilaku seperti merokok berdampak terjadinya permasalahan kesehatan pada
fisik, psikologis juga dalam mengambil suatu keputusan. Berdasarkan tabel 4.1
menunjukkan perbandingan remaja akhir dengan rentang usia 17-25 tahun
sebanyak 94% dan dewasa dengan rentang usia 26-35 tahun sebanyak 6%.
Jenis Kelamin
Peningkatan kebutuhan zat besi memuncak seiring dengan terjadinya
pubertas pada remaja ditandai dengan terjadinya peningkatan volume total darah,
meningkatnya index massa tubuh dan juga terjadinya menstruasi , terutama pada
remaja putri (Beard, 2000). Kebutuhan zat besi terus meningkat setelah remaja
putri mengalami menstruasi. Jika kondisi menstruasi ini tidak diimbangi dengan
asupan diit yang cukup zat besi, maka remaja ini dapat lebih mudah mengalami
infeksi, mengalami masalah dalam beraktivitas seperti lemah, lesu dan terjadi
penurunan konsentrasi belajar. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
didapatkan data remaja laki-laki sebanyak 6% dan remaja perempuan sebanyak
94%.
Pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan pengetahuan anemia defisiensi zat
besi pada remaja dalam kategori baik sebanyak 99% dan kategori pengetahuan
kurang sebanyak 1%. Meskipun sebagian besar remaja memiliki pengetahuan baik
namun ditemukan banyak mahasiswa yang tidak mengetahui perilaku yang dapat
menyebabkan anemia dan tidak mengetahui anjuran meminum tablet tambah
darah. Hal tersebut didukung data remaja yang benar menjawab pertanyaan tablet
penambah darah harus diminum sebelum makan sebanyak 48% dan juga ada
againian mahasiswa tidak mengetahui makanan atau minuman yang dapat
menyebabkan anemia. Hal ini didukung data remaja yang salah menjawab
pertanyaan teh dan kopi sangat baik untuk penderita anemia sebanyak 26%.
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh (Jalambo et al., 2017) kepada 330 remaja
perempuan yang berusia 15 – 19 tahun di sekolah wilayah Gaza strip, Palestina.
Hasil penelitian tersebut adalah 84 % remaja tidak dapat mengetahui jika
seseorang terkena anemia; 81,3 % tidak menyadari bahaya kekurangan zat besi
pada wanita hamil; 91,6 % tidak mengetahui penyebab dari anemia defisiensi
besi; 81,7 % remaja biasa mengkonsumsi teh dan kopi sementara itu 43,5 % dari
mereka ini meminum teh dan kopi setiap hari serta sebanyak 56,5 % remaja
menganggap anemia bukanlah suatu kondisi yang serius. Kurangnya pengetahuan
remaja mengenai anemia ini akan mempengaruhi upaya dan manajemen remaja
dalam tindakan pencegahan anemia.
Hubungan usia dengan pengetahuan anemia
Tabel 4.6 didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara usia
dan pengetahuan anemia defisiensi zat besi dengan nilai P = 0. 487 (>0,05). Hal
ini didukung data, bahwa mahasiswa berusia 17-25 tahun memiliki pengetahuan
baik mengenai anemia sebesar (83 %) sedangkan mahasiswa berusia 17-25 tahun
memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia sebesar (6%).. Menurut penelitian
(Angadi & Ranjitha, 2016) didapatkan data siswi usia 11-15 tahun yang memiliki
pengetahuan anemia baik sebanyak 91%, sedangkan hasil penelitian (Mularsih,
2017) menunjukkan bahwa remaja putri usia 16-17 tahun memiliki pengetahuan
kurang sebanyak 65,6%. Dari kedua hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
usia tidak berhubungan secara signifikan terhadap pengetahuan remaja mengenai
anemia. Selain penelitian di atas, juga didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan kepada 31 santriwati di Surabaya. Hasil penelitian tersebut disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian anemia
pada santriwati Husasda, Surabaya (Priyanto, 2018)
Menurut peneliti tidak adanya hubungan antara usia dan pengetahuan
remaja tentang anemia karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
pengetahuan seperti minat dan pengalaman. Jika seseorang memiliki usia lebih tua
namun tidak ada minat untuk menambah pengetahuannya maka pengetahuannya
tidak bertambah. Pengalaman juga dapat dijadikan sebagai pengetahuan,
dibuktikan dengan seseorang yang menderita anemia biasanya akan memiliki
pengetahuan yang lebih baik. Hal lain yang juga berpengaruh yaitu remaja
memiliki tingkat kognitif yang masih abstrak, masih labil dan hanya merasakan
hal-hal yang menyenangkan saja. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran remaja
akan kesehatannya masih kurang.
Hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan anemia
Tabel 4.5 didapatkan hasil tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan
pengetahuan anemia defisiensi zat besi dengan P value=0,129 (<0,05). Namun
berdasarkan data mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan
baik mengenai anemia sebesar (90.4 %) sedangkan mahasiswa berjenis kelamin
laki-laki memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia sebesar (9.6%). Hal ini
sejalan dengan penelitian (Angadi & Ranjitha, 2016) yang menyampaikan bahwa
remaja perempuan sebagian besar 73% menyadari bahwa anemia merupakan
masalah kesehatan yang sering mereka alami. (Septiani & Ervina, 2015)
menyampaikan bahwa setiap jenis kelamin baik perempuan ataupun laki-laki
memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi
oleh kepribadian seseorang, pergaulan dengan teman sebaya dan pengalaman.
Selain itu perempuan mengalami kehilangan darah setiap bulan melalui
menstruasi sedangkan laki-laki tidak mengalami. Menstruasi yang terjadi pada
remaja perempuan dapat menyebabkan kehilangan zat besi. Banyaknya jumlah zat
besi yang keluar dipengaruhi oleh lama menstruasi dan jumlah darah yang keluar
saat menstruasi. Seorang perempuan dapat memperhatikan lama dan jumlah darah
yang keluar saat menstruasi, apabila terjadi hal yang tidak wajar, maka para
remaja dapat mencari informasi melalui media online, keluarga/orang terdekat dan
juga petugas kesehatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap anemia pada
mahasiswa. Tetapi diharapkan agar mahasiswa/i dapat meningkatkan
konsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti, daging ayam, daging sapi,
ikan segar, hati ayam, dan hati sapi selain itu diharapkan untuk dapat
meningkatkan konsumsi makanan lainnya seperti, telur ayam, susu, tempe,
tahu, kacang hijau, bayam, kangkung, sawi, daun singkong, kacang
panjang, wortel, buncis, dan tomat), serta diiringi dengan mengkonsumsi
makanan sumber vitamin C (jeruk manis, mangga, pepaya, jambu biji,
nenas, semangka, melon). Hal tersebut agar mengurangi risiko terjadinya
anemia pada mahasiswa/i
DAFTAR PUSTAKA
Angadi, N., & Ranjitha, A. (2016). Knowledge, attitude, and practice about
anemia among adolescent girls in urban slums of Davangere City, Karnataka.
Int J Med Sci Public Health, 5(3), 416–419.
Beard, J. L. (2000). Iron requirements in adolescent females. The Journal of
Nutrition, 130(2), 440S-442S.
Jalambo, M. O., Naser, I. A., Sharif, R., & Karim, N. A. (2017). Knowledge,
attitude and practices of iron deficient and iron deficient anaemic adolescents
in the Gaza Strip, Palestine. Asian Journal of Clinical Nutrition, 9(1), 51–56.
Mularsih, S. (2017). Hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan
perilaku pencegahan anemia pada saat menstruasi di SMK Nusa Bhakti Kota
Semarang. Jurnal Kebidanan, 6(2), 80–85.
Potter P.A., & P. A. G. (2009). No Title. In Fundamental Keperawatan (7th ed.)
(Salemba Me). Elsevier.
Priyanto, L. D. (2018). Hubungan umur, tingkat pendidikan, dan aktivitas fisik
santriwati husada dengan anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 139–
146.
Septiani, S., & Ervina, A. (2015). Hubungan jenis kelamin dan sumber informasi
dengan pengetahuan remaja mengenai penyakit menular seksual (PMS).
Shaka, M. F., & Wondimagegne, Y. A. (2018). Anemia, a moderate public health
concern among adolescents in South Ethiopia. PLoS ONE, 13(7), 1–14.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0191467

Anda mungkin juga menyukai