Oleh :
1. Marjan
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
A. Definisi....................................................................................................6
B. Faktor Penyebab Anemia........................................................................6
C. Pengetahuan.............................................................................................7
BAB V PENUTUP............................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan umum untuk mengenalisis hubungan antara pengetahuan dan
sikap mengenai anemia dengan asupan zat besi pada mahasiswa
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis karateristik berdasarkan umur dan jenis
kelamin
2. Untuk menganalisis hubungan analisis pengetahuan dan sikap
anemia
3. Untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan dan anemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
1. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan tentang pentingnya zat besi juga bagaimana
pencegahan anemia tentu sangat berpengaruh. Pengetahuan ini dapat
membanu keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai
keyakinan tersebut. Pada beberapa penelitian terkait anemia ditemukan
pula pada mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait
anemia.
2. Kurangya asupan zat besi
Penyebab lain dari anemia adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailibilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang mana berlawanan
dengan tingginya zat besi di masa remaja.
3. Status gizi
Mahasiswa dengan status gizi kurus mempunyai resiko mengalami anemia
1,5 kali di bandingkan mahasiswa dengan status gizi normal.status gizi
normal dan lebih merupakan protektif anemia.
C. PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebgaian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga.
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
1. Tingkat Pengetahuan
2. Sikap
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yan terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 2002;64).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1 Hipotesis mayor
Ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada
Mahasiswa/I di Universitas yang ada di Makassar
Hipotesis minor
1. Ada hubungan antara umur dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya anemia pada mahasiswa/I di Universitas yang ada di Makassar
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada mahasiswa/I di Universitas yang
ada di Makassar
3. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap pada mahasiswa/I di
Universitas yang ada di Makassar.
C. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional analitik
yaitu menggambarkan dan menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas yang ada di Makassar
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Oktober
E. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut
a) Menyiapkan perlengkapan pengumpulan data
b) Menjelaskan maksud dan tujuan.
c) Meminta persetujuan responden, Setelah mendapat persetujuan kemudian
peniliti memberikan lembar kuesioner kepada responden yang berkaitan
dengan Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia gizi pada mahasiswa/I
yang ada di Makassar.
F. Sumber Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung terhadap
objek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner)
yang telah dibuat berdasarkan tujuan penelitian, kemudian pertanyaan tersebut
ditanyakan kepada responden
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data monografi Universitas yang
ada di Makassar
G. Pengolahan Data
data yang diperoleh dari data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
computer dan menggunakan program SPSS
H. Analisis Data
Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan
program komputer.
a. Analisis Unvariat
Analisis Univariat bertujuan untuk melanjutkan ataumendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2012).
b. Analisis Bivariat
Setelah diketahui masing-masing variabel, dapat diteruskan analisis lebih lanjut,
tujuannya untuk diagnosis data dan melakukan uji hipotesis untuk maksud
tersebut uji statistik yangdigunakan yaitu Rank Spearman. Untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh antara dua variabel berskala ordinal.
Analisismenggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service
Solutions) versi 27.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Analisis Univariat
a. Karekteristik Responden
Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan/uang saku responden.
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Reponden
Karakteristik Responden frekuensi %
Usia 17 – 25 tahun 94 94
(Kelompok Usia
Muda)
26 – 35 tahun 6 6
(Kelompok Usia
Tua)
Total 100 100
Jenis Kelamin Laki – laki 6 6
Perempuan 94 94
Total 100 100
Pendidikan SMA 79 79
SMK 5 5
D3 2 2
S1 14 14
Total 100 100
Pekerjaan Pelajar/ 92 92
Mahasiswa
Freelance 2 2
Pegawai Swasta 3 3
PNS 3 3
Total 100 100
Tabel 4.11
Distribusi jawaban responden terkait Kehilangan darah pada
wanita remaja dalam jumlah banyak bisa terjadi akibat dari
menstruasi
No Jawaban Frekuensi %
1 Benar 89 89
2 Tidak 11 11
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab benar sebesar 89 % dan paling sedikit menjawab
tidak sebesar 11 % terkait kehilangan darah pada wanita remaja dalam
jumlah banyak bisa terjadi akibat dari menstruasi
2. Variabel Sikap
1) Berdasarkan jawaban responden terkait Remaja perlu mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi
Tabel 4.13
Distribusi jawaban responden terkait Remaja perlu
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 62 62
2 Setuju 27 27
3 Ragu-ragu/netral 7 7
4 Tidak setuju 27 27
5 Sangat Tidak Setuju 2 2
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa responden paling
banyak menjawab sangat setuju sebesar 62 % dan paling sedikit
menjawab sangat tidak setuju sebesar 2 % terkait remaja perlu
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
Tabel 4.22
Distribusi jawaban responden terkait anemia bisa mengganggu
kondisi belajar
No Jawaban Frekuensi %
1 Sangat Setuju 59 59
2 Setuju 18 18
3 Ragu-ragu/netral 17 17
4 Tidak setuju 3 3
5 Sangat Tidak Setuju 3 3
Jumlah 100 100
2. Analisis Bivariat
a) Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Jenis Kelamin pada
Mahasiswa/i di Kota Makassar
Tabel 4.24
Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Jenis Kelamin pada
Mahasiswa/i di Kota Makassar
Tabel 4.28
Hubungan Sikap Tentang Anemia dengan Umur pada Mahasiswa/i di
Kota Makassar
B. Pembahasan
Usia
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak menuju ke
masa dewasa. Pada masa remaja ini terjadi proses perkembangan fisik , psikologis
juga kognitif (Potter P.A., 2009). Proses pertumbuhan fisik, psikologis serta
kognitif pada remaja membutuhkan komponen nutrisi yang adekuat, salah satunya
adalah zat besi. Kualitas diet yang salah saat masa anak anak akan berdampak
pada masa remaja, karena kebutuhan zat besi yang semakin meningkat seiring
dengan perkembangan remaja yang mengalami pubertas (Shaka &
Wondimagegne, 2018). Tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi terutama zat besi
pada remaja ditunjang dengan kebiasaan makan yang salah, ataupun factor
perilaku seperti merokok berdampak terjadinya permasalahan kesehatan pada
fisik, psikologis juga dalam mengambil suatu keputusan. Berdasarkan tabel 4.1
menunjukkan perbandingan remaja akhir dengan rentang usia 17-25 tahun
sebanyak 94% dan dewasa dengan rentang usia 26-35 tahun sebanyak 6%.
Jenis Kelamin
Peningkatan kebutuhan zat besi memuncak seiring dengan terjadinya
pubertas pada remaja ditandai dengan terjadinya peningkatan volume total darah,
meningkatnya index massa tubuh dan juga terjadinya menstruasi , terutama pada
remaja putri (Beard, 2000). Kebutuhan zat besi terus meningkat setelah remaja
putri mengalami menstruasi. Jika kondisi menstruasi ini tidak diimbangi dengan
asupan diit yang cukup zat besi, maka remaja ini dapat lebih mudah mengalami
infeksi, mengalami masalah dalam beraktivitas seperti lemah, lesu dan terjadi
penurunan konsentrasi belajar. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
didapatkan data remaja laki-laki sebanyak 6% dan remaja perempuan sebanyak
94%.
Pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan pengetahuan anemia defisiensi zat
besi pada remaja dalam kategori baik sebanyak 99% dan kategori pengetahuan
kurang sebanyak 1%. Meskipun sebagian besar remaja memiliki pengetahuan baik
namun ditemukan banyak mahasiswa yang tidak mengetahui perilaku yang dapat
menyebabkan anemia dan tidak mengetahui anjuran meminum tablet tambah
darah. Hal tersebut didukung data remaja yang benar menjawab pertanyaan tablet
penambah darah harus diminum sebelum makan sebanyak 48% dan juga ada
againian mahasiswa tidak mengetahui makanan atau minuman yang dapat
menyebabkan anemia. Hal ini didukung data remaja yang salah menjawab
pertanyaan teh dan kopi sangat baik untuk penderita anemia sebanyak 26%.
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai anemia ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh (Jalambo et al., 2017) kepada 330 remaja
perempuan yang berusia 15 – 19 tahun di sekolah wilayah Gaza strip, Palestina.
Hasil penelitian tersebut adalah 84 % remaja tidak dapat mengetahui jika
seseorang terkena anemia; 81,3 % tidak menyadari bahaya kekurangan zat besi
pada wanita hamil; 91,6 % tidak mengetahui penyebab dari anemia defisiensi
besi; 81,7 % remaja biasa mengkonsumsi teh dan kopi sementara itu 43,5 % dari
mereka ini meminum teh dan kopi setiap hari serta sebanyak 56,5 % remaja
menganggap anemia bukanlah suatu kondisi yang serius. Kurangnya pengetahuan
remaja mengenai anemia ini akan mempengaruhi upaya dan manajemen remaja
dalam tindakan pencegahan anemia.
Hubungan usia dengan pengetahuan anemia
Tabel 4.6 didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara usia
dan pengetahuan anemia defisiensi zat besi dengan nilai P = 0. 487 (>0,05). Hal
ini didukung data, bahwa mahasiswa berusia 17-25 tahun memiliki pengetahuan
baik mengenai anemia sebesar (83 %) sedangkan mahasiswa berusia 17-25 tahun
memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia sebesar (6%).. Menurut penelitian
(Angadi & Ranjitha, 2016) didapatkan data siswi usia 11-15 tahun yang memiliki
pengetahuan anemia baik sebanyak 91%, sedangkan hasil penelitian (Mularsih,
2017) menunjukkan bahwa remaja putri usia 16-17 tahun memiliki pengetahuan
kurang sebanyak 65,6%. Dari kedua hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
usia tidak berhubungan secara signifikan terhadap pengetahuan remaja mengenai
anemia. Selain penelitian di atas, juga didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan kepada 31 santriwati di Surabaya. Hasil penelitian tersebut disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian anemia
pada santriwati Husasda, Surabaya (Priyanto, 2018)
Menurut peneliti tidak adanya hubungan antara usia dan pengetahuan
remaja tentang anemia karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
pengetahuan seperti minat dan pengalaman. Jika seseorang memiliki usia lebih tua
namun tidak ada minat untuk menambah pengetahuannya maka pengetahuannya
tidak bertambah. Pengalaman juga dapat dijadikan sebagai pengetahuan,
dibuktikan dengan seseorang yang menderita anemia biasanya akan memiliki
pengetahuan yang lebih baik. Hal lain yang juga berpengaruh yaitu remaja
memiliki tingkat kognitif yang masih abstrak, masih labil dan hanya merasakan
hal-hal yang menyenangkan saja. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran remaja
akan kesehatannya masih kurang.
Hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan anemia
Tabel 4.5 didapatkan hasil tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan
pengetahuan anemia defisiensi zat besi dengan P value=0,129 (<0,05). Namun
berdasarkan data mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan
baik mengenai anemia sebesar (90.4 %) sedangkan mahasiswa berjenis kelamin
laki-laki memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia sebesar (9.6%). Hal ini
sejalan dengan penelitian (Angadi & Ranjitha, 2016) yang menyampaikan bahwa
remaja perempuan sebagian besar 73% menyadari bahwa anemia merupakan
masalah kesehatan yang sering mereka alami. (Septiani & Ervina, 2015)
menyampaikan bahwa setiap jenis kelamin baik perempuan ataupun laki-laki
memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi
oleh kepribadian seseorang, pergaulan dengan teman sebaya dan pengalaman.
Selain itu perempuan mengalami kehilangan darah setiap bulan melalui
menstruasi sedangkan laki-laki tidak mengalami. Menstruasi yang terjadi pada
remaja perempuan dapat menyebabkan kehilangan zat besi. Banyaknya jumlah zat
besi yang keluar dipengaruhi oleh lama menstruasi dan jumlah darah yang keluar
saat menstruasi. Seorang perempuan dapat memperhatikan lama dan jumlah darah
yang keluar saat menstruasi, apabila terjadi hal yang tidak wajar, maka para
remaja dapat mencari informasi melalui media online, keluarga/orang terdekat dan
juga petugas kesehatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap anemia pada
mahasiswa. Tetapi diharapkan agar mahasiswa/i dapat meningkatkan
konsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti, daging ayam, daging sapi,
ikan segar, hati ayam, dan hati sapi selain itu diharapkan untuk dapat
meningkatkan konsumsi makanan lainnya seperti, telur ayam, susu, tempe,
tahu, kacang hijau, bayam, kangkung, sawi, daun singkong, kacang
panjang, wortel, buncis, dan tomat), serta diiringi dengan mengkonsumsi
makanan sumber vitamin C (jeruk manis, mangga, pepaya, jambu biji,
nenas, semangka, melon). Hal tersebut agar mengurangi risiko terjadinya
anemia pada mahasiswa/i
DAFTAR PUSTAKA
Angadi, N., & Ranjitha, A. (2016). Knowledge, attitude, and practice about
anemia among adolescent girls in urban slums of Davangere City, Karnataka.
Int J Med Sci Public Health, 5(3), 416–419.
Beard, J. L. (2000). Iron requirements in adolescent females. The Journal of
Nutrition, 130(2), 440S-442S.
Jalambo, M. O., Naser, I. A., Sharif, R., & Karim, N. A. (2017). Knowledge,
attitude and practices of iron deficient and iron deficient anaemic adolescents
in the Gaza Strip, Palestine. Asian Journal of Clinical Nutrition, 9(1), 51–56.
Mularsih, S. (2017). Hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan
perilaku pencegahan anemia pada saat menstruasi di SMK Nusa Bhakti Kota
Semarang. Jurnal Kebidanan, 6(2), 80–85.
Potter P.A., & P. A. G. (2009). No Title. In Fundamental Keperawatan (7th ed.)
(Salemba Me). Elsevier.
Priyanto, L. D. (2018). Hubungan umur, tingkat pendidikan, dan aktivitas fisik
santriwati husada dengan anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 139–
146.
Septiani, S., & Ervina, A. (2015). Hubungan jenis kelamin dan sumber informasi
dengan pengetahuan remaja mengenai penyakit menular seksual (PMS).
Shaka, M. F., & Wondimagegne, Y. A. (2018). Anemia, a moderate public health
concern among adolescents in South Ethiopia. PLoS ONE, 13(7), 1–14.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0191467