Anda di halaman 1dari 177

Pentingya Zat Besi untuk Anak

Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 13 Januari 2015 pukul 23:18

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/serba-serbi-pemenuhan-
kebutuhan-zat-besi-pada-bayi-dan-anak/10152404935944778 )

1. TANYA: Sebetulnya apakah manfaat zat besi bagi tubuh?

JAWAB: Fungsi utama zat besi pada bayi dan anak antara lain: berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan system syaraf anak, terutama dalam periode emas 0-2 tahun; membantu
perkembangan kognitif dan konsentrasi anak pada saat sekolah dan bermain; berperan dalam
peningkatan berat badan dan tinggi badan (sebagai salah satu elemen penting dalam
pertumbuhan); meningkatkan nafsu makan; membantu meningkatkan kekebalan tubuh.

2. TANYA: Apakah semua bayi rentan mengalami Anemia Defisiensi Besi (ADB)?

JAWAB: Ada beberapa kategori bayi yang rentan anemia, misalnya bayi yang lahir dari ibu
yang juga anemia saat hamil, bayi yang lahir prematur, atau bayi yg lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Bayi yang lahir prematur biasanya cenderung anemia karena dia belum
sempat menumpuk zat besi saat dalam kandungan yang cukup utk stoknya di bulan-bulan
pertama kehidupannya. Sementara ibu yang mengalami anemia saat kehamilan, biasanya
berpeluang melahirkan bayi dengam berat badan di bawah normal dan bayinya juga memiliki
cadangan zat besi yang lebih rendah. Ibu yang mengalami diabetes juga akan melahirkan bayi
yang memiliki cadangan zat besi yang lebih rendah dalam tubuhnya.

3. TANYA: Apakah benar bayi ASIX rentan mengalami kekurangan zat besi?

JAWAB: banyak pendapat menyatakan bahwa bayi ASIX, meskipun lahir dengan berat
badan normal dan lahir full term, memang lebih rentan kekurangan zat besi dari bayi yang
diberi susu formula karena susu formula rata-rata memang sudah diberi tambahan zat besi.
Namun pada dasarnya, selama bayi tersebut lahir normal (full term), dan bukan lahir dari ibu
yang anemia atau diabetes, bayi ASIX memiliki cadangan zat besi yang cukup yang dibawa
dari dalam kandungan. ASI memang mengandung zat besi yang lebih kecil dari susu formula.
Kadar zat besi pada ASI relatif sama pada setiap ibu karena tidak banyak dipengaruhi oleh
kadar zat besi pada tubuh ibu, tapi oleh kadar transferrin (protein yang mengikat besi pada
kelenjar susu). Namun demikian, kadar zat besi dalam ASI ini sangat mudah diserap oleh
tubuh bayi. Pada saat memasuki usia 2-4 bulan, saat pertumbuhan bayi semakin pesat,
kebutuhan zat besi meningkat. Pada masa inilah cadangan zat besi dari dalam kandungan
mulai digunakan. Ketika bayi berusia 4 bulan ke atas, cadangan zat besi mulai menurun,
sementara kadar zat besi dari ASI tidak bertambah. Akibatnya kadar zat besi dari ASI dan
cadangan zat besi dari dalam kandungan tidak lagi mencukupi di usia bayi yang memasuki 6
bulan. Itu sebabnya pemberian makanan kaya zat besi sejak usia 6 bulan sangat diperlukan
untuk menutupi defisit zat besi yang berlangsung sangat pesat di usia 6 bulan.

4. TANYA: Apa saja resiko yang dimunculkan dari kekurangan zat besi?

JAWAB:
- anak terkena gangguan mental,

- terganggu pertumbuhan serta perkembangan otak, myelinisasi sel saraf, pembentukan


neurostransmiter bahkan fungsi otak untuk mengingat, sehingga anak menjadi bodoh dan
juga mengalami gangguan perilaku,

- anak mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi tubuhnya (kalau ada


keterlambatan kemampuan berjalan, ciba evaluasi kecukupan zat besinya juga)

- terganggu interaksi sosialnya

- rentan sakit infeksi akibat gangguan kerja sistem kekebalan tubuh,

- kehilangan nafsu makan karena terjadi atrofi papilla lidah/taste bud juga susah makan
karena susah menelan makanan,

- gangguan jantung: bising sistolik, nafas pendek, mudah lelah.

5. TANYA: Mengapa ada program pemberian suplemen zat besi pada bayi dan balita
di Indonesia?

JAWAB: program ini sebetulnya didasarkan pada anjuran WHO, bahwa negara-negara
dengan angka prevalensi Anemia Defisiensi Besi (ADB) yang tinggi, yaitu mencapai 40%
sangat dianjurkan untuk menetapkan program nasional pemberian suplementasi zat besi
sesuai usia. Angka prevalensi ADB di Indonesia berkisar antara 40-45%.

6. TANYA: Bagaimana rekomendasi pemberian suplementasi zat besi sesuai anjuran


IDAI?

JAWAB: Suplementasi zat besi direkomendasikan diberikan kepada semua anak, dengan
prioritas balita usia 0-5 tahun, terutama untuk mereka yang ada di golongan usia 0-2 tahun.
Untuk bayi yang lahir cukup bulan, dosisnya adalah 2 mg/kg BB/hari, diberikan sejak usia 4
bulan hingga 2 tahun. Untuk bayi yang lahir prematur atau bayi dengan BBLR (kurang dari
2500 gram), dosisnya adalah 3 mg/kg BB/hari, diberikan sejak usia 1 bulan hingga 2 tahun.
Untuk balita usia 2-5 tahun, angka yang disarankan adalah 1 mg/kg BB/hari diberikan selama
dua kali per minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahunnya. Meskipun suplemen zat
besi dapat dibeli bebas di apotek, namun pemberiannya harus dengan konsultasi dokter anak
terlebih dahulu.

7. TANYA: Sejak usia berapa anak dapat menjalani skrining ADB?

JAWAB: Bila ingin mengetahui apakah bayi kurang zat besi atau tidak, sebaiknya melakukan
pemeriksaan Hemoglobin dan kadar zat besi (MCV atau Ferritin). Lakukan pemeriksaan
dengan konsultasi dokter terlebih dahulu. Menurut standar American Academy of Pediatrics
(AAP) dan Centers for Disease and Control Prevention (DCD) milik pemerintah Amerika
Serikat, skrining atau pemeriksaan ADB dapat dilakukan setidaknya satu kali dalam periode
usia 9-12 bulan dan diulang 6 bulan kemudian pada usia 15-18 bulan atau bisa diadakan
skrining tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun. Pemeriksaan ini biasanya
difokuskan untuk mereka yang memiliki resiko ADB seperti anak yang lahir prematur, anak
yang lahir dengan BBLR, anak dengan riwayat pendarahan, anak dengan riwayat infeksi
kronis, anak yang kurang asupan protein kaya zat besi, anak dengan masalah kenaikan berat
badan dalam jangka waktu yang panjang, atau mereka dengan faktor lain yang bisa
memperbesar kemungkinan terkena ADB.

8. TANYA: Apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kecukupan zat besi pada
bayi yang sudah MPASI?

JAWAB: karena angka prevalensi ADB sangat tinggi di Indonesia, maka dari itu pemerintah
mengacu pada pedoman MPASI WHO untuk membantu menyelamatkan banyak bayi dan
balita dari ADB. Dengan metode MPASI WHO, maka berbagai jenis makanan, termasuk
yang kaya zat besi sudah bsia diperkenalkan pada bayi sejak usia 6 bulan. Ada beberapa hal
yang dapat diperhatikan dalam memberikan asupan pada bayi dan anak untuk menjamin
kebutuhan zat besinya.

Pertama, konsumsi makanan kaya zat besi, terutama yang bersumber dari protein hewani.
Sumber zat besi dari protein hewani seperti daging, ikan, dan telur 10 kali lipat lebih mudah
diserap oleh tubuh. Makanan dengan zat besi tinggi setidaknya dikonsumsi 4 kali dalam satu
minggu. Zat besi di dalam bahan pangan hewani berada dalam bentuk heme iron. Bentuk
heme ini jumlahnya lebih sedikit daripada bentuk non-heme, namun sudah lebih siap dipakai
sehingga lebih efisien dicerna dan diserap oleh bayi daripada zat besi bentuk non-heme.
Bahan pangan vegetarian (buah dan sayur) memiliki sumber zat besi dalam bentuk non-heme
iron. Non-heme iron ini butuh penolong tambahan (enhancer) supaya bisa diserap oleh usus
bayi, yaitu asam askorbat dan kemungkinan juga karoten. Asam askorbat juga karoten ini
adalah zat yg larut air shg rentan hilang dalam pemprosesan bahan makanan. Sayangnya,
non-heme iron ini akan dihambat oleh phytic acid (6-fosfoinositol) dan polifenol yg juga
banyak terdapat di sayuran. Sebagai contoh kacang polong. Dalam keluarga kacang polong,
kandungan zat besinya tinggi namun penghambat-penyerapan zat besinya juga tinggi. Jadi
meskipun sebagian besar zat besi lebih banyak ada di sayuran, namun faktanya zat besi dalam
sayuran lebih sedikit yg bisa diserap sehingga kita butuh asupan bahan pangan hewani.
Persentase penyerapan: sebanyak 15 - 40% heme iron akan diserap, sementara itu hanya 1 -
15% dari non-heme iron yang akan diserap. Penyerapan zat besi dari makanan sebenarnya
bergantung pada kadar simpanan zat besi dalam tubuh. Makin sedikit simpanan zat besi
dalam tubuh memang ada kecenderungan makin besar zat besi terserap, namun selama tidak
ada zat penghambat penyerapan yang ikut termakan oleh bayi.

Kedua, menunda pemberian susu sapi hingga usia 1 tahun. Ketika sudah mulai dikenalkan
susu sapi, hindari konsumsi susu sapi berlebihan.

Ketiga, zat besi dari sumber nabati juga bisa membantu mensupply zat besi dalam makanan,
tetapi karena lebih sulit diserap tubuh maka harus dibantu dengan asupan bahan makanan lain
yang kaya vitamin C. Sumber zat besi dari nabati misalnya: sayuran hijau tua, gandum,
kacang-kacangan dan sebagainya.

Keempat, hindari konsumsi berlebih dari makanan yang mengandung zat-zat penghambat
proses penyerapan zat besi oleh tubuh, seperti teh, kopi, coklat atau makanan yang kadar
seratnya terlalu tinggi.

Sumber:

http://www.breastfeedinginc.ca/content.php?pagename=doc-OF-B-indo
http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-dan-
anak.html

http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Suplemen-Zat-Besi.pdf

http://milissehat.web.id/?p=1931

http://m.ajcn.nutrition.org/content/78/3/633S.long

http://www.dietitians.ca/Nutrition-Resources-A-Z/Factsheets/Minerals/Food-Sources-of-
Iron.aspx

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007134.htm

Gerakan Tutup Mulut (GTM)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 13 Januari 2015 pukul 23:02

Sumber:

1. Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/serba-serbi-gerakan-tutup-
mulut-gtm-pada-anak/10151666101769778 )

Sebab Terjadinya GTM

Biasanya GTM terjadi di rentang umur 6 bulan – 12 bulan, tetapi sebetulnya sangat mungkin
terjadi di seluruh jenjang usia balita. Secara umum, penyebab GTM dapai dikategorikan atas
dua aspek: organik dan anorganik. Sebab organik terkait organ makan si kecil, misalnya
karena tumbuh gigi, sariawan, sakit, dan sebagainya. Sementara sebab anorganik terkait
dengan keadaan psikologis anak, kondisi lingkungan dan sekitarnya seperti trauma makan
atau trauma sendok, perubahan pengasuh, kebosanan dengan suatu tekstur makanan,
kebosanan terhadap makanan tertentu, dan sebagainya. Mari kita bahas sebab-sebab GTM di
atas beserta penanganannya.

 Masa Tumbuh Gigi

Biasanya gigi bayi mulai tumbuh di 6-9 bulan di masa ketika si kecil sedang dalam tahap
belajar mengenal berbagai macam makanan. Jika bayi dalam usia-usia ini menolak
makanannya coba cek gusinya. Apakah ada yang kemerahan? Bila YA, maka cobalah
membuat makanan yang lebih encer. Berikan makanan yang membuat gusinya nyaman
seperti buah dingin yang bisa digigit-gigit, momsicle alias es loli dari ASI berikan jus/puree
buah manis dan dingin. Jika si kecil kelihatan kesakitan, bisa diberikan paracetamol untuk
meredakan sakitnya.

 Sariawan
Biasanya tanda-tanda sariawan lebih jelas, seperti nampaknya bintik-bintik putih di mulut
bagian dalam atau luar dan juga lidah. Jika bintik-bintik putih ini sukar dihilangkan setelah
diusap dengan kain kasa yang dicelup air hangat, ini tandanya Anda harus membawa si kecil
ke dokter untuk mendapatkan obat anti jamur sesuai dosis yang diperlukan.

 Tidak enak badan

Sama seperti halnya orang dewasa yang sedang tidak enak badan, si kecilpun akan
mengalami hal yang sama. Jika dia kesulitan menelan karena tenggorokannya sakit, bisa
dibuatkan makanan dengan tekstur yang lebih lembut serta perbanyak jus buah-buahan yang
banyak mengandung vitamin C. Memberikannya makanan berkuah hangat seperti sup ayam
hangat bisa membantu meredakan ketidaknyamanannya.

 Bosan dengan Tekstur Makanan

Perlu kejelian Ibu untuk mengetahui hal ini. Biasanya terjadi di usia 7 bulan menuju 8 bulan
atau pada usia ketika si kecil mau beralih ke makanan keluarga. Coba untuk meningkatkan
tekstur makanan, siapa tahu si kecil sudah bosan dengan tekstur yang terlalu “bayi”. Selama
tidak ada masalah pencernaan seperti sembelit parah atau diare, tidak perlu khawatir dengan
proses peningkatan tekstur ini.

 Perbedaan Tekstur Makanan Yang Drastis

Ini kebalikan dengan yang atas, kalau yang ini biasanya ibunya yang bernafsu ingin
mengenalkan tekstur baru pada bayi padahal si bayi masih ingin menikmati tekstur lama
makanannya yang lebih lembut dan lebih cair. Misalnya : Bayi 8 bulan dan masih menikmati
makanan tim saring 2 kali-nya, tiba-tiba diberi nasi tim utuh. Ini bisa mengakibatkan GTM
juga. Perubahan tekstur makanan selain harus mengecek ‘pertanda’ dari bayi, juga harus
dilakukan bertahap. Misalnya untuk kasus di atas : dari saring 2 kali menjadi saring 1 kali,
lalu di sekedar ditekan-tekan di mangkuk, hingga akhirnya nasi tim . Jangan merasa gagal
jika tiba-tiba bayi meminta mundur-tekstur. Mungkin memang sedang merasa tidak
nyaman/bosan, mengalah sebentar tidak masalah, asal tetap dilatih untuk mencintai tekstur
baru-nya yang lebih padat.

 Bosan Dengan Suasana Makan

Anak kadangkala bosan dengan ritual makan-nya. Bisa bosan tempat, suasana, cara, dan
sebagainya. Memang yang paling ideal adalah membiasakan anak makan di kursi makan atau
high chair, tetapi hal ini kadang kala bisa sangat membosankan baginya. Sesekali penting
untuk memberinya kesempatan makan di tempat lain, misalnya di lantai atau di karpet. Tetapi
tetap tanamkan kebiasaan makan yang di tempatnya. Kadang anak juga bosan disuapi, jika
demikian biarlah anak bereksplorasi dengan alat-alat makannya sendiri. Kuncinya, jangan
takut kotor dan berantakan. Jika mereka mulai ingin makan sendiri, itu sebetulnya pertanda
bagus untuk kemandiriannya.

 Trauma makan atau trauma sendok

Ini sering terjadi di periode awal perkenalan MPASI karena kadang ibu ingin proses MPASI
lancar sehingga di awal-awal sering sedikit memaksa si kecil untuk makan. Saat masa
memperkenalkan MPASI, usahakan jangan sampai si kecil mengalami trauma makan atau
trauma kepada sendok. Jangan memberikan kesan pada si kecil bahwa makan adalah sebuah
proses yang menakutkan. Coba ingat kembali bagaimana ketika Anda dan si kecil saat masa
awal menyusui. Butuh belajar dan penyesuaian kan? Sama juga ketika proses MPASI
dimulai. Anda dan si kecil sama-sama butuh waktu untuk belajar. Belajar menemukan pola
makan yang tepat, cara makan yang tepat, waktu makan yang tepat, tekstur yang tepat dan
sebagainya. Berikan kesempatan si kecil untuk memegang makanannya sendiri dengan
memberikan finger food. Siapa tahu dia lebih suka dilibatkan secara total dalam proses
makan, ketimbang hanya disuapin secara pasif.

Kunci-kunci utama mengatasi GTM adalah:

1. Identifikasi penyebabnya, dari situlah ibu biasanya bisa menemukan solusi yang
paling tepat
2. Saat GTM terjadi, lebih fleksibel-lah dalam jadwal pemberian makanan. Jangan paksa
si kecil menghabiskan porsi besar makanan. Lebih baik memberikan makan sedikit2-
sedikit tetapi lebih sering daripada memberikan makanan dalam porsi yang besar
tetapi tidak habis atau tidak masuk sama sekali karena si kecil keburu stress melihat
porsi makanan yang diberikan.
3. Variasikan menu sebisa mungkin, buat makanan yang sederhana namun variatif. Anak
tidak perlu ibu yang brilian dalam memasak, tetapi lebih membutuhkan ibu yang
paham bagaimana proses makan yang sesuai baginya.
4. Tetap batasi waktu makan, maksimum 30 menit. Karena setelah 30 menit, rasa
makanan sudah berubah dan si anak sudah mulai bosan dengan acara makan.
Jadwalkan makan di saat yang tepat, jangan terlalu dekat dengan jadwal minum ASI,
jangan terlalu dekat dengan jadwal tidurnya atau jangan memberinya makan terlalu
pagi. Kita sendiri kadang suka malas kalau makan terlalu pagi kan?
5. Ajak si kecil makan bersama-sama dengan keluarga. Kadang melihat orang lain
makan bersamanya bisa memancing keinginan makannya. Berikan dia piring dan
sendok sendiri, siapa tahu dia mulai ingin belajar makan sendiri. Arahkan pelan-pelan
dengan sabar.
6. Susu bukanlah pengganti makanan. Untuk yang masih ASI, ASI bisa tetap diberikan,
tetapi ASI bukan menjadi satu-satunya sumber asupan si kecil. Saat usia 6 bulan-1
tahun, ASI hanya bisa memenuhi 70% kebutuhan asupan harian dan angka ini
mengecil menjadi 30% ketika si kecil mencapai usia 1 tahun lebih. Setelah usia 1
tahun, susu adalah pelengkap gizi si anak. Jika anak sedang GTM jangan memberikan
susu jika si ekcil lapar. Tetap tawarkan makanan dan berikan pengertian padanya
pelan-pelan bahwa jika lapar dia harus tetap makan.
7. Ciptakan waktu makan yang menyenangkan. Mulailah dengan senyuman, jaga kontak
mata dengan anak, penuh dengan kesabaran dan ketelatenan. Selingi dengan nyanyian
dan cerita yang terkait dengan makanan yang diberikan.
8. Berikan pilihan makanan. Karena kadangkala GTM terjadi karena si kecil bosan
terhadap suatu bahan makanan, berikan dia peluang untuk memilih makanan apa yang
ingin dimakan. Tetapi jangan katakan “X, mau makan apa?”. Berikanlah pilihan: ‘X
ingin makan bayam dengan tempe atau sayur buncis dengan ayam?” Ibu tetap harus
yang memegang kendali apa saja yang boleh atau tidak boleh dimakan oleh si kecil.
9. Tidak perlu memberikan suplemen vitamin atau penambah nafsu makan. Jika
penyebabnya sudah ditemukan, biasanya GTM akan dapat diatasi
10. Tetap membiasakan makan di tempatnya. Tidak perlu digendong keliling kompleks
atau sambil menonton TV agar si kecil tetap terbiasa makan dengan perilaku yang
benar.
11. Biasakan untuk mempunyai food diary atau jurnal makanan si kecil. Catat makanan-
makanan apa yang dia suka dan tidak suka dan pengolahan makanan yang bagaimana
yang si kecil inginkan. Ini berguna untuk mengkombinasikan makanan si kecil dan
jadi acuan utama ketika si kecil sedang GTM.
12. Jangan jadikan kenaikan berat badan anak sebagai obsesi. Yang paling penting adalah
menciptakan suasana makan yang nyaman bagi anak dan memperkenalkan anak
terhadap berbagai jenis makanan yang bergizi.
13. Yang terakhir, jangan lupa berikan pujian jika si kecil bagus makannya dan jangan
mengancam bila si kecil sedang tidak mau makan.

Sumber:

http://mpasirumahan.blogspot.com/2011/04/haduuuuuuuuh-emosi-jiwa-deh-sama-
anakku.html

http://kultwit.aimi-asi.org/2012/06/gtm-saat-mpasi/ `

http://health.kompas.com/read/2012/08/06/10181646/Pantang.Menyerah.Hadapi.Anak.Susah.
Makan

http://itbmotherhood.com/2012/01/13/gtm-gerakan-tutup-mulut/

2. Sumber: Artikel Bayi Sulit Makan MPASI di Web Duniasehat.net oleh dr. Annisa Karnadi
( http://duniasehat.net/2014/08/08/bayi-sulit-makan-mpasi/ )

Banyak ibu menanti penuh harap hari-H ketika bayi genap berumur 6 bulan atau 180 hari
karena artinya bayi sudah siap untuk makan dan minum selain ASI. Apalagi sudah sejak
umur 4 bulan bayi suka sekali memasukkan semua benda ke dalam mulut mungilnya. Tiap
kali melihat ayah atau ibu makan, mata bayi terlihat kepengeeeen banget, mulutnya
mendadak ngeces (berliur) dan tak jarang merebut makanan atau sendok orang.

Semua ini membuat ibu tidak sabar menanti waktu bayi lulus ASIX dan boleh makan! :D :D
:D(belum lagi omongan “tim hore” di sekitar)

Alasan kenapa MPASI harus dimulai pada umur 6 bulan atau 180 hari adalah:

1. Kebutuhan nutrisi dan nafsu makan sudah tidak bisa dipenuhi sepenuhnya hanya dari
ASI (dan susu formula bagi bayi yang tidak disusui).
2. Cadangan nutrisi penting seperti zat besi sudah habis terpakai dan tidak bisa dipenuhi
hanya dari ASI lagi.
3. Perkembangan sistema persarafan dan oro-motorik telah mulai meningkat dari hanya
menghisap menjadi menggigit dan bahkan mengunyah.
4. Bayi juga telah mulai tumbuh gigi.
5. Kemampuan bayi mengontrol lidahnya sudah lebih baik. Refleks menjulurkan lidah
menolak objek padat yang memasuki mulutnya telah menghilang dan bayi telah mulai
bisa duduk sendiri sehingga mulai bisa lebih lama menikmati makanan yang lebih
padat.
6. Sistem pencernaan telah berkembang sempurna sehingga telah mampu mencerna
makanan seperti karbohidrat dengan lebih baik.
7. Rasa penasaran akan aneka tekstur dan rasa dari lingkungan sehingga fase eksplorasi
ini sangat berguna saat pengenalan makanan baru.

Gerakan Tutup Mulut (GTM)

Bayi sudah genap 6 bulan atau 180 hari, alat makan sudah siap, bahkan bubur bayi pun sudah
matang eh kok bayi malah menolak suapan bubur? Mulutnya malah menutup rapat. Bayi
melakukan aksi gerakan tutup mulut (GTM). Bubur disembur-sembur. Sendok didorong
keluar pake lidahnya. Mimik muka bayi pun berkernyat-kernyit seperti tidak suka makanan
yang diberikan :(

Gimana nih? Masak mau ASI eksklusif lagi?

Bahaya Menunda MPASI

Jika MPASI diberikan terlambat (anak lebih dari 6 bulan) risikonya adalah anak akan
terganggu perkembangan kemampuan makan atau oro-motoriknya sehingga selanjutnya akan
mengalami kesulitan makan yang lebih parah. Selain itu anak akan menjadi kurang gizi
karena ASI sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan energi maupun zat gizi bagi anak umur 6
bulan, baik di Negara maju apalagi di Negara miskin dan sedang berkembang.

Bayi yang menutup mulut, tidak mau membuka mulut sama sekali, menolak sendok,
mendorong sendok, menyembur-nyemburkan bubur bukan berarti bayi tidak mau makan yaa!
Bayi sedang belajar makan. Selama 6 bulan penuh bayi hanya kenal ASI. Cairan. Mudah
ditelan. Tidak perlu dikunyah.

Nah, bubur MPASI yang baik kan lembek (cair tapi ada ampas sehingga tidak tumpah saat
sendok dimiringkan dan bisa dijumput dengan tangan). Jadi bayi butuh waktu untuk belajar
cara menangani dan menelan tekstur makanan dari cair ke padat.

Pada umur 0 – 6 bulan bayi memiliki tongue-extrusion reflex yang akan mendorong benda
padat memasuki mulutnya. Refleks ini menghilang di umur 6 bulan, namun bayi butuh waktu
untuk beradaptasi mengolah makanan yang lebih padat.

MPASI yang terbaik bagi bayi adalah MPASI yang disarankan oleh WHO dan UNICEF.
MPASI WHO (link) ini disusun berdasarkan penelitian yang terbaik bagi kesehatan anak.
Nah, cara pemberian makan menurut MPASI WHO adalah dengan metode aktif-responsif.

MPASI bukan hanya sekedar makanan namun juga cara makan, kapan waktu makan, tempat
makan, dan faktor pemberi makanan sehingga dalam MPASI WHO ini juga diperhatikan
faktor psikososial anak. Cara pemberian makan aktif-responsif ini antara lain:

 Suapi bayi dan perhatikan anak yang lebih besar serta beri bantuan bila dia
membutuhkan. Beri anak makanan dengan sabar dan penuh perhatian, dorong anak
untuk mau makan namun jangan paksa anak untuk makan.
 Jika anak menolak makan, coba ganti kombinasi makanan, rasa, tekstur dan metode
makan.
 Minimalisasi gangguan saat anak makan jika anak tipe yang mudah teralihkan
perhatiannya.
 Waktu makan adalah saatnya anak untuk belajar dan waktu keluarga mencurahkan
cinta dan saling berkomunikasi sehingga ajak anak untuk mengobrol dengan kontak
mata yang penuh kehangatan.

Jangan kaget jika suapan pertama berakhir disembur, dilepeh, dimainkan di tangan dan
mengotori tempat makan sekitarnya. Ini hal biasa. Semua bayi di seluruh dunia memang
seperti ini. Ibu jangan marah. Ibu tidak boleh menyerah. :D

Tips menghadapi bayi susah makan bubur MPASI:

 Ajak bayi makan di meja makan atau tempat makan keluarga.


 Buat waktu makan bayi bersamaan dengan jam makan anggota keluarga lain.
 Bayi bisa dipangku oleh ibu atau bayi yang sudah bisa duduk dengan baik maka bayi
bisa didudukkan tegak di kursi makan-bayi yang ada pembatasnya sehingga aman.
 Pilih sendok yang aman sehingga tidak melukai gusi bayi.
 Biarkan jika bayi menolak suapan sendok, coba lagi semenit kemudian.
 Jangan paksa bayi untuk makan dengan cepat.
 Kenalkan bubur MPASI sedikit demi sedikit. Bisa dicoba 1-2 sendok teh dulu sebagai
permulaan pengenalan makan.
 Jika anak menolak sendok coba berikan makan dengan menggunakan tangan.
Pastikan tangan ibu sudah dicuci bersih yaa.
 Jangan sampai bayi menangis ketika ibu memaksanya makan. Jika bayi menangis,
hentikan makan dan segera susui bayi.
 Jika porsi makan bayi hanya sedikit maka kita bisa menambah frekuensi makan.
 Kenalkan makanan baru ketika bayi sudah lancar makan bubur serealia.
 Segera susui bayi jika bayi meminta menetek ketika sedang makan :) Menyusui kapan
saja bayi menginginkan tidak akan mengganggu MPASI.

Bayi Trauma Makan

Banyak ibu dan pengasuh yang kurang sabar menyuapi bayi sehingga bayi menjadi trauma.
Bayi yang trauma makan akan semakin sulit makan sedangkan bayi harus makan supaya
tumbuh berkembang dengan baik. Beri bayi jeda. Coba rubah cara memberi makan, telateni
dengan sabar dan jangan memaksa bayi untuk makan. Hentikan sesi makan jika bayi sudah
tidak mau makan.

Perhatian:

 Jangan memaksa bayi makan.


 Jangan memberikan MPASI memakai botol dot.
 Jangan membiasakan bayi makan dengan digendong berjalan-jalan di luar rumah.

Bayi akan membutuhkan waktu untuk belajar makan makanan padat. Sehingga tetap
berikan ASI tanpa dibatasi. Makan bagi bayi berumur di bawah 1 tahun hanya sebagai
pendamping karena asupan utama masih ASI.

Patokan peningkatan porsi makan bayi bisa memakai aturan MPASI WHO (link) ini, namun
ibu bisa mengikuti kemauan bayi. Selalu pantau tumbuh kembang bayi. Konsultasikan
dengan dokter jika ibu mengalami kesulitan atau bayi sama sekali tidak mau makan.
Bahaya Pemberian MPASI (Makanan Pendamping
ASI/PASI) DINI & Menundanya Lewat dari 6 bulan
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 1 September 2014 pukul 11:36

Sumber: Notes Fatimah Berliana Monika Purba - Konselor


Laktasi/ Menyusui - Accredited La Leche League (LLL)
Leader US ( https://www.facebook.com/notes/fatimah-
berliana-monika-purba/bahaya-pemberian-mpasi-makanan-
pendamping-asipasi-dini-menundanya-lewat-dari-6-
b/10203307416352044 )

Bahaya Pemberian MPASI (Makanan Pendamping ASI/PASI) DINI & Menundanya


Lewat dari 6 bulan

by F.B.Monika

Pada bulan Mei 2001, World Health Assembly (badan penentu kebijakan dari organisasi
kesehatan dunia WHO/World Health Organization) yang ke 54 menyatakan pentingnya
promosi & edukasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Sudah banyak penelitian
dilakukan yang mendukung hal ini, sayangnya masih banyak tenaga kesehatan dan
masyarakat yang belum melaksanakan hal ini.

Pemberian makanan yang tepat serta optimal sangatlah penting untuk kelangsungan hidup,
tumbang (pertumbuhan & perkembangan) bayi dan anak sejak usia 0 hingga 2 tahun.
Menurut Global Strategy on Infant & Young Child Feeding, pemberian makanan yang tepat
adalah menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir (IMD/Inisiasi Menyusu Dini) ,
memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dilanjutkan pemberian MPASI (Makanan
Pendamping ASI) yang tepat & mencukupi sejak usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian
ASI sampai usia 2 tahun/lebih.

Masih banyak pihak yang salah paham mengenai definisi ASI eksklusif. Pengalaman saya
ketika memberikan konseling menyusui di salah satu RS, ada seorang Mama yang
menyatakan telah memberikan bayinya ASI eksklusif, ternyata setelah kami berdiskusi lebih
lanjut, Mama tersebut selalu memberikan air putih kepada bayinya pasca disusui.

Sementara ada juga Mama yang sedih karena harus memberikan obat ke bayinya yang sedang
sakit sehingga merasa sudah gagal memberikan ASI eksklusif. Lantas, bagaimana definisi
ASI eksklusif yang benar? Pemberian ASI eksklusif / menyusui eksklusif adalah memberikan
hanya ASI saja pada bayi dan tidak memberi makanan/minuman lain, termasuk air putih (di
Indonesia juga umumnya diberi air madu, air gula, air teh manis, dll) , KECUALI obat-
obatan dan vitamin / mineral tetes sesuai anjuran dokter/tenaga kesehatan lainnya.
Organisasi-organisasi kesehatan internasional termasuk Indonesia di bawah ini
merekomendasikan semua bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupannya (bukan selama 4 sampai 6 bulan seperti rekomendasi lama sebelum tahun
2001):

1. WHO (World Health Organization)

Pemberian nutrisi yang tepat dan mencukupi sejak bayi sangat penting untuk kesehatan
jangka panjang. Bayi harus mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Selanjutnya untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya yang terus meningkat bayi usia 6 bulan harus menerima Makanan
Pendamping ASI/complementary food yang bernutrisi dan aman sambil melanjutkan
pemberian ASI sampai usia 2 tahun/lebih.

2. UNICEF (United Nations Children’s Fund)

Pemberian asupan yang optimal untuk bayi dan anak usia 0-2 tahun sangat penting.
Pemberian asupan yang optimal ini berarti Mama diupayakan agar melakukan IMD/Inisiasi
Menyusu Dini segera setelah kelahiran & selama 1 jam, memberikan ASI eksklusif selama 6
bulan dilanjutkan sampai 2 tahun/lebih, bersama dengan pemberian MPASI sejak usia 6
bulan yang bernutrisi baik, aman , sesuai usia bayi/anak, dan menggunakan sistem responsive
feeding.

3. AAP (American Academy of Pediatrics).

AAP merekomendasikan bayi disusui secara eksklusif selama 6 bulan kehidupannya (tidak
perlu tambahan makanan/minuman apapun kecuali pemberian vitamin/suplemen & obat
sesuai indikasi medis). Bayi harus melanjutkan menyusui selama setahun / lebih selama
diinginkan Mama dan bayi.

4. Australian National Health & Medical Research Council

Di Australia, sangat direkomendasikan para bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan
dilanjutkan sampai usia 1 tahun/lebih sesuai keinginan Mama dan bayi.

5. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama cukup untuk mencapai tumbuh kembang
yang optimal. Makanan pendamping ASI/MPASI kaya zat besi diberikan secara bertahap
mulai usia 6 bulan.

Banyak para Mama yang khawatir bayinya kelaparan saat bayi terus menerus menyusu (bisa
saja bayi sedang dalam tahap Grow Spurt/percepatan pertumbuhan yang normal terjadi antara
usia 0-6 bulan) serta menunjukkan ketertarikan akan makanan. Padahal kesiapan bayi untuk
menerima MPASI tergantung dari kematangan sistem pencernaan bayi dan perkembangan
bayi lainnya.

Berikut ini adalah bahaya / kerugian pemberian MPASI dini :

1. Bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit.


Saat bayi menerima asupan lain selain ASI, maka imunitas/kekebalan yang diterima bayi
akan berkurang. Pemberian MPASI dini beresiko membuka pintu gerbang masuknya
berbagai jenis kuman, belum lagi jika MPASI tidak disajikan secara higienis. Banyak
penelitian yang menyatakan pemberian ASI eksklusif melindungi bayi dari berbagai penyakit
seperti penyakit pernafasan, infeksi telinga dan penyakit saluran pencernaan yang umum
diderita anak-anak seperti diare.

2. Berbagai reaksi akibat sistem pencernaan bayi belum siap.

Bila MPASI diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka
makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai reaksi
seperti diare, sembelit/konstipasi, timbulnya gas, dll.Tubuh bayi belum memiliki protein
pencernaan yang lengkap. Berbagai enzim seperti amylase, enzim yang diproduksi pankreas
belum cukup ketika bayi belum berusia 6 bulan. Begitu pula dengan enzim perncerna
karbohidrat (maltase, sukrase), dan lipase serta bile salts untuk mencerna lemak.

3. Bayi beresiko menderita alergi makanan.

Memperpanjang pemberian ASI eksklusif menurunkan angka terjadinya alergi makanan. Usia
4-6 bulan kondisi usus bayi masih “terbuka”, antibodi (sIgA) dari ASI bertugas melapisi
organ pencernaan bayi & memberikan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit dan
reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri &
penutupan usus terjadi saat bayi berusia 6 bulan.

4. Bayi beresiko mengalami obesitas / kegemukan.

Pemberian MPASI dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan
berat badan pada anak-anak.

5. Produksi ASI Mama dapat berkurang.

Makin banyak makanan padat yang diterima bayi maka berpotensi bayi akan mengurangi
permintaan untuk menyusu. Bayi yang makan makanan padat pada usia yang lebih muda
cenderung lebih cepat disapih.

6. Persentasi keberhasilan KB/pengaturan kehamilan alami menurun.

Pemberian ASI eksklusif biasanya sangat efektif dalam mencegah kehamilan secara alami.
Saat MPASI sudah diberikan maka bayi tidak lagi menyusu secara eksklusif sehingga
persentasi keberhasilan KB metoda alami ini akan menurun.Bayi beresiko tidak mendapatkan
nutrisi optimal seperti ASI.Umumnya MPASI dini yang diberikan bentuknya bubur
encer/cair yang mudah ditelan bayi. MPASI seperti ini mengenyangkan bayi tapi dengan
nutrisi yang tidak memadai.

7. Bayi beresiko mengalami Invaginasi usus/intususepsi.

Invaginasi usus/intususepsi adalah keadaan di mana suatu segmen usus masuk ke dalam
bagian usus lainnya sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius dan bila tidak
segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Walau penyebab pasti penyakit ini belum
diketahui, namun hipotesa yang paling kuat karena pemberian MPASI yang terlalu cepat.
Berikut ini adalah contoh laporan kasus Invaginasi usus/intususepsi bayi yang menerima
MPASI dini sejak usia 1 bulan:

http://www.scribd.com/doc/99103061/Lapsus-invaginasi

Kasus lain :

http://regional.kompas.com/read/2014/03/12/1624474/Anak.Balita.Ini.Harus.Dibuatkan.Anus
.akibat.Makan.Bubur

Selanjutnya akan saya paparkan mengapa menunda pemberian MPASI/PASI melewati 6


bulan juga beresiko. Beberapa waktu lalu ada wacana yang disebarkan melalui media sosial
agar masa ASI eksklusif diperpanjang sampai 2 tahun tanpa diserta riset pendukung yang
dapat dipercaya :( .

Ketika bayi tumbuh dan berkembang serta semakin aktif, ASI saja tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

Berikut ini adalah bahaya/kerugian pemberian MPASI yang terlambat :

1. Bila kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi maka bayi akan berhenti bertumbuh atau
tumbuh dengan tidak optimal/slow growth.

Lihat gambar 2.

Bisa dilihat dari gambar di atas bahwa semakin bayi besar kebutuhan energinya makin besar
yang tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI saja (gap nya makin besar). Gap tersebut dipenuhi
dengan pemberian MPASI.

2. Bayi beresiko kekurangan zat besi , menderita ADB (Anemia Defisiensi Besi).

Lihat gambar 3.

Dapat dilihat pada gambar tersebut betapa besarnya gap kebutuhan akan zat besi yang perlu
dipenuhi dari MPASI kaya zat besi, bila tidak , bayi beresiko menderita Anemia Defisiensi
Besi (ADB).

3. Kebutuhan makronutrien dan mikronutrien lainnya seperti point 1 dan 2 tidak terpenuhi
dan mengakibatkan resiko bayi/anak menderita Malnutrisi dan defisiensi berbagai
mikronutrien.

4. Terhambatnya perkembangan fungsi motorik oral bayi.

5. Bayi berpotensi di kemudian hari menolak berbagai macam jenis makanan.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan bayi serta anak-anak kita mendapatkan haknya.

http://theurbanmama.com/articles/bahaya-pemberian-mpasi-dini-menundanya.html
MPASI Instan vs MPASI Homemade 1-5 (Awal
mula,Anemia Defisiensi Besi,Food is MORE THAN Just
Nutrition,MPASI)
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 1 September 2014 pukul 12:42

Sumber: Notes Fatimah Berliana Monika Purba - Konselor


Laktasi/ Menyusui - Accredited La Leche League (LLL)
Leader US ( https://www.facebook.com/notes/fatimah-
berliana-monika-purba/mpasi-instan-vs-mpasi-homemade-
1-5-awal-mulaanemia-defisiensi-besifood-is-more-
t/10203526686033649 )

MPASI Instan vs MPASI Homemade 1-5 (Awal


mula,Anemia Defisiensi Besi,Food is MORE THAN Just
Nutrition,MPASI). by F.B.Monika

Weekend selain saatnya santai, beristirahat, berkumpul dengan anggota keluarga juga saatnya
baca-baca, belajar segala hal termasuk asupan terbaik untuk anak sejak dilahirkan. Baru
sempat memasukkan 5 tulisan saya ke dalam Notes. Untuk melihat comments2 yang masuk,
di akhir Note saya berikan link2 tiap bagiannya. Tulisan panjang ini dibaca pelan2 ya, jangan
ambil kesimpulan terburu2 hanya dari 1 bagian saja. So.. Happy reading :)

MPASI INSTAN vs MPASI HOMEMADE

Beberapa kali saya diminta pendapatnya mengenai pemberian MPASI Instan pada bayi. Sama
seperti ketika saya ditanya mengenai Susu Formula (SuFor) vs ASI, tidak pernah saya
menjawab atau melarang pemberian MPASI Instan atau SuFor secara langsung. Saya minta
yang bertanya membaca dulu, mendiskusikan, sehingga ketika mengambil keputusan sudah
ada dasarnya.

Kenapa akhir-akhir ini ramai kembali mengenai MPASI Instant vs homemade? Karena belum
lama ini para dokter dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) memberikan rekomendasi
pemberian MPASI Instan Fortifikasi (kutipannya ada di dalam tulisan ini). Mengenai
Rekomendasi IDAI mengenai pemberian MPASI Instan, sebelum saya buru2 mengeluarkan
statement pribadi yang menyatakan tidak setuju (siapalah saya..) dan berpikiran buruk bahwa
adanya konflik kepentingan yang mendasari rekomendasi tersebut (walaupun misalnya nanti
hasil penelitian khusus di Indonesia dikeluarkan dan mendukung rekomendasi pemberian
MPASI Instan), mari simak banyak hal yang akan saya tulis (bakal panjang pastinya) di
bawah ini.

Adalah hak anak sejak dilahirkan untuk mendapatkan perawatan dan perlindungan kesehatan
yang terbaik. Konvensi hak anak dunia article 24 menyatakan bahwa anak berhak untuk
mendapatkan makanan bergizi yang mencukupi serta air bersih. Pada akhirnya, pesan yang
selalu saya ulang-ulang, yuk jadi Smart parents, yuk belajar belajar belajar supaya bisa
memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.

Bagian 1. Rekomendasi IDAI pemberian MPASI Instan Difortifikasi

Di bawah ini adalah 2 sumber yang saya punya mengenai rekomendasi IDAI pemberian
MPASI Instan Difortifikasi. Saya sudah coba cari apakah ada artikel terkai di web site resmi
IDAI (idai.or.id) tidak ada/belum ketemu (boleh saling share siapa tau ada yang punya link
nya).

1. MPASI Difortifikasi Bisa Cegah Bayi Kurang Zat Besi?

““Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), dr Damayanti Rusli Syarif, Sp.A(K) : Sebagian orangtua memilih makanan
dari bahan alami, yang diyakini lebih aman, namun sebenarnya kebutuhan zat besi tidak
terpenuhi.
"Saat bayi mulai MPASI, orangtua banyak memberikan pisang, zat besinya hanya 0,31 mg,
atau tepung beras dengan zat besi 0,1 mg. Sedangkan MPASI yang difortifikasi zat besinya
2,26 . Makanan bayi pabrikan dianggap sama dengan makanan pabrikan dengan orang
dewasa. Padahal MPASI fortifikasi diproduksi sesuai aturan WHO dan diawasi oleh WHO
dalam pembuatannya. Kalaupun ada zat aditif, seperti garam dan gula, ada aturannya, tidak
boleh berlebihan. Pastikan saja makanan fortifikasi seperti bubur dan biskuit tersebut punya
izin BPOM, baca labelnya dengan baik," terangnya.” . Saya hanya kutip bagian2 pentingnya,
selengkapnya bisa baca :

http://health.kompas.com/read/2013/11/21/2031266/MPASI.Difortifikasi.Bisa.Cegah.Bayi.K
urang.Zat.Besi.

2. Simposium & Workshop UKK Nutrisi & Metabolik IDAI tentang Infant Feeding Practice

Makanan pendamping instant (commercial)

Dahulu , WHO dan UNICEF lebih menekankan pemberian MPASI yang dibuat sendiri di
rumah daripada makanan instant yang diproduksi massal. Namun setelah dilakukan banyak
penelitian klinis, ternyata banyak bayi tidak memperoleh zat nutrient yang adekuat sesuai
dengan yang seharusnya didapatkan bayi.

Untuk itu WHO/UNICEF mengeluarkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding
dan mengumumkan bahwa makanan tambahan yang diproses oleh industri makanan dapat
digunakan sebagai pilihan para ibu dalam memberikan makanan tambahan yang mudah
disiapkan, mencukupi kebutuhan nutrisi dan aman. Makanan tersebut sudah diperkaya
dengan tambahan suplemen yang menjamin kecukupan mikronutrien bayi.

Pembuatan makanan diatur oleh The Codex Alimentarius Commission, yaitu lembaga yang
dibuat oleh FAO dan WHO (1963) yang mengatur standar pembuatan makanan dan
menjamin keamanan termasuk cara membuat, promosi dan transportasi dan dilindungi oleh
pemerintah Internasional. The Codex Alimentarius mengatur bahwa makanan bayi yang
diproduksi massal tidak boleh menggunakan pengawet dan zat aditif yang berbahaya.
Yang perlu diperhatikan saat membeli adalah tanggal kadaluarsa yang masih jauh, kemasan
masih tersegel, warna dan bentuk makanan tidak berubah atau menggumpal. Di pasaran
beredar Nestle Cerelac, Milna, Promina dll yang sudah difortifikasi vitamin mineral sesuai
standar Codex alimentarius Internasional, tidak memakai pengawet dan zat aditif berbahaya.
Jadi simpulannya aman. MP ASI yang tidak difortifikasi seperti GERBER, tepung GASOL
(hanya berupa tepung2-an biasa dari sumber pisang, ketela, dll) yang tidak difortifikasi, tidak
dianjurkan. (Simposium & Workshop UKK Nutrisi & Metabolik IDAI tentang Infant Feeding
Practice - Dr.dr.Damayanti Roesli Sjarif, SpA(K), dr.Sri Nasar,SpA(K), dr.Gusti
Lanang,SpA).

Catatan: Sejak 2011-sekarang, UKK (Unit Kerja Koordinasi) Nutrisi dan Metabolik IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia) mengadakan roadshow ke seluruh Indonesia, mengadakan
simposium dan workshop pada seluruh SpA (dokter spesialis anak) dan dokter umum tentang
Nutrisi & Kesulitan makan pada anak, policy lama yang berpihak pada MP ASI home-made
kini mulai beralih ke MP ASI instan pabrik agar masa depan anak Indonesia cerdas, tidak
kekurangan nutrisi mikro yang sulit dipenuhi dengan MP ASI home-made.

Bagian 2 : Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Perhatian pada masalah malnutrisi mikronutrien meningkat dengan pesat di tahun-tahun


terakhir ini. Salah satu alasan utamanya karena hal ini telah menjadi masalah global.
Diperkirakan sebanyak 2 milyar manusia di dunia mengalami kekurangan mikronutrien yang
sebab utamanya konsumsi makanan yang kurang vitamin & mineral. Kemiskinan, kurangnya
akses untuk mendapat berbagai makanan bervariasi, kurangnya pengentahuan mengenai
gizi/nutrisi yang baik serta tingginya penyakit infeksi merupakan faktor kunci.

Tahun 2000, WHO menyatakan bahwa kekurangan mikronutrien seperti zat besi, Vit A dan
Yodium telah menjadi faktor pemicu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia,
misalnya berkurangnya kemampuan tubuh untuk melawan penyakit, kelainan metabolis dan
terlambat/terhambatnya perkembangan fisik dan psikomotor.
Menurut IDAI , angka kejadian penderita Anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di
Indonesia sekitar 40-45%. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
menunjukkan

prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan adalah 61,3% , bayi 6-12 bulan 64,8 % , dan anak balita
sebesar 48,1 %. Besar sekali tentunya, nah bagaimana data terakhir? Saya ambil dari laporan
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kemenkes tahun 2007 yang sayangnya tidak ada data
detil seperti SKRT. Menurut Riskesdas 2007, penderita ADB kelompok usia 1-4 tahun
sebesar 27,7%, sementara menurut data Riskesdas terbaru (2013) , penderita ADB kelompok
usia 12-59 bulan/1-5 tahun sebesar 28,1% .

Bisa dilihat dalam gambar grafik batang di bawah ini kebutuhan zat besi bayi 0 – 23 bulan.

Bayi baru lahir membutuhkan asupan zat besi 0,27 mg/hari. Setelah umur 6 bulan kebutuhan
asupan zat besi bayi meningkat pesat menjadi 11 mg/hari. Dan usia 1-3 tahun sebesar 7
mg/hari. Maka saat inilah (usia 6 bulan) waktu yang penting bagi bayi untuk mendapatkan
makanan lain selain dari ASI. Hal ini sudah saya tulis di tulisan saya berjudul :

Bahaya Pemberian MPASI Dini & Menundanya :

http://theurbanmama.com/articles/bahaya-pemberian-mpasi-dini-menundanya.html

Untuk yang ingin mempelajari lebih lanjut mengenai ADB silahkan baca di :

http://milissehat.web.id/?p=1923

Mengenai rekomendasi pemberian suplementasi besi pada bayi lahir cukup bulan tidak
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah
Perbedaan kedua adalah mengenai anjuran pemeriksaan status Hb anak. AAP dan CDC di
Amerika Serikat menganjurkan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht)
setidaknya satu kali pada usia 9-12 bulan dan diulang 6 bulan kemudian pada usia 15-18
bulan atau

pemeriksaan tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun. Sementara Rekomendasi
IDAI adalah pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun dan

selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja.

Bagi saya pribadi deteksi dini tentu jauh lebih baik, jadi saya mengikuti rekomendasi AAP
untuk pemeriksaan yang pertama kali maksimal saat bayi berusia 1 tahun, kemudian bila ada
dana berlebih melakukan pemeriksaan ADB lengkap, tidak hanya Hb dan Ht tapi juga status
besi dalam tubuh dan hal2 lainnya (Serum Ion, Ferritin, dll) sesuai kutipan dari AAP berikut :

“the deficiency won’t always be detected with a simple hemoglobin test.”

Tentu saja orang tua tidak perlu menunda bila pada bayi atau anak terdapat tanda-tanda
menderita ADB seperti pucat, lesu, nafsu makan menurun dan berat badan tidak/sulit
bertambah (penting ya untuk selalu plot ke GC/Growth Chart setiap kunjungan pemeriksaan
kesehatan bayi, yang belum paham mengenai pentinganya paham GC bisa pelajari tulisan
saya : http://theurbanmama.com/articles/growth-chart.html )

Ada hal-hal lain yang mempengaruhi berapa banyak zat besi yang dibawa bayi saat lahir :

1. Apakah Ibu saat hamil menderita Anemia Defisiensi Besi (ADB) / tidak.
Ibu hamil yang menderita ADB beresiko melahirkan bayi prematur, bayi dengan BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) dan masalah kesehatan bayi di kemudian hari. Selain itu, bayi
yang lahir dari Ibu penderita ADB memiliki cadangan besi yang lebih sedikit , maka bayi
tersebut beresiko menderita ADB juga.

2. Penundaan pemotongan tali pusat bayi baru lahir (Delayed Umbilical Cord Clamping).

Penelitian2 terbaru memberikan evidence/bukti bahwa pelaksanaan penundaan pemotongan


tali pusat bayi baru lahir meningkatkan cadangan besi pada badan bayi. Berdasarkan
penelitian RCT yang dipublish BMJ Nov 2011, bayi2 yang ditunda pemotongan tali pusatnya
>=3 menit dibanding dengan bayi2 yang dipotong tali pusatnya

Sampai saat ini riset2 masih terus dikembangkan untuk mendapatkan waktu optimal
pemotongan tali pusat ini (penelitian lain menyatakan =>1 menit penundaan pun sudah
bermanfaat), dan perhatikan faktor2 resiko lain terutama kondisi Ibu & bayi setelah kelahiran.

Keypoint Bagian 2 :

1. +- 2 milyar manusia di dunia mengalami kekurangan mikronutrien yang sebab utamanya


konsumsi makanan yang kurang vitamin & mineral. Faktor kunci : Kemiskinan, kurangnya
akses untuk mendapat berbagai makanan bervariasi, kurangnya pengentahuan mengenai
gizi/nutrisi yang baik serta tingginya penyakit infeksi .

2. Anjuran pemberian Suplementasi besi IDAI (4 bulan – 2 tahun) vs AAP (4-6 bulan lanjut
MPASI kaya zat besi)

3. Anjuran Screening / Pemeriksaan ADB (Anemia Defisiensi Besi). IDAI : 2 tahun. AAP :
9-12 bulan. Saya : deteksi dini LEBIH baik, paket lengkap Screening ADB bila ada dana
lebih. Jangan tunda bila pada bayi/anak jelas tampak gejala2 ADB.
4. 2 hal lain yang mempengaruhi status besi/cadangan besi dalam tubuh bayi: Kondisi Ibu
saat hamil (menderita ADB/tidak) dan Penundaan Pemotongan tali pusat bayi baru lahir
(Delayed Umbilical Cord Clamping).

Bagian 3. Food is MORE THAN Just Nutrition = Makanan Tidak Hanya Sekedar
Untuk memenuhi kebutuhan Nutrisi / Gizi

Sebelum saya masuk membahas mengenai MPASI , saya akan membahas sedikit mengenai
hal umum mengenai Nutrisi (mohon dikoreksi kalau ada kesalahan pemahaman berhubung
saya bukan ahli gizi).

Para Nutritionist, Dietitian & dokter di sini (Amerika Serikat) sedang mengkampanyekan
agar para Ibu -khususnya- KEMBALI ke dapur, MEMASAK Whole foods untuk anggota
keluarganya, terutama bayinya, meninggalkan junk foods / makanan instant lainnya. Begitu
pula di UK , Pemerintah UK menyatakan : Usahakanlah memberikan makanan yang dimasak
di rumah (home cooking) dibandingkan memberikan makanan bayi kemasan.

Bahkan Michelle Obama, membuat kampanye2 menarik kembali pada memilih makanan
sehat dan makan bersama di keluarga, selain kampanye minum air putih (dibanding minum
susu berlebihan, soda, jus kemasan, syrup) serta kampanye berolahraga.

Video kampanyenya bisa dilihat di Kampanye Let’s Move ini :

http://www.youtube.com/watch?v=2oBeuSCfGeg

Saya mengambil online course mengenai Nutrisi dari Stanford University, di mana banyak
hal dibahas secara menarik. Salah satunya adalah topik mengenai Food is MORE THAN Just
Nutrition.
Sepertinya gambar 4 sudah cukup jelas ya, pada bagian kiri merupakan :

Pengelompokan Zat Gizi/Nutrients .

Menurut kebutuhan manusia, terbagi dalam dua golongan besar yaitu makronutrien dan
mikronutrien.

1. Makronutrien adalah zat gizi yang diperlukan dalam jumlah besar dalam tubuh yang
menghasilkan energi . Merupakan komponen terbesar dari susunan diet, berfungsi
untuk mensupplai energi dan zat-zat esensial (pertumbuhan sel/ jaringan),
pemeliharaan aktivitas tubuh.

Yang termasuk zat makronutrien adalah Karbohodrat / hidrat arang, lemak dan protein. Pasti
semua sudah tau jenis-jenis bahan makanan apa saja yang kaya kandungan karbohidrat,
lemak dan protein ya, jadi tidak saya sebutkan lagi, karena fokus saya adalah membahas salah
satu mikronutrien yaitu iron/zat besi.

2. Mikronutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tapi penting.

Golongan mikronutrien terdiri dari Vitamin dan Mineral. Vitamin juga terbagi 2 jenis yaitu
larut dalam lemak dan dalam air. Vitamin yang termasuk dalam kelompok larut dalam lemak
adalah Vitamin A, D, E, dan K. Normalnya, tubuh dapat menyimpan vitamin jenis ini
(terdapat batasan untuk vitamin E dan K). Oleh sebab itu, asupan vitamin larut lemak setiap
hari bukan keharusan. Sementara Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin C dan
kelompok vitamin B. Karena larut dalam air, vitamin ini tidak tersimpan dalam tubuh.
Kelebihannya akan dikeluarkan melalui urine.

Golongan mikronutrien yang kedua adalah mineral seperti kalsium, zat besi, yodium, fosfor,
magnesium, zinc.
Kemudian selain Makronutrien & mikronutrien, penting juga memperhatikan :

3. Fiber/Serat. Dari semua asupan makanan kita, penting untuk menjaga kuantitas fiber/serat.
Serat sangat penting untuk pengeluaran buang air besar (mencegah sembelit, wasir) ,
mengurangi resiko penyakit jantung koroner, menjaga kadar gula darah tetap normal, dll.

Untuk anak 1-3 tahun kebutuhan seratnya 19 gr/hari. Bahkan dalam panduan gizi terbaru –
My Food Plate Amerika serikat yang juga gencar dikampanyekan Michelle Obama , dalam
satu piring, separuhnya adalah sayur dan buah . Dasar pertimbangannya karena tingginya
penderita Obesitas/kegemukan yang sudah terjadi sejak anak2.

4. Air bersih . Tersedianya air bersih merupakan salah satu komponen penting dalam
menyediakan MPASI yang baik. Hal ini karena air adalah hal penting dalam persiapan
makanan yang higienis, pencucian tangan dll yang sangat penting dalam mencegah penularan
infeksi.

Bagian kiri sudah selesai saya bahas, nah yang sekarang sedang dikampanyekan adalah
bagian yang kanan, yaitu Fungsi Sosial dari makanan. Ada 4 aspek yaitu : Komunikasi,
hubungan sosial, kesehatan emosi dan sejarah/tradisi.

Jadi selain kampanye kembali memasak, juga kampanye agar para keluarga menghidupkan
kembali kebiasaan Family Time is (salah satunya) Meal Time. Sejak bayi mulai diberikan
MPASI, orang tua menekankan pentingnya nikmat & nyaman saat makan, tentu saja bukan
hanya karena rasa makanan yang enak dan keahlian memasak orang tua (yang utama Ibu) ,
tapi juga perhatian , kedekatan dan kasih sayang di dalamnya yang sudah dicurahkan sejak
Ibu memasak.

Ketika manusia makan bersama, hormon oksitosinnya meningkat , proses pencernaan dan
metabolime makanan juga menjadi lebih efektif. Kebahagiaan dan kegembiraan anggota
keluarga yang dimulai saat menyiapkan makanan adalah sangat penting. Menyusui adalah hal
menyenangkan bagi bayi, jadi begitu pula dengan makan. Jadi jangan dibuat : Meal Time is
Battle Time.

Harap diingat , ketika sedang makan bersama, fokuskan perhatian pada seluruh anggota
keluarga, bukan sibuk masing2. Oleh karena itu, salah satu kebiasaan yang saya bangun sejak
dini di keluarga saya adalah ketika makan tidak ada TV, computer, Ipad, smartphone yang
nyala/di area makan. Jangan seperti contoh gambar 5 ya, ini mah sama aja bukan makan
bersama yang saya sebutkan di atas :)

Keypoint Bagian 3 :

1. Negara2 maju seperti US & UK gencar mengkampanyekan agar para Ibu -khususnya-
KEMBALI ke dapur, MEMASAK Whole foods untuk anggota keluarganya, terutama
bayinya, meninggalkan junk foods / makanan instant lainnya.

2. Food sebagai Nutrisi. Terbagi atas :Makronutrien : karbohidrat, protein, lemak

Mikronutrien : vitamin & mineral (zat besi termasuk dalam golongan mineral)Fiber / serat ,
Air bersih

3. Food is MORE than Nutrition – only : Komunikasi, hubungan sosial, kesehatan emosi dan
sejarah/tradisi. Family time salah satunya Meal time.

4. Ketika manusia makan bersama, hormon oksitosinnya meningkat , proses pencernaan dan
metabolime makanan juga menjadi lebih efektif.

Bagian 4 : Serba-Serbi MPASI , dengan fokus pada kandungan zat besi MPASI
Ilmu mengenai MPASI sangat penting untuk dikuasai para Ibu jauh2 hari SEBELUM
MPASI dimulai. Supaya Ibu paham serba-serbi MPASI yang dimulai sejak dari penyiapan
hingga pemberiannya pada bayi. Harap diingat MPASI adalah Makanan Pendamping ASI
atau complementary food, jadi Ibu perlu paham seberapa banyak pemberian porsi MPASI
sesuai usia bayi.

ASI adalah asupan utama bayi HINGGA bayi berusia 1 tahun. Karena, sering terjadi porsi
MPASI melebihi kapasitas yang seharusnya diterima bayi, sehingga MPASI bukannya
menjadi Makanan pendamping ASI tapi menjadi Pengganti ASI / Breastmilk Substitutes.
Salah pemberian menu MPASI yang miskin gizi juga dapat membuat bayi kenyang lebih
lama dan malas menyusu, contohnya Ibu terlalu banyak memberikan jus buah, kuah sup, dll.
Selain itu, “ajaran” turun temurun dan mitos2 yang salah mengenai MPASI, misalnya
pemberian protein hewani paling cepat di usia 8-9 bulan, padahal pemberian MPASI kaya zat
besi dimulai sesegera mungkin saat MPASI dimulai.

Mengutip dari AAP :

“One recommendation may change the order in which solid foods are introduced.
Traditionally, iron-rich meat is the last food introduced to infants, preceded by cereal, fruits
and vegetables. This sequence, however, has not been scientifically tested. Dr. Baker said
that food order should be reversed. Red meat and vegetables with higher iron content should
be introduced into the baby’s diet early on, perhaps at 6 months of age.”

Prinsip Dasar MPASI menurut IYCF WHO & UNICEF

Prinsip dasar utama MPASI adalah : Age, Frequency, Amount, Texture, Variety,
Active/Responsive dan Hygiene . Agar gampang diingat kita singkat jadi AFATVAH.

1. Age / Usia
Pemberian MPASI dimulai saat usia 6 bulan, alasannya sudah saya berikan link tulisan saya
sebelumnya (Bahaya Pemberian MPASI Dini dan Menundanya).

2. Frekuensi

Mengenai Frekuensi, ada perbedaan mengenai Frekuensi berdasarkan sumber dari Guiding
Principle of Complementary Feeding WHO vs UNICEF. Berdasarkan Guiding Principle of
Complementary Feeding WHO, Frekuensi Pemberian MPASI sbb :

Usia 6-8 bulan : 2-3 kali per hari

Usia 9-11 bulan : 3-4 kali per hari

Usia 1 tahun – 2 tahun : 3-4 kali per hari dengan tambahan snack 1-2 kali per hari sesuai
keinginan bayi (snack yang dianjurkan bisa potongan buah, roti, dll).

Sementara panduan UNICEF & IYCF sbb :

Usia 6 bulan (saat mulai MPASI) : 2-3 x

Usia 6-9 bulan : 2-3 x , dapat ditawarkan snack 1-2 x

>9 bulan : 3-4 x , dengan snack 1-2 x


Jadi perbedaannya pada pemberian snack, di anjuran Guiding Principle of Complementary
Feeding WHO tidak ada penawaran snack sebelum usia 1 tahun , mengacu pada penjelasan
sebelumnya bahwa ASI adalah yang utama hingga bayi usia setahun, maka penawaran snack
maka akan mengurangi frekuensi menyusu bayi.

Ada yang bertanya pada saya apakah pemberian jus buah baik untuk MPASI? Kembali ke
prinsip bahwa hingga usia 1 tahun ASI yang utama, pemberian banyak cairan lain selain ASI
dan apalagi diberikan saat seharusnya memberikan MPASI padat gizi beresiko untuk bayi.
Bayi akan malas menyusu serta tidak didapatkan nutrisi yang mencukupi dari MPASI.

3. Amount / Banyaknya makanan per penyajian.

Prinsipnya bertingkat, panduannya :

Usia 6 bulan saat baru mulai MPASI : 2-3 sendokmakan (sdm)

Usia 6-9 bulan : tingkatkan bertahap hingga mencapai setengah mangkuk kapasitas 250ml

Usia 9-12 bulan : setengah mangkuk kapasitas 250ml

Usia 1tahun – 2 tahun : ¾ hingga 1 mangkuk kapasitas 250 ml

4. Texture / tekstur MPASI.

Prinsipnya sama dengan Amount, yaitu berikan bertahap, hati2 jangan terlalu cepat/memaksa
dan juga jangan terlambat naik tekstur.
Usia 6 bulan saat baru mulai MPASI : bubur kental

Usia 6-9 bulan : bubur kental / puree, bertahap naik ke tim saring , dan pengenalan finger
food di usia 8-9 bulan

Usia 9-12 bulan : Makanan cincang halus, Nasi tim tanpa disaring, finger food

Usia > 1 tahun : Table food / makanan keluarga , jangan lupa bahan makanan tertentu tetap
dipotong kecil2 / dicincang seperti daging

5. Variety / Keragaman jenis makanan

Nah, point ini sangat penting apalagi sehubungan dengan fokus pembahasan tulisan ini
mengenai kekurangan micronutrient seperti zat besi.

Kenapa harus beragam? Karena setiap bahan makanan tidak akan memberikan kandungan
gizi sempurna yang dibutuhkan tubuh, jadi dalam setiap porsi makanan berikan makanan
yang bervariasi ( khusus pada kandungan zat besi akan dibahas terpisah mengenai jenis
makanan heme dan non heme, enhancer/yang membantu penyerapan dan inhibitor/yang
menghambat penyerapannya) .

Mengenai 4 days rule, saya pribadi merasa tidak perlu saklek ya. Yang utama perhatikan
riwayat alergi makanan di keluarga terutama Ayah Ibu. Kemudian kenalkan bahan makanan
tunggal di awal, bila sehari 2 hari tidak ada masalah ya segera kenalkan bahan makanan
lainnya. Sangat baik Ibu memiliki Food Diary dan ditaruh di kulkas/yang terjangkau sehingga
bila bukan Ibu yang menyiapkan, panduannya do’s and don’ts nya ada. Penekanan mengenai
bahan makanan kaya zat besi juga perlu diperhatikan ya, salah satu efeknya bayi bisa
sembelit bila bayi mendapatkan zat besi terlalu banyak (apalagi bila bayi pun masih
menerima suplementasi zat besi).
6. ACTIVE/RESPONSIVE.

Pembentukan pola makan yang baik dimulai sedini mungkin, sebagian sudah saya tulis di
bagaian 3 : Food is more than nutrition. Ketika bayi GTM, cari penyebabnya dan atasi seperti
mencoba menu lain, perhatikan apakah bayi merasa dipaksa makan, suasana makan tidak
nyaman atau malah bayi terbiasa digendong jalan2 di keramaian yang membuat bayi
terganggu (tidak jarang anak disuapi sambil lari2 dan bermain dan merasa tidak sedang
makan).

Mengenai pros dan cons metoda BLW (Baby Led Weaning) sudah pernah saya tulis :

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202846830877695&set=pb.1409280466.-
2207520000.1393112844.&type=3&theater

Quote :

Terdapat kekhawatiran bahwa Metoda BLW dapat menyebabkan bayi :

1. Tidak mendapatkan cukup zat besi

2. Beresiko lebih besar untuk tersedak (choke, bukan hanya gag ya, ada penelitiannya di
comments di link di atas)

3. Tidak mendapat cukup makanan untuk tumbuh dengan baik

7. Hygiene
Mengenai higinitas sudah saya singgung sedikit di atas, termasuk tersedianya akses akan air
bersih untuk cuci tangan, persiapan , pemasakan dan penyajian MPASI.

Jangan lupa pilih bahan makanan yang segar, tidak mengandung bahan toksik&berbahaya,
perhatikan juga penyimpanan makanan dan bahan makanan, serta proses memasak yang
benar sesuai jenis bahan makanannya. Misal sayur tidak dimasak terlalu lama, daging
dipastikan masak dengan suhu yang tepat hingga matang, dll.

Mungkin tertarik baca soal Toksoplasma (ada sedikit pembahasan mengenai memasak daging
di tulisan saya ini :

http://pranikah.org/pranikah/kenal-lebih-dekat-dengan-toksoplasma/ )

Seputar kandungan zat besi dalam makanan

Zat besi adalah salah satu mineral yang fungsinya sangat vital bagi tubuh mansia. Zat besi
berperan dalam proses pembentukan hemoglobin (hemoglobin adalah protein di sel darah
merah yang membawa oksigen). Hampir 2/3 zat besi dalam tubuh terdapat di dalam
hemoglobin. Zat besi dalam jumlah kecil terdapat di myoglobin (myoglobin adalah protein
yang mensupplai oksigen ke otot).

Ada 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu heme iron dan non heme iron.

Heme iron dapat ditemukan dalam daging yang secara asalnya mengandung hemoglobin
seperti daging merah, ikan dan unggas. Sementara non heme iron banyak ditemukan pada
tanaman (buah dan sayur).
Bisakah hanya mengejar kebutuhan zat besi dari non heme iron saja? Tidak, karena zat besi
dalam non-heme iron hanya sedikit diserap tubuh (1-15%) dibandingkan dengan heme iron
yang dapat mencapai penyerapan sebesar 15-40%. Jangan lupa banyak faktor yang
mempengaruhi penyerapan seperti status kadar besi dalam tubuh seseorang, juga makanan
yang berfungsi sebagai enhancer (membantu penyerapan) atau inhibitor (menghambat
penyerapan) yang akan saya jelaskan sedikit setelah daftar bahan makanan heme dan non
heme iron ini.

Daftar bahan makanan heme iron (saya pilih beberapa saja, tabel lengkap bisa buka link di
daftar sumber) :

Berhubung saya tidak tampilkan dalam bentuk tabel, urutannya: nama makanan, miligram zat
besi per penyajian, % DV/Daily Value. DV untuk zat besi 18 miligram (untuk bayi 6-12
bulan sudah disebutkan sebelumnya yaitu 11 miligram per hari). Bila DV kurang dari 5%
artinya kandungan zat besinya rendah, DV 10-19% kandungannya baik dan DV >20% artinya
kaya zat besi. 1 ounces = 1 oz = 28,35 gr.

1. Hati ayam 3 oz – 11 mg – 61%

2. Tiram 3 oz – 5,7 mg – 32 %

3. Hati sapi 3 oz – 52 mg – 29%

4. Daging sapi tanpa lemak 3 oz – 3,1 mg – 17%

5. Daging sapi giling sedikit lemak 3 oz – 2 mg – 11 %

6. Ikan tuna 3 oz – 1,3 mg – 9%


7. Daging ayam 3 oz – 1,1 mg – 6%

8. Udang 4 buah besar – 0,3 mg – 2%

Daftar bahan makanan non-heme iron

1. Kacang kedelai 1 cup – 8,8 mg – 48%

2. Lentil 1 cup – 6,6 mg – 37 %

3. Beans-golonga kacang2an 1 cup – 5,2 gr – 29%

4. Tahu ½ cup – 3,4 mg – 19%

5. Sayur bayam ½ cup – 3,2 mg – 18%

6. Kismis tanpa biji ½ cup – 1,6 mg – 9%

7. Roti putih 1 potong – 0,9 mg -5%

8. Roti gandum 1 potong – 0,7 mg – 4%

Iron enhancers / Bahan makanan&hal2 yang membantu penyerapan zat besi


a) Vitamin C adalah enhancer yang paling baik (dan mudah didapat juga).

Kombinasikan pemberian makanan heme, non heme dan Vitamin C. Misalnya daging sapi,
sayur bayam dan potongan tomat, jambu,kiwi, dll yang kaya vitamin C. Atau peras lemon /
jeruk di atas potongan daging sapi/ayam/seafoodnya. Silahkan explore ya..Menu orang bule
sejak turun temurun banyak menggunakan perasan lemon di atas laukpauknya yang ternyata
kebiasaan yang tepat dan baik sekali.

b) Proses fermentasi . Contohnya tempe.

c) Memasak dalam panci / pan berbahan besi

Iron inhibitors / Penghambat penyerapan zat besi

1. Senyawa phenolic/polifenol yang mengikat zat besi jadi mengurangi penyerapan zat besi
dalam tubuh. Beberapa diantaranya adalah teh, kopi, cocoa, jadi sangat tidak disarankan bayi
& anak2 minum 3 hal ini apalagi dalam jumlah berlebihan. Teh dapat mengurangi
penyerapan zat besi hingga 60 % sementara kopi mengurangi penyerapan zat besi hingga 40
% selain itu membuat bayi berkurang frekuensi menyusunya. Beberapa rempah juga
merupakan senyawa phenolic seperti oregano (bumbu pizza, pasta, dll). Juga segolongan
sayuran seperti kacang panjang.

2. Kalsium. Segelas susu yang diminum saat makan dapat mengurangi penyerapan zat besi
hingga 50%. Susu segar tidak boleh diberikan pada anak

3. Pytates yang biasanya terdapat di cereal dan oat.

Key Point Bagian 4 :


1. Porsi MPASI tidak boleh melebihi kapasitas yang seharusnya diterima bayi, sehingga
MPASI bukannya menjadi Makanan pendamping ASI tapi menjadi Pengganti ASI /
Breastmilk Substitutes . ASI yang UTAMA hingga bayi usia 1 tahun.

2. Pemberian MPASI kaya zat besi dimulai sesegera mungkin saat MPASI dimulai.

3. Prinsip dasar utama MPASI adalah : Age, Frequency, Amount, Texture, Variety,
Active/Responsive dan Hygiene . Agar gampang diingat kita singkat jadi AFATVAH.

4. Ada 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu heme iron dan non heme iron.

Heme iron dapat ditemukan dalam daging yang secara asalnya mengandung hemoglobin
seperti daging merah, ikan dan unggas. Sementara non heme iron banyak ditemukan pada
tanaman (buah dan sayur).

1. Zat besi dalam non-heme iron hanya sedikit diserap tubuh dibandingkan dengan heme
iron yang dapat mencapai penyerapan sebesar 3x lipat lebih banyak dari non heme
iron.

2. Padukan dengan Iron enhancers / Bahan makanan&hal2 yang membantu penyerapan zat
besi

3. Hindari Iron inhibitors / Penghambat penyerapan zat besi

Bagian 5 : Seputar MPASI Instan


Ada yang pernah membandingkan rasa MPASI Instan dengan bahan2 aslinya? Contoh rasa
pisang saja yang gampang.

Kebetulan saya pernah makan keduanya, bagi saya pribadi rasa alami tidak akan tergantikan
dengan buatan. Manisnya berbeda, kalau mata saya tertutup dan pisang asli dibuat lumat vs
makanan instan (bubur) rasa pisang , saya bisa tebak yang mana yang instan yang mana yang
asli.

Begitu pula dalam hal rasa masakan. Saya tidak pernah memasak pakai MSG dan bumbu2
yang tajam, nah ketika saya pulang sebentar ke Indonesia, makan di restoran, saya rasa semua
rasa makanannya “tajam”, banyak MSG nya, alhasil saya langsung pusing (saya sensitive
sama MSG) dan ujung-ujungnya diare.

Menurut Gabrielle Palmer (nutritionist, breastfeeding counselor, former UK IBFAN ).


Kecenderungan menyukai suatu rasa dibentuk sejak awal kehidupan dan cara pemberian
makan awal bayi (MPASI) dapat membentuk bayi/anak menginginkan rasa yang terlalu
manis, asin, makanan-minuman rendah nutrisi untuk jangka panjang.

Sepertinya sangat umum di sosial media Ibu2 yang mengeluh bayi/anaknya tidak mau lagi
makan makanan homemade setelah sebelumnya terbiasa makan makanan instan. Masih
menurut Gabrielle, terdapat bukti/evidence bahwa anak2 yang tereskpose/mendapatkan
beragam makanan sehat dan alami , di masa mendatang akan memilih sendiri makanan sehat
seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisinya. Dan jangan lupa, bayi-anak adalah
Imitator/peniru, they see, they learn, they copy. Jadi konsep memberi makanan sehat adalah
untuk seluruh keluarga, bukan hanya untuk bayi-anak2 saja. Bisa intip tulisan saya :

10 Tips Orang Tua Jadi Contoh Pola Makan Yang Baik & Sehat untuk anak2

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202928886289029&set=pb.1409280466.-
2207520000.1393179840.&type=3&theater
Pernah dengar RUTF? RUTF adalah Ready To Use Therapeutic Food. RUTF ditemukan
akhir tahun 1990. Produk makanan instan yang bisa masuk kategori RUTF adalah makanan
yang padat vitamin dan mineral setara dengan F100 (Formula 100). F100 adalah produk susu
therapeutic yang didesain khusus untuk mengobati malnutrisi berat. RUTF sangat berguna
untuk mengobati kasus malnutrisi berat yang penderitanya memiliki akses terbatas ke
sumber2 bahan makanan local untuk rehabilitasi nutrisinya. Yang jadi masalah, ketika RUTF
diberikan pada bayi-anak yang tidak mengalami malnutrisi berat dan diberikan setiap hari
(daily diet).

Berikut kutipan dari buku Palmer :

“ The Use of ready made food designed for the clinical rehabilitation of severe malnutrition
SHOULD NOT become the daily diet just because political leaders neglect their basic duty to
provide water, to support locally sustainable food system & communicate practical nutrition
information.”

Nah tepat sekali kutipan di atas dengan suara hati saya. Kembali pada point 1 : Rekomendasi
pemberian MPASI Instan difortifikasi . Apakah pemerintah Indonesia sudah melaksanakan
kewajibannya :

1. Menyediakan air bersih

2. Mendukung sistem dan memberi kemudahan akses (termasuk harga terjangkau)


mendapatkan bahan makanan lokal kaya nutrisi

3. MengEdukasi masyarakat mengenai nutrisi A to Z ( sehingga masyarakat paham


mengenai Nutrisi dari sejak pemilihan bahan, paham apa kandungannya, cara
penyiapan hingga penyajian dan untuk MPASI mengikuti panduan AFATVAH yang
sudah saya jelaskan sebelumnya) ? Silahkan menilai sendiri.
Saya ada menyinggung kampanye Michelle Obama mengenai kembali pada memasak -
makanan rumahan , salah satu janji pemerintah US adalah :

Kemiskinan adalah faktor kunci terjadinya kasus malnutrisi, tapi jangan salah, anak2 yang
lahir besar di keluarga yang mampu bahkan kaya juga dapat menerima nutrisi yang tidak
tepat/tidak optimal. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan kemampuan ekonomi yang
lebih baik bagi orang eropa dan Amerika Selatan menghasilkan keluarga yang menerima
asupan bervariasi dan memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tingkat
pendidikannya lebih rendah dan kemampuan ekonominya lebih lemah.

Pemberian RUTF / ready-to-use therapeutic foods yang digunakan saat kasus gawat darurat
(malnutrisi berat), dapat memberikan konsekuensi negative di kondisi normal. Salah satu
potensi bahayanya misalnya, bahan makanan lokal yang murah dapat terabaikan karena
strategi pemasaran & iklan – promosi RUTF yang persuasif meyakinkan anggota keluarga
bahwa makanan instant (misal puree pisang dalam botol) secara kandungan nutrisi jauh lebih
superior dibanding dari pisang di pasar. Problem berikutnya , nilai2 dasar keluarga di mana
keluarga mampu menyediakan makanan sehat bergizi juga akan terkikis . Dikhawatirkan,
manusia meyakini bahwa manusia tidak dapat menyiapkan makanan yang layak untuk
anak2nya, supaya layak/bergizi baik makanan tersebut harus dibuat di pabrik. Hal lain,
hilangnya kebiasaan Food sharing di antara anggota keluarga (ya iyalah siapa juga orang
dewasa yang mau makan MPASI instant seperti bayi/anaknya, pasti lebih memilih makan
pisang asli –misalnya).

Sejak beberapa decade terakhir, industri makanan meningkat secara pesat. Mengutip tulisan
saya mengenai The Truth About Baby Food Jar :

“ Berapakah besarnya pasar makanan bayi secara global? Diperkirakan besarnya lebih dari £6
billion . Coba kita konversikan ke rupiah . 1 GBP ( British Poundsterling) = Rp 19.500. Jadi 6
billion GBP = 6.000.000. 000 x 19.500 = Rp 117.148.200.000.000 = 117 Trilyun Rupiah !

Harap diingat bahwa ketika para orang tua membeli makanan instant tersebut mereka tidak
hanya membayar untuk kandungannya tapi juga untuk pemrosesannya, pengemasannya,
penyimpanan, pendistribusian, dan iklan serta biaya2 pemasaran lainnya. Apa
konsekuensinya? Commercial baby food ini harganya sangat mahal / jauh lebih mahal dari
bahan aslinya.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202625119735055&set=pb.1409280466.-
2207520000.1393202286.&type=3&theater “

Ini fakta di sini (US) : Perusahaan2 yang memproduksi MPASI Instan berlomba2
mendapatkan konsumen. Banyak sekali caranya, mulai dari pembagian brosur, mengirim
direct mail, iklan TV dll untuk meyakinkan bahwa produknya yang terbaik. Gerber baru saja
meluncurkan $30 million atau sekitar Rp 300 milyar lebih untuk iklan TV, media cetak dan
direct mail mengusung slogan : “For Learning to eat smart, right from the start”.

Iklan tersebut berusaha meyakinkan orang tua bahwa produk Gerber : “ specially formulated
to help your baby develop a variety of tastes for healthier foods" "The longer you can keep
your baby on these smart [Gerber] foods now, the better her chances are for eating healthy--
and being healthy--for a long time to come." Juga iklan di bawah ber tagline Baby Food So
Easy (mudah dalam pemberiannya, ga perlu repot menyiapkannya) dan penekanan kata
Natural.

Bisa liat beberapa iklan videonya di :

http://www.youtube.com/watch?v=Ng7k7vhHo58

http://www.youtube.com/watch?v=1kqHJAY8afM

Sementara pesaingnya, Heinz, mengklaim "Everything you could want in a baby food!" and
provide "Only the best ingredients for the best nutrition."

Bisa dilihat Iklan Heinz , tagline : A better way to feed you baby (Cara yang lebih baik dalam
memberi makan bayi Ibu)
http://www.youtube.com/watch?v=nzoRpN0NDHQ

Bagaimana iklan2 MPASI Instan di Indonesia?

1. Promina mengusung tagline : satu-satunya bubur tim saji praktis dengan nutrisi &
tekstur yang tepat

http://www.youtube.com/watch?v=iGwKPdwKyvw

Perhatikan penekanan kata praktis, untuk saya yang mengambil program master bidang
Marketing Management dan pernah bekerja sebagai Brand manager sebuah brand fast
moving consumer goods, campaign tsb juga akan “leading” pada persepsi menyiapkan
MPASI homemade itu ribet/repot.

2. Cerelac mengusung tagline : Gizinya pasti, harga pas.Pilihan cerdas esok cemerlang.

http://www.youtube.com/watch?v=ZoCSIDv13k8

3. Milna mengusung tagline Ahlinya makanan bayi, dengan bla bla bla agar bayi anda
tumbuh optimal.

http://www.youtube.com/watch?v=igS7VMdAj5c

Di bagian akhir tulisan ini yang semoga bagi yang sudah membaca lengkap mendapat
gambaran utuhnya, pertanyaan yang sering diajukan itu kan : What Parents Should Do?
1. Berikan bayi-anak kita nutrisi yang paling baik serta ekonomis.

Ingat bagian 3 : Food is more than nutrition? Kampanye kembali memasak? Dilanjutkan
Bagian 4 : Serba serbi MPASI & zat besi? Cara memilih bahan, mengolah, menyajikan, dan
menyimpan, semua itu perlu ILMU. Dan tidak bisa para Ibu hanya menyalahkan tim
kesehatan yang tidak pernah mengEdukasi atau mendapat informasi yang kurang tepat,
kurangnya kampanye pemerintah mengenai hal ini, lebih baik para Ibu pro aktif. Sudah
banyak kelas2 Persiapan MPASI, bergabung dengan2 Group2 kesehatan yang reliable.
Kunjungi website2 credible (saya pernah kasih tips ya cara mencari sumber dari website2
credible).

2. Paham kapan saat yang tepat memberikan MPASI Instan.

Kembali pada penjelasan Palmer mengenai penggunaan RUTFs (Ready to Use Theurapeutic
Food), maka MPASI Instan difortifikasi dapat diberikan saat anak menderita kasus malnutrisi
atau sudah mendekati tahap malnutrisi DAN akses mendapatkan bahan makanan kaya gizi
dan spesifik untuk malnutrisinya itu sulit. Sulit di di sini bisa 2, bisa sulit karena tidak mampu
(kondisi kemiskinan) dan atau sulit mendapatkannya di daerah Ibu tinggal. (key point :
RUTFs is NOT for daily diet for healthy baby & easy access to get nutritious food).

Ada kondisi-kondisi di mana Ibu tidak dapat menyiapkan MPASI homemade seperti Ibu sakit
, dalam perjalanan dan kondisi2 emergency lainnya. Maka pemberian MPASI Instan adalah
salah satu solusi. Jangan sampai bayi tidak mendapatkan MPASI yang mencukupi karena Ibu
ngotot ingin selalu memberi MPASI homemade. Sama seperti adanya kasus Ibu yang ngotot
memberi ASIx padahal bayinya sudah terindikasi kurang asupan.

Ketika Ibu membeli MPASI Instan, berikut ini What To Do Listnya :

1. Pastikan kemasan tertutup rapat & dalam kondisi baik.

2. BACA LABEL Kemasan :


- Pilih yang tanggal kadaluwarsanya masih cukup lama

- Baca kandungannya , bandingkan nilai kalori & lainnya dengan merek lainnya, jangan
hanya terpengaruh iklan & promosi.

3. Ketika dibuka/sebelum penyajian pertama, pastikan baik bau, tekstur dan rasa tidak ada
yang aneh.

4. Ikuti saran penyajian di kemasan. Sama seperti penyajian susu formula, tidak boleh air
dikurangi atau ditambah yang akan mengurangi kandungan zat gizinya.

Alinea Penutup, ada 2 kutipan menarik untuk pemerintah & pihak2 yg berkaitan :

“ Strategies for the control of micronutrient malnutrition

Policy and programme responses include food-based strategies such as

dietary diversification and food fortification, as well as nutrition education,

public health and food safety measures, and finally supplementation.

These approaches should be regarded as complementary, with their relative importance

depending on local conditions and the specific mix of local needs.


Of the three options that are aimed at increasing the intake of micronutrients, programmes
that deliver micronutrient supplements often provide the fastest improvement in the
micronutrient status of individuals or targeted population.

Food fortification tends to have a less immediate but nevertheless a much wider and more
sustained impact. Although increasing dietary diversity is generally regarded as the most
desirable and sustainable option, it takes the

longest to implement.”

“Gabrielle Palmer :

In common with many others, my vision is of a world where there is egalitarian food security
for all; where the majority of humans get their nutrients from their food (and sunshine);
where unbiased public education ensures that families have the knowledge and skills to feed
their children without the need for different or specially made foods and where government
policies protect public health rather than private profit. “ -dalemm pesannya...

Keypoint Bagian 5 :

1. Kecenderungan menyukai suatu rasa dibentuk sejak awal kehidupan dan cara
pemberian makan awal bayi (MPASI) dapat membentuk bayi/anak menginginkan rasa
yang terlalu manis, asin, makanan-minuman rendah nutrisi untuk jangka panjang.

2. Terdapat bukti/evidence bahwa anak2 yang tereskpose/mendapatkan beragam


makanan sehat dan alami , di masa mendatang akan memilih sendiri makanan sehat
seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisinya
3. Kemiskinan adalah faktor kunci terjadinya kasus malnutrisi, tapi jangan salah, anak2
yang lahir besar di keluarga yang mampu bahkan kaya juga dapat menerima nutrisi
yang tidak tepat/tidak optimal.

4. Sejak beberapa decade terakhir, industri makanan meningkat secara pesat. Harap
diingat bahwa ketika para orang tua membeli makanan instant tersebut mereka tidak
hanya membayar untuk kandungannya tapi juga untuk pemrosesannya,
pengemasannya, penyimpanan, pendistribusian, dan iklan serta biaya2 pemasaran
lainnya.

5. MPASI Instan difortifikasi dapat diberikan saat anak menderita kasus malnutrisi atau
sudah mendekati tahap malnutrisi DAN akses mendapatkan bahan makanan kaya gizi
dan spesifik untuk malnutrisinya itu sulit. Sulit di di sini bisa 2, bisa sulit karena tidak
mampu (kondisi kemiskinan) dan atau sulit mendapatkannya di daerah Ibu tinggal.
(key point : RUTFs is NOT for daily diet for healthy baby & easy access to get
nutritious food).

6. Ada kondisi-kondisi di mana Ibu tidak dapat menyiapkan MPASI homemade seperti
Ibu sakit , dalam perjalanan dan kondisi2 emergency lainnya.

7. Ketika Ibu membeli MPASI Instan, perhatikan What To Do Listnya.

Sumber :

1. A discussion paper developed for the International Baby Food Action Network (IBFAN)by
Gabrielle Palmer

2. http://www.cdc.gov/nutrition/everyone/basics/vitamins/iron.html
3. Laporan Riskesdas 2013 Kemenkes RI

4. Laporan Riskesdas 2007 Kemenkes RI

5. Complementary Feeding : Nutrition, Culture & Politics book by Gabrielle Palmer

6. Key message booklet UNICEF 2012

7. Guiding Principle of Complementary Feeding WHO 2010

8. Infant and young child feeding (IYCF) Model Chapter for textbooks for medical students
and allied health professionals-WHO

9. Guidelines on food fortification with micronutrients

10. The Truth About Baby Food jar : http://www.thealphaparent.com/2013/02/the-truth-


about-baby-food-jars.html?m=1

11. Cheating Babies: Nutritional Quality and Cost of Commercial Baby Food - Daryth D.
Stallone, Ph.D., M.P.H. Michael F. Jacobson, Ph.D.

12. http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-
dan-anak.html
13. http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Suplemen-Zat-Besi.pdf

14. http://aapnews.aappublications.org/content/early/2010/10/05/aapnews.20101005-
1.full?rss=1

15. http://ods.od.nih.gov/factsheets/Iron-HealthProfessional/

16.http://www.iom.edu/Global/News%20Announcements/~/media/48FAAA2FD9E74D95B
BDA2236E7387B49.ashx

17. http://ods.od.nih.gov/factsheets/Iron-HealthProfessional/

18. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002461.htm

19. http://ajcn.nutrition.org/content/71/5/1280s.full

20. http://pediatrics.aappublications.org/content/117/4/e779.abstract

21. http://www.bmj.com/content/343/bmj.d7157
22.https://www.acog.org/Resources_And_Publications/Committee_Opinions/Committee_on_
Obstetric_Practice/Timing_of_Umbilical_Cord_Clamping_After_Birth

Bagian 1 : Rekomendasi dokter2 IDAI pemberian MPASI Instan Difortifikasi :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10203216244032793&id=1409280466

Bagian 2 : Anemia Defisiensi Besi (ADB) :

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203216730884964&set=a.1070999501093.13
218.1409280466&type=1&theater

Bagian 3 : Food is MORE THAN Just Nutrition = Makanan Tidak Hanya Sekedar Untuk
memenuhi kebutuhan Nutrisi / Gizi :

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203217513784536&set=a.1070999501093.13
218.1409280466&type=1&relevant_count=1

Bagian 4 : Serba-Serbi MPASI , dengan fokus pada kandungan zat besi MPASI:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10203221299919187&id=1409280466

Bagian 5 : Seputar MPASI Instan


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203221983616279&set=pb.1409280466.-
2207520000.1397218728.&type=3&theater

10 Manfaat ASI Eksklusif (ASIX)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 5 Agustus 2014 pukul 10:42

Sumber: Dunia Sehat ( http://duniasehat.net/2014/08/04/10-manfaat-asix/ )

Menyusui adalah cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yg terbaik bagi bayi. Memberikan
seluruh anak permulaan hidup yang terbaik bisa dimulai dengan menyusui – sebuah ikhtiar
yang paling sederhana, paling cerdas dan paling terjangkau untuk mendukung anak yang
lebih sehat, keluarga yang lebih kuat dan pertumbuhan yang berkelanjutan. WHO
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif dimulai dalam 1 jam setelah kelahiran bayi
hingga usia bayi 6 bulan. MPASI gizi seimbang harus ditambahkan ketika usia bayi 6 bulan
dengan tetap meneruskan menyusui hingga umur 2 tahun atau lebih.

Tidak ada susu formula yang menyerupai ASI.

ASI eksklusif (ASIX) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lain
selama umur 0 – 6 bulan, bayi harus diberi kesempatan menetek tanpa dibatasi frekuensi dan
durasinya.

Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan meneruskan untuk menyusui hingga 2 tahun
akan berkontribusi memberikan makanan sehat dengan kualitas energi serta gizi yang baik
bagi anak sehingga membantu memerangi kelaparan dan kurang gizi. Menyusui adalah
pemberian makan pada bayi dan anak yang paling hemat. ASI adalah makanan berkualitas
yang bisa dijangkau oleh siapapun tanpa membebani perekonomian keluarga.

Manfaat menyusui dan pemberian ASI eksklusif (ASIX) secara umum yaitu:

1. Pemberian ASIX bisa menyelamatkan nyawa dan melindungi bayi dari penyakit karena di
dalam ASI terdapat zat-zat antiinfeksi.
2. Pemberian ASIX memberikan semua nutrisi terbaik yang diperlukan bayi ketika 6 bulan
dan tetap menjadi makanan berkualitas bagi bayi di atas umur 6 bulan.
3. Pemberian ASIX akan memberikan makanan yang selalu terjamin keamanan serta
kebersihannya, terutama dalam kondisi bahaya (misalnya bencana alam).
4. Pemberian ASIX akan membuat anak tumbuh kuat dan pintar.
5. Pemberian ASIX akan memutus rantai infeksi diare dan kurang gizi.
6. Pemberian ASIX akan menciptakan ikatan yang kokoh antara ibu dan anak.
7. Pemberian ASIX akan melindungi ibu dari kanker payudara dan indung telur.
8. Pemberian ASIX bisa menjadi KB alami dan akan membantu jarak antar-kelahiran.
9. Pemverian ASIX akan menghemat uang dengan tidak perlu membeli susu formula dan alat
minumnya.
10. Pemberian ASIX akan melestarikan lingkungan karena tidak ada limbah dan sampah.
Risiko pemberian susu formula bagi anak:

1. Meningkatkan risiko terkena asma.


2. Meningkatkan risiko mengalami alergi.
3. Meningkatkan risiko sakit jantung dan peningkatan tekanan darah.
4. Meningkatkan risiko penyakit infeksi saluran pernafasan.
5. Meningkatkan risiko gangguan perkembangan dan IQ lebih rendah.
6. Meningkatkan risiko obesitas.
7. Meningkatkan risiko anemia defisiensi besi.
8. Meningkatkan risiko kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome).
9. Meningkatkan risiko diabetes tipe 1 dan 2.
10. Meningkatkan risiko gangguan pencernaan.
11. Meningkatkan risiko kanker pada anak.
12. Meningkatkan risiko paparan kontaminasi lingkungan.
13. Meningkatkan risiko hilang nafas saat tidur (sleep apnea).
14. Meningkatkan risiko permasalahan gigi dan pertumbuhan rahang menjadi maloklusi.
15. Meningkatkan risiko infeksi telinga.

Risiko tidak menyusui bagi ibu:

1. Meningkatkan risiko diabetes (baik diabetes gestasional maupun tipe 2)


2. Meningkatkan risiko obesitas dan kegemukan.
3. Meningkatkan risiko osteoporosis
4. Meningkatkan risiko kanker payudara, indung telur dan rahim.
5. Meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung-pembuluh darah.
6. Meningkatkan risiko jarak antarkehamilan terlalu dekat.

BY ANNISAKARNADI ON AUGUST 4, 2014

Puasa dan Menyusui


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 23 Juni 2015 pukul 22:59

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/asi-lancar-puasa-tak-
lewat/10151971408729778)
ASI Lancar, Puasa Tak Lewat

(Sumber dari: http://aimi-asi.org/tips-menyusui-ketika-puasa/ *dengan tambahan


seperlunya*)

Bulan Ramadhan hampir tiba. Bulan penuh ibadah bagi umat muslim di dunia. Salah satu
ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim yang telah baligh (cukup umur) adalah berpuasa.
Nah, bagaimana dengan ibu hamil dan menyusui?

Puasa Ramadhan hukumnya tetap wajib bagi ibu hamil dan menyusui. Alhamdulillah, Islam
memberikan kelonggaran bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa dengan berpuasa
di lain waktu atau membayar fidyah.

Yang pertama, dikembalikan kepada motivasi atau niat. Jika ibu hamil dan menyusui tidak
melakukan ibadah puasa karena mengkhawatirkan kesehatan dirinya, maka dia menganggap
dirinya seperti orang sakit. Sehingga cara mengganti puasa sama dengan mengganti puasa
dikala orang sakit, yaitu dengan berpuasa di hari lain. Namun, jika mengkhawatirkan
bayinya, dianggap seperti orang tua yang tak punya kemampuan sehingga cara menggantinya
selain membayar puasa-seperti cara orang tua-yaitu dengan membayar fidyah.

Yang kedua, ibu hamil atau menyusui cukup membayar fidyah saja tanpa harus berpuasa.
Karena keduanya tidak berpuasa bukan karena sakit, melainkan karena keadaan yang
membuatnya tidak mampu puasa. Kasusnya lebih dekat dengan orang tua yang tidak mampu
berpuasa.
Apa dan bagaimana cara membayar Fidyah? Fidyah adalah memberi makan orang fakir
miskin. Satu hari puasa diganti dengan satu kali fidyah. Ukuran memberi makan adalah
sebesar porsi kita makan 3 kali sehari, yakni sekitar 1 mud atau 600 gram. Jika dirupakan
uang, sebesar biaya kita makan 3 kali sehari.

Ketika memberikan fidyah, ada tata caranya juga. Salah satu yang harus diingat adalah
jangan lupa mengucapkan berita serah terima/ijab kabul. Misalnya “Saya membayar fidyah
kepada saudara, mohon diterima dengan baik”. Jika meminta orang lain yang menyerahkan
maka, “Ibu A membayar fidyah kepada saudara, mohon diterima dengan baik”. Untuk
detailnya, silakan konsultasi dengan pemuka agama di lingkungan Anda.

Nah, bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa bagaimana? Selama kondisi ibu dan bayi sehat,
maka diperbolehkan berpuasa. Namun, jika dikuatirkan terjadi hal yang tidak diinginkan,
misalnya kekurangan gizi, produksi ASI berkurang, sakit, dan lain sebagainya, maka Islam
menyarankan untuk tidak berpuasa.

Manajemen Laktasi Ibu Menyusui Yang Sedang Berpuasa

Dengan perubahan jadwal makan, bukan berarti asupan makanan yang dikonsumsipun ikut
berubah. Yang penting, ibu menyusui tetap makan 3 kali sehari dan secara disiplin
mengkonsumsi makanan dengan gizi berimbang, yaitu dengan komposisi 50% karbohidrat,
30% protein dan 10-20% lemak.

Kemudian, hal-hal berikut dapat dilakukan untuk memastikan bahwa produksi ASI selama
ibu berpuasa tetap lancar dan berkualitas:

Asupan menu dengan gizi seimbang

Ibu yang sedang menyusui memang membutuhkan tambahan sekitar 700 kalori perhari, 500
kalori diambil dari makanan ibu dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh
ibu. Oleh karena itu, penting bagi ibu menyusui yang sedang berpuasa untuk tetap
mempertahankan pola makan 3x sehari dengan menu gizi seimbang. Pada saat sahur, ketika
berbuka puasa dan menjelang tidur sesudah shalat tarawih. Makan sahur akan menghasilkan
energi yang berguna untuk aktivitas kita hari itu. Komposisi makanan dengan gizi berimbang
akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak. Jangan terlambat berbuka dan
jangan makan secara asal yang penting makan ya :)

Ada beberapa tips mengenai asupan ibu menyusui selama berpuasa:

Pertama,boleh mencoba konsumsi sumber karbohidrat kompleks agar bisa membantu


membuat ibu menyusui tidak lemas di tengah hari. Karbo kompleks seperti beras merah lebih
lama diproses tubuh sehingga pelepasan gula menjadi energi berlangsung bertahap. Kondisi
ini dapat lebih menjamin kebutuhan energi ibu sampai berbuka.

Kedua, konsumsi sayur dan buah lebih banyak saat berbuka atau malam hari dan konsumsi
protein lebih banyak saat makan sahur. Protein menjadi sumber energi, yang diolah terakhir
setelah karbohidrat dan lemak. Asupan protein ini sesuai bagi busui yang membutuhkan
banyak cadangan energi. Sementara serat pada buah dan sayur membantu menjaga asupan
vitamin dan menjaga kesehatan pencernaan ibu selama menyusui. Usahakan stop makanan
instant selama puasa ini ya, karena makanan seperti mie instant biasanya hanya mengandung
kalori yg membuat kenyang tetapi minim nilai gizinya.

Ketiga, silakan konsumsi suplemen vitamin dan mineral jika diperlukan. Tanyakan kepada
dokter suplemen apa yang baik untuk ibu menyusui saat berpuasa karena saat ibu menyusui
berpuasa, yang terpengaruh biasanya adalah kadar micro nutrients (elemen-elemen nutrisi
yang diperlukan dalam jumlah yang kecil seperti zinc, magnesium, dan potassium), namun
itu bukanlah masalah.

Perbanyak konsumsi cairan, mulai dari berbuka hingga sahur

Jika bisa minum air putih sebanyak dua liter (sekitar 10-12 gelas sehari), ditambah dengan
jenis cairan lainnya seperti juice buah, teh manis hangat dan susu. Berbuka puasa dengan
minum minuman hangat, akan merangsang kelancaran ASI bagi ibu menyusui. Jika bisa,
hindari teh dan kopi saat sahur karena bersifat diuretik, yang menyebabkan ibu sering buang
air kecil. Akibatnya ibu berisiko kekurangan cairan akibat seringnya cairan dibuang.

Istirahat yang cukup


Merasa lemas saat berpuasa itu hal yang lumrah, apalagi jika si ibu baru saja menyusui.
Cobalah untuk beristirahatlah sejenak, apakah dengan cara tidur atau sekadar relaks
menenangkan pikiran. Perlu ibu menyusui ketahui, bahwa semakin

sering payudara dihisap oleh bayi, maka produksi ASI akan semakin banyak. Jadi, bila
selama puasa ibu tetap rajin menyusui, ASI akan tetap lancar.

Ibu Bekerja

Ibu bekerja yang memerah ASI di tempat kerjanya disarankan untuk tetap melakukan
kegiatan memerah ASI seperti biasa dengan tetap memperhatikan tips-tips seperti yang sudah
disebutkan diatas ini. Kembali berpegang pada prinsip demand and supply, semakin banyak
ASI dikeluarkan maka semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Apabila ibu menyusui
yang biasa memerah menghentikan kegiatan memerahnya selama bulan puasa, maka ASI
yang diproduksi dapat berkurang, yang bukan disebabkan oleh kegiatan berpuasa tetapi
karena mengurangi kegiatan memerah tadi.

Bagaimanapun, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Untuk
ibu yang memiliki bayi di bawah 6 bulan, memang dianjurkan untuk tidak berpuasa karena
bayi sedang dalam tahap ASI Eksklusif dan belum memperoleh makanan tambahan apapun
kecuali ASI.

Kondisi yang Harus Diperhatikan

Jika si kecil masih dalam fase ASIX (atau bahkan setelahnya) dan ibu ingin berpuasa, ada hal
penting yang tidak boleh diabaikan: perhatikan sinyal sinyal yang dikirimkan tubuh Anda dan
tubuh bayi.

Apa yang harus diperhatikan dari kondisi ibu?

-Merasa sangat haus (terutama pasca menyusui/memerah).

- Urine/ air seni berwarna pekat (kuning tua/cokelat) serta bau yangtajam.

- Merasa sangat pusing dan berkunang-kunang, apalagi jika pusing tidak hilang setelah ibu
beristirahat
Adalah wajar jika ibu merasa lemas. Oleh karena itu usahakanlah untuk beristirahat paling
tidak satu kali di siang hari. Atau bila tidak memungkinkan untuk tidur siang, upayakan untuk
sekadar duduk,

berbaring dengan rileks. Istirahat akan sangat membantu agar hormon Oksitosin yang
berfungsi untuk mengeluarkan ASI bekerja secara optimal. Jika Anda mulai pusing atau air
seni Anda mulai pekat, sebaiknya hentikan dulu puasanya.

Apa yang harus diperhatikan dari kondisi bayi?

- Frekuensi BAK bayi sudah kurang dari 6 kali per 24 jam, warna urine bayi juga mulai pekat

- Ada gejala2 dehidrasi lain pada bayi, seperti mulut yag kering, bayi terlihat sangat lemas,
kulit tidak lentur, dsb.

- Bayi kelihatan gelisah seharian, rewel atau berperilaku di luar kebiasaan normalnya.

- Bayi mengalami diare atau demam yang mana membutuhkan extra asupan ASI agar tidak
dehidrasi, terutama di masa ASIX.

Selamat menunaikan ibadah puasa dan salam ASI :)

Pedoman MPASI menurut World Health Organization


(WHO) Bagian II
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 13 Januari 2015 pukul 22:52

Sumber: Artikel Makanan Pendamping ASI : MPASI WHO di Web Duniasehat.net oleh dr.
Annisa Karnadi ( http://duniasehat.net/2014/02/11/makanan-pendamping-asi-mpasi-
who/comment-page-1/#comment-904 )

Makanan Pendamping ASI : MPASI WHO

Hai ibu-ibu.. :) ada yang masih bingung bagaimana memberi makan pada anak saat umurnya
sudah 6 bulan?

Yuk dibaca artikel berikut ini:

Pemberian makan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan tubuhnya.
Sebagai manusia kecil yang sedang sibuk tumbuh berkembang, kebutuhan zat gizi tubuh anak
sangat banyak loh. Jangan sampai dia kekurangan asupan zat gizi karena efeknya sangat fatal
sekali, bahkan hingga kelak di usia dewasanya. ASI saja sudah tidak cukup buat anak di atas
6 bulan yaa…

Dalam pemberian MPASI menurut MPASI WHO ini mudah sekali, bayi boleh makan apa saja
dari menu meja makan keluarga dan harus diperhatikan: frequency (frekuensi MPASI),
amount (jumlah takaran MPASI), thickness (tekstur makanan MPASI), variety (jenis),
active/responsive feeding dan higiene.

1. Frekuensi pemberian makan MPASI

Pada awal MPASI WHO setelah bayi genap berumur 6 bulan (5 bulan 30 hari), frekuensi
MPASImakanan utama/makan besar diberikan bertahap 2 – 3 kali sehari.

Pada umur 6 – 8 bulan 29 hari, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar) diberikan 3
kali. Berikan snack seperti biskuit atau buah matang 1 – 2 kali sehari.

Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar) diberikan 3
– 4 kali sehari. Berikan snack 1 – 2 kali sehari.

Pada umur 12 – 24 bulan, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar) diberikan 3 – 4
kali sehari dan juga 1 – 2 kali snack tambahan.

Alasan kenapa frekuensi MPASI makan anak harus sering adalah karena anak -terpaksa-
memakan makanan sedikit demi sedikit padahal PR kekosongan asupan kalori dan zat gizi
yang dia miliki begitu serius.

Menghitung umur 1 bulan = 30 hari. Jadi waktu makan MPASI itu bayi umur 5 bulan 30 hari.

Waktu makan sebaiknya disesuaikan dengan waktu makan keluarga supaya bayi lebih
semangat belajar makan ^.^ Tapi jangan terlalu dekat dengan waktu jam tidur bayi.

2. Jumlah takaran makanan yang diberikan

Frekuensi MPASI makan dan jumlah takaran makanan MPASI yang diberikan dalam
panduan MPASI WHO menyesuaikan dengan kapasitas lambung bayi dan rata-rata
kandungan kalori

Kandungan kalori pada bubur MPASI diperkirakan sekitar 0,8 kcal/gram.

Kapasitas ukuran lambung bayi masih kecil yah. Bayi yang baru lahir ukuran lambungnya
hanya sebesar kelereng, umur 3 hari bertambah sebesar bola bekel dan umur 1 minggu
bertambah menjadi sebesar bola pingpong. Nah, ukuran ini berangsur-angsur akan membesar
seukuran bola tenis pada bayi umur 6 – 12 bulan (ada sumber yang menuliskan besarnya
lambung bayi seukuran kepalan tanggannya).

Menurut penelitian, kapasitas lambung bayi itu sekitar 30 gram makanan/kg BB-nya.
Pada awal MPASI di umur 6 bulan jumlah takaran makanan MPASI yang diberikan sekitar 2
– 3 sendok makan per kali pemberian.

Pada umur 6 – 8 bulan 29 hari, jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan bertahap dari 2 –
3 sendok makan menjadi ½ cangkir/mangkok (125 mL) per kali pemberian. Jadi saat bayi
umur 6 bulan 2 minggu diharapkan sudah lancar makan sehingga bisa diberikan takaran
setengah mangkok (125 mL) saat makan. –> ukuran cangkir/mangkok yg digunakan 250 mL.

Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari, jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan bertahap
menjadi ½ cangkir/mangkok (125 mL) –> ukuran cangkir/mangkok 250 mL.

Pada umur 12 – 24 bulan, jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan bertahap menjadi ¾ – 1
cangkir/mangkok (175 – 250 mL) –> ukuran cangkir/mangkok 250 mL.

Karena kita –terpaksa- memberikan makanan dalam jumlah sedikit, namun dengan
PR harus bisa memenuhi kekosongan energi dan zat gizi yang serius maka jenis menu
dan metode MPASI yang kita pilih haruslah tepat.

3. Tekstur makanan MPASI

Menurut petunjuk MPASI WHO, pada umur 6 bulan tekstur makanan MPASI yang diberikan
adalah makanan lumat/halus (bubur saring, pure atau makanan yang ditumbuk/dihaluskan).
Pastikan tekstur makanan MPASI tidak terlalu cair atau encer, jadi gunakan sedikit saja air.
Jadi tekstur bubur cair, tapi jika sendok dimiringkan bubur tidak tumpah.

Pada umur 8 bulan bayi sudah bisa dikenalkan dengan makanan finger food.

Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari tekstur makanan MPASI dinaikkan menjadi makanan lembek
(nasi tim, bubur tanpa disaring, makanan dicincang halus atau irisan makanan-lunak).

Pada umur 12 bulan tekstur makanan MPASI bayi sudah bisa memakan makanan meja
keluarga: makanan yang dicincang kasar, diiris atau dipegang tangan.

Tekstur makanan MPASI ini disesuaikan dengan perkembangan sistema persarafan dan oro-
motorik bayi. Di atas sudah disampaikan tentang kekosongan suplai energi dan zat gizi juga
ukuran lambung yang kecil. Sehingga kita hanya bisa memberikan makanan dalam jumlah
sedikit namun frekuensi sering, juga sebaiknya yang mudah dicerna.

Pemilihan tekstur makanan MPASI ini disesuaikan juga dengan proses pencernaan makanan.
Proses pencernaan makanan ada dua tahap, yaitu pencernaan mekanik oleh kegiatan oro-
motorik gigi-geligi dan pencernaan kimiawi oleh reaksi enzimatik enzim pemecah makanan.
Reaksi enzimatik akan sempurna jika luas permukaan sentuh antar-partikel makin efisien,
sehingga ukuran partikel bahan makanan yang tertelan sebaiknya sudah kecil.

Kemampuan Fisik Bayi Untuk Makan:

Bayi umur 5 bulan baru belajar menggerakkan sendi rahangnya dan makin kuat refleks
hisapnya. Bayi umur 7 bulan bisa membersihkan sendok menggunakan bibirnya. Bayi saat ini
bisa menggerakkan sendi rahang naik-turun juga gigi masih sedikit pun biasanya baru punya
gigi seri yang bertugas memotong bukan menggilas makanan, sehingga proses mengunyah
dan hasil partikel kunyahan masih kasar. Mulai umur 8 bulan bayi telah mampu
menggerakkan lidah ke samping dan mendorong makanan ke gigi-geliginya, makin stabil
menjaga keseimbangan dan memegang sehingga dia sudah bisa menerima makanan finger
food.

Umur 10 bulan merupakan waktu kritis bayi diharapkan sudah bisa memakan tekstur
makanan MPASIsemi-padat (“lumpy” solid food) sehingga mulai kenalkan makanan lembek
tanpa saring di umur 9 bulan. Jika terlambat menaikkan tekstur makanan maka anak akan
semakin sulit memakan makanan yang lebih padat. Umur 12 bulan sendi rahang bayi telah
stabil dan mampu melakukan gerakan rotasi sehingga sudah bisa lebih canggih dalam
mengunyah tekstur makanan MPASI kasar. Pada saat ini bayi telah siap memakan makanan
meja sesuai yang dimakan oleh keluarga.

Jika bayi dipaksa makan makanan padat dini-sendiri contohnya seperti dalam baby led
weaningharus diperhatikan juga risiko tersedak yang masih sangat besar. Ibunya udah bisa
manuver Heimlichbelom nih? Banyak loh bayi yang berakhir mengenaskan karena tersedak,
hiks.

“Baby-led weaning (BLW) means forgetting purées and weaning spoons and simply letting
your baby feed himself.” Sekilas tentang baby led weaning bisa dibaca di:
http://www.babycentre.co.uk/a1007100/baby-led-weaning

Selain itu bayi membutuhkan lebih banyak waktu untuk memanipulasi makanan tekstur padat
untuk bisa mengunyahnya hingga menjadi partikel yang lebih kecil untuk ditelan. Akibatnya
bayi akan memakan jumlah makanan yang lebih sedikit (karena capek dan bosan -dipaksa-
mengunyah) sehingga asupan makanannya kurang dan kekosongan kebutuhan tubuhnya akan
tetap kosong.

Jika ibu ingin bayi mendapatkan manfaat zat gizi secara optimal dari makanan yang dia
makan maka sebaiknya ibu pilih menu dengan tekstur makanan MPASI sesuai tahap
perkembangan bayi ya.

4. Varietas Bahan Makanan

Menurut petunjuk MPASI WHO, pada umur 6 bulan sistem pencernaan bayi termasuk
pancreas telah berkembang dengan baik sehingga bayi telah mampu mengolah, mencerna
serta menyerap berbagai jenis/varietas bahan makanan seperti protein, lemak dan
karbohidrat. Pencernaan serta organ tubuh bayi sudah siap mengolah bahan makanan lain
selain ASI dan susu formula. Jadiii… bayi sudah boleh makan berbagai jenis bahan makanan,
bukan hanya buah aja.

Pada umur 6 bulan, ginjal bayi telah berkembang dengan baik sehingga mampu
mengeluarkan produk sisa metabolisme termasuk dari bahan pangan tinggi protein seperti
daging. Jadi, bukan menjadi alasan menunda pemberian daging merah, ikan dan telur. Supaya
bayi tumbuh berkembang dengan baik sebaiknya kawal dengan pemberian menu protein
hewani plus nabati.
Jadi yaaa… tidak ada alasan gak boleh kasih makanan ini-itu (padahal ortu mampu
menyediakan) hanya karena takut anak tidak bisa mencernanya dan ginjal tidak kuat. Baca,
baca dan baca lagi yuuukk.. :D

Pada masa awal MPASI, varietas bahan makanan yang berikan 1 jenis makanan terlebih
dahulu, kemudian tambahkan 1 jenis makanan lain setiap minggu (kalau AAP setelah
beberapa hari percobaan, penelitian lain menyarankan tiap 2 – 4 hari tambah setiap bahan
baru). Dalam pengenalan bahan baru disarankan memulai dengan dosis sekitar 1 – 2 sendok
teh. Lebih disarankan lagi diberikan sebagai “rasa tunggal”, namun ada beberapa bayi yang
menyukai saat dicampur.

Makanan pertama -yang buat saya monumental, haha- prioritaskan memilih sumber
karbohidrat (bubur serealia seperti bubur beras, bubur jagung, kentang tumbuk, pisang kerok,
sukun) dan segerakan memberikan bahan pangan sumber zat besi hewani.

Tambahkan minyak atau margarin setengah hingga satu sendok teh ke dalam bubur bayi
untuk meningkatkan kandungan energi serta supaya makanan licin dan mudah ditelan bayi.
Ibu bisa menggunakan minyak apapun yang tersedia di rumah selama minyaknya masih
bersih dan bagus bukan minyak bekas menggoreng. Tambahkan minyak ketika bubur akan
disajikan ke bayi.

Hindari makanan dan minuman manis seperti teh, soda, atau biskuit manis. Jangan
memberikan makanan yang keras dan berpotensi untuk tersedak. Hindari pemberian makanan
asin seperti ikan asin.

Bubur bayi dari tepung:

Disarankan memasak bubur dari nasi atau beras. Namun, beberapa suku memiliki kebiasaan
menyimpan bahan makanan pokok dalam bentuk tepung supaya awet seperti masyarakat
Papua dengan sagu atau warga Wonosari dengan tepung singkongnya. Ibu bisa memasak
bubur bayi dari bahan pokok yang tersedia di rumah, sesuaikan saja dengan menu meja
keluarga.

Bubur nasi dimasak dari nasi keluarga dalam pelatihan MPASI WHO di Perinasia.

Bolehkah MPASI sayur dan buah saja?

Makan ala diet vegetarian yaitu hanya memberikan bayi makanan buah sayur serta bahan
pangan nabati lain -sudah dibuktikan dari serangkaian penelitian para ahli- tidak bisa
memenuhi kekosongan zat gizi yang diperlukan bayi (alasannya sudah saya jelaskan di atas),
KECUALI ibu juga memberikan bayi suplementasi dan produk makanan yang telah
difortifikasi di bawah pengawasan dokter anak.

Jika pilihan MPASI ibu hanya buah dan sayuran yang boleh dimakan bayi, tentu bayi akan
rentan mengalami kekurangan energi, kecuali jumlah makanan yang diberikan sangat banyak
dengan risiko bayi sembelit karena makan melebihi kapasitas pencernaannya (ingat bahwa
bayi membutuhkan lebih banyak makanan jika kandungan kalorinya makin sedikit).

Susu sapi untuk bayi:

Susu sapi dan hewan lain belum boleh menjadi minuman utama bagi bayi di bawah 12 bulan
karena terkait dengan risiko perdarahan di saluran cerna serta menghambat penyerapan zat
besi. Namun, ibu bisa menggunakan susu dan produk susu seperti keju, yoghurt, dan lainnya
sebagai campuran dalam MPASI jika bayi tidak sensitif dan alergi.

Madu untuk bayi:

Madu baru diberikan pada anak di atas umur 12 bulan terkait risiko botulisme akibat adanya
Clostridium botulinum yang mencemari madu.

Bolehkah memberikan makanan yang digoreng?

Boleh.

Kok boleh gorengan sih? Kan kalori gorengan lebih tinggi, toh ibu sendiri yang menggoreng
dengan minyak yang aman digunakan. Oiya, jangan samakan diet bayi dengan diet kita-kita
yang udah berumur ini. Bayi itu butuh kolesterol. Salah satu nutrisi unggulan di ASI yang
tidak ada di sufor juga susu lain itu apa? KOLESTEROL dan ASAM LEMAK.

Makanan pencetus alergi:

Terkait ketakutan akan adanya alergi sebenarnya tidak ada pantangan makanan bagi bayi:

Untuk bayi yang terlahir dari keluarga yang sangat kuat dan jelas riwayat alerginya, AAP
merekomendasikan menunda pemberian susu sapi hingga usia anak 1 tahun, telur hingga usia
anak 2 tahun dan kacang tanah, kacang-kacangan, dan ikan hingga anak 3 tahun (AAP,
1998).

Namun demikian, penelitian yang membuktikan adanya manfaat penundaan atau pembatasan
makanan dalam MPASI belum ada (Halken dan Host, 2001) sehingga para ahli internasional
tidak merekomendasikan pembatasan diet pada MPASI anak (WHO/IAACI, 2000).

Kejadian alergi makanan terjadi pada sekitar 2 – 8% anak berumur kurang dari 3 tahun,
tandanya biasanya langsung muncul dalam beberapa jam setelah anak makan.Gejala yang
mungkin timbul antara lain gejala saluran pencernaan (diare, muntah, sakit perut), gejala
saluran pernafasan (batuk, mengi, infeksi telinga), gejala di kulit (bercak merah atau gatal)
dan gejala sistemik (syok anafilaksis hingga BB anak susah naik bahkan gagal tumbuh).
Alergi juga bisa muncul lambat setelah 72 jam terpapar alergen, jadi setelah 3 hari baru
muncul gejala alergi.

Jangan lupa berikan minum air putih


Berikan air putih yang bersih dan sudah dimasak sebanyak kurang lebih 4 – 8 oz (120 – 240
mL) per hari, sebenarnya pemberian air putih bagi bayi yang sudah MPASI ini tidak dibatasi
jadi menyesuaikan kebutuhan bayi. Tawarkan bayi minum air putih setiap selesai makan.
Patokannya: lihat urin dan feses bayi. Jangan sampai bayi kekurangan cairan. Bayi yang
tinggal di daerah panas akan membutuhkan lebih banyak minum sebagai pendamping
MPASI.

Pemberian air putih bagi bayi yang sudah makan MPASI berguna sebagai suplai cairan juga
untuk mencegah sembelit. Lebih lengkapnya bisa dibaca di link berikut ini: minum air putih.

Bagaimana dengan gula dan garam?

Jreng jreeenggg… semua sumber yang saya baca tidak merekomendasikan makanan manis,
asin dan berbumbu tajam. Tapi dalam “booklet pemberian makan” dari Unicef boleh
ditambahkan sedikit garam beryodium dan dalam buku “MPASI rumahan bagi bayi” dari
WHO boleh ditambahkan sedikit gula.

Bayi bisa tetap lahap dengan rasa alami makanan. Masalahnya beberapa kasus akan berakhir
dengan bayi malas makan dan lebih memilih menyusu karena rasa MPASI “hambar”
sedangkan ASI ibu kaya rasa, hasilnya bayi jadi kurus. Jika bayi susah makan karena rasa
MPASI rumahan yang hambar semua dikembalikan ke ibu apakah mau menambahkan
SEDIKIT gula-garam sebagai perasa alami atau mencari solusi yang lain (ingat cukup
SEDIKIT ya, jangan terlalu manis apalagi terlalu asin).

Sebenarnya ibu bisa memakai keju, margarin, mentega, aneka ragam racikan bumbu atau
ASIP supaya bubur terasa lebih lezat bagi bayi :)

Bumbu yang bisa digunakan sebagai perasa bubur yang disukai anak Indonesia:

1. Daun sereh atau batang sereh.


2. Bawang merah (cukup belah 2).
3. Bawang putih (cukup belah 2).
4. Daun jeruk.
5. Lengkuas.
6. Daun bawang.
7. Daun pandan.
8. Kadang bisa juga daun salam dan seledri.

Buku MPASI WHO bisa diunduh disini: MPASI WHO

Booklet Unicef bisa diunduh disini: Booklet Unicef

Btw jangan sedih kalau bayi anda tidak mau makan bubur yang ditambah ASIP -normal jika
ada bayi yang gak suka saat ASIP dicampur ke bubur- daripada bersedih mending segera
mencari variasi menu baru.
(Pesan moral: jadi busui jangan picky eater kalau gak mau anak picky eater :D).

5. Pemberian makan dengan cara aktif/responsif

MPASI bukan hanya sekedar makanan namun juga cara makan, kapan waktu makan, tempat
makan, dan faktor pemberi makanan sehingga dalam MPASI WHO ini juga diperhatikan
faktor psikososial anak.

 Suapi bayi dan perhatikan anak yang lebih besar serta beri bantuan bila dia
membutuhkan. Beri anak makanan dengan sabar dan penuh perhatian, dorong anak
untuk mau makan namun jangan paksa anak untuk makan.
 Jika anak menolak makan, coba ganti kombinasi makanan, rasa, tekstur dan metode
makan.
 Minimalisasi gangguan saat anak makan jika anak tipe yang mudah teralihkan
perhatiannya.
 Waktu makan adalah saatnya anak untuk belajar dan waktu keluarga mencurah cinta
dan saling berkomunikasi sehingga ajak anak untuk mengobrol dengan kontak mata
yang penuh kehangatan.
 Jika anak menolak sendok coba berikan makan dengan menggunakan tangan.
Pastikan tangan ibu bersih yaa.

Jarang ada penelitian tentang anak yang dibiarkan makan sendiri tanpa bantuan sejak
dini seperti dalam baby led weaning.

Metode pemberian makan aktif responsif (jadi ibu menyuapi anak tapi anak juga dilibatkan
secara aktif untuk makan) telah terbukti dari berbagai penelitian yang dilakukan bisa
membuat anak makan lebih banyak.

Cara pemberian makan aktif responsif:

Berikan anak makanan dalam piring tersendiri sehingga ibu bisa mengukur banyaknya
makanan yang dimakan anak. Beri makan dengan alat makan sesuai perkembangan umur
anak serta budaya setempat, ada beberapa kebudayaan yang memberikan sendok yang lebih
kecil bagi bayi. Bayi yang lebih besar akan tertarik untuk makan sendiri, berikan dia sendok
untuk berpartisipasi menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sambil dibantu oleh ibu.

Pemberian ASI pada saat MPASI masih seperti pada saat masa ASI eksklusif yaitu
sesering dan selama yang anak inginkan.

Pada umur 6 – 12 bulan WHO menyarankan untuk menyusui terlebih dahulu sebelum
memberikan makanan lain. Beberapa ahli menyarankan menyusui setelah anak makan.
Namun teknis pelaksanaannya dikembalikan kepada kenyamanan ibu dan anak. Jangan takut
anak menyusu akan membuat anak malas makan. Menyusu semau bayi pada masa-masa ini
akan tetap membuatnya masih lapar karena ASI sangat berbeda dari susu formula dan sudah
tidak bisa memenuhi kebutuhan nafsu makan juga energi bagi bayi.

Keuntungan masih menyusui semau bayi pada masa MPASI antara lain:

 Bayi akan terlindungi dari reaksi peradangan dan infeksi karena ada sel-sel darah
putih, antibodi, antiradang dan aktivator sel darah putih di dalam ASI.
 Epidermal growth factor di dalam ASI akan membantu perkembangan sel-sel usus
juga papilla lidah/taste bud bayi.

Papilla lidah yang sehat akan membuat anak mudah merasakan rasa makanan sehingga nafsu
makannya menjadi baik. Pencernaan yang berkembang sempurna membantu bayi makin
efektif mencerna makanan.

 Terdapat enzim percerna karbohidrat, lemak dan protein di dalam ASI sehingga
proses pencernaan zat gizi dalam makanan akan semakin efisien.

6. Higienitas

MPASI WHO sangat menekankan kebersihan. Pada masa-masa ini bayi sangat rentan terkena
diare sehingga ibu harus memastikan kebersihan makanan, air, alat makan, proses memasak
dan tangan (pemberi makan maupun bayi). Cuci tangan ibu dan bayi dengan air serta sabun
saat mau memasak, mau makan dan setelah dari toilet (sabun biasa, tidak perlu sabun
antibakteri).

Disarankan menggunakan peralatan makan yang mudah dibersihkan seperti cangkir,


mangkok dan sendok, bukan botol-sendok, dot atau pipet. Makanan bayi bisa disimpan di
kulkas dalam rentang yang tidak terlalu lama (misal ibu bekerja menyiapkan makanan untuk
1 hari, jangan 3 hari apalagi 1 minggu yah, dudududuu..).

Masak dengan benar hingga makanan matang. Bubur bayi yang tidak disimpan di kulkas
sebaiknya segera digunakan dalam waktu 2 jam. Pastikan makanan mentah yang dimakan
bayi bersih dan aman. Pisahkan makanan mentah dan matang.

Jadi kalo di cara makan ala MPASI WHO ini cukup dengan makanan yang ada di meja makan
keluarga. Ambil nasi dari nasi keluarga (kenapa memasak bubur dari nasi bukan beras?
Supaya hanya dibutuhkan tambahan air sedikit agar tidak terlalu encer, juga biar cepet
masaknya) lalu pisahkan sayur juga lauk yang belum dibumbui bumbu-bumbu tajam (misal
merica atau cabe).

Untuk menu sesuaikan saja dengan masakan yang ibu masak dengan tekstur dan jumlah
menyesuaikan tahap perkembangan anak. Boleh sih pakai blender, food processor atau yang
lainnya, tapi kalo buat tipe ibu malas nyupir (nyuci piring) macam saya akhirnya jadi males
banget. Penggunaan blender tidak boleh dengan menambah air karena tekstur bubur akan
encer.
Cara memasak bubur MPASI WHO:

1. Ambil nasi 1 mangkok ditambah air satu mangkok. (air bisa kaldu atau santan)
2. Tambahkan bumbu, sayur-mayur dan lauk-pauk. Bumbu utuh saja, bawang cukup
dibelah dua dan jangan ikut dilumatkan. Sayur dan lauk yang diiris halus.
3. Masak di atas api hingga air habis sehingga nasi telah menjadi bubur lembik.
4. Ambil bubur lembik lalu lumatkan dengan saringan kawat.
5. Ambil hasil pelumatan bubur dibalik saringan kawat sehingga menjadi bubur lumat.
6. Sajikan dengan ditambahkan satu sendok minyak atau margarin.

Hasil oleh-oleh memasak MPASI di Pelatihan MPASI PERINASIA ^_^ Ini dimasak dalam
waktu yang sangat singkat loh, hanya sekitar 10 menit dan tidak merepotkan. Jadi kata siapa
memasak MPASI sulit?

Sebenarnya pemberian MPASI itu tidak sulit ya, namun jika salah pilih akan sangat
merugikan bayi. MPASI yang salah akan membuat:

1. Bayi akan rentan sakit,


2. Bayi lambat tumbuh,
3. Bayi akan berhenti tumbuh.

Jangan sampai otak anak jadi kecil gara-gara kurang gizi yaa.. >_

Ciri ada sesuatu yang salah di MPASI ya berat badan anak susah naik, grafik pertambahan
berat badan jelek dan anak sering banget sakit. Bisa dilihat dari gambar ada gambaran CT
scan anak di usia yang sama, anak kurang gizi otaknya lebih kecil dan banyak yang kosong
jadi akhirnya ya jadi anak yang bodoh. Padahal anak ASI -sudah dibuktikan dari penelitian
jangka panjang- seharusnya tumbuh berkembang dengan baik, pintar, aktif dan sehat.

Jika ragu dengan MPASI ibu bisa mendiskusikannya dengan DSA pro-ASI yang
komunikatif. Dokter spesialis anak adalah orang yang sekolah kedokteran dan mendalami
permasalahan anak selama 12 tahun, jadi mereka pastilah tahu apa yang harus anak makan.
Daripada berimprovisasi dengan akibat masa depan anak terancam kan?

Berat Badan Bayi Susah Naik dan Tips Menaikkan Berat


Badan Bayi tanpa Sufor
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 13 Januari 2015 pukul 23:09

Sumber:

1. Sumber : Artikel Berat Badan Bayi Susah Naik di Web Duniasehat.net oleh dr. Annisa
Karnadi ( http://duniasehat.net/2014/09/17/berat-badan-anak-susah-naik/ )
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau
pertumbuhan dan kesehatan anak. Bayi baru lahir hingga anak umur 1 tahun harus ditimbang
setiap sebulan sekali. Anak umur 1-2 tahun harus ditimbang setidaknya setiap 3 bulan sekali.
Titik-titik berat badan pada kurva pertumbuhan akan dihubungkan untuk mendapatkan
gambaran pertumbuhan anak. Oleh sebab itu ibu harus bisa menuliskan, membaca dan
menginterpretasi kurva pertumbuhan anak.

Ada yang masih bingung untuk membaca kurva pertumbuhan anak? Baca disini yaa: Kurva
Pertumbuhan WHO.

Anak yang sehat kurva berat badannya selalu naik setiap bulan. Kurva berat badan ini dibuat
berdasarkan berat badan bayi berbanding dengan umur. Bayi umur 9 bulan ke bawah
diharapkan mengalami peningkatan berat badan minimal 500 gram per bulan. Beberapa bayi
memang ada yang tumbuh lambat, namun biasanya:

1. Tetap naik di kurva pertumbuhannya, misal di garis hijau muda yaa bayi ini akan
tetap stabil bertambah naik di grafik hijau muda.
2. Panjang badan serta lingkar kepala bayi juga tetap bertambah.
3. Bayi aktif, sehat, ceria, tampak bahagia, responsif terhadap lingkungan sosial dan bisa
menetek dengan baik saat masih masa ASI eksklusif atau makan dengan lahap.
4. BAK dan BAB normal seperti bayi/anak lainnya.

Jika anak tumbuh seperti ini maka bisa dikatakan dia memiliki variasi pertumbuhan yang
normal. Jika ibu mendapatkan kurva berat badan bayi naik hanya sedikit atau bayi berada di
bawah garis merah sebaiknya dicari tahu penyebabnya apakah normal, atau kah ada faktor
lain yang menghalangi anak untuk tumbuh. Ibu juga harus waspada ketika kurva berat badan
anak menurun apalagi jika 2 kali penimbangan tidak naik atau turun memotong garis.

Gagal Tumbuh (Failure To Thrive)

Berat badan adalah indikator kesehatan anak sehingga ketika bermasalah ibu harus segera
mencari solusinya supaya jangan sampai terjadi GAGAL TUMBUH (failure to thrive).
Failure to thrive (gagal tumbuh) adalah hambatan pertumbuhan yang menyebabkan
kekurangan gizi yang biasanya terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan.

Penyebab gagal tumbuh pada anak:

 Kesulitan menelan.

Kelainan gigi-geligi dan rongga mulut. Anak yang memakai dot dalam jangka waktu lama
berisiko terganggu perkembangan gigi-geligi sehingga mengganggu kerja mulut saat
mengolah makanan.

Infeksi di rongga mulut seperti sariawan, radang gusi (ginggivitis), radang tonsil (tonsilitis)
sehingga kesulitan mengunyah atau menelan makanan.
Kelainan bawaan seperti labioschizis, palatoschizis, labiopalatoschizis, labiognatoschizis,
ankyloglossia, makroglossia. Tali lidah pendek atau ankyloglossia atau tongue tie
menyebabkan anak sulit menelan sehingga sulit makan dan minum. Baca lebih lanjut:
Tongue Tie.

 Bayi sakit baik akut maupun kronis sehingga mengalami anoreksia, menolak makan
karena penyakit lain akan mengeluarkan zat yang membuat malas makan.
 Kelainan persarafan
 Penyakit jantung bawaan,
 Kelainan endokrin/hormonal: hipotiroid, hipertiroid, gangguan hormon pertumbuhan,
hiperkortisol.
 Displasia bronkopulmoner
 Demam.
 Muntah terus-menerus.
 Refluks gastroesofageal.
 Ruminasi.
 Malabsorbsi misalnya pada kasus kelainan bawaan atau penyakit infeksi.
 Kelainan bawaan / kongenital pada saluran pencernaan: atresia esofagus, achalasia,
spasme duodenum.
 Kelainan kromosom: sindroma Down
 Penyakit kanker/keganasan, kelainan darah.
 Komplikasi kehamilan dan kelahiran: pertumbuhan janin terhambat, prematur,
keracunan obat pada kehamilan

Faktor non-organik anak

 Kemiskinan
 Pemberian ASI kurang baik
 Faktor kejiwaan dan sosial: kekerasan pada anak, deprivasi sosial
 Faktor lingkungan sosial yang tidak mendukung
 Kesalahan pemberian makan bayi dan anak misalnya MPASI dini tanpa indikasi
medis atau salah memilih metode pemberian MPASI.

Pada bayi yang masih ASI eksklusif jika terjadi kenaikan berat badan yang lambat sebaiknya
segera cek beberapa faktor berikut ini:

 Posisi dan pelekatan menyusui tidak baik.


 Bayi memiliki tali lidah pendek/ankyloglossia/tongue tie. Baca info tali lidah pendek
lebih lanjut:Tongue Tie
 Ibu menggunakan KB hormonal.
 Ibu hamil.
 Ibu jarang menyusui bayi, misalnya memperpanjang jarak waktu antar-penyusuan
sehingga bayi jadi terlewatkan untuk menetek.
 Ibu menggunakan botol dot. Baca dampak buruk botol dot yang menurunkan produksi
ASI: Botol dot.
 Ibu sedang mengalami goncangan jiwa, misalnya mendapatkan kabar berita duka.
 Ibu sedang sakit seperti demam atau mastitis sehingga pasokan ASI menurun.
 Ibu kecapekan.
 Ibu jarang memerah ASI ketika terpisah dari bayi saat bekerja.
 Ibu mengkonsumsi obat tertentu yang efek sampingnya berpotensi menurunkan
produksi ASI.
 Ibu kurang tuntas ketika menyusui bayi misalnya hanya membatasi payudara,
lamanya bayi menetek atau tidak menuruti tanda bayi lapar.
 Kombinasi beberapa hal di atas.
 Produksi ASI menurun tanpa sebab yang jelas.

Pemberian makanan pendamping ASI yang salah sering mengakibatkan kenaikan berat badan
anak seret, pertumbuhan anak lambat dan anak gagal tumbuh. Ibu sebaiknya memakai
MPASI metode WHO supaya tumbuh kembang anak menjadi optimal. Baca tentang MPASI
di MPASI WHO.

Anemia defisiensi besi juga akan membuat anak malas makan hingga akhirnya mudah sakit
dan imbasnya berat badan jadi sulit naik. Hal ini karena:

 Kehilangan nafsu makan dan anak mengalami gangguan di tenggorokan sehingga


sulit menelan makanan.
 Terjadi atrofi papilla lidah/taste bud yang bertugas untuk merasakan rasa makanan
sehingga nafsu makan menjadi buruk.
 Saluran pencernaan juga mengalami kerusakan sel sehingga kerja mekanik maupun
enzimatik yang dibutuhkan untuk mengolah makanan menjadi terganggu.
 Imbasnya penyerapan nutrisi dan zat gizi di saluran pencernaan menjadi terganggu
sehingga anak semakin kurang gizi.

Anak dengan penyakit infeksi berat seperti TBC, malaria, infeksi paru dan penyakit infeksi
lainnya juga akan mengalami gangguan makan. Infeksi cacing akan menyebabkan anak sulit
menyerap nutrisi yang dimakan karena berkompetisi dengan parasit di ususnya.

Anak yang terpapar asap rokok juga berisiko sering sakit, jika sakit lama sembuh, terkena
komplikasi penyakit hingga kurang gizi hingga berat badannya sulit naik. Anak-anak berisiko
menjadi perokok pasif “secondhand smoke” dan “thirdhand smoke” ketika ada orang yang
merokok di lingkungannya. Anak akan menghisap racun yang ada di asap rokok maupun
yang menempel di baju, karpet dan permukaan lain. Anak jadi sering sakit infeksi saluran
pernafasan hingga terkena komplikasi pneumonia, infeksi telinga tengah, asma, alergi lainnya
hingga mati mendadak bahkan kanker. Anak jadi sukar berkonsentrasi, mengalami gangguan
belajar dan memusatkan perhatian bahkan hingga menyebabkan ADHD (attention deficit
hyperactive disorder). Mata menjadi rusak (katarak) dan gigi mudah keropos.

Nikotin dan racun lain dalam rokok akan masuk ke darah ibu juga ke ASI. Bayi jadi sering
sakit, kadar kolesterol baik (HDL) menurun dan rasa ASI juga terpengaruh. Bayi rentan
mengalami kolik juga gangguan pencernaan seperti diare dan mual muntah.

Lebih parahnya lagi terdapat fenomena ketidakmampuan memberi asupan makanan bergizi
pada keluarga miskin acapkali tidak sebanding dengan belanja rokok di dalam keluarga
tersebut. Alokasi belanja rokok justru lebih diprioritaskan dari pada membeli bahan
kebutuhan untuk gizi keluarga. Sifat adiksi rokok ‘memaksa’ keluarga miskin di Indonesia
melupakan pemenuhan kebutuhan gizi. Hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas –
2006) mencatat alokasi belanja bulanan untuk rokok pada keluarga perokok menempati
urutan kedua (9%) setelah beras (12%). Pengeluaran bulanan untuk rokok ini setara dengan
15 kali biaya pendidikan dan 9 kali biaya kesehatan. Jika disandingkan dengan kebutuhan
makanan bergizi, jumlah alokasi belanja rokok keluarga perokok setara dengan 17 kali
pengeluaran untuk membeli daging, 2 kali lipat untuk membeli ikan, dan 5 kali lipat biaya
untuk membeli telur dan susu. Lebih mencengangkan bila kelompok keluaga termiskin
mempunyai proporsi belanja rokok yang lebih besar (12%) daripada kelompok keluarga
terkaya yang hanya 7 persen.

Sebagai penutup, penyebab berat badan anak kecil sangat banyak. Ibu sebaiknya rajin
memantau berat badan anak karena berat badan adalah indikator yang paling sensitif terhadap
kualitas gizi dan pertumbuha anak. Ibu harus waspada ketika kurva berat badan anak tidak
naik, menurun apalagi jika sudah 2 kali penimbangan tidak naik atau turun memotong garis.
Segera ke dokter atau tenaga medis yang berkompeten untuk penanganan lebih lanjut. Jadi,
jangan lari dari (kenyataan) timbangan yaah.. ;)

2. Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/tips-meningkatkan-berat-
badan-bayi-tanpa-bantuan-susu-formula/10152103328264778 )

Ketika kita membawa bayi kita untuk ditimbang berat badannya dan mendapati berat
badannya masih di bawah garis normal, apakah itu lantas menjadi alasan untuk memberinya
susu formula? Jangan buru-buru memutuskan memberikannya susu formula ya Bu... Mari
kita ingat kembali berat badan lahirnya, pola kenaikan berat badan sebelumnya, riwayat
kesehatannya (apakah dia sakit di bulan ini), apakah dia pernah mengalami gerakan tutup
mulut (GTM) bulan ini serta bagaimana kondisi genetik ayah ibu (apakah ayah ibunya gemuk
atau kurus), dan sebagainya.

Berat badan yang kurang bisa terjadi karena asupan makanan yang tidak adekuat (tidak
cukup). Biasanya ini terjadi jika anak sedang sakit atau habis sakit, anak sulit makan atau
pilih-pilih makan, atau jika supply kalori tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh dan
aktivitasnya.

Ada kasus di mana bayi/anak makannya baik, tetapi banyak tidak terserap dengan baik akibat
adanya gangguan penyerapan makanan, alergi, diare/muntah atau dalam masa penyembuhan
dari sakit. Jika ada kasus medis, diskusikan dengan dokter agar kondisi medisnya dapat
diatasi. Tetapi, jika masalahnya terjadi pada anak yang sehat tetapi kurang asupan makanan,
ada beberapa tips yang bisa dicoba:

 Untuk bayi di bawah usia 6 bulan, perhatikan asupan ASI dan pola menyusui. Jika ada
masalah dengan menyusui, segera hubungi konselor laktasi untuk membantu
memperbaiki posisi pelekatan, dan sebagainya.
 Bayi harus lebih sering menyusu terutama saat malam hari, bisa ditambah dengan
minum ASIP akhir (hindmilk) yang kaya lemak.
 Jika sudah 6 bulan dan mulai MPASI, buat bubur dengan campuran sedikit minyak
atau margarine, santan, kacang yang dilumat, atau parutan keju.
 Minyak nabati yang berupa minyak canola, minyak zaitun, minyak jagung, atau
minyak sunflower/bunga matahari juga boleh ditambahkan sampai 2-3 sendok teh per
hari sesuai dengan toleransi bayi.
 Bisa dibantu juga dengan memberikan alpukat atau pisang yang kaya kalori dan
vitamin.
 Untuk meningkatkan berat badan bayi di bawah usia 1 tahun yang sudah MPASI, bisa
dengan memberika dua jenis protein, terutama hewani dalam menunya karena di
bawah usia 1 tahun, protein adalah penyumbang terbesar pertumbuhan bayi.
Sementara untuk anak di atas 1 tahun, menu double karbo juga bisa membantu
meningkatkan berat badan karena kebutuhan kalori anak di atas 1 tahun sudah sangat
tinggi karena aktivitasnya mulai beragam.
 Utamakan makanan berkalori tinggi yang dibuat sendiri karena lebih segar dan
variatif dibanding makanan instant yang tinggi gula dan kaya pengawet.
 Untuk anak di atas 1 tahun, sebaiknya lebih selektif dengan camilan atau snack yang
kosong kalori seperti permen, krupuk, atau junk food. Sesekali untuk selingan tidak
apa-apa, tetapi jangan sampai menjadi asupan rutin.
 Kreatif memilih makanan sehat padat kalori, komposisi bahan sesuai kegemaran anak,
bisa diberi porsi kecil dengan frekuensi sering yang mungkin lebih mudah diterima.
 Menambah gula pada makanan untuk tujuan menambah kalori tidak disarankan
karena bisa menyebabkan karies gigi dan bahkan memicu diabetes.
 Hindari mencuri-curi kesempatan memberikan ekstra susu formula dalam botol pada
bayi/anak ketika tidur karena dapat menjadi kebiasaan dan mengurangi selera makan
mereka saat sarapan.
 Sarapan itu penting, bukan hanya untuk mereka yang aktif sekolah dan bekerja, tetapi
harus dibiasakan sejak bayi.
 Bagi jadwal makan dalam sehari menjadi 3 kali makan besar ditambah 2 kali
snack/cemilan. Jika belum disapih tetap berikan ASI sesuai kehendak bayi atau tetap
jadwalkan pemberian ASI agar tidak terlewat di sela-sela waktu makannya.
 Pemberian vitamin atau suplemen harus dilakukan dengan pertimbangan dokter.
Diskusikan alasan-alasan pemberian suplemen sejelas-jelasnya.
 Hati-hati dengan promosi obat perangsang nafsu makan atau produk enzim-enzim
pencernaan yang katanya dapat memperbaiki berat badan anak, karena obat-obatan
seperti ini tidak sepenuhnya aman.
 Jika memang ada defisiensi vitamin atau mineral, tambahan vitamin/mineral memang
diperlukan, tetapi yang paling baik adalah dengan meningaktkan asupan sumber-
sumber alami vitamin dan mineral lewat makanan. Suplemen hanya bersifat
membantu dan sifatnya sementara.
 Terapkan aturan makan yang baik pada anak: waktu makan kurang dari 30 menit,
tidak sambil bermain, menonton televisi atau jalan-jalan. Usahakan untuk bisa makan
bersama dengan keluarga setidaknya satu kali dalam sehari.

Semoga tips-tips di atas dapat membantu meningkatkan berat badan anak. Tetapi harap
diingat bahwa indikator kesehatan anak tidak hanya dilihat dari berat badannya ya :) Cek juga
panjang badannya secara berkala. Untuk bayi dibawah 1 tahun, lingkar kepala juga adalah
indikator yang harus diperhatikan pada setiap pengukuran.
Sumber: Tips Dongkrak Berat Badan tanpa bantuan Sufor: http://kultwit.aimi-
asi.org/2012/07/tips-dongkrak-bb-tanpa-bantuan-sufor/

Panduan MPASI menurut World Health Organization


(WHO) Bagian I
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 6 Juli 2014 pukul 9:11

Sumber: Dokumen Group Homemade Healthy Baby Food oleh : Mia Ilmiawati Saadah (
https://www.facebook.com/notes/homemade-healthy-baby-food/panduan-panduan-mp-asi-
who/456006517753201 )

MP-ASI yang baik adalah kaya energi, protein, mikronutrien, mudah dimakan anak, disukai
anak, berasal dari bahan makanan lokal dan terjangkau, serta mudah disiapkan. Banyaknya
kasus kurang gizi di dunia , terutama kasus kurang protein, zat besi dan vitamin A; telah
mendorong WHO sebagai badan kesehatan dunia untuk memperbaharui beberapa prinsip
penting di tahun 2010 untuk panduan pemberian makan bagi bayi dan anak, yang dikenal
dengan prinsip AFATVAH :

Age : MP-ASI diberikan saat bayi berusia 6 bulan berdasarkan kesiapan pencernaan bayi.
Resiko pemberian mp-asi dini sebelum usia 6 bulan sudah dibahas di Bab 1. Pemberian mp-
asi telat bulan dapat menyebabkan bayi tidak mendapat cukup nutrisi, sehingga mengalami
defisiensi zat besi, tumbuh kembang yang terlambat.

Frequency : frekuensi pemberian makan.

Di awal mp-asi diberikan 1-2 kali;

seterusnya usia 6-9 bulan diberikan 2-3 kali makan sehari ditambah 1-2 x cemilan;

usia 9-12 bulan 3 x makan dan 2x cemilan.

Amount : banyaknya pemberian makanan.

Di awal mp-asi berikan sebanyak 2-3 sdm dewasa per porsi makan;

usia 6-9 bulan bertahap mulai dari 3 sdm dewasa hingga 125 ml per porsi makan;

usia 9-12 bulan bertahap dari 125 ml hingga 250 ml per porsi makan.

Texture : tekstur makanan, berdasarkan panduan WHO terbaru ini bayi langsung diberi
puree/bubur halus (lembut) tapi semi kental. Patokan kekentalan dilihat dari makanan yang
tidak langsung tumpah ketika sendok dibalik. Kekentalan berbanding lurus dengan
banyaknya asupan kalori dan nutrisi.
Setelah mulai makan beberapa minggu sampai usia 9 bulan, tekstur lebih kental berupa bubur
saring yang lebih bertekstur daripada bubur halus/lembut.

Mulai usia 9 bulan sudah bisa makanan yang dicincang halus, tidak keras dan mudah
dijumput oleh anak.

Diharapkan mulai usia 1 tahun anak sudah bisa makan makanan keluarga.

Variety : variasi keberagaman makanan diberikan sejak awal pemberian mp-asi terdiri dari
karbohidrat, protein nabati (kacang-kacangan), protein hewani, sayuran dan buah, serta
sumber lemak tambahan. Keberagaman makanan diperlukan untuk keseimbangan antara
masukan dan kebutuhan gizi karena tidak ada 1 jenis makanan yang memiliki semua unsur
gizi yang dibutuhkan. Dengan mengonsumsi makanan yang beranekaragam, kekurangan zat
gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi jenis makanan lainnya,
sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

Untuk perkenalan awal mp-asi, paling lama 2 minggu pertama disarankan dikenalkan bubur
dan pure buah tunggal (dari satu jenis bahan) dengan frekuensi makan 1-2 kali sehari. Masa
pengenalan ini digunakan untuk pengenalan variasi sumber karbohidrat, sayuran dan buah.

Paling telat minggu ketiga sudah harus dikenalkan aneka protein, baik protein hewani
maupun protein nabati, dan sumber lemak tambahan dalam bentuk bubur halus/saring yang
diberikan bersama dengan karbohidrat dan sayuran dengan frekuensi makan 2-3 kali sehari
dan mulai dikenalkan 1 kali cemilan/makanan selingan.

Prinsip variasi keberagaman ini menjadi dasar atau panduan menyusun menu harian, untuk
mudahnya mari kita sebut sebagai panduan 4 bintang yang harus memenuhi tiga fungsi
makanan (disebut juga sebagai tri guna makanan : zat tenaga, zat pembentuk dan zat
pengatur). Selalu sertakan 1 bahan makanan dari setiap kelompok jenis makanan (kelompok
bintang) dalam menu harian MP-ASI dan makanan keluarga yang terdiri dari :

* Sumber hewani sebagai sumber pembentuk sel tubuh dan sumber zat besi (memenuhi
fungsi zat pembentuk)

** Sumber karbohidrat dikenal sebagai makanan pokok sumber penghasil energi (memenuhi
fungsi zat tenaga)

*** Kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati dan mineral zat besi (memenuhi fungsi
zat pengatur)

**** Sumber vitamin A dari sayuran dan buah (memenuhi fungsi zat pengatur)

***** Lengkapi dengan unsur penunjang yaitu sumber lemak tambahan untuk menambah
kalori
Terkait dengan keberagaman bahan makanan, jika orang tua memiliki riwayat alergi terhadap
makanan tertentu, ada baiknya melakukan “tunggu 2-3 hari” saat mengenalkan makanan baru
pada bayi, khususnya makanan pemicu alergi pada orangtuanya. Jika tidak ada riwayat alergi
dalam keluarga, disarankan memberikan variasi makanan setiap harinya agar anak
mendapatkan variasi nutrisi sejak awal pemberian mp-asi.

Makanan pemicu alergi pada umumnya : telur, ikan laut, kacang-kacangan, beberapa buah-
buahan golongan berry, tomat, jeruk dan jambu biji.

Active/responsive : saat memberi makan, respon anak dengan senyum, jaga kontak mata,
kata-kata positif yang menyemangati. Beri makanan lunak yang bisa dipegang untuk
merangsang anak aktif makan sendiri.

Hygiene : menyiapkan dan memasak makanan secara higienis. Pastikan makanan bebas
patogen, tidak mengandung racun/bahan kimia berbahaya, cuci bersih, masak dan simpan
dengan baik, cuci tangan ibu dan bayi sebelum makan.

Referensi:

http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597494_eng.pdf

http://kultwit.aimi-asi.org/2012/05/wmpasi

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CD0QFjAD
&url=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F125830-S-5822-
Hubungan%2520pengetahuan-Literatur.pdf&ei=-
bJ7Uv65AoKqrAez74HIAQ&usg=AFQjCNEY6Ku-
lvkBUC4M8DSnMfwNo2mMfg&bvm=bv.56146854,d.bmk

Departemen Kesehatan. Pedoman Umum Gizi Seimbang.

Modul Kelas Edukasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), AIMI.

UNICEF, Booklet Pesan Utama Pemberian Makanan Bayi dan Balita, Paket Konseling,
AIMI 2012

UNICEF, Materi Peserta, Modul Pemberian Makan Bayi dan Balita dan Pendamping ASI,
AIMI 2012

Makanan Pendamping ASI (MPASI), Apa dan Bagaimana


?
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 13 Januari 2015 pukul 22:57
Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (
https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/pertanyaan-yang-sering-
diajukan-faq-seputar-pemberian-mpasi/10152107512094778 )

FASE ORAL DAN MPASI: Anak saya sudah mulai mengemut jari-jari tangan dan
menunjukkan ketertarikan pada makanan. Usianya masih 4 bulan. Apakah ini saatnya
dia diberi makanan pendamping ASI:

JAWAB: Fase oral dimana bayi mulai tertarik memasukkan segala sesuatu ke mulut,
termasuk memasukkan tangan ke mulut mulai terjadi saat bayi usia 2 bulan. Bayi juga mulai
menunjukkan ketertarikan terhadap lingkungannya di usia 3 bulan. Keduanya bukanlah tanda
kesiapan bayi mendapatkan makanan pendamping ASI. Sesuai ketentuan WHO yang
diadopsi oleh Kementerian Kesehatan Indonesia dan IDAI, AIMI menyarankan pemberian
MPASI di usia 6 bulan. Jika MPASI diberikan sebelum usia 6 bulan resikonya antara lain
adalah sebagai berikut:

1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari
berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum
sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang
masuknya berbagai jenis kuman, apalagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset
terakhir di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia
berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas
dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI Eksklusif.
2. Menyulitkan ibu mempertahankan produksi ASI karena bayi yang sudah
mendapatkan MPASI biasanya akan berkurang kebutuhan menyusunya
3. Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan
siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung,
pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia
berumur 6 bulan.
4. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur kurang
dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk kandungan dari makanan.
Sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
5. Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan akan mencegah potensi obesitas pada anak
6. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di
kemudian hari. Proses pemecahan sari-sari makanan yang belum sempurna. Pada
beberapa kasus yang ekstrim ada juga yang perlu tindakan bedah akibat pemberian
MPASi terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh
diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bulan

WAKTU MULAI MPASI: Kapankah MPASI bisa dikenalkan? Saat bayi usia 180 atau
6 bulan?

JAWAB: Ketentuan WHO menyebutkan MPASI dikenalkan di usia 6 bulan (180 hari).
Mana yang dipilih? Terserah Anda :) Yang penting tidak sebelum 180 hari atau setelah 6
bulan. WHO membuat dua versi untuk mengantisipasi jika ada yang tidak menggunakan
sistem penanggalan Masehi. Jika Anda ingin menghitung dengan sistem hari silakan gunakan
180 hari. Jika tidak ingin terlalu ribet, berikan MPASI saat bayi ulang bulan ke-6. pada
prinsipnya sama saja :)
MENU MPASI: Makanan apa yang bisa diberikan sebagai MPASI?

JAWAB: AIMI mengikuti panduan WHO yang bisa memberikan semua jenis makanan sejak
awal MPASI. Kenapa semua jenis makanan? Karena tidak ada satu jenispun makanan yang
bisa mengcover kebutuhan energi anak yang meningkat pesat saat usia 6 bulan. Bedanya di
setiap titik usia ada pada tekstur dan porsi saja. Menunya apa? Sebetulnya apapun yang
dimakan keluarga bisa digunakan. WHO menyarankan makanan bayi adalah makanan yang
bisa didapatkan di lingkungan kita (di pasar atau supermarket dekat rumah yang juga
dikonsumsi oleh keluarga). Kalau di rumah ibu membuat sayur sop, sayuran yang digunakan
utk sayur sop bisa diberikan ke bayi, tentu saja dengan versi tanpa gula garam, tidak pedas
dan sayurnya dihaluskan sesuai tekstur hingga dapat dicerna sesuai usia bayi. Jika ada
riwayat alergi, perhatikan makanan apa saja yang berpotensi alergi pada anak. Silakan baca
detailnya di berbagai dokumen MPASI dalam grup ini.

AWAL MPASI: Makanan apa yang bisa diberikan di awal MPASI?

JAWAB:

Panduan WHO mengisyaratkan agar makanan pertama yang dikenalkan adalah kategori
makanan pokok (karbohidrat) sesuai jenis makanan pokok yang dikonsumsi keluarga.
Sesuaikan tekturnya dengan syarat tekstur MPASI yang benar. Selanjutnya bisa dikenalkan
sayur atau buah. Ketiga jenis makanan itu dapat dikenalkan di awal MPASi karena
berkategori alergi rendah. Jangan lupa segera kenalkan lemak, protein nabati dan hewani
juga. Untuk dua minggu pertama disarankan mengenalkan menu tunggal atau satu jenis
makanan dalam sekali makan. Tujuannya agar bayi kenal rasa tiap makanan dan untuk
mempermudah pengamatan reaksi alergi yang biasanya mumcul beberapa jam sesudah bayi
makan.

Untuk perkenalan awal mpasi, paling lama 2 minggu pertama dikenalkan bubur/puree tunggal
dari satu bahan, boleh ditambah ASI atau air, jaga tekstur agar tetap semi kental (yang bila
diletakkan di sendok dan sendok dibalik tidak mudah tumpah) Frekuensi makan 1-2x sehari
dengan porsi 2-3 sdm dewasa tiap kali makan. Kenalkan semua bahan makanan dari mulai
kategori karbohidrat/makanan pokok, buah dan sayur, kacang2an dan sumber-sumber protein
hewani dan nabati.

Setelah dua minggu masa perkenalan kenalkan bubur saring lengkap karbo + sayur + protein
hewani + protein nabati + sumber lemak tambahan (santan/minyak/margarin). Frekuensi
makan 2-3x sehari, mulai diberikan makanan selingan 1x.
MPASI STANDAR WHO: Apakah benar MPASI standar WHO hanya diberikan jika
bayi mengalami masalah dengan gizi dan berat badan?

JAWAB: Tidak. MPASI standar WHO adalah rekomendasi pemberian MPASI untuk semua
anak, terlepas apakah berat badannya masih dalam standar normal atau di bawah standar.
Kebutuhan nutrisi bayi di usia 6 bulan meningkat tajam. Kebutuhannya akan berbagai zat
makanan juga meningkat, misalnya kebutuhan akan ketersediaan zat besi. Kecukupan zat besi
dibutuhkan oleh semua bayi, sehingga semua bayi tetap disarankan mendapatkan MPASI
standar WHO untuk menjamin ketersediaan nutrisi dalam tubuhnya.

MPASI BAYI PREMATUR: Apakah bayi yang lahir premature tetap diberikan
MPASI saat bayi berumur 6 bulan?

JAWAB: sebaiknya dikonsultasikan ke DSA dulu karena ada beberapa DSA yang
berpendapat bahwa MPASI bisa tetap diberikan sesuai hitungan birth date-nya selama
bayinya dinilai sudah siap organ2 pencernaan-nya. Kalau si bayi tumbuh kembangnya normal
dan tidak ada alergi makanan, misalnya, bisa jadi pertimbangan DSA utk tetap mengijinkan
mulai MPASI di usia 6 bulan sejak kelahirannya. namun demikian ada dokter yg
menyarankan pemberian MPASI dilakukan sesuai dengan usia due date atau hari perkiraan
lahir (HPL) dan bukan birth date atau tanggal kelahiran. Istilahnya adalah umur lahir yang
disesuaikan (gestational adjusted age), karena harus disesuaikan dengan kematangan organ
tubuhnya, terutama organ pencernaan.

SEMBELIT PADA BAYI MPASI: Bagaimanakah frekuensi buang air besar (BAB)
yang normal pada bayi yang sudah mendapatkan MPASI?

JAWAB: Seperti halnya orang dewasa, salah satu tanda pencernaan yang sehat adalah
frekuensi BAB yang rutin setiap hari. Bayi yang sudah mendapatkan MPASI, idealnya juga
akan BAB setiap hari. Jika bayi kesulitan dalam BAB atau mengalami sembelit, segera
observasi asupannya. Sembelit itu sebabnya bisa macam-macam: kurangnya intake cairan,
porsi makanan yang terlalu banyak, naik tekstur terlalu cepat, bahan makanan yang seratnya
terlalu tinggi (bayi di bawah dua tahun memang memiliki keterbatasan kemampuan
menyerap bahan-bahan makanan berserat tinggi), atau bisa jadi merupakan salah satu ciri
alergi. Bisa dianalisa kembali kira-kira mana yang jadi penyebab bayi sembelit. Penting bagi
orang tua utk mencari tahu makanan apa yang menjadi "obat" bagi sembelit anak. Pepaya
untuk anak A bisa jadi mempermudah BAB, tetapi efeknya bisa sebaliknya untuk anak B.
Jadi walau pepaya secara umum dikenal mempermudah BAB efeknya bisa beda-beda di
setiap orang. Jadi kesimpulannya penting untuk dicermati jenis makanan apa yang bisa
membuatnya sembelit mana yang tidak. Secara umum, buah yang banyak mengandung air
biasanya bisa membantu mengurangi sembelit.

PEMBERIAN AIR PUTIH: Berapa banyak air putih yang harus diberikan kepada bayi
sejak usia 6 bulan?
JAWAB: Tidak perlu ada target berapa banyak pemberian air putih kepada bayi. Sama
halnya dengan MPASI yang merupakan proses belajar makan pada bayi, pemberian air putih
juga merupakan proses belajar dan harus dilakukan bertahap. Air putih pada periode MPASI
bertujuan untuk membantu bayi mengolah dan menelan makanan serta untuk membantu
membersihkan mulutnya setelah makan. Jika bayi haus, tetap berikan ASI sebagai pilihan
utama. Air putih tidak diperkenalkan di bawah umur 6 bulan karena di bawah usia 6 bulan
bayi tidak butuh asupan cairan apapun selain ASI karena ASI sendiri sudah lebih dari 80%
mengandung elemen air. Pemberian air putih di bawah 6 bulan juga akan memperberat
kinerja ginjal bayi yang belum sempurna.

MPASI TERLAMBAT: Apa yang terjadi jika bayi tidak diberi MPASI padahal
usianya sudah lebih dari 6 bulan

JAWAB: Yang terjadi adalah bayi kekurangan nutrisi dan kalori. Kebutuhan energi bayi
meningkat saat usianya mencapai 6 bulan. Pada usia 6-8 bulan, kebutuhan energi bayi per
hari adalah sebesar 600 Kilo Kalori. 400 Kilo Kalori bisa dipenuhi oleh ASI dan sisanya
harus dipenuhi oleh MPASI. Kebutuhan ini akan etrus bertambah seiring dengan
bertambahnya usia. Bayi yang tidak diberi MPASI pada waktunya juga terancam kekurangan
nutrisi karena di usia 6 bulan banyak nutrisi yang tidak lagi bisa dipenuhi dari ASI seperti zat
besi yang stoknya hanya cukup hingga bayi berumur kurang lebih 6 bulan.

GULA GARAM: Mengapa gula dan garam tidak dianjurkan diberikan pada saat bayi
masih berumur di bawah 1 tahun?

JAWAB:

Dalam ketentuan WHO tidak ada larangan memberikan garam tapi memang hanya sedikit.
Jauh lebih sedikit dari yg diberikan pada makanan dewasa. Tetapi harap diingat, panduan
WHO sifatnya universal di seluruh dunia ya... Masalahnya, definisi "sedikit" pada orang
Indonesia berbeda dengan "sedikit" pada kuliner Barat. Kita terbiasa dengan kuliner bercita
rasa kuat dengan penambahan garam gula dan bahkan penyedap rasa pada makanan dlm
jumlah yg cukup banyak, untuk ukuran kuliner Barat. Sehingga inilah yg sering "merusak"
palate atau toleransi anak terhadap rasa. Anak sudah biasa kenal cita rasa yg kuat sejak kecil
krn pengaruh kuliner lokal ini...Itu kenapa orang Indonesia selalu menganggap masakan
Barat (yg bukan dimodifikasi dengan lidah kita ya), hambar, krn memang mereka
menggunakan garam yg sangat sangat sedikit bahkan pada dewasa.

Nah penundaan pemberian ini diharapkan akan mengurangi beban ginjal anak di usia yg
sangat muda sekaligus tidak memberi kesempatan peningkatan ambang rasa secara signifikan
pada usia yg terlalu muda. terlepas apakah keluarga kita termasuk yg memberi gulgar banyak
atau sedikit, menunda akan lebih baik bagi palate dan kesehatan anak mendatang justru krn
kita tidak bisa pukul rata semua standar gurih dan manis semua keluarga.
Kalau kita kembali lagi ke konsep MPASI sebagai proses pengenalan bahan makanan, semua
bahan makanan harus dikenalkan sesuai rasa aslinya baru kemudian kita kombinasikan
hingga membentuk citarasa olahan kuliner. Jadi sebelum kita kenalkan anak sama sop ayam
yg isinya macam2 sayuran, kita kenalkan dia sama rasa tiap sayur2an dahulu, tanpa intervensi
rasa yg lain. Kalau mau kembali ke rasa, gunakan rempah. Toh kita kaya akan rempah, bisa
manfaatkan itu utk membantu memperkuat rasa makanan.

Soal kebutuhan garam, di beberapa penelitian, utk bayi yg masih ASI ATAU sufor,
kebutuhan akan garam sudah dipenuhi oleh ASI ATAU sufor, itu kenapa dia tidak lagi perlu
garam utk bayi di bawah 1 tahun, krn dia hanya butuh 1 gram garam per HARI :
http://www.nhs.uk/chq/Pages/824.aspx?CategoryID=51

Kebutuhan yodium hanya 90 mikrogram per hari dan itu bsia dipenuhi oleh sufor atau ASI
plus bahan makanan yg beragam. Itu alasannya mengapa sampai 1 thn tidak perlu ada asupan
garam tambahan kalau alasannya hanya utk kebutuhan yodium. Sementara kalau kita sudah
memberikan ikan, mentega, atau keju di sana juga sudah mengandung garam. Tubuh memang
membutuhkan natrium yang dapat diperoleh dari garam dapur. Namun tak perlu
mengonsumsi khusus garam dapur jika natrium yang terkandung dalam bahan makanan alami
sudah mencukupi. Kebutuhan natrium pada bayi di bawah 1 tahun juga hanya 0,4 gram per
hari. Hampir semua produk laut, secara alami sudah mengandung unsur natrium. Hal yg sama
juga untuk penggunaan gula, terkait ambang batas rasa anak dan potensi dia jadi menyukai
makanan yg manis2 ... Tetapi pilihan di tangan Anda tentunya :)

METODE MPASI WHO: kenapa AIMI hanya menyarankan metode MPASI WHO?

JAWAB:

PERTAMA, angka Anemia Defisiensi Besi (ADB), terutama untuk bayi antara usia 6-12
bulan itu sangat tinggi di Indonesia, yaitu lebih dari 40%. Sesuai rekomendasi WHO, negara-
negara dengan angka ADB di atas 40% harus memiliki program nasional untuk pemberian
zat besi, baik zat besi dalam makanan maupun zat besi dalam bentuk suplemen. Apa saja
manfaat zat besi bagi pertumbuhan? Banyak Silakan cek dokumen grup tentang zat
besi:https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/serba-serbi-
pemenuhan-kebutuhan-zat-besi-pada-bayi-dan-anak/10152404935944778. Dan yang juga
harus Anda ketahui, ADB bisa menyerang semua bayi, terlepas dari apapun latar belakang
ekonominya dan seringkali ADB tidak menunjukkan tanda-tanda fisik yang jelas. Nah,
sumber zat besi yang paling mudah diserap tubuh adalah yang berasal dari protein hewani. Itu
kenapa, protein hewani dalam metode WHO disarankan dikenalkan sejak usia 6 bulan.

KEDUA, tahukah Anda bahwa angka bayi/balita stunting atau pendek di Indonesia sangat
tinggi? Berdasarkan statistik UNICEF dan Kementerian Kesehatan, sepertiga bayi/balita di
Indonesia (angka pastinya sekitar 35,6%) mengalami stunting atau bayi pendek. Saking
tingginya angka ini, sampai-sampai lembaga internasional seperti UNICEF dan Uni Eropa
tahun lalu membuat kerjasama khusus untuk membantu menekan angka stunting di
Indonesia. Apa efek dari bayi stunting? Bayi/balita yang mengalami stunting memiliki
potensi tumbuh kembang yang tidak sempurna, kemampuan motorik rendah, mempunyai
produktivitas yang rendah dan memiliki risiko untuk menderita penyakit tidak menular.
Kalau kita ambil data dari WHO, sepertiga anak Indonesia yang mengalami stunting itu, pada
umur 5 bulan sudah kekurangan tinggi badan sekitar sekitar 7 cm. Dan pada umur 17 tahun
dia sudah kehilangan hampir 14 cm. Rata-rata penyebab stunting adalah standar pemberian
asupan yang kurang tepat, termasuk pemberian MPASI yang tidak memenuhi salah satu
elemen penting pertumbuhan yaitu: protein. Tahukah Anda bahwa protein untuk bayi di
bawah 1 tahun menyumbang 60-75% terhadap proses pertumbuhan? Jadi, tentu Anda paham
apa sebabnya jika protein terlambat diberikan. Berdasarkan fakta-fakta di lapangan inilah
maka AIMI mensupport pemerintah untuk mengedukASI pemberian MPASI dengan metode
WHO. Karena salah satu cara untuk memperbaiki angka-angka statistik di atas adalah dengan
fokus pada edukASI pemberian asupan yang benar dalam 1000 hari pertama kehidupan anak
sesuai program pemerintah "Gerakan Nasional Sadar Gizi" . Apa saja di dalamnya? Di
dalamnya berarti pemberian ASI hingga dua tahun dan pemberian MPASI yang benar.

TEKSTUR MPASI: Kenapa MPASI harus bertekstur kental dan bukan cair?
Bukannya tekstur cair mempermudah transisi dari periode ASIX ke periode MPASI?
Kenapa bayi yang baru belajar MPASI sering terlihat mau muntah?

JAWAB:

Pertama, tekstur yang kental menjamin ketercukupan nutrisi pada makanan tersebut. Tekstur
yang terlalu cair menandakan sudah banyak nutrisi dalam makanan yang hilang karena proses
pencairan atau pelarutan.

KEDUA, ketika MPASI diberikan pada usia 6 bulan, bayi sudah mampu mencerna makanan
dalam tekstur kental. Jika bayi terlihat menolak atau seperti memuntahkan makanan itu
sebetulnya adalah tongue-thurst reflex atau refleks mengeluarkan makanan yang ada di
mulut. Refleks ini sebetulnya adalah refleks yang dimiliki bayi untuk mencegah dia tersedak,
yang mana refleks ini sebetulnya mulai hilan ketika memasuki usia 6 bulan. Tapi ketika dia
mulai mengenal makanan baru, biasanya refleks itu sering muncul kembali yang menyerupai
muntah tetapi sebetulnya bukan muntah. Itu sangat normal karena bayi membutuhkan periode
adaptasi dari makanan cair ke tekstur yang lebih padat. Tetap coba berikan dalam porsi kecil,
biarkan bayi bereksplorasi dengan makanan dalam mulutnya hingga dia paham bagaimana
mengolah dan menelannya.

DAFTAR MENU MPASI: Adakah daftar menu ideal untuk MPASI bayi?

JAWAB: karena AIMI mengadopsi ketentuan MPASI WHO, sebetulnya tidak perlu daftar
menu khusus untuk bayi. Bahan makanan yang digunakan untuk menu keluarga (menu
dewasa) bisa diberikan juga ke bayi dengan penyesuaian tekstur dan bumbu. Jadi tentu saja
menu setiap keluarga pasti berbeda sesuai dengan kultur atau kebiasaan kuliner keluarga yang
bersangkutan. Tetap pastikan bahwa MPASI selalu memenuhi semua elemen nutrisi:
karbohidrat, protein hewani dan nabati/kacang-kacangan, lemak, vitamin, dan mineral.
MPASI INSTANT: Apakah benar bahwa MPASI instant lebih baik dari MPASI
rumahan karena di dalamnya sudah menjamin ketercukupan vitamin, mineral serta
unsur-unsur lain.

JAWAB: MPASI instant dibuat, niat awalnya adalah untuk daerah2 krisis, kelaparan,
kekeringan, daerah konflik, bencana dan sebagainya. Tapi setelah booming industri sufor dan
MPASI instant, cita-citanya bergeser. Karena pasarnya potensial, karena banyak ibu yg
bekerja dan tidak sempat membautkan makanan rumahan, jadi MPASI instant menjadi
booming. Dalam ketentuan makanan pendamping ASI sesuai pedoman WHO dan UNICEF,
yang disebut makanan pendamping ASI adalah makanan rumahan. Alasannya sederhana,
anak di usia setahun akan makan makanan rumah kan? kenapa dia harus belajar makan dgn
makanan instant? Jika orang tua masih punya akses ke pusat-pusat komersial seperti pasar,
warung, supermarket selalu berikan sumber2 makanan fresh. Di Indonesia, pemerintah juga
menganut protokol MPASI adalah makanan rumahan. Kalau ada yang memilih MPASI
instant, tenaga kesehatan punya kewajiban menjelaskan cara pemberiannya dengan benar dan
tetap mendorong utk pemberian MPASI rumahan. Selain itu, ada beberapa kelemahan
MPASI instant yang lain. Pertama, umumnya MPASI instant sudah sedemikian rupa
mencampur berbagai jenis bahan makanan. Untuk fase pengenalan MPASI dimana orang tua
harus mengenali reaksi pemberian setiap sumber makanan, akan sulit untuk melacak jika
muncul reaksi alergi. Kedua, MPASI instant juga sudah mengandung penguat rasa manis dan
gurih sehingga bayi akan kesulitan mengenali rasa asli makanan. Akibatnya akan
memperbesar kemungkinan bayi menjadi picky eater atau pemilih makanan. Untuk daerah-
daerah krisis dengan kondisi khusus di ataspun, pemberian MPASI instant harus dengan
pengawasan medis. Kenapa? karena seperti halnya susu formula, MPASI instant kalau tidak
dibuat dengan benar malah berbahaya krn tidak higienis, apalagi kalau air bersih sulit
didapat. Informasi pemberian MPASI instant jika tidak diberikan dengan latar belakang yang
lengkap akan misleading juga, sebagaimana informasi ttg susu formula. Di Amerika Serikat,
satu bayi mengkonsumsi 600 botol MPASI instant setahun dan angka ini cukup
memprihatinkan untuk pemerintahnya. Bahkan di program WIC-nyapemerintah AS (The
Special Supplemental Nutrition Program for Women, Infants and Children) pemerintah AS
lewat Dept of Agricultue meng-klaim bahwa banyak makanan instant bayi tidak cukup
incredible krn fakta nutrisi yang ada dikemasan banyak yg dibuat-buat. Jadi di sana,
pemerintah selalu meng-encourage utk pemberian MPASI rumahan. Di Inggris juga
demikian, 4 dari 5 bayi diberi makanan instant, sementara pemerintah inggris menyatakan
bahwa setiap tenaga medis harus mendorong pemberian makanan rumahan dan bukan
makanan instant (Infant and Child Feeding Guidelines 2010). MPASI instant dapat digunakan
jika: pertama, orang tua tidak memiliki akses ke bahan-bahan makanan yang segar, terutama
bahan bahan makanan protein hewani. Itupun pemberiannya harus dikombinasikan dengan
MPASI rumahan berbahan segar. Kedua, bayi mengalami kasus kurang gizi bisa
mendapatkan MPASI instant. Namun demikian, tenaga kesehatan harus tetap mengajarkan
orang tua bagaiamana mengolah makanan sehat untuk keluarga dan tidak hanya
mengandalkan MPASI instant karena akan ada titik waktu dimana tidak ada makanan instant
yang bisa dikonsumsi anak ketika memasuki usia tertentu.

SUMBER BAHAN MPASI: Apakah benar MPASI harus mengunakan olive oil
(minyak zaitun)? Apakah benar bayi harus diberi ikan salmon?
JAWAB: Prinsip MPASI WHO adalah menggunakan bahan makanan yang mudah didapat di
sekitar kita dan terjangkau budget ekonomi keluarga. Minyak adalah salah satu sumber lemak
dan tidak harus menggunakan minyak zaitun (olive oil). Kalau ingin memberikan minyak,
gunakan minyak yang digunakan di rumah kita. Boleh minyak jagung, minyak kelapa,
minyak sawit atau yang lainnya selama patikan bahwa minyaknya baru dan bukan minyak
bekas memasak atau menggoreng. Margarine dan santan juga bisa digunakan sebagai sumber
lemak. Ikan juga demikian. Tidak harus salmon, tidak harus ikan air laut. Salmon di banyak
daerah sulit didapat dan harganya tidak murah. Berikan ikan yang mudah didapat di sekitar
kita. Ikan laut dan ikan air tawar sama-sama bergizi tinggi. Pada dasarnya berikan makanan
secara bervariasi, karena TIDAK ADA satu sumber bahan makanan yang disebut super food
yang memenuhi semua kebutuhan nutrisi bayi. Itu sebabnya variasi makanan juga harus
selalu diperhatikan dalam MPASI.

BUAH DAN MPASI: Apakah benar bahwa memberikan buah sebagai sarapan bayi
baik untuk pencernaannya?

JAWAB:

PERTAMA, bayi bukan orang dewasa. Kebutuhan serat pada bayi itu berbanding terbalik
dengan orang dewasa. Kalau bayi asupanya harus kaya lemak, kaya protein tapi rendah serat.
Sementara untuk dewasa, asupan harus rendah lemak tapi kaya serat. Kenapa? Karena bayi di
bawah usia 2 tahun itu punya keterbatasan mencerna serat yang tinggi. Itu makanya,
konsumsi terlalu banyak serat pada bayi bisa memunculkan sembelit. Itu makanya kalau kita
perhatikan feses bayi, kita akan melihat jelas serat2 makanan terutama buah dan sayur yang
dia konsumsi. Buah harus tetap diberikan tiap hari, tapi perhatikan juga unsur serat pada
makanan yang Anda berikan ke bayi.

KEDUA, buah bisa diperkenalkan sebagai salah satu makanan yg diperkenalkan pertama kali
ke bayi, selain makanan pokok. WHO/UNICEF sendiri sebetulnya lebih mengutamakan
perkenalan makanan pokok/serealia sebagai MPASI pertama. Golongan serealia atau
makanan pokok serta buah dan sayur cocok diberikan di awal MPASI karena golongan
makanan ini berpotensi alergi rendah.

KETIGA, terkait dengan poin pertama, bayi harus makan makanan yang kaya protein dan
kaya lemak. Kenapa? Karena protein adalah elemen utama pertumbuhan untuk bayi di bawah
usia 1 tahun. Konon, protein berkontribusi 60-75% terhadap elemen pertumbuhan bayi.
Makanya untuk bayi yg ingin mengejar berat badan menu double protein (dua jenis protein
dalam satu menu makanan) dalam makanan harus diberikan. Pemberian sumber2 lemak pada
makanan juga penting untuk pertumbuhan bayi. Terkait dengan tingginya demand protein ini,
untuk bayi yang SUDAH menjalani masa awal perkenalan MPASI (yang 1-2 kali makan
dengan menu tunggal), dimana dia sudah bisa makan 2-3 kali sehari dengan 1-2 kali selingan
maka menu makanan besarnya SANGAT DISARANKAN memenuhi semua elemen nutrisi.
Di piringnya harus ada karbohidrat, protein, lemak, serta micronutrients (vitamin dan
mineral). Lalu di mana letak konsumsi buahnya? Buah diberikan sebagai cemilan, yang 1-2
kali itu, jadi bukan dijadikan makanan utama atau makan besar yang menggeser posisi menu
lengkap yang saya sebut di atas. Metode food combining yang memberikan buah saja untuk
sarapan sejatinya lebih cocok diberikan pada orang dewasa yg butuh banyak serat, terutama
untuk mereka yang sedang menjalani diet karena sifatnya yang kaya serat. Tetapi untuk bayi
dan anak, terutama yang berusia di bawah dua tahun, menu makan besarnya harus
dioptimalkan pada pemenuhan semua elemen gizi. Ingat bahwa kunci asupan yang benar
akan sangat vital pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Jadi jangan sia-siakan golden age
pertumbuhannya ya, karena itu sifatnya irreversible atau tidak akan terulang kembali. Dan
ingat juga, bahwa angka anemia defisiensi besi di Indonesia untuk golongan bayi usia 6-12
bulan adalah tinggi, sekitar 40%. Jadi ada baiknya, optimalisasi menu kaya protein ini sangat
diperhatikan.

EVOO DAN BERAT BADAN: Apalah benar EVOO (Extra Virgine Olive Oil) dapat
meningkatkan berat badan bayi?JAWAB:

Pertama, TIDAK ADA shortcut meningkatkan berat badan bayi dengan hanya kasih minyak,
kasih vitamin, kasih madu, kasih sari kurma, kasih minyak ikan, atau apapun itu. Yang harus
diperhatikan adalah keseimbangan gizi asupannya secara keseluruhan. Evaluasi bagaimana
elemen2 gizi dalam makanannya dan juga bagimana ASI-nya (terutama jika usianya masih di
bawah 1 tahun). Silakan baca dokumen ttg bagaimana meningkatkan berat badan anak tanpa
susu formula: https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/tips-
meningkatkan-berat-badan-bayi-tanpa-bantuan-susu-formula/10152103328264778.

Kedua, pemberian minyak pada makanan bayi TIDAK HARUS EVOO. Gunakan minyak
yang ada di rumah. Di rumah pakai minyak goreng? Gunakan minyak goreng. Ada
margarine? Gunakan margarine. Dan sumber lemak juga BUKAN HANYA minyak ya..Ada
banyak makanan yang kaya lemak, baik hewani maupun nabati. Yang hewani ada ikan,
daging, telur. Yang nabati ada kacang2an, alpukat, dan banyak lagi. Jadi, tidak harus minyak
dan tidak harus EVOO. Maksimalkan sumber lemak dari makanan juga sangat sangat
penting.

Ketiga, untuk bayi di bawah 1 tahun, seperti yg sering kami jelaskan, menu double protein
lebih efektif membantu meningkatkan berat badan. karena protein adalah unsur terpenting
pertumbuhan pada bayi di bawah usia 1 tahun. Yang harus diingat, butuh atau tidaknya untuk
meningkatkan berat badan, unsur protein terutama hewani harus selalu ada dalam makanan
bayi. Kalau lagi harus meningkatkan berat badan, berarti usahakan dua jenis protein ada
dalam makanan, terutama yang hewani krn yg paling mudah diserap tubuh.

Tidak ada shortcut untuk mencapai kesehatan anak dan mencapai berat badan yang ideal
sesuai growth chart atau KMS. Semua harus diatur sedemikian rupa dalam jangka panjang,
terutama asupan makanannya. Untuk yang sudah lewat masa menu tunggal di dua minggu
pertama MPASI, pastikan ada karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam setiap
menu makanannya

MPASI TEPUNG: Mengapa MPASI dalam bentuk tepung tidak disarankan?

JAWAB:

Penggunaan tepung untuk MPASI tidak dianjurkan. Kalau ngotot mau menggunakan tepung,
yg disarankan hanya tepung giling sendiri, bukan tepung dalam kemasan. Kalaupun pakai
tepung giling hanya bisa digunakan utk 1-2 minggu masa pengenalan MPASI tapi sehabis itu
sebaiknya tidak. Kenapa ga disarankan tepung? Tepung membuat MPASI teksturnya terlalu
halus, tidak membuat bayi belajar mengunyah dan mengolah makanan.Sementara MPASI
adalah proses mengenalkan makanan pada bayi. Mengenalkan rasa dan tekstur. Jadi biarkan
dia kenal makanan dengan tekstur aslinya. MPASI tepung porsinya cenderung lebih banyak
(satu sendok nasi dengan satu sendok tepung beras itu banyakan tepung beras). Nah, porsi
kebanyakan bsia juga jadi sembelit. . Lebih baik lagi kalau dari awal sudah dikenalkan beras
aslinya. Proses pembuatan tepung giling juga membuat banyak zat gizi yg hilang. Jika tepung
giling ada kulit arinya (misal: bekatul) bisa membuat bayi sembelit.

AIR TAJIN UNTUK MPASI: Apakah bayi yang sudah MPASI boleh diberi air tajin?

JAWAB: Daripada diberikan air tajin yang hanya berkalori tanpa gizi, lebih baik berikan
bayi MPASI bubur beras lengkap dengan sayur dan lauknya. Selama masa MPASI 6-12
bulan, ASI tetap asupan utama dan MPASI adalah pelengkap yang sifatnya mengisi gap
kekurangan kalori pada bayi. Tetap fokus berikan ASI on demand dan MPASI sesuai
frekuensi dan porsi yang disesuaikan dengan usia.

BAB Bayi MPASI: Bagaimana mencegah sembelit pada bayi yang sudah
MPASI?JAWAB:

PERTAMA, jangan kaget bila setelah mulai MPASI, feses bayi mulai kelihatan lebih padat
atau lebih berampas, warnanya lebih gelap atau bahkan berwarna warni dan baunya lebih
kuat. Normal, karena asupannya juga berubah. Dari hanya berupa ASI yang bentuknya cair
ke kombinasi ASI dan makanan padat yang mana warna dan tekstur makanan padatnya bisa
berbeda beda. Di fase perkenalan MPASI biasanya bayi mulai kelihatan mengejan saat BAB.
Normal karena tekstur fesesnya mulai berbentuk jadi cara dia BAB akan semakin menyerupai
cara kita BAB.

KEDUA, pada fase awal MPASI bayi sangat rentan sembelit. Observasi sebab2 sembelit
pada bayi MPASI:

1. Porsi makanan terlalu banyak. Perhatikan porsi MPASI sesuai usia di dokumen berikut:
https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/panduan-umum-mpasi-
metode-who/10151666164374778 dan berikut: https://www.facebook.com/notes/asosiasi-
ibu-menyusui-indonesia/tips-mpasi-standar-who/10151835808169778

2. Naik tekstur terlalu cepat. Sesuaikan tekstur dengan standar usianya. jangan terlalu padat
dan jangan terlalu cair. Setiap usaha naik tekstur, lakukan BERTAHAP. Baca di
sini:https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/tips-mpasi-standar-
who/10151835808169778. Gambarnya ada di
sini:https://www.facebook.com/media/set/?set=oa.10151830378204778&type=1
3. Kebanyakan serat: bayi yang terlalu banyak konsumsi serat justru bisa sembelit, kebutuhan
serat bayi berbanding terbalik dengan dewasa. Jika dewasa ingin mudah BAB, maka orang
dewasa harus banyak konsumsi serat. Sementara bayi yang terlalu banyak konsumsi serat
justru rentan sembelit. Cek kembali jenis2 sayur dan buah yang Anda berikan ke bayi. Jika
memberikan buah atau sayur yang kaya serat, imbangi dengan memberikan sumber lemak
atau berikan buah yang minim serat tapi kaya air.

4. Kurang sumber lemak. Itu mengapa dalam MPASI disarankan memberikan sumber2
lemak, baik berupa pemberian bahan makanan berlemak seperti alpukat atau pemberian
minyak pada makanan. Minyaknya tidak harus EVOO. Gunakan minyak goreng yang ada di
rumah, yang penting minyaknya baru. Margarine juga bisa digunakan.

5. Kurang mendapatkan ASI. Seringkali ketika mulai MPASI, orang tua mengalami euphoria
krn anaknya akhirnya "buka puasa". Akibat terlalu fokus pada pemberian MPASI, jadi
kadang mengabaikan pemberian ASI. Bayi yang sudah MPASI tetap diberikan ASI ON
DEMAND. Saat bayi haus tetap berikan ASI. Jangan takut memberikan ASI sebelum bayi
makan karena ASI tidak akan membuat bayi usia 6 bulan ke atas kenyang. Itu makanya dia
mulai membutuhkan MPASI krn kebutuhan kalori hariannya di usia 6 bulan tidak bisa
dipenuhi hanya dari ASI.

6. Mulai kenalkan air putih sedikit sedikit secara bertahap, walau tidak perlu pasang target
harus menghabiskan berapa ml air putih per hari. Ingat bahwa ASI sendiri lebih dari 80%
komponennya adalah air. Air putih bisa membantu untuk mencerna makanan dan
membersihkan mulut dan gigi bayi setelah makan.

7. Sembelit juga bsia merupakan salah satu indikasi alergi. Cek jika ada kemungkinan bahan
makanan yg dikenalkan adalah pencetus alergi pada bayi.

Sembelit dapat diatasi dengan memodifikasi bahan makanan yang diberikan. Pijat ILU (lihat
di
sini:https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152233725083625&set=oa.10152072103
359778&type=3&theater) dan gerakan gowes sepeda juga dapat tetap diaplikasikan.

Yang juga penting, jangan lupa membuat food diary atau catatan bahan makanan yg
dikenalkan ke bayi, terutama di masa awal MPASI. Karena sumber sembelit bayi satu dengan
bayi lain berbeda. Bahan makanan yg bisa membuat bayi mudah BAB antara bayi satu
dengan bayi lainnya berbeda. Sehingga kita bisa tahu apa saja yg membuatnya sembelit dan
mana yg membuatnya mudah BAB.
REVERSE CYCLING (Jawaban Mengapa Bayi Minum
ASIP sedikit saat ibu bekerja)
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 22 April 2015 pukul 0:06

sumber: bagian Reverse Cycling dari Dokumen Group FB Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/pertanyaan-yang-sering-
diajukan-faq-seputar-memerah-asi/10152107501499778?hc_location=ufi )

BAYI MINUM ASIP SEDIKIT SAAT IBU BEKERJA:

Kenapa bayi yang ditinggal bekerja berkurang minum ASIP saat siang. Ada yg terjadi di
masa ASIX, ada yg terjadi di masa MPASI. Tapi anehnya kalau ibunya di rumah, bayi akan
menyusu sering sekali, kadang nyaris tiada henti.

Kira-kira normalkah ini?

Jawabannya normal. Ini yang dalam dunia laktasi disebut sebagai REVERSE CYCLING
(terjemahan bebasnya kurang lebih: putaran terbalik).Reverse cycling adalah perubahan pola
menyusu/minum ASI pada bayi dimana bayi jadi jarang menyusu saat siang tapi menyusu
lebih sering saat malam.KENAPA reverse cycling ini terjadi?

1. kalau ini terjadi pada newborn biasanya lebih karena belum begitu bisa membedakan
siang dan malam.
2. ini bisa juga terjadi karena bayi sudah mulai sangat aktif di siang hari. Karena
keasyikan bermain atau beraktivitas dia jadi menyusu lebih pendek atau lebih jarang,
tapi nanti balas dendam menyusu terus di malam harii.
3. jika ibu sangat sibuk di siang hari ada bayi yg jadi enggan menyusu. tapi ketika
malam saat ibunya lebih tenang dan punya banyak waktu bersama bayi, maka bayi jd
lebih sering menyusu
4. untuk bayi yg ditinggal ibunya bekerja, kadang ada waktu2 dimana bayi hanya minum
ASIP sedikit atau secukupnya saat siang tapi dia menunggu saat ibunya ada di rumah
agar bisa menyusu langsung tiada henti.

Untuk ibu yang bekerja, sebetulnya nggak perlu khawatir ya..Jangan jadi stress, anggap itu
artinya bayi lebih memilih Anda ketimbang pengasuhnya atau ketimbang minum ASIP dr
gelas atau sedotan. Setelah Anda tiba di rumah, bersihkan diri dan ganti baju lalu segera susui
bayi. Antisipasi bahwa dia akan terus "menempel" pada Anda selama Anda di rumah.
Habiskan lebih banyak waktu dengannya. Nikmati saja fase ini.

Seperti kata pakar laktasi dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC: "khususnya bayi yang ibunya
bekerja, ada beberapa bayi yang tidak seberapa banyak minum di siang hari tapi mengejar
kebutuhan ASInya di malam hari saat bersama ibunya. Bayi tidak akan membiarkan dirinya
kekurangan ASI. Yang penting berikan ASI sesuai permintaan bayi". Yang juga penting
pastikan kecukupan harian ASI lewat BAK dan pantau perkembangan berat badan serta
perkembangan lainnya setiap bulan. Pastikan stok ASIP Anda selalu cukup, utamakan untuk
memberikan ASIP yang segar yang disimpan di kulkas ketimbang ASIP yang beku.Yang
juga sangat penting: jangan pakai dot untuk memberikan ASIP dan perah 3 jam sekali secara
rutin ketika Anda sedang jauh dari bayi.

ALERGI yang bikin Galau :D


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 10 Maret 2015 pukul 11:09

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


(https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/serba-serbi-
alergi/10152749749864778 ), juga dari Blog Ibu Michelle Dian Lestari Anugrah langsung
( http://needful-thingz.blogspot.com/2014/03/alergioohalergi.html?q=alergi )

Serba Serbi Alergi

(Oleh Michelle Dian Lestari Anugrah – Konselor Laktasi)

DISCLAIMER:

1. INFORMASI INI HANYA BERSIFAT RANGKUMAN DARI BERBAGAI


SUMBER DAN TIDAK MENGGANTIKAN HASIL PEMERIKSAAN ATAU
OBSERVASI DOKTER. KONSULTASIKAN KEPADA AHLINYA TENTANG
KONDISI YANG DIALAMI TIAP ANAK

2. APABILA MERASA TIDAK YAKIN APAKAH ANAK ANDA MENGALAMI


ALERGI ATAU TIDAK, DAN ADA GEJALA-GEJALA SEPERTI DICANTUMKAN
DI BAWAH, SEGERA BERKONSULTASI DENGAN AHLI ALERGI UNTUK
MENCARI INFO LEBIH LANJUT

Definisi Alergi

Alergi adalah reaksi imunitas badan terhadap sesuatu yang dianggap asing atau berbahaya
terhadap tubuh, contohnya makanan, obat atau zat yang terpapar ke kulit atau tertelan atau
terhirup. Tetapi kadang juga ada reaksi yang bukan alergi, dan biasanya hanya muncul sesaat
dan hilang dalam waktu beberapa jam. Sedangkan alergi biasanya menetap sampai alergen
tersebut dikalahkan oleh imunitas tubuh atau terbuang dari tubuh. Contohnya: bayi yang
dikasih jeruk bisa jadi mencret atau timbul ruam-ruam di kulitnya, tetapi hilang dalam waktu
kurang dari satu hari. Itu adalah reaksi makanan. Kalau misalnya ternyata mencret atau
ruamnya bertambah dan tidak hilang dalam sehari, malah tambah parah, itu adalah reaksi
alergi.

Kenapa kita bisa alergi?

Ada tiga penyebab alergi:

1. Genetik (keturunan). Apabila salah satu atau kedua orangtua mempunyai alergi, makan
anak sudah pasti punya alergi. Bila orangtua tidak alergi, masih ada kemungkinan 20% anak
bisa menderita laergi

2. Saluran cerna yang belum matang, sehingga tidak bisa memproses makanan yang masuk

3. Terpapar oleh zat yang menimbulkan reaksi alergi.

Dari ketiga penyebab tersebut, penyebab kesatu dan kedua akan berkurang bahkan hilang
dengan sendirinya saat anak sudah berusia antara 2 - 7 tahun. Sedangkan untuk penyebab
ketiga, penghindaran terhadap alergen adalah kunci utamanya.

Gejala-gejala yang bisa dicurigai sebagai alergi.

Terkadang kita tidak tahu bahwa kita sedang mengalami reaksi alergi, karena tanda-tandanya
tidak terlalu nyata. Menurut dr. Widodo Judarwanto, SpA, berikut ini adalah gejala alergi
yang umum ditemui pada anak-anak usia 0 bulan sampai 24 bulan

1. COLIC ATAU MALAM REWEL : Sering disalah artikan anak haus terus, minta minum,
kurang susu atau bau tangan. Padahal hal itu sering terjadi pada penderita alergi dengan
gangguan saluran cerna yang mengalami rasa tidak enak di perut. Perbedaannya dengan kolik
adalah pada anak yang menderita alergi, biasanya anak akan merasa lebih nyaman saat sudah
pup karena alergennya sudah terbuang lewat feses..

2. BERAK DARAH PADA BAYI : Sering dianggap infeksi bakteri, atau infeksi
amuba. Jika hal ini terjadi pada anak, ada baiknya untuk segera konsultasi dengan dokter
anak untuk memastikan penyebab dari hal ini
3. MATA BELEKAN PADA BAYI (ALLERGY NEONATAL OPTHALMICA) : Sering
dianggap infeksi padahal hanya terjadi sumbatan atau inflamasi di saluran duktus
nasolakrimalis atau salkuran penghubung hidung dan mata. Mata belekan ini biasanya
berlanjut bahkan saat anak biasanya sudah tidak lagi mengalami hal tersebut, yakni saat anak
sudah mencapai usia 2 bulan atau lebih.

4. BADAN SULIT NAIK DAN BATUK LAMA : Sering dianggap karena anak terlalu
lincah atapun tidak bisa diam, padahal kulitas makan anak tidak konsisten dalam jangka
panjang karena gangguan saluran cerna pada penderita alergi. Sering dikira penyakit TBC
atau awam mengenal dengan flek paru padahal anak tidak mengalaminya. Jadi apabila berat
badan anak tidak naik selama tiga bulan berturut-turut, apalagi disertai oleh batuk yang
berkepanjangan, segera konsultasikan kepada dokter anak untuk diperiksa lebih lanjut untuk
melihat apakah penyebabnya adalah bakteri TBC atau bukan. Tes untuk TBC biasanya
adalah tes mantoux, foto dada dan tes darah.

5. SULIT MAKAN ATAU SULIT MINUM SUSU: Dianggap karena bosan susu atau bosan
makanan, Padahal pada penderita alergi khususnya gangguan saluran cerna sering mengalami
nafsu makan yang terganggu.

6. BAB SERING (Usia < 1 Bulan > 4kali, > 1 bulan 3 kali lebih perhari): Sering dianggap
kekenyangan atau banyak makan. Sering dianggap wajar karena minum ASI padahal banyak
anak minum ASI tidak mengalami hal demikian.. Untuk membedakan pada anak ASIX yang
memang sering tidak BAB untuk beberapa hari, perhatikan BABnya. Apabila feses berwarna
kehitaman dan/atau berbentuk seperti kotoran kambing, keras dan berbutir kecil-kecil,
kemungkinan anak menderita alergi.

7. MUDAH MUAL ATAU MUNTAH SAAT MAKAN, BERLARI, MENANGIS ATAU


NAIK KENDARAAN: Selama ini dianggap karena lambung terlalu kecil, klepnya terganggu,
kekenyangan, atau mabuk kendaraan. Padahal anak mengalami gastroesephageal refluks yang
sering terjadi pada penderita alergi

8. SULIT BAB : Sering dianggap kurang minum air putih, kurang sayur atau kurang buah.
Padahal bayi kurang usia 6 bulan tidak pernah minum air putih tidak makan sayur dan tidak
makan buah tidak masalah,. Justru bayi setelah makanan tambahan usia 6 bulan gangguan
sulit buang air besar semakin sering terjadi. Pada bayi baru lahir sering dianggap penyakit
Hirschprung, pada bayi sering dianggap wajar karena minum ASI. Faktanya kita sering
mendengar pengalaman para ibu kalau tidak cocok susu formula akan mengalami sulit berak.
Ternyata hal itu juga terjadi bila alergi dengan makanan tertentu. Kembali lagi harus dilihat
apakah feses anak berwarna kehitaman dan berbentuk seperti kotoran kambing yang keras
dan berbutir (bulat-bulat).
9. ALERGI KULIT: Sering disalahartikan karena debu, air kotor, minyak telon, biang
keringat, serangga atau alergi sabun. Faktanya penderita alergi kulit saat terkena flu, demam
batuk atau pilek akan mengalami kemerahan di punggung dan sebagian kecil dada. Pada saat
itu pemberian minyak telon atau kayu putih dibagian perut tidak mengalami masalah.

10. NAPAS GROK-GROK PADA BAYI (HIPERSEKRESI BRONKUS): Sering dianggap


karena penyedotan lendir saat setelah melahirkan kurang bersih atau alergi dingin.
Faktanya hal itu terjadi karena pada penderita alergi tertentu sering mengalami produksi
lendir yang berlebihan atau hipersekresi bronkus. Harap diingat bahwa bayi yang baru lahir
cenderung masih suka grok-grok karena paru-parunya belum berkembang. Apabila grok-
grok ini masih berlanjut hingga bayi berusia diatas 3 bulan, maka kemungkinan ini adalah
indikasi alergi.

11. KULIT BINTIL MERAH DAN KERAK KEPALA: Dianggap sebegai penyakit sarap
oleh masyarakat tradisional.

12. RUAM SUSU DI PIPI DAN SEKITAR MULUT: Sering dianggap terciprat ASI atau
saat sehabis makan tidak dibersihkan dengan lap.

13. MATA BINTITAN (HORDEOLUM) : Sering dianggap karena infeksi, sehingga


banyak kasus diberi obat tetes antibiotika dan antibiotika minum dalam jangka panjang tiak
membaik. sampai harus dilakukan operasi. Faktanya saat alergi dikendalikan ternyata
gangguan tersebut dapat membaik sendiri.

14. GANGGUAN TIDUR MALAM : Sering dianggap karena terlalu capai bermain saat
siang hari atau dianggap karena haus. Faktanya terdapat gangguan yang bernama Insomnia
Alergi makanan. Ini adalah gangguan untuk memulai tidur dan mempertahankan kualitas
tidur yang disebabkan akibat manifestasi atau respon karena alergi makanan. Biasanya ini
terjadi pada saat anak seharusnya sudah bisa tidur malam dalam waktu yang lama, yakni
diatas usia 12 bulan. Harus dibedakan antara anak yang terbangun waktu malam karena
lapar atau anak yang terbangun waktu malam karena gangguan tidur. Biasanya anak akan
bangun dengan menangis kencang seolah-olah baru bermimpi buruk, dan ini terjadi cukup
sering, bahkan bisa setiap hari. Tidur gelisah, mengigau dan meracau saat tidur juga
termasuk gangguan tidur di malam hari.
16. MATA GATAL SERING DIGOSOK: Sering dianggap karena mengantuk. Faktanya
penderita alergi khususnya sensitf pada kulit sering mengalami gatal pada mata atau telinga.

17. KAKI DAN TANGAN BINTIK MERAH : Sering dianggap digigit nyamuk atau
serangga, padahal di sebuah rumah yang ditinggali banyak orang tidak semua mengalami hal
demikian padahal kondisi nyamuknya sama. Karena kondisi seperti itu maka orang awam
sering menganggapnya darah manis, karena nyamuknya pilih-pilih orang yang darahnya
manis. Padahal penyakit darah manis adalah penyakit yang berbeda.

18. HIDUNG BERDARAH: Sering dianggap karena terlalu lelah atau karena kepanasan.
Faktanya penelitian yanmg telah dilakukan di University of Maryland Medical Center,
Amerika Serikat, memaparkan perdarahan hidung sering dialami oleh penderita alergi

19. PADA ANAK PADA TULANG KERING DI KAKI SERING LEBAM PADA
DEWASA TIMBUL DI LENGAN DAN PAHA: Sering dianggap terbentur atau terlalu lelah.
Faktanya banyak penelitisan menyebutkan pada penderita alergi sering terjadi pemcahan
pembuluh darah kecil atau sering disebut vaskulitis.

Ternyata berbagai gangguan tersebut akan muncul disertai gangguan saluran cerna dan
gangguan alergi lainnya. Saat dilakukan intervensi penanganan alergi ternyata berbagai
gangguan tersebut akan membaik sendiri tanpa operasi dan tanpa obat-obatan antibiotika.
Jadi harus diingat bahwa gangguan karena alergi TIDAK AKAN MUNCUL SENDIRIAN,
tetapi bisa dua atau lebih.

Pencetus Alergi

Jadi, kira-kira apa dong makanan yang bisa membuat anak alergi? Secara umum, ada
beberapa jenis pencetus alergi yang kita temukan di makanan sehari-hari. Dalam hal ini akan
dibagi jadi dua bagian, yakni yang asupan dan non-asupan (non-makanan)

Yang merupakan asupan:

1. Susu (Baik sapi atau kedelai) dan turunannya, seperti keju, yoghurt, mentega, es krim
2. Telur (terutama telur yang difortifikasi dengan DHA atau ayam yang pakannya diberi kulit
udang hingga merah telurnya merah). Ini juga termasuk daging ayam yang pakannya
difortifikasi dengan kulit udang atau pakan dari ikan laut atau bubuk tulang ikan (bonemeal)

3. Kacang Tanah

4. Kacang Pohon (walnut, cashew, dll)

5. Ikan Laut, terutama yang tidak segar, termasuk udang (terutama kulit udang), kerang-
kerangan dan cumi-cumi

6. Kedelai dalam bentuk segar atau diolah menjadi tahu atau susu. Sejauh ini tempe tidak
menyebabkan alergi, karena proses fermentasinya menetralisir kadar lesitin dalam kacang
kedelai, yang merupakan salah satu pencetus alergen

7. Gandum. Seringkali menjadi pencetus gejala Attention Deficit Disorder atau hiperaktifitas,
apabila anak alergi terhadap gluten

8. Pengawet makanan yang mengandung senyawa tambahan Sulfit

9. Pewarna makanan seperti senyawa Tartrazin

10. MSG/vetsin (Monosodium Glutamate), termasuk juga Mono Natrium Glutamat atau yang
suka disebut sebagai Penguat Rasa

11. Aspartam (pemanis makanan)

12. Salisilat (pada obat golongan Aspirin dan obat panas anak pada umumnya

13. Gula rafinasi (gula yang dipakai sebagai pemanis makanan buatan pabrik atau permen)

14. Buah-buahan bergetah seperti mangga, manggis, nangka, buah Jeruk Bali, durian

15. Tomat dan strawberry dan cabai

Yang non-asupan:

1. Debu rumah, kutu kasur (tungau), debu jalanan


2. Asap, bisa asap tembakau,asap bakaran, asap knalpot
3. Bulu binatang peliharaan, terutama anjing, kucing dan burung
4. Serbuk sari atau pollen (tapi ini jarang di Indonesia, kebanyakan di luar negeri)
5. Kandungan kimia yang ada di kosmetik bayi, seperti deterjen, triclosan dan wangi-
wangian (parfum)
6. Zat yang menimbulkan iritasi seperti misalnya bawang merah, bawang putih, minyak
sereh, capsaicim (di dalam cabai) dan menthol
Selain itu juga ada jenis-jenis makanan serta zat-zat lain yang bisa menimbulkan reaksi
alergi, akan tetapi tidak secara umum dan hanya bisa diketahui lewat eliminasi makanan dan
prick test (test dengan menusukkan zat allergen ke bawah kulit)

Menghindari reaksi alergi pada anak

Jadi, apa cara terbaik untuk menghindarkan alergi pada anak?

Untuk alergi yang disebabkan oleh asupan, strategi terbaik untuk menghindari alergi adalah
menunda pemberian makanan padat hingga si kecil berusia 6 bulan. Penelitian menemukan,
hal ini terbukti bisa mengurangi risiko anak terserang alergi makanan. Bagi ibu menyusui,
meski sejumlah penelitian menyatakan tingkat efektivitasnya tidak terlalu besar, mengurangi
asupan makanan yang bersifat alergen dari menu sehari-hari bisa membantu menjauhkan
anak dari paparan makanan alergen.

Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu.
Bila ibu hamil merasakan gerakan atau tendangan janin yang keras dan berlebihan pada
kandungan disertai gerakan denyutan keras (hiccups/cegukan) terutama malam atau pagi hari,
maka sebaiknya ibu harus mulai menghindari penyebab alergi sedini mungkin. Committes on
Nutrition AAP menganjurkan eliminasi diet jenis kacang-kacangan untuk pencegahan alergi
sejak dalam kehamilan.

Pemberian makanan padat dini dapat meningkatkan resiko timbulnya alergi. Hal ini
disebabkan karena lambung dan usus bayi masih belum siap untuk mencerna enzyme pada
makanan yang masuk ke lambungnya. Bayi yang mendapat makanan pada usia 6 bulan
mempunyai angka kejadian dermatitis alergi yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi
yang mulai mendapat makanan tambahan pada usia 3 bulan. Patuhi protokol dua minggu
pengenalan makanan dengan memberikan MPASI tunggal bergantian selama dua minggu
untuk melihat reaksi pada anak. Hal ini terutama harus diperhatikan saat memberikan
makanan berupa beras merah, buah-buahan dan sayuran berwarna oranye dan merah, dan
protein dari makanan laut dan ayam.

Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti ayam sampai di atas 1 tahun, telor,
kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan laut di atas usia 3 tahun.
Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan atau membaca
label komposisi di produk makanan tersebut.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mencegah resiko alergi pada bayi . Bila bayi
minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu
dapat masuk ke bayi melalui ASI. Makanan yang harus diwaspadai adalahh terutama kacang-
kacangan, dan lebih baik dipertimbangkan untuk menunda telur, susu sapi dan ikan.

Kalau bayi mengkonsumsi sufor karena alasan medis, gunakan susu hipoalergenik formula
untuk pencegahan terutama usia di bawah 6 bulan.Bila dicurigai alergi terhadap susu sapi
bisa menggunakan susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya harus tetap diwaspadai
karena 30 – 50% bayi masih mengalami alergi terhadap soya. Bukan berarti bahwa kalau
bayi alergi saat mengkonsumsi ASI, maka harus diberikan sufor hipoalergenic, karena
pemberian sufor pun harus didasarkan pada pertimbangan medis

Saat anak mengalami reaksi alergi, berikan makanan yang bisa menetralisir, yakni makanan
yang mengandung beras dan sayur mayur serta buah yang aman. Setelah netral, baru
dicobakan makanan yang lainnya. Biasanya kalau memang ada reaksi alergi, netralisir
makanan akan menghilangkan reaksi alergi dalam waktu 2-3 hari.

Untuk yang non-asupan, hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet,
korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu
binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk). Jangan membalurkan
bawang merah atau bawang putih, minyak yang mengandung sereh atau menthol ke tubuh
anak. Jangan pakai sabun atau shampoo yang mengandung deterjen, hindari pemakaian
kosmetik bayi yang mengandung triclosan atau wangi-wangian. Cari produk pembersih dan
kosmetik yang hypo-allergenic atau anti alergi. Hindari pemakaian pelembut pakaian yang
bukan dibuat untuk baju bayi. Bayi anda sudah wangi secara alami apabila dimandikan
dengan rajin dan dijaga kebersihannya.

Disarikan dari berbagai sumber:

http://www.mayoclinic.com/health/allergies/DS01118

http://childrenclinic.wordpress.com/2010/10/16/kumpulan-artikel-alergi-pada-anak/

http://childrenclinic.wordpress.com/2009/08/02/deteksi-dan-pencegahan-alergi-sejak-bayi/
http://www.whattoexpect.com/toddler-nutrition/food-allergies-in-children.aspx

http://www.whattoexpect.com/first-year/feeding-baby/starting-solids/introducing-new-
foods.aspx

ASI sebagai obat sakit mata?? Baca ini dulu ya :)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 4 Maret 2015 pukul 13:26

Share dari Bundin, diambil dari FP Stop Antivaks

Selamat siang bunda2 cantik semua,saya ingin share sedikit tentang ASI sebagai obat tetes
mata pada bayi/anak.Boleh ya bunda2,secara banyak saya liat bunda2 diluar sana banyak yg
masih percaya adanya obat "Tradisional" ngobatin mata belekan/mata merah pada
bayi/anaknya dg ditetesi ASI?Penjelasan yg saya share ini saya ambil dari FP AntiVax
ya,berikut penjelasannya :

Klo kita baca dari kitab2 mereka,para ulama tafsir hanya menyebutkan bahwa ASI sebagai
hak bayi memperoleh sumber makanan.Apa iya bisa ditetesin ke mata? (Pasti bertanya2
kan)Nah,klo kita baca dan liat dari ilmu kedokteran/medis.Kok dokter2 tidak
merekomendasikan ya,pasti ada sebabnya kan?

Yuk,pertama kita bahas dulu apa itu mata belekan/mata merah pada bayi/anak :

1. Mata belekan/Eye Bogers adalah kotoran mata yg berkumpul di sudut mata.Pada


newborn,hal ini dapat disebabkan adanya sumbatan pada saluran air mata yg disebabkan
cairan amnion yg masih menempel atau sel2 kulit bayi sendiri yg mengelupas dan nyangkut
di kelopak mata.Masih normal bila dalam beberapa hari setelah di treatment dg
membersihkan kelopak mata secara lembut ada perbaikan.- Bagaimana cara
membersihkannya ? Basahi/rendam kassa steril dg air matang hangat suam2 kuku lalu
bersihkan mata bayi dari sudut mata (dekat hidung) bayi ke arah sudut luar mata.bila
belek/lendir sangat banyak bisa diulang beberapa kali dg kassa baru yg dibasahi lagi.setelah
bersih keringkan dg kassa steril dg arah sama,beri pijatan lembut.- Kapan harus Waspada ?
Bila tidak ada perbaikan sama sekali meski sudah rajin dibersihkan,bisa terjadi infeksi mata
akibat lendir yg terlalu lama bertahan dimata dan sumbatan saluran air mata ini bisa saja
sebetulnya kelainan struktur sehingga perlu ditangani lebih lanjut oleh dokter.- Klo diberi
tetesan ASI bagaimana ? Kok teman saya bisa tuh menyembuhkan mata bayinya ? Pasti
banyak bunda2 yg bilang seperti itu kan. smile emoticon Tapi sampai kini belum ada
penelitian valid dan reliable tentang penggunaan ASI sebagai tetes mata pada bayi belekan.

WHO sendiri TIDAK MEREKOMENDASIKAN tetes mata newborn dg kolostrum sebagai


pengganti dari tetes mata silver nitrate atau salep mata tetrasiklin untuk pencegahan
oftalmianeonatorum (mata merah dg belek/lendir yg terjadi dalam 2 minggu pertama bayi
baru lahir),karena TIDAK ADA bukti ilmiahnya.
2. Mata merah terjadi karena pelebaran pembuluh darah pada selaput luar mata
(konjungtiva),yg pada umumnya merupakan tanda iritasi yg terjadi pada jaringan selaput luar
mata.Infeksi bisa juga terjadi akibat infeksi virus maupun bakteri,dan pada newborn bisa
menjadi tanda sumbatan saluran air mata juga.Mata merah pada newborn akibat infeksi bisa
menjadi penyakit yg serius.

Tipe2nya adalah :

a. Konjungtivitis Chlamydial (akibat infeksu chlamydial trachomatis.Terapinya : Periksakan


ke dokter untuk mendapatkan antibiotik yg diminum (oral)

b. Konjungtivitis Gonococcal (akibat infeksi gonorrhea).Terapinya : Periksakan ke doktet


untuk mendapatkan antibiotik yg diberikan secara suntikan (intravena).

c. Konjungtivitis akibat zat kimia (sabun,shampo,bedak,dsb).Terapinya : Stop pemakaian zat


kimia yg mengenai mata segera dan bawa ke dokter,umumnya tidak perlu terapi khusus.

d. Konjungtivitis akibat virus maupun bakteri selain yg disebutkan sebelumnya.Terapinya :


Periksakan ke dokter untuk menegakkan diagnosis penyebabnya.Bila virus umumnya hanya
membutuhkan kompres hangat untuk meredakan bengkak dan iritasi,bila bakteri perlu
antibiotik tetes atau salep untuk mata.

Tapi ada juga studi yg bilang kolostrum bisa mengobati infeksi chlamydial ?

1. The in vitro antimicrobial capacity of human colostrum against chlamydial trachomatiskyle


H Ramsey,Christoffer E Poulsen,Peter P Motiu. http
://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0165037898000102

Baca lagi yuk : penggunaan kolostrum untuk infeksi chlamydial trochomatis tetapi masih
INVITRO - masih percobaan laboratorium (artinya sampel kolostrum dicoba pada kultur
kuman,BUKAN pada infeksi sebenarnya).Jadi belum terbukti aplikasinya pada
manusia,dibagian tubuh manapun.

2. A Comparative Study Of The Effects Of Colostrum and Gentamicin On Organisms


Causing Ophtalmia Neonatoum Ebeigbe JA,Osaiyuwu A. http :
//www.ajol.info/index.php/jnoa/article/viewfile/5662/045048.

Telaah : ini juga INVITRO baru di lab,kolostrum diteteskan pada kultur bakteri hasil usap
dari kelopak mata bayi yg memiliki gejala.jadi BELUM pada infeksi sebenarnya.SIMPULAN
: BELUM ADA BUKTI untuk ASI dapat mengobati masalah mata bayi.Klo dibiarin saja
bagaimana belek dan mata merahnya ? Klo dg home treatment membaik dalam 23 hari tidak
apa2 tapi klo masih berlanjut,segera bawa kedokter.salah satu komplikasi yg serius dari
infeksi yg diabaikan adalah kebutaan.

Jadi,jangan main2 klo soal pengobatan pada mata baik orang dewasa maupun bayi/anak2.
Maaf klo sharenya kepanjangan ya bunda2 cantik. smile emoticonSemoga info ini bisa
membantu,terima kasih.

Resep Berbagai Macam Abon by Bundin :)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 4 Maret 2015 pukul 12:42

Selamat Siang bunda2 cantik,saya mau share resep boleh ya... wink emoticon

* ABON TEMPE (8m)

Bahan :

1. 1/2 papan tempe2.

2 siung bawang putih

Cara Membuat :

1. Tempe dan bawang putih diiris tipis2 kemudian di panggang (boleh pake oven/wajan
teflon/hepikol)

2. Setelah tempe dan bawang putih kering dan berubah warna menjadi coklat (tapi jangan
sampai gosong ya)

3. Angkat,dinginkan sebentar terus blender.

4. Setelah diblender,simpan diwadah tertutup rapat.

* ABON IKAN (8m)

Bahan:

1. Duo bawang

2. Sedikit minyak goreng / eloo (untuk menumis)

3. Ikan laut / Ikan tawar

Cara Membuat :

1. Duo bawang diiris terus ditumis dg sedikit minyak goreng / eloo.


2. Ikan laut / Ikan tawar dikukus sebentar terus suwir2.

3. Masukkan ikan suwir ke tumisan duo bawang tadi,tumis sampai kering lalu diblender.

4. Setelah diblender,simpan diwadah tertutup rapat.

* ABON AYAM (1y+)

Bahan :

1. Ayam

2. Minyak Goreng / Eloo

Bumbu Halus :

1. Bawang Putih

2. Merica Hitam (diskip)

3. Garam (diskip)

4. Serai

Cara Membuat :

1. Kukus ayam,sambil menunggu ayam matang haluskan bumbu.

2. Setelah ayam matang,haluskan sesuai kemampuan anak lalu campurkan bumbu.

3. Panaskan wajan dg sedikit minyak goreng,masukkan ayam masak sampai matang dan tidak
menggumpal.

4. Angkat,sajikan.

NB : untuk under 1y juga bisa tapi tidak menggunakan garam,merica hitam dan serai ke
dalam bumbu halusnya.

* ABON TERI (8m)

Bahan :1. Teri basah / Teri Nasi 100gr (buang kepalanya)


2. 2 Siung Bawang Merah

3. 1 Siung Bawang Putih

4. 1 sdt Eloo / Minyak Goreng

Cara Membuat :

1. Blender teri basah

2. Haluskan bawang merah,bawang putih

3. Tumis bumbu halus dg 1 sdt eloo / minyak goreng.Masukkan teri yg sudah diblender
kedalam tumisan tadi lalu masak dg api kecil,bolak balik terus sampai matang.

4. Setelah matang,tumbuk teri dan simpan ke dalam wadah kedap udara.

NB : bisa bertahan 4 hari.

Manajemen Air Susu Ibu Perahan (ASIP)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 12 Agustus 2014 pukul 10:41

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/manajemen-asip-air-susu-
ibu-perahan/10151691450399778 )

PRINSIP DASAR MANAJEMEN ASIP

 Semakin dingin suhu tempat penyimpanan, maka semakin lama juga ASIP dapat
disimpan
 Hindari peningkatan/penurunan suhu secara drastis
 ASIP hanya boleh menjalani satu kali pembekuan, satu kali pencairan, dan satu kali
penghangatan. Sehingga, ASIP beku yang sudah mencair tidak boleh dibekukan lagi,
ASIP yang sudah dihangatkan tidak boleh dihangatkan lagi.
 Masukkan ke Freezer HANYA JIKA akan digunakan lebih dari 8 hari.

PENYIMPANAN ASIP (Daya Tahan)

Kategori ASI
ASI yang baru saja diperah (ASI segar):

1. Kolostrum yang keluar hingga hari ke-5 setelah melahirkan bisa bertahan 12-24 jam dalam
suhu ruang 25 derajat Celcius

2. ASI matang: bisa bertahan 24 jam dalam suhu 15 derajat Celcius (setara suhu cooler
box/cooler bag yang dilengkapi ice gel atau blue gel.

3. ASI matang hanya bisa bertahan 10 jam dalam suhu ruang ber-AC antara 19-22 derajat
Celcius.

4. ASI matang hanya bisa bertahan 4-6 jam dalam suhu ruang standar 25 derajat Celcius. Jika
suhu ruangan lebih panas dari ini, maka daya tahannya tidak akan sampai 4 jam.

5. ASIP yang disimpan di lemari es (standar suhu 0-4 derajat Celcius) bisa bertahan selama 3-
8 hari. Sebaiknya ASIP disimpan di bagian paling belakang dari lemari es dan tidak disimpan
di bagian pintu untuk mencegah fluktuasi suhu.

6. ASIP yang disimpan dalam freezer kulkas 1 pintu hanya bisa bertahan selama 2 minggu.

7. ASIP yang disimpan dalam freezer kulkas 2 pintu bisa bertahan selama 3-4 bulan

8. ASIP yang disimpan dalam freezer khusus bersuhu di bawah minus 18 derajat Celcius bisa
bertahan selama 6-12 bulan

ASIP beku yang sudah dicairkan dalam kulkas tetapi belum dihangatkan:

1. Dalam suhu ruang hanya bisa bertahan selama 4 jam

2. Ketika sudah mencair, di dalam kulkas hanya bisa bertahan 24 jam. Jika ingin dikonsumsi
besok, disarankan untuk memindahkan ASIP beku pada malam sebelumnya.

3. ASI yang sudah mencair tidak boleh dimasukkan kembali ke dalam freezer (tidak boleh
dibekukan kembali)

ASIP yang sudah dicairkan dengan air hangat:

1. Dalam suhu ruang harus diminum sekaligus


2. Di dalam kulkas hanya dapat disimpan selama 4 jam atau hingga jadwal minum
selanjutnya

3. Tidak boleh dimasukkan kembali ke dalam freezer (tidak boleh dibekukan kembali)

ASIP yang sudah diminum oleh bayi dari media yang sama, harus dibuang jika tidak
dihabiskan

MEDIA APA YANG PALING TEPAT UNTUK MENYIMPAN ASIP?

Beberapa pilihan yang baik untuk menyimpan ASIP adalah:

1. Botol Kaca (sisa ASI cenderung tidak menempel pada botol kaca)

2. Jika menggunakan botol plastik, pastikan yang food grade dan BPA Free (bebas Bisphenol
A)

3. Sudah dicuci bersih (pakai air, sabun, dibilas, direbus dan dikeringkan) sebelum dipakai

4. Jangan isi botol sampai penuh, sebaiknya sampai batas leher botol, karena ASI akan
memuai

5. Plastik ASIP dengan mutu baik. Penggunaan plastik penyimpanan ASI disarankan bukan
untuk periode penyimpanan yang lama, maksimum adalah 3x24 jam atau 3 hari dan
disarankan untuk tidak dibekukan karena penyimpanan dengan plastik atau bahan yang tidak
solid cenderung membuat banyak nutrisi yang menempel atau tertindar pada permukaan
plastik

6. Takaran ASIP dibotol sebaiknya antara 60 – 120ml (sesuai dengan kebiasaan banyaknya
bayi minum, hal ini agar botol yang digunakan habis dalam sekali minum dan tidak ada sisa).
Biasakan untuk tidak mengisi botol terlalu penuh, karena selain bisa membuat botol kaca
mudah pecah (karena ASIP memuai saat dibekukan), mengisi botol terlalu penuh bisa
membuat tutup botol mudah terlepas, terutama mereka yang menggunakan tutup karet.

MENCAIRKAN DAN MENGHANGATKAN ASIP

ASIP beku sebaiknya dicairkan terlebih dahulu di dalam kulkas selama 12 jam, letakkan
wadah di kulkas (chiller/refrigerator) pada malam sebelum ASIP dibutuhkan. Hindari
membiarkan wadah pada suhu kamar untuk mencairkan ASIP. Jika diperlukan cara pencairan
yang lebih cepat, ASIP dapat dicairkan dengan cara dialiri atau direndam dengan air hangat.
Pegang wadah ASIP di bawah aliran air dengan suhu ruang dan tingkatkan temperatur air
secara bertahap hingga ASIP mencair. Atau letakkan wadah ASIP di dalam mangkuk berisi
air pada suhu ruang lalu ganti air rendaman beberapa kali dengan air yang lebih hangat
hingga ASIP mencair. Perubahan suhu yang bertahap berguna untuk menjaga kandungan
ASIP. ASIP yang sudah dicairkan tidak dapat dibekukan kembali namun dapat disimpan di
dalam kulkas selama 4 jam. ASIP beku yang sudah dicairkan dapat dikonsumsi dalam waktu
max. 24 jam setelah sepenuhnya mencair.

Sebenarnya tidak ada aturan untuk menghangatkan ASIP. Selain karena kebiasaan saja untuk
menyajikan secara hangat, mungkin juga karena ASI dari payudara memang selalu hangat
pada suhu 37⁰ C. Boleh disajikan dingin jika memang bayi menyukainya. Penelitian juga
menunjukkan bahwa temperatur ASIP yang diberikan tidak mempengaruhi pengosongan
ASIP.

Cara penghangatan yang lebih cepat dapat dilakukan dengan menggunakan bottle warmer.
Jika menggunakan alat ini perhatikan cara kerjanya, pastikan perubahan suhu terjadi secara
bertahap dan alat benar-benar telah diuji kepada ASIP. Setelah ASIP hangat, segera
keluarkan dari warmer dan jangan dibiarkan untuk dihangatkan terus menerus. Bisa gunakan
Bottle Warmer, naikkan suhu secara bertahap namun tidak boleh lebih dari 40⁰ C, komposisi
ASI bisa rusak pada suhu 40⁰ C.

ASI tidak boleh dipanaskan dengan microwave atau dipanaskan di atas kompor (direbus).
Kedua cara pemanasan ini selain mengubah kandungan ASI juga dapat menimbulkan bintik
panas di dalam ASI yang dapat menimbulkan luka bakar pada mulut dan kerongkongan bayi.

MENGGABUNGKAN ASIP

Berikut cara menambahkan/menggabungkan ASIP segar yang baru diperah dengan ASIP
dingin di kulkas. ASIP yang lebih baru perlu didinginkan terlebih dahulu di kulkas (bukan
freezer), dalam wadah terpisah dengan ASIP yang pertama. Setelah suhu ASIP pada kedua
wadah sama dingin, maka ASIP dari jadwal perah yang berbeda tersebut dapat digabungkan.
Jarak perah tidak lebih dari 24 jam serta daya simpan ASIP yang berlaku berdasarkan tanggal
dan waktu perah ASIP yang pertama. Jangan menggabungkan ASIP yang sudah beku dengan
ASIP cair ataupun hangat.

APABILA MATI LISTRIK


Jika listrik di kawasan Anda sering mati, pastikan selalu memiliki stok es batu dalam plastik
yang jika listrik mati dapat diletakkan di sela-sela botol ASIP untuk membantu menjaga suhu
dalam freezer. Stk icegel/blue ice beku juga dapat dugunakan untuk menjaga suhu freezer
tetap rendah. Jangan buka tutup freeser selama listrik mati. ASIP dalam kulkas juga dapat
dinaikkan ke freezer agar tetap terjaga suhunya. Jika seluruh bagian ASIP beku sudah
mencair sepenuhnya karena mati listrik, maka harus habis dikonsumsi dalam 24 jam setelah
mencair semua. Jika masih ada titik bekunya, maka masih dapat dibekukan kembali.

PRINSIP FIRST IN FIRST OUT (FIFO)

Hampir semua ibu yang menyimpan ASIP menerapkan sistem first in first out (FIFO).
Apakah FIFO ini? FIFO artinya kita memberikan ASIP sesuai usia ASIP. Jadi, ASIP yang
diperah dan disimpan duluan akan diberikan duluan kepada bayi.

Ada beberapa hal penting yg mesti diperhatikan dalam penerapan sistem FIFO ini:

Pertama, sebetulnya, para konsultan laktasi tidak menganjurkan ibu banyak menyimpan stok
dalam bentuk beku di freezer. Jika memerah dan menyimpan ASIP di masa cuti bekerja,
lakukan secukupnya, terutama untuk antisipasi di hari2-hariawal kembali bekerja. Karena
biasanya di hari-hari awal kembali bekerja, jadwal memerah belum rutin, ibu dan bayi masih
dalam masa transisi ketika ibu kembali bekerja, ibu stres karena jadi lebih sibuk dan dikejar
banyak target pekerjaan dan sebagainya. Hal2 seperti ini yg sering membuat hasil perahan di
masa awal kembali bekerja belum stabil. Stok ASI yang dikumpulkan saat cuti bermanfaat
untuk mengantisipasi hal-hal ini.

Kedua, terkait poin pertama di atas, kenapa sebetulnya tidak perlu terlalu banyak men-stok
ASIP beku? (ingat, bukan tidak boleh ya, tapi tidak perlu) :) Sebetulnya ini terkait pada apa
yg disebut hirarki ASI. Hirarki ASI secara kualitasnya terbagi 4: yang paling ideal adalah
menyusu langsung dari payudara, di bawahnya adalah ASIP yang baru diperah fresh. Di
bawahnya lagi adalah ASIP yg ada di kulkas. Dan yg terakhir adalah ASIP beku. Ketika kita
memberikan ASIP kepada bayi, sebisa mungkin kombinasikan ASIP beku dengan ASIP yg
usianya lebih baru (yang ada di kulkas) agar kualitas ASIP yg kita berikan terjaga selalu.
Sehingga, selalu penting untuk kita mempunyai stok ASIP beku plus stok ASIP di kulkas
yang bisa tahan hingga sekitar 7 hari. Misal: jika dalam satu hari ditinggal bekerja, si kecil
menghabiskan 4 botol ASIP, 2 botol ASIP diambil dari stok ASIP beku yg sudah dicairkan
sementara 2 botol lagi diambil dari stok yg ada di kulkas. Jangan lupa lakukan manajemen
ASIP yang benar ya Karena manajemen ASIP yang benar bukan hanya menjaga ASIP tidak
berubah bau dan rasa, tapi juga menjaga kualitas nutrisi ASIP itu sendiri.
Ketiga, jangan lupa, tetap susui langsung selama ibu berada di rumah. Kalaupun ingin
memerah saat di rumah, lakukan setelah menyusui langsung.

Keempat, tidak menggunakan dot, karena penggunaan dot bisa menurunkan produksi ASI
dan akibatnya nanti jadi sistem kejar tayang.

Kelima, jaga frekuensi memerah saat tidak bersama bayi. Rutinitas memerah saat sudah
bekerja inilah yang sebetulnya berperan besar dalam menjaga stok ASIP Anda. Kalau
memerahnya sudah rutin dengan jadwal dan interval yang rutin, maka hasil perahan akan
menjadi stabil dan cukup untuk bayi. Kalau hasil perahan stabil, tidak perlu terjadi kejar
tayang, dan ASIP selalu dalam sirkulasi yang ideal, baik yg ada di freezer maupun yang di
kulkas. Jangan lupa jaga mood memerah Anda karena memerah bisa menjadi hal yg sangat
membosankan. Wajaaar, karena ibu juga manusia, bukan robot :)

Yuk, jaga kualitas dan kuantitas ASIP Anda :) Koleksi ASIP di freezer boleh, tapi terapkan
juga strategi untuk menjaga kualitas ASIP yg diberikan pada bayi setiap harinya agar
perolehan gizinya juga optimal

Sumber:

http://www.ayahasi.org/2012/02/manajemen-asip-air-susu-ibu-perahan.html

http://aimi-asi.org/2011/09/ulasan-polling-agustus-2011-mencairkan-asip/

http://semarang.aimi-asi.org/2010/11/manajemen-laktasi-untuk-ibu-bekerja/

Nursing While Pregnant ( Menyusui Saat Hamil) dan


Tandem Nursing (Menyusui lebih dari 1 bayi)
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 17 Juli 2014 pukul 14:07

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/menyusui-saat-hamil-
nursing-while-pregnant-dan-tandem-nursing/10151665942049778 )
Kadangkala seorang ibu dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya hamil lagi ketika masih
dalam fase menyusui. Menurut mitos yang berkembang, banyak yang menyatakan bahwa
menyusui saat hamil (Nursing While Pregnant) atau menyusui bersama kakak dengan adik
(Tandem Nursing) dianggap sesuatu yang tidak wajar bahkan tidak boleh dilakukan. Ada
mitos yang mengatakan, ASI-nya bisa membuat si kakak menjadi idiot karena ASI-nya bisa
meracuni si kakak . Atau ada yang berpendapat bahwa ASI-nya akan basi sehingga tidak bisa
diminum oleh si adiknantinya jika si ibu tetap menyusui si kakak. Faktanya, Nursing While
Pregnant dan Tandem Nursing adalah hal yang sangat mungkin dilakukan bahkan dianjurkan
karena berbagai sebab:

1. Untuk menjamin kebutuhan ASI bagi si kakak dan si adik


2. Untuk mengajarkan makna berbagi pada si kakak, yang seringkali efektif untuk
mencegah kecemburuan akibat lahirnya si adik
3. Membuat proses transisi lahirnya si adik menjadi lebih lancar dan mudah bagi si
kakak karena dengan tetap menyusui si kakak, dia merasa yakin bahwa kasih sayang
ibunya tidak berubah

NURSING WHILE PREGNANT

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika seorang ibu ingin tetap menyusui selama
hamil, antara lain:

1. Tidak pernah mengalami keguguran. Jika pernah keguguran, maka dokter yang pro-
ASI biasanya juga akan memastikan dulu apa sebab kegugurannya sebelum melarang
atau mengijinkan NWP
2. Tidak pernah mengalami pendarahan selama masa kehamilan terdahulu, apalagi yang
memerlukan bed-rest
3. Tidak pernah mengalami kelahiran prematur.
4. Kondisi janin dinyatakan dalam keadaan sehat oleh dokter atau bidan
5. Berkonsultasi dengan dokter dan bidan pro-ASI apabila si ibu ingin tetap menyusui
selama hamil
6. Apabila mengalami kontraksi yang intens ketika menyusui, terutama jika itu terjadi
saat trimester pertama, dianjurkan untuk segera berhenti menyusui dan segera
menghubungi bidan atau dokter.
7. Perhatikan baik-baik asupan harian ibu. Menyusui saat hamil sering kali menguras
kondisi fisik ibu hamil, sehingga penting agar ibu hamil yang tetap menyusui selalu
mengkonsumsi makanan bergizi, minum air putih yang banyak, dan cukup istirahat.
8. Jika si kakak sudah memasuki masa MPASI, maksimalkan peran MPASI-nya.
Berikan makanan yang bergizi dan bervariasi, perbanyak asupan cairan berupa air
putih dan jus buah segar serta maksimalkna pemberian menu double protein. Gunanya
terutama untuk mengantisipasi jika aliran ASI berkurang saat kehamilan ibu
memasuki usia trimester kedua.
9. Apabila ibu pernah mengalami sejarah keguguran atau kelahiran prematur dan pada
kehamilan selanjutnya ingin menyusui di masa hamil, diskusikan secara komprehensif
dengan bidan atau dokter. Pada beberapa kondisi, ibu dengan riwayat keguguran atau
kelahiran prematur tetap bisa menjalankan NWP apabila dokter atau bidan melihat
sebab kelahiran prematur aau kegugurannya tidak terkait dengan kondisi lemahnya
kondisi rahim atau jika tenaga kesehatan meihat bahwa kondisi janin dinilai cukup
kuat.

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan mungkin terjadi pada ibu yang
menyusui ketika hamil:

1. Ketika memasuki kehamilan trimester kedua, ada kemungkinan terjadi penurunan


produksi ASI. Hal ini wajar karena ASI matang dalam payudara bertahap berubah
menjadi kolostrum. Silakan tetap menyusui jika si kakak masih mau. Karena ada
kalanya perubahan ini membuat si kakak tidak mau lagi menyusu.
2. Banyak mitos yang menyebutkan bahwa kalau tetap menyusui si kakak, maka si adik
tidak akan mendapatkan kolostrum karena sudah dihabiskan oleh si kakak. Jangan
khawatir, si adik akan tetap medapatkan kolostrum yang nanti diperlukannya setelah
dia lahir. ASI yang keluar saat hamil komposisinya berbeda dengan kolostrum.
Kolostrum yang sebenarnya akan keluar segera setelah si adik lahir. Pastikan bahwa
ibu dan si adik menjalani proses IMD (Inisasi Menyusu Dini) yang benar untuk
menunjang sukses menyusui.

TANDEM NURSING

Terkait tandem nursing, keuntungannya, si kakak dapat menerima asupan ASI hingga genap
dua tahun atau lebih, dan si kakak turut mendapatkan manfaat ASI. Tandem nursing turut
membantu mengurangi rasa iri kakak terhadap adiknya. Selain itu, si kakak dapat membantu
memecahkan masalah menyusui seperti engorgement (payudara penuh) yang terjadi di awal
menyusui, atau penyumbatan saluran ASI. Dan juga kedekatan batin yang timbul dari
pemberian ASI.

Beberapa tips dalam tandem nursing:

1. Jika harus menyusui dalam waktu yang bersamaan, posisikan si bayi terlebih dahulu
dengan posisi dan pelekatan yang baik, baru kemudian ajak si kakak untuk bergabung
tanpa mengganggu si adik.
2. Saat menyusu bersama-sama seperti ini, jangan lupa manfaatkan momen untuk
mengkomunikasikan kepada si kakak tentang aspek-aspek berbagi dan saling
menyayangi
3. Karena menyusui lebih dari satu bayi, ibu akan merasa lebih cepat haus dan lapar.
Sehingga penting bagi ibu untuk memastikan asupan makanan dan cairan yang cukup
bagi dirinya. Jangan abaikan rasa lapar dan haus. Lebih baik makan dalam jumlah
sedikit tetapi sering. Konsultasikan ke dokter bila badan ibu merasa tidak sehat atau
stamina menurun drastis.
Sumber dan berbagai pengalaman menyusui saat hamil dan tandem nursing:

http://jatim.aimi-asi.org/2011/04/menyusui-aman-saat-hamil/

http://aimi-asi.org/tandem-nursing/

http://kultwit.aimi-asi.org/2011/02/nursing-while-pregnant/

http://kultwit.aimi-asi.org/2011/04/menyusu-tandem/

BINGUNG PUTING
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 14 Juli 2014 pukul 11:40

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/berbagai-fakta-tentang-
bingung-puting/10151580967839778 )

Bingung puting menjadi salah satu langganan kasus yang ditemukan oleh konselor laktasi
AIMI di lapangan. Jika sudah terjadi, butuh proses dan ketekunan untuk bisa
menyembuhkannya. Sepanjang pemngamatan AIMI, masih banyak orang tua yang belum
sepenuhnya memahami apa itu bingung puting. Mayoritas orang tua hanya tahu bahwa
bingung puting adalah kondisi dimana bayi menolak menyusu langsung pada ibunya.
Padahal, bingung puting tidak hanya sekedar bayi menolak menyusu. Berikut berbagai hal
yang harus dipahami tentang fenomena bingung puting.

Fakta I: Apakah bingung puting selalu identik dengan bayi menolak menyusu pada
payudara?

Bingung puting bisa dibedakan atas dua tipe yaitu :

 Menolak payudara ibu


 Berkurangnya hisapan pada payudara ibu karena terbiasa menggunakan dot.

Bingung puting tipe yang pertama, yaitu menolak payudara ibu, tidak sering terjadi pada
bayi. Bayi tetap membutuhkan ibu untuk kenyamanan, sehingga tidak menolak payudara ibu.
Ada seorang klien dari konselor AIMI Ika Isnaeni yang anaknya bingung puting karena
menolak payudara ibu. Lahir secara cesarian dengan tali lidah pendek. Sejak awal di
kenalkan dot dari rumah sakit, dan di rumah di beri empeng. Setelah 2 minggu relaktasi
berjalan, dan secara pelan bayi mulai menghisap payudara ibu. Padahal di usia 2 minggu bayi
benar-benar menolak payudara ibu!
Bingung puting tipe yang kedua, ini yang sering terjadi di masyarakat, merupakan bentuk
laten/tersamar dari bingung puting yang sering tidak teridentifikasi tetapi justru berbahaya.
Bayi tidak menolak payudara ibu, tapi bayi mengurangi refleks hisapan pada payudara ibu.
Di sini kita perlu memahami cara kerja bayi menyusu pada payudara. Ini penting supaya kita
bisa mendapat pemahaman utuh. Bingung puting adalah keadaan dimana bayi memilih untuk
menggunakan botol dan dot karena cara kerja meminum ASI dari botol dan dot dan payudara
berbeda. Melalui botol dan dot bayi tidak harus suckling melainkan hanya sucking.
Sedangkan pada payudara bayi harus menggunakan lidahnya untuk merangsang keluarnya
ASI. Sedangkan pada botol dan dot bayi hanya menyedot dan aliran ASIP sudah keluar
dengan derasnya.

Ketika bayi menyusu diperlukan posisi dan pelekatan yg baik sehingga bayi bisa
mengeluarkan ASI dengan maksimal. Ini mendasar namun seringkali terlupakan. Pelekatan
mulut bayi yang baik ke payudara, perhatikan: sebagian besar areola bagian bawah masuk ke
dalam mulut bayi, mulut bayi terbuka lebar, bibir bayi memble keluar, dagu menempel pada
payudara dan pipi bayi membulat (tidak cekung). Ini adalah tanda-tanda pelekatan baik.

Membutuhkan mulut yang terbuka lebar untuk menyusu dengan baik dan ini tidak terjadi
pada bayi yang menggunakan dot. Inilah salah satu penyebab bingung puting. Dagu yang
menempel pada payudara juga berfungsi untuk bantu ‘memerah’ ASI yang lagi lagi
mekanisme ini tidak terjadi jika bayi minum menggunakan dot. Perhatikan mulut bayi yang
minum dari dot; dengan ‘mencucu’ bayi sudah bisa mendapatkan isinya. Bahkan dot pun
ketika kita balikkan bisa meneteskan isinya. Jadi cara kerja yang beda ketika menyusu pada
payudara dan minum dari botol juga membentuk pola kebiasaan buat bayi. Ini juga yang kita
sering lupa

Rata-rata, di beberapa kasus, hasil perahan berkurang pada usia 3-4 minggu penggunaan
botol. Di sini ibu mulai panik. Sistem ASI kejar tayang pun mulai terjadi.

Fakta II: Bingung puting terjadi hanya pada bayi yang baru lahir dan tidak terjadi
pada bayi yang sudah besar karena sudah memiliki memori menyusui yang baik

Fakta di lapangan tidaklah demikian. Bingung puting dapat terjadi baik pada bayi baru lahir
maupun pada bayi yang lebih besar. Pemberian dot sebelum bayi mengenal payudara
memang bisa membuat bayi bingung puting atau mengalami kesulitan ketika belajar menyusu
langsung pada ibunya. Hal ini juga dapat terjadi di bayi yang sudah lama menyusui. Seorang
konselor pernah berbagi pengalaman mengenai kasus bayi bingung puting padahal bayinya
sudah berusia 7 bulan dan sudah minum ASIP denga dot sejak usianya 3 bulan karena ibunya
harus bekerja.Jika ibunya di rumah, si bayi menyusu langsung pada ibunya tanpa kendala.
Namun tiba-tiba, si bayi menolak menyusu pada ibunya lagi. Setelah dicari tahu ternyata
ibunya baru pergi meninggalkan bayinya karena tugas keluar kota selama 5 hari. Selama
ibunya pergi, si bayi harus minum ASIP dari dot selama 24 jam. Akhirnya ketika ibunya
kembali, dia menolak puting ibunya. Bayi menolak bisa jadi karena dia sudah mendapatkan
kenyamanan menghisap dari dot sehingga merasa tidak lagi membutuhkan menyusu langsung
pada ibunya. Dalam kasus ini, penggunaan dot juag dapat berpotensi mengurangi bonding
antara ibu dengan bayi.
Fakta III: dot yang menyerupai puting ibu dapat mencegah bingung puting

Banyak ibu bertanya adakah dot yang menyerupai payudara ibu dapat mencegah bingung
puting.. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun dot yang menyerupai payudara ibu. Bentuk
dot yang ada saat ini memudahkan susu menetes tanpa bayi harus berusaha menghisap.
Masalah muncul ketika bayi merasa harus “bekerja keras” menghisap payudara ibu agar ASI
dapat keluar. Sementara bayi sudah terbiasa dengan aliran susu dari dot. Bayi biasanya akan
kesal dan menolak untuk menyusu langsung. Beberapa akibat juga mempengaruhi si ibu
sendiri seperti payudara bengkak dan berkurangnya ASI. Pada sebagian bayi memang tidak
tampak bingung puting, namun harus disadari bahwa setiap bayi berbeda. Ada bayi yang
setelah beberapa waktu menggunakan dot baru terkena bingung puting, namun ada juga yang
langsung terkena dampaknya.

Sumber:

http://jateng.aimi-asi.org/2011/12/jangan-tergoda-dengan-botol-dan-dot/

http://kultwit.aimi-asi.org/2012/08/bingung-puting-akibat-botol-dan-dot/

http://kultwit.aimi-asi.org/2012/01/qa-tanda-tanda-bingung-puting/

http://aimi-asi.org/2012/02/bayimu-menolak-menyusu-itu-bukan-jalan-buntu/

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201057102916

Bayi Menolak Menyusu (Nursing Strike)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 14 Juli 2014 pukul 11:38

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/berbagai-alasan-kenapa-
bayi-menolak-menyusu/10152669682699778 )

Berbagai Alasan Kenapa Bayi Menolak Menyusu


(Diambil dari Artikel AIMI Berjudul: “Bayimu Menolak Menyusu, Itu Bukan Jalan
Buntu!” oleh Clodi Stepantoro, dalam http://aimi-asi.org/bayimu-menolak-menyusu-
itu-bukan-jalan-buntu/)

Si malaikat kecil menolak lagi, kali ini bahkan kaki mungilnya menendang-nendang dada
ibunya dengan sangat keras. Wanita setengah baya itu merasa penolakan ini lebih
menyakitkan daripada ditolak oleh cinta pertamanya. Dunia serasa hancur, fikiran negatif
mulai menggelitik… haruskah menyerah ?

Biasanya mogok menyusu ini berlangsung antara dua hingga lima hari, tapi bisa juga menjadi
lebih lama. Kalau berkepanjangan maka Ibu akan kelelahan jika harus terus menerus
memerah ASI yang tentu saja jumlahnya kian hari akan kian menipis. Duh, bagaimana ini ?

Saat bayi mogok menyusu memang saat yang sungguh memusingkan. Bayi jadi lebih sering
menangis dan frustasi akibat rasa lapar dan fase oral (untuk menghisap atau suckling) yang
tidak tersalurkan, beberapa bayi bahkan jadi mengalami penurunan berat badan.

Namun ternyata yang susah bukan hanya bayi, tapi ibunya juga. Perasaan sedih kerap
menghampiri dan secara perlahan akan memutuskan motivasi untuk melanjutkan menyusui si
kecil. Jika bayi mendadak mogok menyusu, segera pelajari apa yang terjadi agar tak ragu
temukan solusi !

Saat bayi mendadak menolak menyusu, yang terpenting adalah berfikir positif. Hindari
godaan yang berbisik bahwa :

 bayi tidak suka pada ibunya; hal ini tidak mungkin terjadi karena secara insting
bayi belum mengenal arti membenci atau tidak suka,
 bayi sedang menyapih dini (early weaning); hal ini kurang tepat karena penyapihan
adalah proses dan tidak terjadi secara tiba-tiba, wong kemarin masih mau menyusu
kok hari ini mendadak tidak mau?
 bayi tidak suka rasa ASI; hal ini kurang pas, karena meskipun jenis makanan ibu
beragam tapi rasa ASI cenderung stabil dan bayi sudah biasa dengan perubahan rasa
makanan sejak dalam rahim.
 ASI basi atau ASI terpolusi, biasanya dikatakan seperti ini pada kondisi ibu yang
baru saja pulang dari berpanas-panasan; hal ini tidak benar karena payudara
merupakan tempat penyimpanan ASI yang paling higenis dimana tidak mungkin
menjadi terpapar kuman sehingga menjadi basi apalagi terpapar polusi.
 ASI tidak cukup sehingga bayi menolak karena tidak puas; hal ini tentu tidak tepat
karena produksi ASI bersifat supply based on demand dimana ASI akan diproduksi
sesuai dengan jumlah ASI yang dikeluarkan dari payudara (baik melalui pelekatan
langsung oleh bayi maupun melalui kegiatan memerah ASI dengan tangan atau
dengan pompa). Yang lebih sering terjadi adalah bahwa ASI keluar tersendat-
sendat, hal ini dapat membuat bayi menjadi tidak sabar dan marah. Untuk ini perlu
diberikan rangsangan terhadap let down reflex dengan memerah ASI sedikit. Hal ini
dilakukan untuk memancing hormon oksitosin yang mendorong ASI keluar sehingga
bayi bisa mendapatkan ASI dengan lebih cepat di awal proses menyusu.
 dan mungkin masih banyak alasan negatif lain

Ahh, daripada berfikir negatif, lebih baik mencoba cari tahu dulu, kenapa sih malaikat kecil
itu menolak menyusu secara mendadak ? Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Apakah bayi dibiasakan minum ASI perah dengan menggunakan botol dot? Jika ya,
maka kemungkinan besar penyebabnya adalah bingung puting (nipple préférence) yakni
suatu kondisi dimana bayi lebih memilih minum ASI melalui botol dot ketimbang langsung
dari payudara ibu. Kenapa ? Karena menyusu melalui botol dot lebih mudah dan
mekanismenya berbeda dengan menyusu pada payudara. Saat minum melalui botol dot,
aliran ASI lebih lancar dan bayi tidak perlu memijat payudara untuk dapat mengeluarkan air
susu. Dianjurkan untuk mencoba ganti cara pemberian botol dot dengan cangkir kecil, pipet
tetes atau sendok. Saat bayi terbiasa terpisah dari botol dot maka secara perlahan akan lebih
mudah kembali ke payudara ibu karena bayi tengah mengalami fase oral dimana menyusu
dapat memuaskan hasratnya.

Apakah puting susu mengalami luka pada hari-hari terakhir sebelum bayi mendadak
menolak menyusu? Jika ya, maka kemungkinan besar luka pada puting susu memberi rasa
yang berbeda pada ASI sehingga membuat bayi menolak. Dianjurkan untuk memperbaiki
posisi mulut bayi saat menyusu agar menyusu menjadi lebih efektif dan puting susu terhindar
dari iritasi dan luka.

Apakah pada bagian tubuh bayi terdapat luka yang terlihat, misal luka memar? Atau
mungkin lukanya kasat mata ? Jika ya, maka kemungkinan cara menggendong membuat bayi
merasa kesakitan dan tidak nyaman. Dianjurkan untuk mencoba menyusui dengan posisi tidur
sehingga lebih sedikit bagian tubuh bayi yang tertekan.

Apakah ada perilaku dari ibu yang berubah? Misalnya ibu mengganti merk parfum atau
mengganti aroma sabun mandi / shampoo ? Jika ya, maka kemungkinan bayi merasa kurang
nyaman dengan aroma yang baru tersebut. Dianjurkan untuk sebisa mungkin kembali ke
prilaku awal.

Apakah ibu bereaksi berlebihan? Misalnya tanpa sengaja berteriak kesakitan saat bayi
menggigit (atau menggusit – menggigit pakai gusi) payudara ? Jika ya, maka kemungkinan
bayi trauma. Ia belum memahami kenapa ibunya menjerit waktu itu sehingga saat hendak
mulai menyusu lagi, bayi sudah menolak terlebih dahulu. Dianjurkan untuk bercanda dulu
dengan si kecil sebelum menawarkan payudara, tersenyum dan ajak dia tertawa dulu.

Apakah ibu stres belakangan ini? Jika ya, ini dapat berpengaruh karena bayi yang menyusu
pada ibunya memiliki ikatan atau bonding yang cukup kuat. Ketidaknyamanan ibu dapat
dirasakan oleh bayi sehingga membuat bayi menjadi rewel. Lupakan hal lain saat hendak
menyusui si kecil, jika perlu putar musik lembut dan nikmati waktu berdua saja dengannya.
Apakah bayi berganti pengasuh? Misalnya saat ibu kembali bekerja, atau setelah memiliki
pengasuh baru, bayi mendadak menolak menyusu pada ibu. Jika ya, tidak perlu buru-buru
memecat nanny barunya tapi lebih dianjurkan untuk lebih banyak menghabiskan waktu
dengannya setelah pulang dari kantor, misalnya gendonglah si bayi lebih sering serta tidurlah
di sampingnya.

Haduh, bingung juga yah karena ternyata banyak sebab kenapa bayi bisa mendadak menolak
menyusu. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu ibu mengatasi masalah mogok
menyusu ini, yakni :

1. Lakukan lebih banyak kontak kulit, habiskan lebih banyak waktu bersama si
malaikat kecil berdua saja dalam suatu ruangan dimana ibu tidak mengenakan pakaian
atas (topless) dan si dedek hanya menggunakan celana dalam atau popok. Biarkan si
kecil bereksplorasi sendiri, tidak perlu dipaksa untuk mendekat pada ibu karena
dengan sendirinya ia akan mendekati ibunya. Tidak perlu memaksa si kecil untuk
langsung menyusu karena mungkin dia akan mendekati ibunya lalu mungkin hanya
akan tertidur di dada ibunya tanpa sempat menyusu, begini saja sudah menunjukkan
tanda positif. Jika satu kali belum berhasil, coba lagi. Cara ini membantu si kecil
untuk ‘mengenal kembali’ ibunya.
2. Tunggu hingga bayi sangat mengantuk, karena banyak bayi yang cenderung tidak
menolak saat dalam kondisi setengah teler. Hindari memaksa bayi menyusu ke
payudara, misalnya dengan mendorong kepalanya agar mendekat ke payudara, karena
penolakan bisa berlanjut menjadi semakin panjang.
3. Tawarkan lebih sering, khususnya saat bayi sedang merasa senang dan sedang
berada di tempat favoritnya, misalnya saat dia tengah bermain, saat dia selesai makan,
saat dia mandi…. di mana pun, kapan pun. Namun jangan paksa jika ia menolak.
4. Coba menyusui sambil menimang-nimang misalnya sambil berjalan-jalan atau
sambil duduk di kursi goyang, karena gerakan lembut dapat mengurangi emosinya
untuk menolak. Misal, ajak si kecil muter-muter komplek rumah dengan mobil, duduk
berdua dengan dia di kursi belakang, ayunan mobil dapat membantu si kecil
meredakan emosinya.
5. Redupkan lampu kamar, redakan suara-suara yang keras agar bayi merasa lebih
tenang dan nyaman. Biasanya bayi yang berusia 6-9 bulan sudah lebih waspada
terhadap keadaan di sekitarnya sehingga gangguan sedikit saja dapat membuatnya
tidak benar-benar menyusu melainkan hanya sekedar menempel saja pada payudara.
6. Coba ganti posisi menggendong si kecil, seperti telah dijelaskan sebelumnya bisa
jadi posisi atau cara menggendong membuat bayi tidak nyaman sehingga ia menolak
untuk menyusu.
7. Kenakan pakaian yang simpel dan ga ribet, yang memungkinkan bayi sangat
mudah mendapatkan akses ke payudara, jika memungkinkan kenakan lebih sering
baju menyusui sehingga ibu tidak perlu membuang waktu banyak untuk membuka
kancing baju terlebih dahulu. Hanya berbeda beberapa detik, tapi saat dirasa terlalu
lama oleh bayi maka ia sudah keburu kehilangan minat untuk menyusu.
8. Bawa ke dokter anak, just in case ternyata bayi mengalami luka yang tidak terlihat
seperti infeksi telinga, lidah berjamur (thrust), dsb. Ada kalanya bayi membutuhkan
tindakan medis karena tengah mengalami sakit yang membuatnya tidak nyaman saat
menyusu.

Intinya, saat bayimu menolak menyusu itu bukan akhir dunia. Kenali dulu penyebabnya
kemudian coba lakukan beberapa trik tersebut. Yang sabar yah, karena kesabaranmu akan
berbuah manis. Selamat (kembali) menyusui !

Berbagai Masalah Pada Payudara Saat Menyusui


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 14 Juli 2014 pukul 11:26

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/masalah-masalah-
payudara-yang-dialami-ibu-menyusui/10151666073389778 )

Puting Datar/Puting Masuk/Puting Terbelah

Puting kecil atau puting datar atau puting terbelah bukan hambatan untuk menyusui karena
bayi tidak menyusu pada puting melainkan pada payudara dengan mengikutsertkan
areola. Jadi, bagaimana pun bentuk puting ibu, bayi tetap dapat menyusu selama posisi dan
pelekatan bayi baik. Ada beberapa cara untuk mengatasi hal ini:

1. Penarikan puting secara manual/dengan tangan. Puting ditarik-tarik dengan lembut


beberapa kali hingga menonjol. Selama hamil tidak perlu menarik-narik puting,,
terutama pada trimester terakhir karena dapat memicu kontraksi dini (bayi dapat lahir
prematur).
2. Pada awal menyusui bisa sulit, tetapi posisi dan pelekatan yang benar akan sangat
membantu. Untuk itu diperlukan bantuan dari konselor/konsultan laktasi untuk
membantu ibu dengan teknik posisi dan pelekatan pada saat bayi menyusu. Untuk ibu
berputing datar, lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan biarkan bayi melekat
sendiri pada payudara.
3. Penarikan puting dengan menggunakan spuit ukuran 10—20 ml, bergantung pada
besar puting. Ujung spuit yang terdapat jarum dipotong dan penarik spuit (spuit
puller) dipindahkan ke sisi bekas potongan. Ujung yang tumpul di letakkan di atas
puting, kemudian lakukan penarikan beberapa kali hingga puting keluar. Lakukan
sehari tiga kali: pagi, siang, dan malam, masing-masing 10 kali.
4. Puting bisa dipancing untum lebih keluar dengan menggunakan breastpump sebelum
menyusui. Puting juga bisa dipancing dengan mengompres puting dengan air dingin
sebelum menyusui, agar puting sedikit "mengembang".
5. Hindari penggunaan penyambung puting (nipple shield) pada saat menyusui, karena
akan menyakiti puting ibu, serta membuat bayi tidak belajar untuk melekat (latch-on)
dengan benar pada payudara.
6. Menyusui dengan menggunakan posisi football hold atau cross cradle, sehingga ibu
bisa menyangga kepala bayi agar tidak mudah lepas saat menyusu. Dengan dua posisi
menyusui ini, ibu dapat membentuk payudara, dengan menopang payudara dari
bagian bawah dengan jari-jari, dan menekan bagian atas payudara dengan ibu jari (C
hold, U hold). Apapun posisi yang dipilih, pastikan pelekatannya selalu benar (lihat
Dokumen tentang Posisi dan Pelekatan Menyusui)

Puting Lecet/Luka

Puting lecet, pecah, luka dan sejenisnya tejadi karena posisi dan pelekatan menyusui yang
kurang tepat. Cara mencegahnya adalah dengan memperbaiki posisi dan pelekatan menyusui,
karena jika tdk diperbaiki, puting akan terus rentan lecet. Bila lecet tidak parah, bisa tetap
menyusui, sebelum dan sesudah menyusui, olesi puting lecet dengan ASI karena ASI bisa
melembutkan areola dan puting, serta mengandung desinfektan yang mempercepat
sembuhnya luka. Seringlah menganginkan puting agar daerah tersebut tidak lembab sehingga
lecet bertambah parah. Namun bila lecetnya sangat parah hingga berdarah, istirahatkan dulu
payudara selama setidaknya 24 jam. Keluarkan ASI dengan cara diperah, paling tidak sakit
biasanya memerah dengan tangan, dan berikan ASIP pada bayi menggunakan sendok, pipet,
atau cup feeder.

Milk Blister/Nipple Bleb

Milk blister biasanya berupa bintil putih seperti jerawat yang kelihatan mau pecah pada
puting payudara. Sebabnya bisa bermacam-macam, posisi dan pelekatan menyusui yang
kurang tepat, atau bisa jadi tekanan yang terlalu kuat pada payudara sementara produksi ASI
sedang banyak. Milk blister ada yang bisa kita hilangkan sendiri, ada yang kadangkala harus
ke dokter atau klinik laktasi untuk dipecahkan dengan jarum steril. Payudara dan daerah di
sekitar terjadinya blister bisa dikompres air hangat sebelum menyusui sambil dibersihkan
pelan-pelan di lokasi blisternya dengan menggunakan lap lembut yang sudah dicelup air
hangat, tetapi jangan digosok. Jangan lupa tetap oleskan sedikit ASI di puting sebelum dan
sesudah menyusui karena ASI mengandung desinfektan. Jika milk blister tidak pecah sendiri,
silakan menghubungi dokter atau klinik laktasi agar bisa dipecahkan dengan jarum steril.
Kalau berani melakukan sendiri, prosedur ini juga bisa dilakukan sendiri dengan jarum yang
steril. Ada juga yang menyarankan untuk merendam puting dalam air hangat yang diberi
garam untuk membuka pori-porinya sehingga milk blister cepat pecah. Selama ada milk
blister di puting ibu tetap bisa menyusui seperti biasa.

Payudara Bengkak (Obstructed Ducts)

Payudara menjadi bengkak biasanya jika ada sumbatan ASI di saluran payudara. Bengkak di
beberapa bagian payudara biasanya terjadi karena aliran ASI yang kurang lancar. Sebabnya
bisa bermacam-mcam: posisi dan pelekatan saat menyusui yang kurang tepat, produksi ASI
yang meningkat tajam tapi tidak diikuti dengan pengosongan yang efektif, bisa jadi karena
payudara dibiarkan penuh terlalu lama atau bisa juga karena bra yang terlalu ketat. Cara
menanggulanginya antara lain:

1. Dengan membiarkan bayi menyusu pada payudara yang bengkak karena hisapan bayi
yang paling efektif mengurangi bengkak. Jika sedang jauh dari bayi bisa diperah atau
dipompa untuk mengurangi bengkak.
2. Payudara dikompres dengan air hangat untuk membantu memperlancar aliran ASI dan
setelah menyusui dikompres dengan air dingin utk mengurangi bengkaknya. Bisa
juga kompres dengan lembaran daun kol yang dimasukkan ke kulkas untuk
mengurangi bengkak.
3. Lakukan teknik Reverse Pressure Softening, yaitu dengan menggunakan 4 – 5 jari ibu
mengitari puting dan menekan-nekannya kearah dada. Hal ini untuk mencegah puting
ibu melebar atau ikut membengkak.
4. Payudara harus sering dikosongkan dengan efektif karena jika tidak, selain bisa
membuat bengkak, juga bisa menurunkan produksinya. Kalau sedang jauh dari bayi
sebaiknya diperah atau dipompa.

Mastitis (Infeksi Payudara)

Mastitis adalah infeksi payudara yang seringkali gejalanya mirip dengan payudara bengkak.
Mastitis disebabkan karena infeksi (hampir selalu karena bakteri daripada jenis kuman
lainnya) yang biasanya terjadi pada ibu menyusui. Namun dapat pula terjadi pada wanita
mana saja, bahkan saat ia tidak sedang menyusui, bahkan juga dapat terjadi pada bayi baru
lahir, dengan jenis kelamin apapun. Tidak ada yang tahu secara pasti mengapa beberapa
wanita mengalami mastitis sedang yang lainnya tidak. Bakteri dapat masuk ke payudara
melalui retakan atau lecet pada puting, tetapi wanita yang putingnya tidak lecet juga dapat
mengalami mastitis, dan banyak juga wanita yang putingnya retak atau lecet malah tidak
mengalaminya. Mastitis berbeda dengan saluran tersumbat, karena saluran tersumbat
(obstructed ducts atau payudara bengkak) bukanlah infeksi, sehingga tidak perlu diobati
dengan antibiotik. Pada saluran tersumbat, ibu merasakan sakit, bengkak dan pengumpulan
massa di payudara. Kulit yang menutupi saluran tersumbat biasanya berwarna merah, tapi
tidak semerah pada mastitis. Tidak seperti mastitis, saluran tersumbat tidak selalu diikuti
dengan demam, walaupun bisa saja demam terjadi. Mastitis biasanya lebih sakit daripada
saluran tersumbat, tapi keduanya bisa terasa cukup sakit. Karena itu, tidak mudah
membedakan antara mastitis ringan dan saluran tersumbat yang parah. Ada kemungkinan
juga saluran tersumbat berkembang menjadi mastitis, sehingga menjadi lebih rumit.

Tanda-tanda umum mastitis:

1. Payudara terasa hangat bila disentuh


2. Perasaan sakit
3. Pembengkakan payudara yang kadang diawali juga dengan luka atau lecet pada
puting
4. Nyeri atau rasa panas terus menerus atau saat menyusui
5. Kulit payudara kelihatan kemerahan
6. Demam di atas 38 derajat Celcius
7. Mastitis walaupun biasanya terjadi dalam beberapa minggu pertama menyusui, walau
bisa terjadi setiap saat selama menyusui.
8. Mastitis cenderung hanya menyerang satu payudara bukan kedua payudara.

Hal-hal yang dapat meningkatkan risiko mastitis antara lain:

1. Puting yang sakit atau luka, walaupun mastitis juga bisa terjadi tanpa adanya luka
pada kulit
2. Sudah pernah mengalami mastitis sebelumnya
3. Hanya menggunakan satu posisi menyusui, yang bisa jadi tidak sepenuhnya
mengosongkan payudara
4. Memakai bra yang terlalu ketat, sehingga menghambat aliran ASI

Komplikasi yang bisa terjadi pada mastitis antara lain:

1. Bila Anda pernah mengalami mastitis, ada kemungkinan Anda akan mengalaminya
lagi, ketika Anda menyusui bayi yang sama atau anak Anda berikutnya. Hal ini
biasanya disebabkan oleh pengobatan yang terlambat atau tidak tepat. Ada beberapa
hal yang bisa menyebabkan mastitis kambuh berulang kali: merokok, produksi ASI
yang berlebih dan tidak diikuti dengan pengosongan payudara yang efektif , anemia,
dan serta stres dan kelelahan.
2. Ketika payudara tidak sepenuhnya dikosongkan saat menyusui, kondisi milk stasis
(produksi ASI berlebih) dapat terjadi. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan pada
pembuluh asi dan kebocoran ASI pada jaringan payudara di sekitarnya, sehingga
timbul rasa sakit dan pembengkakan.
3. Abses bernanah. Bila mastitis tidak segera ditangani dengan tepat, atau terjadi milk
stasis, akan muncul nanah dalam payudara. Bila hal ini terjadi, dibutuhkan operasi
untuk membersihkan nanah tersebut dari payudara. Untuk menghindari komplikasi
ini, segera konsultasikan ke dokter bila muncul tanda atau gejala mastitis.

Penanganan Mastitis:

Dokter biasanya mendiagnosis mastitis berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala demam,


menggigil, dan daerah yang sakit di payudara. Tanda lainnya yang cukup jelas adalah adanya
bentuk prisma segitiga tidak beraturan (wedge pada payudara, yang sakit bila disentuh.
Selain itu, dokter juga akan memeriksa apakah ada nanah atau komplikasi lain yang timbul
bila mastitis tidak ditangani dengan tepat. Pengobatan mastitis biasanya mencakup:

 Pengobatan mastitis umumnya membutuhkan waktu sekitar 10 – 14 hari pemberian


antibiotik. Ibu bisa jadi sudah merasa sehat 24 – 48 jam setelah mulai meminum
antibiotik, namun obatnya tetap harus dihabiskan untuk menurunkan kemungkinan
timbul kembali.
 Istirahat, tetap terus menyusui dan minum lebih banyak cairan akan membantu tubuh
Anda mengatasi infeksi payudara. Kosongkan payudara yang terinfeksi sesering
mungkin. Bila bayi menolak menyusu pada payudara yang sakit, gunakan breastpump
atau perah dengan tangan untuk mengosongkan payudara.
 Kunci utama untuk menghindari mastitis adalah dengan mengosongkan payudara saat
menyusui dengan posisi dan pelekatan yang benar. Mintalah bantuan konselor
menyusui untuk memastikan posisi dan pelekatan yang benar.

Sumber:

http://jatim.aimi-asi.org/2011/06/payudara-bengkak-mode-on/

http://kellymom.com/bf/concerns/mother/nipplebleb/

http://kultwit.aimi-asi.org/2011/02/mastitis/

http://aimi-asi.org/sukses-meyusui-dengan-puting-datar-kenapa-tidak/

http://health.kompas.com/read/2012/05/18/10050930/Sulit.Menyusui.karena.Puting.Datar

http://health.kompas.com/read/2012/09/05/15334643/Agar.Bayi.Nyaman.Menyusu.pada.Puti
ng.Ibu

http://anakbayibalita.wordpress.com/2010/04/21/mastitis/

http://breastfeedinginc.ca/content.php?pagename=doc-BD-M-indo

RELAKTASI (MENYUSUI KEMBALI)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 8 Juli 2014 pukul 21:47

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/serba-serbi-relaktasi-
menyusui-kembali/10151665946999778 )

Apakah itu Relaktasi?

Relaktasi adalah proses menyusui kembali. Ini terjadi ketika seorang ibu memutuskan
kembali menyusui anaknya setelah berhenti menyusui, tanpa melihat berapa lama laktasi
terhenti. Relaktasi bisa dilakukan oleh para ibu setelah beberapa hari, beberapa minggu,
bahkan beberapa tahun setelah berhenti menyusui.
Kondisi apa saja yang membutuhkan relaktasi?

1. Bayi terpisah dari ibu karena salah satu dari mereka sakit dan setelah sembuh ingin
memberikan ASI kembali
2. Ibu yang beberapa saat tidak dianjurkan menyusui, misalnya untuk pemeriksaan
dengan zat radioaktif.
3. Bayi prematur saat mulai belajar menyusu sehingga proses pemberian ASI atau susu
formula dilakukan dengan alat bantu. Setelah berat badan si bayi cukup, si ibu ingin
menyusuinya secara langsung.
4. Yang paling umum, karena berbagai alasan (misalnya produksi ASI menurun),
seorang ibu beralih ke susu formula, sehingga akhirnya menurunkan produksi ASI

Faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan relaktasi?

1. Hal yang berhubungan dengan bayi

a) Keinginan bayi untuk menyusu. Keberhasilan relaktasi terjadi bila bayi segera menyusu
saat didekatkan pada payudara. Pada awalnya bayi memerlukan bantuan untuk dapat melekat
dengan benar pada payudara. Salah satu penelitian relaktasi menemukan bahwa 74% bayi
menolak untuk segera menyusu pada awal laktasi yang disebabkan karena bayi kesulitan
melekat pada payudara dan memerlukan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih
mengatasinya. Penolakan pada awal relaktasi bukan berarti bayi akan selalu menolak
menyusu pada ibu, diperlukan kesabaran ibu untuk menghadapi hal ini.

b) Usia bayi. Akan lebih mudah melakukan relaktasi pada bayi baru lahir sampai bayi
berusia kurang dari 8 minggu.

c) Lamanya waktu laktasi terhenti (breastfeeding gap). Umumnya relaktasi akan lebih
mudah bila waktu terhentinya laktasi belum lama

d) Pengalaman makan bayi selama terhentinya laktasi. Kesulitan mengajari bayi untuk
menyusu kembali sering kali terjadi bila bayi tersebut sudah terbiasa menggunakan dot.
Sehingga untuk kasus bayi yang lahir dengan berat badan rendah disarankan untuk diberikan
minum dengan cangkir untuk mempermudah proses relaktasi.

e) Sudah mendapat makanan pendamping. Relaktasi akan sulit dilakukan pada bayi yang
sudah mendapat makanan pendamping.

2. Hal yang berhubungan dengan ibu

a) Motivasi ibu. Ibu mempunyai motivasi yang kuat karena mengetahui laktasi sangat
penting dalam mendukung kesehatan bayi.

b) Lamanya waktu dari berhentinya laktasi (lactation gap). Umumnya makin pendek
waktu terhentinya laktasi, makin mudah ibu untuk melakukan relaktasi.

c) Kondisi payudara ibu. Adanya infeksi atau luka pada payudara maupun bentuk puting
yang terbenam menjadikan alasan ibu menghentikan laktasi. Setelah infeksi teratasi dan ibu
mendapat bimbingan laktasi, motivasi ibu muncul untuk menyusui anaknya kembali.
d) Kemampuan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya dan dukungan dari keluarga,
lingkungan dan tenaga kesehatan.

Persiapan Apa yang Harus Dilakukan Sebelum Melakukan Relaktasi?

1. Pilihlah waktu melakukan relaktasi yang tepat. Sebaiknya relaktasi tidak dilakukan
dalam periode pindahan rumah, ibu sedang banyak kegiatan, ibu atau bayi sedang
tidak terlalu sehat, sehari-hari ibu hanya tinggal sendiri di rumah dengan bayi, dsb.
2. Bersiap-siaplah untuk menghadapi stres yang mungkin akan dialami selama minggu-
minggu pertama dimulainya masa relaktasi. Ada kemungkinan bayi akan menolak
menyusu langsung dari payudara, atau bayi akan lebih banyak menangis karena
merasa frustasi dengan sedikitnya ASI yang mulai keluar.
3. Mintalah dukungan mental dari orang-orang terdekat di lingkungan.
4. Konsultasikan masalah Anda dengan tenaga profesional seperti konselor atau
konsultan laktasi. Sebagian besar proses relaktasi memang membutuhkan
pendampingan konselor atau konsultan menyusui.
5. Percaya bahwa akan mampu untuk memberikan yang terbaik untuk bayi, dan
walaupun awalnya terasa sangat sulit, namun yakin bahwa perjuangan akan
membuahkan hasil.
6. Pastikan cukup makan dan minum yang bergizi untuk menjaga kondisi tubuh selama
proses relaktasi.
7. Anda dapat mengkonsumsi apapun yang Anda sukai dan Anda percayai dapat
meningkatkan produksi ASI. Ingat, kata kuncinya adalah “suka” dan “percaya”. Jika
Anda tidak percaya bahwa suatu makanan atau minuman bisa memperbanyak ASI,
hasilnya tidak akan optimal. Begitu juga jika Anda mengkonsumsi makanan atau
minuman secara terpaksa. Jika diperlukan. mintalah kepada dokter Anda obat yang
dapat membantu tubuh dalam memproduksi ASI,
8. Mulai mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sekiranya bisa delegasikan,
karena akan menghabiskan hampir seluruh waktu bersama bayi selama minggu-
minggu pertama program relaktasi.
9. Kurangi kegiatan di luar rumah, dalam minggu-minggu pertama masa relaktasi
sedapat mungkin menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari bersama bayi.
10. Tingkatkan skin to skin contact dengan bayi. Tidurlah bersamanya baik pada malam
maupun siang hari, dekaplah dan gendonglah sesering mungkin.
11. Lakukan terus komunikasi pada bayi Anda, meskipun si kecil belum sepenuhnya
memahami apa yang Anda katakana, namun komunikasi ini akan mampu
meningkatkan bonding antara Ibu dengan bayi, sekaligus meningkatkan sugesti positif
ibu agar sukses relaktasi.
12. Sebisanya mungkin seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bayi dikerjakan sendiri,
seperti memandikan, menggantikan popok, menidurkan dan mengajaknya bermain.
13. Berlatih memposisikan bayi pada payudara dengan posisi dan pelekatan yang benar.
Cobalah dengan berbagai cara untuk menemukan kembali posisi yang paling nyaman
ketika mulai menyusui.

Bagaimana Cara Melakukan Relaktasi?


Relaktasi hanya bisa dilakukan dengan satu cara, yaitu : membiarkan bayi menyusu
sesering mungkin pada payudara. Frekuensi menyusui ini setidaknya adalah 10 kali
dalam 24 jam atau lebih jika memang bayi menginginkannya.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat tempuh dalam proses relaktasi:

1. Biarkan bayi mengisap payudara sekitar 30 menit setiap kali ia menyusu, jika
dimungkinkan. Atau secara bertahap dapat ditingkatkan durasi menghisapnya
tersebut, dimulai dari sekurangnya 15 menit pada saat menyusu.
2. Usahakan untuk selalu bersama bayi terutama pada malam hari ketika hormon
prolaktin sedang dihasilkan secara optimal.
3. Susu formula yang sebelumnya sudah diberikan tetap diberikan sesuai berat badan
bayi, tetapi segera setelah ASI mulai keluar sedikit, porsi susu formula tersebut dapat
dikurangi sebanyak 30-60 ml dalam sehari, sampai akhirnya tidak diberi sufor sama
sekali. Sufor hendaknya tidak diberikan dengan dot, tetapi dengan pipet, cup feeder
atau sendok. Hentikan juga penggunaan empeng, karena empeng akan membuat bayi
merasa nyaman sehingga dia merasa tidak perlu menghisap pada payudara ibu.
4. Lama berhenti menyusui dapat dijadikan tolak ukur kasar mengenai jangka waktu
relatasi. Jika baru berhenti menyusui, maka dibutuhkan waktu yang tidak lama untuk
menghasilkan kembali atau meningkatkan pasokan ASI. Namun, jika telah berhenti
menyusui lama, mungkin akan dibutuhkan waktu yang lama pula untuk menghasilkan
ASI kembali atau meningkatkan produksinya.
5. Relaktasi lebih mudah jika bayi sangat muda (kurang dari 3 bulan), daripada jika bayi
berumur lebih dari 6 bulan. Namun, relaktasi dimungkinkan pada usia berapa saja.
6. Relaktasi lebih mudah jika bayi baru saja berhenti menyusu dibandingkan dengan
bayi yang sudah lebih lama berhenti menyusu. Namun, relaktasi dimungkinkan kapan
saja.
7. Pastikan posisi dan pelekatan menyusui sudah benar dan nyaman.
8. Jika bayi menolak mengisap payudara yang ’kosong’, ibu dapat memberikan susu
(formula atau ASIP) melalui pemakaian pipa nasogastrik yang dihubungkan ke
cangkir atau semprit, dimana sisi yang satu lagi di tempelkan pada payudara. Ibu
dapat mengontrol pengaliran cairan dengan menaikkan atau merendahkan cangkir
atau semprit saat bayi menyusu pada payudara ibu. Metode drip drop dengan
menggunakan pipet yang diteteskan di payudara saat bayi menyusu merupakan salah
satu metode yang sering digunakan.
9. Terus pantau jumlah BAK harian bayi (setidaknya 6 kali) dan juga kenaikan berat
badan bayi yaitu sekurangnya 500 gram dalam sebulan.

Sumber:

supportbreastfeeding.wordpress.com/2010/01/26/relaktasi-bila-ibu-ingin-memberi-asi-yang-
sempat-terhenti/

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=2012220101423

http://aimi-asi.org/panduan-relaktasi/

http://kultwit.aimi-asi.org/2012/08/relaktasi-2/
http://health.kompas.com/read/2012/11/14/10240830/Relaktasi.Agar.Bayi.Mau.Menyusu.Lag
i

Tentang Growth Spurt (Percepatan Pertumbuhan)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 8 Juli 2014 pukul 14:53

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/memahami-growth-spurts-
percepatan-pertumbuhan-pada-bayi/10152103454284778 )

anak saya baru berumur 15hari dan hampir setiap 1jam sekali minta ASI, siap itu
tidur,sekalinya bangun minta ASI lagi. Terkadang saya takut,ini baik/tidak untuk bayi. Apa
memang begitu ya, Bun?”

Bunda.. 3hari ini anak saya (1bulan) mimi nya bisa sampe 1jam 1x , namun tidak mau di
tidurkan, pengen nya sambil digendong, walaupun udah tidur agak lamaan saya kira dah
nyenyak waktu saya tidurkan tiba2 bangun dan nangis minta di gendong baru berhenti
nangisnya, kenapa ya?

“Bunda..babyku 5m2w,hari ini banyak nyusu dan tidur, apakah ini growth spurt? “

Masih banyak pertanyaan serupa yang seringkali membuat para ibu merasa cemas dan risau,
merasa ASI tidak cukup, sampai kemudian merasa memerlukan tambahan susu formula
karena bayi terus menangis dan ingin menyusu pada ibu. Tentunya hal ini dapat menghambat
keberhasilan ASI ekslusif – bayi hanya minum ASI saja selama 6 bulan penuh tanpa
tambahan makanan/minuman lainnya. Padahal, adalah situasi yang wajar, pada usia tertentu
bayi mengalami percepatan pertumbuhan (growth spurt) atau disingkat GS.

Bayi mengalami percepatan pertumbuhan pada usia 7-10 hari, 2-3 minggu, 4-6 minggu, 3
bulan, 6 bulan, 9 bulan atau lebih, atau bisa juga di waktu-waktu yang lainnya. Percepatan
pertumbuhan pun terjadi pada tahapan usia anak sampai remaja. Ingatkah kita pernah
mengalami saat-saat dimana kita ingin makan terus pada usia menjelang remaja? Itu pun
merupakan bagian dari fase percepatan pertumbuhan.
Saat mengalami percepatan pertumbuhan, bayi menyusu lebih sering dan lebih lama dari
biasanya, misalnya bayi minta menyusu setiap 1 jam dan tidak mau dilepaskan dari payudara
ibu. Tidak jarang juga bayi akan menjadi sangat rewel meski telah disusui. Pola tidur bayi
yang sedang mengalami percepatan pertumbuhan GS dapat berubah, bisa jadi semalaman dia
tidak mau tidur karena ingin menyusu, sedangkan pada siang hari, dia menjadi tidur sangat
lama. Ini semua terjadi karena bayi sedang memaksimalkan proses tumbuh kembangnya.

Berikut tips yang bisa ibu lakukan ketika bayi sedang mengalami fase percepatan
pertumbuhan:

1. Percayalah bahwa ASI anda cukup dan pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi ,
meskipun bayi saat ini sedang mengalami fase percepatan pertumbuhan. Singkirkan pikiran
negative: ASI anda tidak cukup, berkurang, hanya sedikit, sehingga bayi menjadi rewel atau
menangis terus walaupun telah disusui.

2. Ingatlah prinsip produksi ASI: Semakin sering disusukan/dikeluarkan, semakin banyak


produksinya. Pada fase percepatan pertumbuhan, bayi sedang membantu ibu untuk
mempersiapakn sejumlah ASI yang diperlukan untuk usianya, karena itu bayi ‘memancing’
payudara ibu untuk terus berproduksi. Ayo, berfikirlah secara positif!

3. Susuilah bayi kapanpun dan semau bayi. Biarkan bayi anda menyusu sebanyak dan
selama yang diinginkannya. Dengan terus menerus menyusui bayi maka payudara anda akan
terstimulasi untuk menghaslkan (memproduksi) ASI yang lebih banyak lagi.

4. Tetaplah menjaga asupan makanan dengan gizi seimbang, dan perbanyak asupan cairan
untuk membantu menjaga produksi ASI dan stamina ibu menyusui.

Disusun oleh: Maria Limyati-Wijayanto

Sumber :

http://breastfeeding.about.com/od/breastfeedingbystage/a/Breastfeeding-And-Infant-
Growth.htm

http://jatim.aimi-asi.org/berkenalan-dengan-growth-spurts/

Resiko Penggunaan DOT


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 8 Juli 2014 pukul 13:25
Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (
https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/resiko-penggunaan-
dot/10151580969439778 )

AIMI mengadopsi rekomendasi WHO untuk tidak menganjurkan penggunaan dot atau botol
susu pada bayi dan balita. Alasan-alasannya antara lain adalah sebagai berikut:

1. RESIKO BINGUNG PUTING

Bingung puting adalah keadaan dimana bayi memilih untuk menggunakan botol dan dot
karena cara kerja meminum ASI dari botol dan dot dan payudara berbeda. Melalui botol dan
dot bayi tidak harus suckling melainkan hanya sucking. Sedangkan pada payudara bayi harus
menggunakan lidahnya untuk merangsang keluarnya ASI. Sedangkan pada botol dan dot bayi
hanya menyedot dan aliran ASIP sudah keluar dengan derasnya.

Banyak ibu bertanya adakah dot yang menyerupai payudara ibu dapat mencegah bingung
putting. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun dot yang menyerupai payudara ibu. Bentuk
dot yang ada saat ini memudahkan susu menetes tanpa bayi harus berusaha menghisap.
Masalah muncul ketika bayi merasa harus “bekerja keras” menghisap payudara ibu agar ASI
dapat keluar. Sementara bayi sudah terbiasa dengan aliran susu dari dot. Bayi biasanya akan
kesal dan menolak untuk menyusu langsung. Beberapa akibat juga mempengaruhi si ibu
sendiri seperti payudara bengkak dan berkurangnya ASI. Pada sebagian bayi memang tidak
tampak bingung puting, namun harus disadari bahwa setiap bayi berbeda. Ada bayi yang
setelah beberapa waktu menggunakan dot baru terkena bingung puting, namun ada juga yang
langsung terkena dampaknya. Bingung puting juga tidak mengenal usia. Bisa terjadi pada
bayi baru lahir, namun bisa juga terjadi pada bayi yang sudah besar. Bingung puting juga
bukan faktor genetik. jadi kalau si kakak tidaik bingung puting, bukan berarti adiknya tidak
bingung puting juga.

2. RESIKO TIDAK HIGIENIS LEBIH TINGGI

Dot itu sendiri tidak dapat dikatakan higienis sedangkan higienitas adalah hal mutlak bagi
bayi karena sistem imunnya yang belum matang. Perlu diingat bahwa bakteri mudah
berkembangbiak pada kondisi hangat. Setiap kali habis dipakai dot harus langsung
dibersihkan. Bila dot berada dalam kondisi terbuka terlalu lama ataupun terjatuh juga harus
segera disingkirkan. Belum lagi sisa lemak yang menempel di sela-sela dot yang sulit untuk
dibersihkan. Jika hal-hal ini diabaikan dapat mengakibatkan muntah, diare, kolik dan
sebagainya.

3. RESIKO KERUSAKAN GIGI

Penggunaan dot mempengaruhi bentuk kesehatan gigi-geligi dan otot area mulut.
Penggunaan dot dalam jangka panjang dapat merusak gigi anak (karies). Sebuah penelitian
menemukan bahwa anak ASI yang tidak pernah mengenal dot (dan empeng) akan tumbuh
dengan memiliki wajah yang lebih proporsional. Bentuk gigi-geliginya lebih sempurna
dibanding bayi yang mengenal dot.

Menyusu langsung pada payudara bukan hanya untuk membuat bayi kenyang saja. Kegiatan
ini merupakan kegiatan yang kompleks, melibatkan seluruh otot yang berada di sekitar mulut
dan rahang. Mulut bayi harus bekerja keras untuk mendapatkan ASI. Sebaliknya pemberian
ASI (dan pengganti ASI) melalui dot tidak merangsang bayi untuk belajar dan bekerja
menghisap. Akibatnya, kekuatan otot-otot tersebut melemah, sehingga kemampuan bicara
menjadi terhambat.. Kurang lebih sama perbandingannya seorang penari yang otot-ototnya
lentur karena sering berlatih dengan yang jarang atau malas berlatih

4. RESIKO INFEKSI TELINGA

Otitis Media merupakan infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Struktur saluran
telinga pada bayi lebih dekat dengan daerah mulut dan belum memiliki sistem proteksi yang
kurang baik dibandingkan struktur telinga orang dewasa. Oleh karena struktur ini, gangguan
pada daerah mulut akan memudahkan terjadinya gangguan pada struktur telinga bagian
tengah. Pada pengguna Dot ditemukan kasus Otitis media yang meningkat. Barangkali
kejadian ini terkait dengan gangguan pertumbuhan gigi dan meningkatnya kemungkinan
infeksi pada penggunaan dot yang tidak higienis. Para peneliti di AAP (American Academy
of Pediatry) menyarankan untuk mengurangi atau menghentikan secara total penggunaan dot
untuk menghindari terjadinya Otitis Media.

Masalah muncul pada penggunaan dot adalah jika susu tetap keluar walaupun anak tidak
menyedot, misalnya karena tertidur. Di sisi lain, saat anak tidur otot-ototnya menjadi rileks,
termasuk otot yang menyusun saluran eustachius sehingga saluran tersebut terbuka. Nah,
susu yang tetap keluar tadi bisa-bisa bukannya tertelan, namun masuk ke dalam saluran
eustachius dan memenuhi rongga pada telinga tengah. Hal ini mungkin terjadi, apalagi pada
anak yang menyusu botol dalam keadaan berbaring. Cairan yang terkumpul di telinga tengah
kemudian dapat menjadi media infeksi bakteri. Selain itu, adanya cairan di belakang gendang
telinga akan mengganggu proses transmisi suara. Akibatnya, anak menjadi sulit mendengar.
Fungsi telinga dapat kembali normal apabila cairan tersebut dibuang.

5. KESULITAN MENYAPIH
Menyapih anak dari dot bisa jadi lebih sulit dibanding menyapih dari payudara. Sedangkan
bayi yang tidak menggunakan dot kita tidak usah memikirkan bagaimana menyapih dari gelas
kan? Karena seumur hidup kita akan minum menggunakan gelas.

6. TIDAK MENGGUNAKAN DOT BISA MEMBANTU MENJAGA BONDING IBU


DAN ANAK

Kenapa demikian? Karena bayi mendapatkan kepuasan oral hanya dari puting payudara
ibunya tidak dari puting botol dan dot. Sehingga bayi akan selalu menunggu saat-saat bisa
menyusu langsung pada ibunya bila ada kesempatan. Hal ini penting untuk menjaga bonding
ibu dan bayi terutama bagi ibu bekerja yang terpaksa harus meninggalkan bayinya selama
beberapa jam setiap harinya. Yang beresiko adalah ketika ibu harus meninggalkan bayi
selama beberapa hari. Bayi yang biasanya bisa menyusu secara langsung pada waktu sore dan
malam ketika ibunya di rumah, mendadak harus terus diberi dot selama 24 jam. Setelah
ibunya pulang, banyak kasus dimana tiba-tiba bayi menolak menyusu langsung dari ibunya.

Sumber:

http://aimi-asi.org/2010/10/bayi-botol-dan-dot-benarkah/

http://aimi-asi.org/2011/05/ulasan-poling-april-2011-resiko-dot/

http://jateng.aimi-asi.org/2011/12/jangan-tergoda-dengan-botol-dan-dot/

http://kultwit.aimi-asi.org/2011/06/memberikan-asi-perah-tanpa-dot

Resiko Pemberian Susu Formula


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 8 Juli 2014 pukul 13:17

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (


https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/resiko-pemberian-susu-
formula/10152593394749778)

Disadur dari Artikel; "Alasan Medis untuk Tidak Menggunakan Pengganti ASI" oleh
Ketua Umum AIMI Mia Sutanto, SH, LLM di website AIMI: http://aimi-asi.org/alasan-
medis-pengganti-asi/
Ketika menyusui secara eksklusif tidak lagi menjadi suatu ‘keharusan’, biasanya para ibu
dengan mudahnya berpaling pada susu formula. Kode Etik Internasional tentang Pemasaran
Produk Pengganti ASI (breastmilk substitute) yang dikeluarkan oleh WHO ditujukan untuk
memberikan informasi pada orangtua tentang bahaya kesehatan akibat penggunaan susu
formula yang tidak tepat. Ulasan ini memberikan beberapa contoh hasil penelitian bertahun-
tahun tentang pentingnya menyusui serta resiko yang ditimbulkan akibat penggunaan susu
formula.

REKOMENDASI WHO

WHO merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara ekslusif selama 6 bulan,
melanjutkannya dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dari bahan-bahan
lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI / menyusui sampai anak berusia 2 tahun
atau lebih. (World Health Assembly Resolution 54.2, 2001)

RESIKO PEMBERIAN SUSU FORMULA UNTUK BAYI DAN ANAK-ANAK

1. Meningkatkan resiko asma


2. Meningkatkan resiko alergi
3. Menghambat perkembangan kognitif
4. Meningkatkan resiko infeksi saluran pernapasan akut
5. Meningkatkan resiko oklusi pada gigi anak
6. Meningkatkan resiko infeksi dari susu formula yang terkontaminasi
7. Meningkatkan resiko kurang gizi
8. Meningkatkan resiko kanker pada anak-anak
9. Meningkatkan resiko penyakit kroni
10. Meningkatkan resiko diabetes
11. Meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular (jantung)
12. Meningkatkan resiko obesitas
13. Meningkatkan resiko infeksi saluran pencernaan
14. Meningkatkan resiko kematian pada bayi dan anak-anak
15. Meningkatkan resiko infeksi telinga dan otitis media
16. Meningkatkan resiko terkena efek samping dari kontaminasi lingkungan

1. Meningkatkan resiko asma

 Sebuah penelitian di Arizona, Amerika Serikat yang menggunakan sampel 1.246 bayi
sehat menunjukkan hubungan yang kuat antara menyusui dan gangguan pernafasan
pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di bawah umur 6 tahun
yang tidak disusui sama sekali, akan memiliki resiko gangguan pernafasan tiga kali
lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang disusui.
(Wright AL, Holberg CJ, Taussig LM, Martinez FD. Relationship of infant feeding to
recurrent wheezing at age 6 years. Arch Pediatr Adolesc Med 149:758-763, 1995)

 Penelitian pada 2.184 anak yang dilakukan oleh Hospital for Sick Children di
Toronto, Kanada menunjukkan bahwa resiko asma dan gangguan pernapasan
mencapai angka 50% lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula, dibandingkan
dengan bayi yang mendapatkan ASI sampai dengan usia 9 bulan atau lebih.

(Dell S, To T. Breastfeeding and Asthma in Young Children. Arch PediatrAdolesc Med


155: 1261-1265, 2001)

 Para peneliti di Australia Barat melakukan penelitian terhadap 2602 anak-anak untuk
melihat peningkatan resiko asma dan gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama.
Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan
gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI
eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para peneliti ini merekomendasikan untuk
memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan untuk mengurangi resiko terkena
asma dan gangguan pernafasan.

(Oddy WH, Peat JK, de Klerk NH. Maternal asthma, infant feeding, and the risk for
asthma in childhood. J. Allergy Clin Immunol. 110: 65-67, 2002)

 Para ahli melihat pada 29 penelitian terbaru untuk mengevaluasi dampak ‘melindungi’
terhadap asma dan penyakit pernapasan atopik lainnya yang diberikan oleh ASI.
Setelah menggunakan kriteria penilaian yang ketat, terdapat 15 penelitian yang
memenuhi persyaratan untuk dievaluasi, dan ke-15 penelitian tersebut menunjukkan
manfaat/efek melindungi yang diberikan oleh ASI dari resiko asma. Para ahli
menyimpulkan, tidak menyusui atau memberikan ASI pada bayi akan meningkatkan
resiko asma dan penyakit pernafasan atopik.

(Oddy WH, Peat JK. Breastfeeding, Asthma and Atopic Disease: An Epidemiological
Review of Literature. J Hum Lact 19: 250-261, 2003)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit asma dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui:

1. Porro E, Indinnimeo L, Antognoni G, Midulla F, Criscione S. Early wheezing and


breastfeeding (Menyusui dan kejadian sesak napas dini). J Asthma 1993;30:23-8
2. Burr ML, Limb ES, Maguire JM, Amarah L, Eldridge BA, Layzell JCM, Merret TG.
Infant feeding, wheezing, and allergy: a prospective study (Pemberian makan pada
bayi, sesak napas, dan alergi : Kajian prospektif). Arch Dis Child 1993;68:724-28
3. Wright AL, Holberg CJ, Taussig LM, Martinez FD. Relationship of infant feeding to
recurrent wheezing at age 6 years (Hubungan antara pemberian makan pada bayi
terhadap kejadian sesak napas berulang pada usia 6 tahun). Arch Pediatr Adolesc
Med 1995;149:758-63
4. Oddy WH, Holt PG, Sly PD, Read AW, Landau LI, Stanley FJ, Kendall GE, Burton
PR. Association between breastfeeding and asthma in 6 year old children: findings of
a prospective birth cohort study (Hubungan antara menyusui dan asma pada anak
usia 6 tahun : temuan pada studi lanjutan kelahiran prospektif). Br Med J
1999;319:815-9
5. Gdlavevich M, Minouni D, Minouni M. Breastfeeding and the risk of bronchial
asthma in childhood: a systematic review with meta-analysis of prospective studies
(Menyusui dan resiko asmabronkial pada masa kanak-kanak : tinjauan sistematik
dengan meta-analisis dari studi prospektif). J Pediatr 2001;139:261-6

2. Meningkatkan resiko alergi

 Anak-anak di Finlandia yang mendapatkan ASI lebih lama memiliki resiko lebih
rendah untuk terkena penyakit atopik, eksim, alergi makanan dan gangguan
pernafasan karena alergi. Pada usia 17 tahun, resiko gangguan pernafasan karena
alergi pada mereka yang tidak mendapatkan ASI (atau mendapat ASI dalam jangka
waktu pendek) adalah 65%, sementara pada mereka yang disusui lebih lama hanya
42%.

(Saarinen UM, Kajosarri M. Breastfeeding as a prophylactic against atopic disease:


Prospective follow-up study until 17 years old. Lancet 346: 1065-1069, 1995)

 Bayi yang memiliki riwayat asma/gangguan pernafasan karena memiliki riwayat


alergi dari keluarganya, diteliti untuk penyakit dermatitis atopik dalam tahun pertama
kehidupannya. Menyusui eksklusif selama tiga bulan pertama diakui dapat
melindungi bayi dari penyakit dermatitis.

(Kerkhof M, Koopman LP, van Strien RT, et al. Risk factors for atopic dermatitis in
infants at high risk of allergy: The PIAMA study. Clin Exp Allergy 33: 1336-1341, 2003)

 Pengaruh dari konsumsi harian ibu akan vitamin C dan E pada komposisi anti-oksidan
di ASI sebagai zat yang melindungi bayi dari kemungkinan terkena penyakit atopik
diteliti. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang menderita penyakit atopik dipantau
selama 4 hari, kemudian diambil sampel ASI dari ibu yang memiliki bayi dengan usia
1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C sehari-hari pada
makanan ibu dapat meningkatkan kadar vitamin C pada ASI. Semakin tinggi kadar
vitamin C pada ASI dapat menurunkan risiko terkena penyakit atopik pada bayi.

(Hoppu U, Rinne M, Salo-Vaeaenaenen P, Lampi A-M, Piironen V, Isolauri E. Vitamin C in


breast milk may reduce the risk of atopy in the infant. Eur J of Clin Nutr 59: 123-128,
2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit alergi dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Lucas A, Brooke OG, Morley R, Cole TJ, Bamford MF. Early diet of preterm infants
and development of allergic or atopic disease: randomized prospective study (Diet
awal pada bayi prematur dan perkembangan alergi atau penyakit atopik : studi
prospektif acak). Br Med J 1990;300:837-40
2. Kajosaari M, Saarinen UM. Prophylaxis of atopic disease by six months’ total solid
food elimination (Profilaksis penyakit atopik dengan penundaan total enam bulan
makanan padat). Acta Pediatr Scand 1983;72:411-14
3. Ellis MH, Short JA, Heiner DC. Anaphylaxis after ingestion of a recently introduced
hydrolyzed whey protein protein formula (Anafilaksis setelah penyerapan protein
whey terhidrolisasi baru pada protein susu formula bayi). J Pediatr 1991;118:74-7
4. Saarinen UM, Kajosaari M. Breastfeeding as prophylaxis against atopic disease:
prospective follow-up study until 17 years old (Menyusui sebagai profilaksis terhadap
penyakit atopik : studi lanjutan hingga usia 17 tahun). Lancet 1995;346:1065-69
5. Saylor JD, Bahna SL. Anaphylaxis to casein hydrolysate formula (Anafilaksis pada
susu formula kasein hidrolisat). J Pediatr 1991;118:71-4
6. Marini A, Agosti M, Motta G, Mosca F. Effects of a dietary and environmental
prevention programme on the incidence of allergic symptoms in high atopic risk
infants: three years’ followup (Pengaruh program pencegahan lingkungan dan diet
terhadap kejadian gejala alergi pada bayi dengan resiko tinggi atopik : lanjutan tiga
tahun). Acta Pædiatr 1996;Suppl 414 vol 85:1-19
7. Wright AL, Holberg CJ, Martinez FD, Halonen M, Morgan W, Taussig LM.
Epidemiology of physician diagnosed allergic rhinitis In childhood (Epidemiologi
dari diagnosis alergi rhinitis pada anak-anak). Pediatrics 1994:94:895-901
8. Bloch AM, Mimouni D, Minouni M, Gdalevich M. Does breastfeeding protect against
allergic rhinitis during childhood? A meta-analysis of protective studies (Apakah
menyusui melindungi dari alergi rhinitis selama masa kanak-kanak? Sebuah meta-
analisis studi prospektif). Acta Paediatr 2002;91:275-9

3. Menghambat perkembangan kognitif

 Untuk menentukan dampak dari memberikan ASI eksklusif dengan perkembangan


kognitif pada bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah, digunakanlah metode
“Bayley scale of infant development” ketika bayi berumur 13 bulan dan “Wechler
Preschool and Primary Scales of Intelligence” pada anak ketika berumur 5 tahun.
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah memberikan ASI secara eksklusif
(tanpa tambahan vitamin/supplemen apapun) pada bayi prematur atau bayi dengan
berat lahir rendah terbukti memberikan keuntungan yang signifikan pada
perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik yang lebih baik.

(Rao MR, Hediger ML, Levine RJ, Naficy AB, Vik T. Effect of breastfeeding on cognitive
development of infants born small for gestational age. Arch Pediatr Adolesc 156: 651-655,
2002)

 Menyusui terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, karena memiliki


pengaruh positif pada pendidikan dan perkembangan kognitif di masa kanak-kanak,
tegas sebuah penelitian di Inggris. Analisis regresi yang dilakukan pada sebuah
penelitian menyatakan bahwa menyusui secara signifikan berkorelasi positif dengan
pendidikan dan kecerdasan.

(Richards M, Hardy R, Wadsworth ME. Long-tern effects of breast-feeding in a national


cohort: educational attainment and midlife cognition function. Publ Health Nutr 5: 631-
635, 2002)
 439 anak sekolah di Amerika Serikat yang lahir antara tahun 1991 – 1993 serta
memiliki berat badan lahir rendah (di bawah 1,500 gram) diberikan beberapa jenis tes
kognitif. Hasilnya, anak-anak yang memiliki berat badan lahir rendah dan tidak
pernah disusui cenderung memiliki nilai/hasil tes yang rendah pada tes IQ,
kemampuan verbal, kemampuan visual dan motorik dibandingkan mereka yang
disusui/mendapatkan ASI.

(Smith MM, Durkin M, Hinton VJ, Bellinger D, Kuhn L. Influence of breastfeeding on


cognitive outcomes at age 6-8 year follow-up of very low-birth weight infants. Am J
Epidemiol 158:1075-1082, 2003)

 Penelitian pada anak-anak yang lahir dari keluarga miskin di Filipina membuktikan
bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI sampai umur 12-18 bulan memiliki nilai
yang lebih tinggi pada “nonverbal intelligence test”. Efek seperti ini akan lebih besar
dampaknya pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (1.6 dan 9.8 poin
lebih tinggi). Para peneliti menyimpulkan, bahwa memberikan ASI/menyusui dalam
jangka waktu yang lama sangatlah penting, apalagi setelah mengenalkan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI), terutama untuk bayi berat badan lahir rendah.

(Daniels M C, Adair L S. Breast-feeding influences cognitive development of Filipino


children. J Nutr. 135: 2589-2595, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko perkembangan kognitif dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui:

1. (review): Andraca I, Uauy R. Breastfeeding for optimal mental development


(Menyusui mendorong perkembangan mental yang optimal). Simopoulos AP, Dutra
de Oliveira JE, Desai ID (eds): Behavioral and Metabolic Aspects of Breastfeeding
(Aspek Perilaku dan Metabolik dari Menyusui). World Rev Nutr Diet. Basel, Karger,
1995;78:1-27
2. (review): Gordon N. Nutrition and cognitive function (Nutrisi dan Fungsi Kognitif).
Brain and Development 1997;19:165-70
3. Morrow-Tlucak M, Haude RH, Ernhart CB. Breastfeeding and cognitive development
in the first 2 years of life (Menyusui dan perkembangan kognitif pada usia 2 tahun
pertama). Soc Sci Med 1988;26:635-9
4. Taylor B, Wadsworth J. Breastfeeding and child development at five years (Menyusui
dan perkembangan pada usia 5 tahun). Dev Med Child Neurol 1984;26:73-80
5. Lucas A, Morley R, Cole TJ, Lister G, Leeson-Payne C. Breastmilk and subsequent
intelligence quotient in children born preterm (Menyusui dan angka kecerdasan anak
yang lahir kurang bulan). Lancet 1992;339:261-4
6. Nettleton JA. Are n-3 fatty acids essential nutrients for fetal and infant development
(Apakah asam lemak n-3 nutrisi esensial untuk perkembangan janin dan bayi). J Am
Diet Assoc 1993;93:58-64
7. Rogan WJ, Gladen BC. Breastfeeding and cognitive development (Menyusui dan
perkembangan kognitif). Early Hum Dev 1993;31:181-93
8. Silver LB, Levinson RB, Laskin CR, Pilot LJ. Learning disabilities as a probable
consequence of using chloride-deficient infant formula (Probabilitas gangguan
belajar sebagai konsekuensi penggunaan sufor rendah klorida). J Pediatr
1989;115:97-9
9. Willoughby A, Moss HA, Hubbard VS, Bercu BB, Graubard BI, Vietze PM, et al.
Developmental outcome in children exposed to chloride deficient formula
(Perkembangan pada anak yang mengkonsumsi susu formula rendah klorida).
Pediatrics 1987;79:851-7

10. Wing CS. Defective infant formulas and expressive language problems: a case study
(Studi kasus: kerusakan susu formula bayi dan masalah bicara dan bahasa). Language,
Speech and Hearing Services in Schools 1990;21:22-7

11. Crawford MA. The role of essential fatty acids in neural development: implications for
perinatal nutrition (Peranan asam lemak esensial pada perkembangan syaraf: Implikasi
untuk nutrisi perinatal). Am J Clin Nutr 1993;57(suppl):703S-10S

12. Temboury MC, Otero A, Polanco I, Arribas E. Influence of breastfeeding on the infant’s
intellectual development (Pengaruh menyusui pada perkembangan kecerdasan bayi). J
Pediatric Gastroenterol Nutr 1994;18:32-36

13. Pollock JI. Longterm associations with infant feeding in a clinically advantaged
population of babies (Hubungan jangka panjang pemberian makan pada populasi bayi
dengan kondisi klinis baik). Dev Med Child Neur 1994;36:429-40

14. Makrides M, Neumann MA, Byard RW, Simmer K, Gibson RA. Fatty acid composition
of brain, retina and erythrocytes in breast and formula fed infants (Komposisi asam lemak
pada otak, retina, dan eritrokit pada bayi yang mengkonsumsi ASI dan susu formula). Am J
Clin Nutr 1994;60:189-94

15. Anderson GJ, Connor WE, Corliss JD. Docosohexaenoic acid is the preferred dietary n-3
fatty acid for the development of the brain and retina (Asam dokosolexanoat sebagai asam
lemak n-3 pilihan untuk perkembangan otak dan retina). Pediatr Res 1990;27:87-97

16. Neuringer M, Connor WE, Lin DS, Barstad L, Luck S. Biochemical and functional
effects of prenatal and postnatal fatty acid deficiency on retina and brain in rhesus monkeys
(Pengaruh biokimia dan fungsional dari kekurangan asam lemak prenatal dan antenatal
terhadap retina dan otak pada monyet resus). Proc Natl Acad Sc USA 1986;83:4021-5

17. Florey C Du V, Leech AM, Blackhall A. Infant feeding and mental and motor
development at 18 months of age in first born singletons (Makanan bayi dan perkembangan
mental dan motorik pada usia 18 bulan pada anak pertama/sulung). Int J Epidem 1995;24
(Suppl 1):S21-6

18. Wang YS, Wu SY. The effect of exclusive breastfeeding on development and incidence
of infection in infants (Pengaruh menyusui eksklusif terhadap perkembangan dan kejadian
infeksi pada bayi). JHL 1996;12:27-30

19. Greene LC, Lucas A, Livingstone BE, Harland PSEG, Baker BA. Relationship between
early diet and subsequent cognitive performance during adolescence (Hubungan antara
makanan pertama dan performa kognitif pada remaja). Biochem Soc Trans 1995;23:376S
20. Riva E, Agostoni C, Biasucci G, Trojan S, Luotti D, Fiori L, et al. Early breastfeeding is
linked to higher intelligence quotient scores in dietary treated phenylketonuric children
(Menyusu usia dini dihubungkan dengan tingkat kecerdasan lebih tinggi pada anak dengan
diet khusus penyakit PKU). Acta Pædiatr 1996;85:56-8

21. Niemelä A, Järvenpää A-L. Is breastfeeding beneficial and maternal smoking harmful to
the cognitive development of children? (Apakah menyusui bermanfaat dan ibu merokok
berbahaya bagi perkembangan kognitif anak?) Acta Pædiatr 1996;85:1202-6

22. Rodgers B. Feeding in infancy and later ability and attainment: a longitudinal study
(Pemberian makan pada bayi dan kemampuan dan pencapaian di masa depannya: Kajian
longitudinal). Devel Med Child Neurol 1978;20:421-6

23. Horwood LJ, Fergusson DM. Breastfeeding and later cognitive and academic outcomes
(Menyusui dan pencapaian akademik dan kognitif di kemudian hari). Pediatrics 1998;101:p.
e9

24. Paine BJ, Makrides M, Gibson RA. Duration of breastfeeding and Bayley’s mental
developmental Index at 1 year of age (Durasi menyusui dan indeks perkembangan mental
Bayley pada usia 1 tahun). J Paediatr Child Health 1999;35:82-5

25. Fergusson DM, Beautrais AL, Silva PA. Breastfeeding and cognitive development In the
first seven years of life (Menyusui dan perkembangan kognitif pada 7 tahun pertama). Soc
Sci Med 1982;16:1705-8

26. Vestergaard M, Obel C, Henriksen TB, Sørensen HT, Skajaa E, Østergaard J. Duration
of breastfeeding and developmental milestones during the latter half of Infancy (Durasi
menyusui dan tahapan perkembangan selama 6 bulan kedua usia bayi). Acta Paediatr
1999;88:1327-32

27. Rao MR, Hediger ML, Levine RJ, Naficy AB, Vik T. Effect of breastfeeding on
cognitive development of infants born small for gestational age (Pengaruh menyusui pada
perkembangan kognitif bayi yang lahir kecil untuk usia gestasi). Acta Paediatr 2002;91:267-
74

28. Lanting CI, Fidler V, Huisman M, Touwen BCL, Boersma ER. Neurological differences
between 9 year old children fed breastmilk or formula milk as babies (Perbedaan neurologis
antara anak usia 9 tahun yang diberi ASI atau susu formula saat bayi). Lancet
1994;344:1319-22

29. Lanting CI, Patandin S, Weisglas-Kuperus N, Touwen BCL, Boersma ER.Breastfeeding


and neurological outcome at 42 months (Menyusui dan perkembangan syaraf pada usia 42
bulan). Acta Paediatr 1998;87:1224-9

4. Meningkatkan resiko infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)


 Anak-anak di Brazil yang tidak disusui/mendapatkan ASI beresiko 16,7 kali lebih
tinggi terkena pneumonia dibandingkan anak-anak yang semasa bayinya disusui
secara eksklusif.

(Cesar JA, Victora CG, Barros FC, et al. Impact of breastfeeding on admission for
pneumonia during postneonatal period in Brazil: Nested casecontrolled study. BMJ 318:
1316-1320, 1999)

 Untuk menentukan faktor-faktor resiko dalam mendeteksi ISPA pada balita, sebuah
rumah sakit di India membandingkan 201 kasus dengan 311 kunjungan pemeriksaan.
Menyusui adalah salah satu dari sekian faktor yang dapat menurunkan tingkat risiko
ISPA pada balita.

(Broor S, Pandey RM, Ghosh M, Maitreyi RS, Lodha R, Singhal T, Kabra SK. Risk factors
for severe acute lower respiratory tract infection in under-five children. Indian Pediatr
38: 1361-1369, 2001)

 Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui dan
resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis dari data-data yang diteliti
menunjukkan pada negara-negara berkembang, bayi yang diberikan susu formula
mengalami 3 kali lebih sering gangguan pernafasan yang membutuhkan perawatan
intensif di rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif
selama 4 bulan atau lebih.

(Bachrach VRG, Schwarz E, Bachrach LR. Breastfeeding and the risk of hospitalization
for respiratory disease in infancy. Arch Pediatr Adolesc Med. 157: 237-243, 2003)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit saluran pernafasan dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui:

1. Pullan CR, Toms GL, Martin AJ, Gardner PS, Webb JKG, Appleton DR.
Breastfeeding and respiratory syncytial virus infection (Menyusui dan kejadian infeksi
virus syncytial pada saluran pernapasan). Br Med J 1980;281:1034-6
2. Chiba Y, Minagawa T, Mito K, Nakane A, Suga K, Honjo T, Nakao T. Effect of
breastfeeding on responses of systemic interferon and virus-specific lymphocyte
transformation with respiratory syncytial virus infection (Pengaruh menyusui pada
respon interferon sistemik dan transformasi spesifik-virus limfosit dengan infeksi
virus syncytial pada saluran pernapasan). J Med Virology 1987;21:7-14
3. Wright AL, Holberg CJ, Martinez FD, Morgan WJ, Taussig LM. Breastfeeding and
lower respiratory tract illness in the first year of life (Menyusui dan penyakit saluran
pernapasan bagian bawah pada usia 1 tahun). Br Med J 1989;299:946-9
4. Pisacane A, Graziano L, Zona G, Granata G, Dolezalova H, Cafiero M, et al.
Breastfeeding and acute lower respiratory infection (Menyusui dan infeksi saluran
pernapasan bagian bawah akut). Acta Pædiatr 1994;83:714-18
5. Beaudry M, Dufour R, Marcoux S. Relation between infant feeding and infections
during the first six months of life (Hubungan antara pemberian makan pada bayi dan
infeksi selama 6 bulan pertama kehidupan). J Pediatr 1995;126:191-7
6. Okamoto Y, Ogra PL. Antiviral factors in human milk: implications in respiratory
syncytial virus infection (Faktor antivirus dalam susu manusia: implikasi terhadap
infeksi virus syncytial pada saluran pernapasan). Acta Pædiatr Scand Suppl
1989;351:137-43
7. Downham MAPS, Scott R, Sims DG, Webb JKG, Gardner PS. Breastfeeding protects
against respiratory syncytial virus infections (Menyusui memberikan perlindungan
terhadap infeksi virus syncytial pada saluran pernapasan). Br Med J 1976;2:274-6
8. Yue Chen. Synergistic effect of passive smoking and artificial feeding on
hospitalization for respiratory illness in early childhood (Pengaruh sinergis dari
merokok pasif dan pemberian pengganti air susu ibu terhadap kejadian penyakit
saluran pernapasan selama masa kanak-kanak). Chest 1989;95:1004-07
9. Wilson AC, Forsyth JS, Greene SA, Irvine L, Hau C, Howie PW. Relation of infant
diet to childhood health: seven year follow-up of cohort of children in Dundee infant
feeding study (Hubungan antara asupan bayi dengan kesehatan masa kanak-kanak:
tindak lanjut tujuh tahun setelahnya atas anak-anak pada kajian pemberian makan
bayi di Dundee). Br Med J 1998;316:21-5 (hasil penelitian juga menunjukkan tekanan
darah yang lebih tinggi pada anak-anak yang diberikan susu formula)

10. César JA, Victora CG, Barros FC, Santos IS, Flores JA. Impact of breastfeeding on
admission for pneumonia during postneonatal period in Brazil: nested case-control study
(Pengaruh menyusui terhadap resiko pneumonia selama periode pasca-neonatal di Brazil:
studi kontrol-kasus tersarang). Br Med J 1999;318:1316-20

11. Pisacane A, Impagliazzo N, De Caprio C, Criscuolo L, Inglese A, da Silva MCMP.


Breastfeeding and tonsillectomy (Menyusui dan tonsilektomi). BMJ. 1996 Mar
23;312(7033):746-7.

12. López-Alarcón M, Villalpando S, Fajardo A. Breastfeeding lowers the frequency and


duration of acute respiratory infection and diarrhea in infants under 6 months of age
(Menyusui dapat mengurangi frekuensi dan durasi infeksi saluran pernapasan akut dan diare
pada bayi di bawah 6 bulan). J Nutr 1997;127:436-43

5. Meningkatkan resiko oklusi gigi pada anak

 Salah satu keuntungan menyusui adalah membuat gigi anak tumbuh rapih dan teratur.
Penelitian yang dilakukan pada 1.130 balita (usia 3-5 tahun) untuk mengetahui
dampak dari tipe pemberikan makanan dan aktivitas menghisap yang tidak tepat
terhadap pertumbuhan gigi yang kurang baik. Aktivitas menghisap yang kurang baik
(menghisap botol) memberikan dampak yang substansial pada kerusakan gigi/oklusi
gigi pada anak. Terjadinya ”posterior cross-bite” pada gigi anak lebih banyak
ditemukan pada anak-anak yang menggunakan botol susu serta anak-anak yang suka
‘mengempeng’. Persentase terkena cross-bite pada anak ASI yang menyusu langsung
13% lebih kecil dibandingkan mereka yang menyusu dari botol. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa semakin awal bayi menyusu dari botol dua kali lebih besar
besar terkena risiko maloklusi/kerusakan pada gigi dibandingkan bayi yang menyusu
langsung/tidak menyusu dari botol.
(Viggiano D. et al. Breast feeding, bottle feeding, and non-nutritive sucking; effects on
occlusion in deciduous dentition. Arch Dis Child 89:1121-1123, 2004)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko kerusakan gigi dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Labbock MH, Hendershot GE. Does breastfeeding protect against malocclusion? An


analysis of the 1981 child health supplement to the national health interview survey
(Apakah menyusui melindungi dari maloklusi? Sebuah analisis pada 1981 suplemen
kesehatan anak untuk survei wawancara kesehatan nasional). Am J Prev Med
1987;3:227-32
2. Palmer B. The influence of breastfeeding on the development of the oral cavity: A
commentary (Pengaruh menyusui terhadap perkembangan rongga mulut: suatu
komentar). J Hum Lact 1998;14:93-8
3. Erickson PR, Mazhari E. Investigation of the role of human breastmilk in caries
development (Penelitian terhadap peranan air susu ibu pada perkembangan karies).
Pediatr Dent 1999;21:86-90

6. Meningkatkan resiko infeksi dari susu formula yang terkontaminasi

 Pada kasus tercemarnya susu formula dengan Enterobacter Sakazakii di Belgia,


ditemukan 12 bayi yang menderita Necrotizing Enetrocolitis (NEC) dan 2 bayi yang
meninggal setelah mengkonsumsi susu formula yang tercemar bakteri tersebut.

(Van Acker J, de Smet F, Muyldermans G, Bougatef A. Naessens A, Lauwers S.Outbreak of


necrotizing enterocolitis associated with Enterobactersakazakii in powdered infant
formulas. J Clin Microbiol 39: 293-297, 2001)

 Sebuah kasus di Amerika Serikat menyebutkan bahwa seorang bayi berusia 20 hari
meninggal dunia karena menderita panas, tachyardia¸dan mengalami penurunan
fungsi pembuluh darah setelah diberikan susu formula yang tercemar bakteri E-
Sakazakii di NICU.

(Weir E, Powdered infant formula and fatal infection with Enterobacter sakazakii.
CMAJ 166, 2002)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit infeksi dengan susu formula yang tercemar

1. Koo WWK, Kaplan LA, Krug-Wispe SK. Aluminum contamination of infant


formulas (Kontaminasi aluminium pada susu formula bayi). J Parenteral Enteral
Nutrition 1988;12:170-3
2. Davidsson L, Cederblad Å, Lönnerdal B, Sandström B. Manganese absorption from
human milk, cow’s milk and infant formulas in humans (Penyerapan mangan dari air
susu ibu, susu sapi dan susu formula bayi pada manusia). Am J Dis Child
1989;143:823-7
3. Dabeka RW, McKenzie AD. Lead and cadmium levels in commercial infant foods
and dietary intake by infants 0-1 year old (Tingkat logam dan kadmium pada
makanan bayi komersil dan asupan pada bayi 0-1 tahun). Food Additives and
Contaminants 1988;5:333-42
4. Mytjens HL, Roelofs-Willemse H, Jaspar GHJ. Quality of powdered substitutes for
breastmilk with regard to members of the family Enterobacteriaceæ (Kualitas bubuk
pengganti susu ibu berkaitan dengan famili Enterobactericea). J Clin Microbiol
1988;26:743-6
5. Biering G, Karlsson S, Clark NC, Jonsdottir KE, Ludvigsson P, Steingrimsson O.
Three cases of neonatal meningitis caused by Enterobacter sakazakii in powdered
milk (Tiga kasus meningitis neonatal yang disebabkan oleh Enterobacter sakazakii
pada susu bubuk). J Clin Microbiol 1989;27:2054-6
6. Westin JB. Ingestion of carcinogenic N-nitrosamines by infants and children
(Penyerapan bahan karsinogenik N-nitrosamina oleh bayi dan anak-anak). Arch
Environmental Health 1990;45:359-63
7. Schwarz KB, Cox JM, Sharma S, Clement L, Witter F, Abbey H, et al. Prooxidant
effects of maternal smoking and formula In newborn Infants (Pengaruh prooksidan
dari ibu merokok dan susu formula pada bayi baru lahir). J Pediatr Gastroenterol
Nutr 1997;24:68-74

7. Meningkatkan resiko kurang gizi / gizi buruk

 Pada tahun 2003 ditemukan bayi yang mengkonsumsi susu formula berbahan dasar
kedelai di Israel harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit akibat
encephalopathy. Dua diantaranya meninggal akibat cardiomyopathy. Analisis dari
kasus ini menyebutkan bahwa tingkat tiamin pada susu formula tidak dapat
diidentifikasikan. Pada bayi yang mengkonsumsi susu formula berbasis kedelai sering
ditemukan gejala kekurangan tiamin, yang harus ditangani oleh terapi tiamin.

(Fattal-Valevski A, Kesler A, Seal B, Nitzan-Kaluski D, Rotstein M, Mestermen R,


Tolendano-Alhadef H, Stolovitch C, Hoffman C. Globus O, Eshel G. Outbreak of Life-
Threatening Thiamine Deficiency in Infants in Israel Caused by a Defective Soy-Based
Formula. Pediatrics 115: 223-238, 2005)

8. Meningkatkan resiko kanker pada anak-anak

 Pusat Studi Kanker Anak di Inggris melakukan penelitian terhadap 3.500 kasus
kanker anak dan hubungannya dengan menyusui. Hasil penelitian menunjukkan
adanya pengurangan tingkat resiko terkena leukemia dan kanker lain apabila seorang
anak memperoleh ASI ketika bayi. (UK Childhood Cancer
Investigators. Breastfeeding and Childhood Cancer. Br J Cancer 85: 1685-1694,
2001)
 Studi pada 117 kasus acute lymphotic leukemia yang dilakukan di United Arab
Emirates menunjukkan bahwa menyusui secara eksklusif selama 6 bulan atau lebih
akan meminimalkan resiko terkena kanker leukemia dan lymphoma (getah bening)
pada anak. (Bener A, Denic S, Galadari S. Longer breast-feeding and protection
against childhood leukaemia and lymphomas. Eur J Cancer 37: 234-238, 2001)
 Tidak menyusui adalah salah satu penyebab terbesar kanker pada ibu. Suatu penelitian
mengemukakan tingkat kerusakan genetis yang signifikan pada bayi usia 9-12 bulan
yang sama sekali tidak disusui. Para peneliti menyimpulkan bahwa kerusakan genetis
berperan penting dalam pembentukan kanker pada anak atau setelah anak-anak tsb
tumbuh dewasa. (Dundaroz R, Aydin HA, Ulucan H, Baltac V, Denli M, Gokcay
E. Preliminary study on DNA in non-breastfed infants. Ped Internat 44: 127-130,
2002)
 Sebuah penelitian yang menggunakan bukti-bukti atas dampak menyusui pada risiko
terkena leukemia mempelajari 111 kasus yang 32 diantaranya mengemukakan hal
tersebut. Dari 32 kasus ini dipelajari 10 kasus utama dan ditemukan 4 kasus yang
mengemukakan hubungan antara menyusui dan leukemia. Kesimpulan yang diambil
adalah: semakin lama menyusui/memberikan ASI pada bayi, semakin kecil risiko
terkena leukemia. Mereka mencatat, diperlukan dana sebesar USD 1,4M tiap
tahunnya untuk mengobati anak-anak yang terkena leukemia. (Guise JM et al. Review
of case-controlled studies related to breastfeeding and reduced risk of childhood
leukemia. Pediatrics 116: 724-731, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit kanker pada anak-anak dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Schwartzbaum JA, George SL, Pratt CB, Davis B. An exploratory study of


environmental and medical factors potentially related to childhood cancer (Studi
terhadap faktor lingkungan dan medis yang potensial berhubungan dengan kanker
pada anak-anak). Med pediatr Oncol 1991;19:115-21
2. Davis MK, Savitz DA. Graubard BI. Infant feeding and childhood cancer (Pemberian
makanan pada bayi dan kanker pada masa kanak-kanak). Lancet 1988;2:365-8
3. Freudenheim JL, Marshall JR, Graham S, Laughlin R, Vena JE, Bandera E, et al.
Exposure to breastmilk in infancy and the risk of breast cancer (Pemberian air susu
pada bayi dan resiko kanker payudara). Epidemiology 1994;5:324-31
4. Shu XO, Linet MS, Steinbuch M, Wen WQ, Buckley JD, Neglia JP, Potter JD et al.
Breastfeeding and the risk of childhood acute leukemia (Menyusui dan resiko
leukemia akut pada anak-anak). J Nat Cancer Institute 1999;91:1765-72
5. Davis MK. Review of the evidence for an association between Infant feeding and
childhood cancer (Kajian terhadap bukti adanya hubungan antara pemberian makan
pada bayi dan kanker pada masa kanak-kanak). Int J Cancer 1998;Supplement II:29-
33

9. Meningkatkan resiko penyakit kronis

 Penyakit kronis dapat dipicu oleh respon auto-imun tubuh anak ketika mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein gluten. Ivarsson dan tim-nya melakukan
penelitian terhadap pola menyusui 627 anak yang terkena penyakit kronis dan 1.254
anak sehat untuk melihat dampak menyusui pada konsumsi makanan yang
mengandung protein gluten serta resiko terkena penyakit kronis. Secara mengejutkan
ditemukan bukti bahwa 40% anak-anak bawah umur dua tahun (baduta) yang
disusui/mendapatkan ASI berisiko lebih kecil terhadap penyakit kronis, walaupun
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein gluten. (Ivarsson, A. et al. Breast-
Feeding May Protect Against Celiac Disease Am J Clin Nutr 75:914-921, 2002)
 Rasa terbakar pada saat BAB dan penyakit Crohn adalah penyakit gastrointestinal
kronis yang sering terjadi pada bayi susu formula. Suatu meta-analisis pada 17 kasus
yang mendukung hipotesis bahwa menyusui mengurangi resiko penyakit Crohn dan
ulcerative colitis. (Klement E, Cohen RV, Boxman V, Joseph A, Reif
s. Breastfeeding and risk of inflammatory bowel disease: a systematic review
with meta-analysis. Am J Clin Nutr 80: 1342-1352, 2004)

 Untuk memperjelas dampak dari pemberian MPASI yang terlalu dini (contoh:
dampak dari menyusui dibandingkan tidak menyusui; lama menyusui; dampak
menyusui dan hubungannya dengan pemberian makanan yang mengandung protein
gluten) pada resiko penyakit kronis, para peneliti melihat kembali literatur tentang
menyusui dan penyakit kronis. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang menderita
penyakit kronis hanya mendapatkan ASI/disusui dalam jangka waktu pendek.
Sementara anak-anak yang disusui lebih lama resiko terkena penyakit kronis ini 52%
lebih rendah. Para peneliti mendefinisikan 2 mekanisme perlindungan yang diberikan
ASI, yaitu: (1) melanjutkan pemberian ASI/menyusui menghambat penyerapan gluten
pada tubuh, (2) ASI melindungi tubuh dari infeksi intestinal. Infeksi dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh bayi sehingga gluten dapat masuk ke
dalam lamina propria. Penelitian yang lain menyebutkan bahwa IgA dapat
menurunkan respon antibody terhadap gluten yang dicerna. (Akobeng A K et
al. Effects of breast feeding on risk of coeliac disease: a systematic review and
meta-analysis of observational studies. Arch DisChild 91: 39-43, 2006)

10. Meningkatkan resiko diabetes

 Untuk memastikan hubungan antara konsumsi susu sapi (dan susu formula bayi
berbahan dasar susu sapi) dan respon antibodi bayi pada protein susu sapi, peneliti di
Italia mengukur respon antibodi pada 16 bayi ASI dan 12 bayi usia 4 bulan yang
mengkonsumsi susu formula. Bayi susu formula meningkatkan antibodi beta-casein
yang bisa menyebabkan diabetes type 1, dibandingkan dengan bayi ASI. Para peneliti
tersebut menyimpulkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4
bulan beresiko lebih rendah terhadap diabetes type 1, karena ASI dapat mencegah
pembentukan anti-bodi beta-casein. (Monetini L, Cavallo MG, Stefanini L, Ferrazzoli
F, Bizzarri C, Marietti G, Curro V, Cervoni M, Pozzilli P, IMDIAB Group. Bovine
beta-casein antibodies in breast-and bottle-fed infants: their relevance in Type 1
diabetes. Hormone Metab Res 34: 455-459, 2002)
 Studi yang dilakukan pada 46 suku Indian Kanada yang menderita diabetes tipe II
dicocokkan dengan 92 jenis control penyakit diabetes. Kemudian dibandingkanlah
resiko pre dan post-natal dari suku Indian yang disusui dan yang tidak disusui.
Menariknya, ditemukan suatu fakta baru bahwa ASI dapat menurunkan resiko terkena
penyakit diabetes tipe II. (Young TK, Martens PJ, Taback SP, Sellers EA, Dean HJ,
Cheang M, Flett B. Type 2 diabetes mellitus in children: prenatal and early
infancy risk factors among native Canadians. Arch Pediatr Adolesc Med 156: 651-
655, 2002)
 Penggunaan susu formula, makanan pengganti ASI dan susu sapi yang lebih dini pada
bayi, adalah factor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena diabetes tipe I
ketika dewasa. Sebayak 517 anak Swedia dan 286 anak Lithuania usia 15 tahun yang
didiagnosa menderita penyakit diabetes tipe I dibandingkan dengan pasien non-
diabets. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memberikan ASI secara eksklusif
sekurangnya 5 bulan dan dilanjutkan sampai usia 7 atau 9 bulan (dengan MP-ASI)
dapat mengurangi resiko terkena diabetes. (Sadauskaite-Kuehne V, Ludvigsson J,
Padaiga Z, Jasinskiene E, Samuel U. Longer breastfeeding is an independent
protective factor against development of type I diabetes mellitus in
childhood. Diabet Metab Res Rev 20: 150-157, 2004)
 Data yang didapatkan dari 868 anak penderita diabetes asal Cekoslovakia dan 1466
kunjungan dar pasien yang terkena diabetes, mengkonfirmasi bahwa resiko terkena
diabetes tipe I dapat dikurangi dengan memperpanjang lama/periode menyusui.
Menyusui bayi selama 12 bulan atau lebih mengurangi risiko terkena diabetes tipe I
secara signifikan. (Malcove H et al. Absence of breast-feeding is associated with
the risk of type 1 diabetes: a case-control study in a population with rapidly
increasing incidence.Eur J Pediatr 165: 114-119, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit diabetes pada anak-anak dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Working Group on Cow’s Milk Protein and Diabetes Mellitus of the American
Academy of Pediatrics. Infant feeding practices and their possible relationship to the
etiology of diabetes mellitus (Kelompok kerja AAP: untuk protein susu sapi dan
diabetes melitus. Praktek pemberian makan pada bayi dan kemungkinan hubungan
dengan etiologi diabetes melitus). Pediatrics 1994;94:752-4 Karjalainen J, Martin JM,
Knip M, Ilonen J, Robinson BH, Savilahti E, et al. A bovine albumin peptide as a
possible trigger of insulin-dependent diabetes mellitus (Kemungkinan peptida albumin
sapi sebagai pencetus diabetes melitus ketergantungan insulin). N Eng J Med
1992;327:302-7 (Editorial: 1992:327:348-9)
2. Mayer EJ, Hamman RF, Gay EC, Lezotte DC, Savitz DA, Klingensmith J. Reduced
risk of IDDM among breastfed children (Penurunan resiko diabetes melitus
ketergantungan insulin pada bayi yang disusui). Diabetes 1988;37:1625-32
3. Virtanen SM, Räsänen L, Ylönen K, Aro A, Clayton D, Langlholz B, et al. Early
introduction of dairy products associated with increased risk of IDDM in Finnish
children (Pengenalan awal produk susu dihubungkan dengan meningkatnya resiko
diabetes melitus ketergantungan insulin pada anak-anak Finlandia). Diabetes
1993;42:1786-90
4. Virtanen SM, Räsänen L, Aro A, Lindström J, Sippola H, Lounamaa R, et al. Infant
feeding in Finnish children Pemberian makan pada anak Finlandia kurang dari 7 tahun
dengan diagnosis diabetes melitus ketergantungan insulin). Diabetes Care
1991;14:415-17
5. Gerstein HC. Cow’s milk exposure and type I diabetes mellitus (Pemberian susu sapi
dan diabetes melitus tipe 1). Diabetes Care 1994;17:13-9
6. Kostraba JN, Cruickshanks KJ, Lawler-Heavner J, Jobim LF, Rewers MJ, Gay EC, et
al. Early exposure to cow’s milk and solid foods in infancy, genetic predisposition,
and risk of IDDM (Pemberian dini susu sapi dan makanan padat, sifat genetik
bawaan, dan resiko diabetes melitus ketergantungan insulin). Diabetes 1993;42:288-
95
7. Pérez-Bravo F, Carrasco E, Gutierrez-López MD, Martínez MT, López G, García de
los Rios M. Genetic predisposition and environmental factors leading to the
development of insulin-dependent diabetes mellitus in Chilean children (Sifat genetik
bawaan dan faktor lingkungan berakibat pada perkembangan diabetes melitus
ketergantungan insulin pada anak-anak Chile). J Mol Med 1996;74:105-9
8. Gimeno SGA, De Souza JMP. IDDM and milk consumption (Diabetes melitus
ketergantungan insulin dan konsumsi susu). Diabetes Care 1997;20:1256-60
9. Hammond-McKibbon D, Karges W, Gaedigk R, Dosch H-M. Immunological
mechanisms that link cow milk protein and insulin dependent diabetes: a synopsis
(Sinopsis: Mekanisme immunologis yang menghubungi protein susu sapi dan diabetes
ketergantungan insulin). Can J Allergy and Clin Immunol 1997;2:136-46

10. Shehadeh N. Gelertner L, Blazer S, Perlman R, Solovachik L, Etzioni A. Importance of


insulin content in infant diet: suggestion for a new infant formula (Pentingnya kandungan
insulin dalam diet bayi: saran bagi formula baru untuk bayi). Acta Paediatrica 2001;90:93
Høst A. Importance of the first meal on the development of cow’s milk allergy and
intolerance (Pentingnya makanan pertama pada perkembangan alergi dan intoleransi susu
sapi). Allergy Proc 1991;12:227-32

11. Meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular

 Untuk mempertegas hubungan antara gizi bagi bayi dengan resiko kesehatan setelah
dewasa, peneliti dari Inggris mengukur tekanan darah pada sampel 216 remaja usia 13
sampai 16 tahun yang lahir prematur. Mereka yang mengkonsumsi susu formula pada
awal kehidupannya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan mereka
yang mendapatkan ASI ketika bayi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada
bayi yang lahir prematur maupun cukup bulan, ASI dapat mengendalikan tekanan
darah pada batas normal sampai mereka tumbuh dewasa. (Singhal A, Cole TJ, Lucas
A. Early nutrition in preterm infants and later blood pressure: two cohorts after
randomized trials. The Lancet 357: 413-419, 2001)
 Sebuah penelitian di UK mengevaluasi tingkat kolesterol pada 1.500 anak dan remaja
usia 13-16 tahun dan menyimpulkan bahwa ASI mencegah penyakit kardiovaskular
karena dapat mengurangi kadar total kolesterol dan kadar LDL (low-density lipid
cholesterol). Hasil penelitian ini menyebutkan, bayi yang memperoleh ASI terbukti
dapat mengendalikan metabolisme pengolahan lemak di tubuh dengan baik, yang
menyebabkan kadar kolesterol yang rendah dan menghindarkan dari resiko penyakit
kardiovaskular. (Owen GC, Whipcup PH, Odoki JA, Cook DG. Infant feeding and
blood cholesterol: a study in adolescents and systematic review. Pediatrics
110:597-608, 2002)
 Sebuah studi di Inggris yang meneliti 4.763 anak-anak usia 7,5 tahun menyebutkan
bahwa anak-anak berusia 7 tahun dan tidak pernah mendapatkan ASI memiliki
kecenderungan tekanan systolic dan diastolic yang lebih tinggi dibandingkan anak-
anak yang mendapatkan ASI semasa bayinya. Ada pengurangan sebesar 0.2mmHg
setiap 3 bulan apabila anak mendapatkan ASI eksklusif. Para peneliti menyarankan
pemberian ASI eksklusif sekurangnya 3 bulan, karena terbukti dapat mengurangi 1%
populasi orang-orang yang menderita penyakit tenakan darah tinggi, dan mengurangi
1,5% tingkat kematian penduduk karena darah tinggi. (Martin RM, Ness AR,
Gunnelle D, Emmet P, Smith GD. Does breast-feeding in infancy lower blood
pressure in childhood? Circulation 109: 1259-1266, 2004)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi dengan penggunaan susu formula/tidak
menyusui

1. Osborn GR. Stages in development of coronary disease observed from 1,500 young
subjects. Relationship of hypotension and infant feeding to ætiology (Tahapan
perkembangan penyakit koroner diobservasi dari 1500 orang remaja. Hubungan
antara hipotensi dan pemberian makanan pada bayi terhadap etiologi). Watson Smith
Lecture, delivered to the Royal College of Physicians of London, January 11, 1965
Bergström E, Hernell O, Persson LÅ, Vessby B. Serum lipid values in adolescents are
related to family history, infant feeding, and physical growth (Nilai lipid serum pada
remaja dihubungkan dengan riwayat keluarga, pemberian makanan pada bayi, dan
pertumbuhan fisik). Atherosclerosis 1995;117:1-13
2. Routi T, Rönnemaa T, Lapinleimu H, Salo P, Viikari J, Leino A, et al. Effect of
weaning on serum lipoprotein (a) concentration: the STRIP baby study (Pengaruh
penyapihan pada konsentrasi lipoprotein serum (a): studi bayi STRIP). Pediatric
Research 1995;38:522-27
3. Singhal A, Cole T, Lucas A. Early nutrition in preterm infants and later blood
pressure: two cohorts after randomised trials (Nutrisi awal pada bayi prematur dan
tekanan darah dikemudian hari: dua kelompok populasi setelah studi acak). Lancet
2001;357:413-9

12. Meningkatkan resiko obesitas

 Untuk menentukan dampak pemberian makanan bayi pada obesitas masa kanak-
kanak, studi besar di Skotlandia meneliti indeks massa tubuh dari 32.200 anak usia
39-42 bulan. Setelah eliminasi faktor-faktor yang bias, status sosial ekonomi, berat
lahir dan jenis kelamin, prevalensi obesitas secara signifikan lebih tinggi pada anak-
anak diberi susu formula, mengarah pada kesimpulan bahwa pemberian susu formula
terkait dengan peningkatan risiko obesitas. (Armstrong, J. et al. Breastfeeding and
lowering the risk of childhood obesity. Lancet 359:2003-2004, 2002)
 Dalam rangka untuk menentukan faktor yang terkait dengan pengembangan kelebihan
berat badan dan obesitas, 6.650 anak-anak usia sekolah di Jerman yang berusia antara
lima sampai 14 tahun diperiksa. Mengkonsumsi ASI ditemukan sebagai pelindung
terhadap obesitas. Efek perlindungan ini lebih besar pada bayi yang secara eksklusif
disusui ASI. (Frye C, Heinrich J. Trend and predictors of overweight and obesity
in East German children. Int J Obesitas 27: 963-969, 2003)
 Tindak lanjut aktif dari 855 pasang ibu dan bayi di Jerman digunakan untuk
menentukan hubungan antara tidak menyusui dan peningkatan risiko kelebihan berat
badan dan obesitas. Setelah dua tahun tindak lanjut, 8,4 persen dari anak-anak
kelebihan berat badan dan 2,8 persen sangat kelebihan berat badan: 8,9 persen tidak
pernah disusui, sementara 62,3 persen disusui selama paling sedikit enam bulan.
Anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif lebih dari tiga bulan dan kurang dari
enam bulan memiliki 20 persen pengurangan resiko, sementara mereka yang telah
ASI eksklusif selama paling sedikit enam bulan memiliki 60 persen pengurangan
resiko untuk menjadi gemuk dibandingkan kepada mereka yang diberi susu formula.
(Weyerman M et al. Duration of breastfeeding and risk of overweight in
childhood: a prospective birth cohort study from Germany. Int J Obes muka
publikasi online 28 Februari 2006)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko obesitas dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Kramer MS. Do breastfeeding and delayed introduction of solid foods protect against
subsequent obesity? (Apakah menyusui dan penundaan pengenalan makanan padat
dapat melindungi dari obesitas di kemudian hari?) J Pediatr 1981;98:883-7
2. Von Kries R, Sauerwald T, von Mutius E, Barnert D, Grunert V, von Voss H.
Breastfeeding and obesity: cross sectional study (Menyusui dan obesitas: studi silang
seksional). Br Med J 1999;319:147-50
3. Tulldahl J, Pettersson K, Andersson SW, Hulthén. Mode of Infant feeding and
achieved growth In adolescence: early feeding patterns In relation to growth and body
composition In adolescence (Cara pemberian makanan pada bayi dan pencapaian
pertumbuhan pada remaja: pola pemberian makanan awal dihubungkan dengan
pertumbuhan dan komposisi tubuh pada saat remaja). Obesity Research 1999;7:431-7
4. Gillman MW, Rifas-Shiman SL, Camargo CA, Berkey CS, Frasier AL, Rockett HRH,
et al. Risk of overweight among adolescents who were breastfed as infants (Resiko
kelebihan berat badan diantara remaja yang disusui saat bayi). J Am Med Assoc
2001;285:2461-7 (Editorial by WH Dietz, 2506-7)

13. Meningkatkan resiko infeksi saluran pencernaan

 Tujuh ratus tujuh puluh enam bayi dari New Brunswick, Kanada, diteliti untuk
mengetahui hubungan antara pernapasan dan penyakit gastrointestinal dengan
menyusui selama enam bulan pertama kehidupan. Meskipun angka pemberian ASI
ekslusif rendah, hasil menunjukkan efek perlindungan yang signifikan terhadap total
penyakit selama enam bulan pertama kehidupan. Bagi mereka yang disusui ASI ,
insidensi infeksi gastrointestinal adalah 47 per persen lebih rendah; tingkat penyakit
pernapasan adalah 34 persen lebih rendah daripada mereka yang tidak disusui.
(Beaudry M, Dufour R, S. Marcoux. Relationship between infant feeding and
infections during the first six months of life. J Pediatr 126: 191-197, 1995)
 Perbandingan antara bayi yang menerima ASI terutama selama 12 bulan pertama
kehidupan dan bayi yang secara eksklusif diberikan susu formula atau disusui ASI
selama selama tiga bulan atau kurang, menemukan bahwa penyakit diare dua kali
lebih tinggi untuk bayi yang diberikan susu formula dibandingkan mereka yang
disusui ASI. (Dewey KG, Heinig MJ, Nommsen-Rivers LA. Differences in
morbidity between breast-fed and formula-fed infants. J Pediatr 126: 696-702,
1995)
 Dukungan menyusui di Belarus secara signifikan mengurangi insiden infeksi
gastrointestinal sampai dengan 40 persen. (Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, et
al. Promotion of Breastfeeding Intervention Trial (PROBIT): a randomized trial
in the Republic of Belarus. JAMA 285: 413-420, 2001)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko infeksi saluran pencernaan dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Koletzko S, Sherman P, Corey M, Griffiths A, Smith C. Role of infant feeding


practices in the developement of Crohn’s disease in childhood (Peranan praktek
pemberian makanan terhadap perkembangan penyakit Crohn pada masa kanak-
kanak). Br Med J 1989;298:1617-8
2. Greco L, Auricchio S, Mayer M, Grimaldi M. Case control study on nutritional risk
factors in celiac disease (Studi kasus pada faktor-faktor resiko nutrisi pada penyakit
celiac). J Pediatr Gastroenterol Nutr 1988;7:395-8
3. Duffy LC, Byers TE, Riepenhoff-Talty M, La Scolea L, Zielezny M, Ogra PL. The
effects of infant feeding on rotavirus-induced gastroenteritis (Pengaruh pemberian
makan pada gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus). A prospective study.
Am J Pub Health 1986;76:259-63
4. Hanson LA, Lindquist B, Hofvander Y, Zetterstrom R. Breastfeeding as a protection
against gastroenteritis and other infections (Menyusui sebagai perlindungan terhadap
gastroenteritis dan infeksi lainnya). Acta Pediatr Scand 1985;74:641-2
5. Ruiz-Palacios GM, Calva JJ, Pickering LK, Lopez-Vidal Y, Volkow P, Pezzarossi H,
et al. Protection of breastfed infants against Campylobacter diarrhea by antibodies in
human milk (Perlindungan pada bayi yang disusui terhadap diare Campylobacter
dari antibodi dalam air susu ibu). J Pediatr 1990;116:707-13
6. Cruz JR, Gil L, Cano F, Caceres P, Pareja G. Breastmilk anti-Escherichia coli heat
labile toxin IgA antibodies protect against toxin-induced infantile diarrhea (Anti-
Escherichia coli dalam air susu melumpuhkan racun antibodi IgA melindungi dari
diare yang disebabkan oleh racun). Acta Pediatr Scand 1988;77:658-62
7. Gillin FD, Reiner DS, Wang C-S. Human milk kills parasitic intestinal protozoa (Susu
manusia membunuh protozoa parasit dalam saluran pencernaan). Science
1983;221:1290-2
8. France GL, Marmer DJ, Steele RW. Breastfeeding and Salmonella infection
(Menyusui dan infeksi Salmonella). Am J Dis Child 1980;134:147-52
9. Haffejee IE. Cow’s milk-based formula, human milk and soya feeds in acute infantile
diarrhea: A therapeutic trial (Pemberian formula berbasis susu sapi, susu manusia
dan susu kedelai pada diare akut pada bayi: Percobaan terapi). J Pediatr
Gastroenterol Nutr 1990;10:193-8

10. Lerman Y, Slepon R, Cohen D. Epidemiology of acute diarrheal diseases in children in a


high standard of living rural settlement in Israel (Epidemiologis dari penyakit diare akut pada
anak-anak yang tinggal dalam suatu lingkungan perumahan standar tinggi di Israel). Pediatr
Infect Dis J. 1994;13:116-22

11. Howie PW, Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Du V Florey C. Protective effect of
breastfeeding against infection (Efek perlindungan dari menyusui terhadap penyakit infeksi).
Br Med J 1990;300:11-6

12. Duffy LC, Riepenhoff-Talty M, Byers TE, La Scolea LJ, Zielezny MA, Dryja DM et al.
Modulation of rotavirum enteritis during breastfeeding (Modulasi rotavirum enteritis selama
masa menyusui). Am J Dis Child 1986;140:1164-8

13. 13. Haddock RL, Cousens SN, Guzman CC. Infant diet and salmonellosis (Pola makan
anak dan salmonelosis). Am J Pub Health 1991;81:997-1000

14. Scariati PD, Grummer-Strawn LM, Fein SB. A longitudinal analysis of infant morbidity
and the extent of breastfeeding in the United States (Suatu analisis longitudal terhadap
tingkat kematian anak dan pengaruh menyusui di Amerika Serikat). Pediatrics 1997;99, June
1997;e5 (juga berlaku untuk otitis media)

15. Heacock HJ, Jeffery HE, BAker JL, Page M. Influence of breast versus formula milk on
physiological gastroesophageal reflux In healthy, newborn Infants (Pengaruh air susu ibu
dan susu formula terhadap refluks fisiologis gastroesofageal pada bayi sehat baru lahir). J
Pediatr Gastroenterol Nutr 1992:14:41-6

16. Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, Sevkovskaya Z, Dzikovich I, Shapiro S, et al.
Promotion of breastfeeding intervention trial (Peningkatan percobaan intervensi menyusui).
JAMA 2001;285:413-20
17. MacFarlane PI, Miller V. Human milk in the management of protracted diarrhœa of
infancy (Susu manusia dalam manajemen diare berkepanjangan pada bayi). Arch Dis Child
1984;59, 260-65

14. Meningkatkan resiko kematian

 Dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif, anak-anak yang sebagian disusui ASI
memiliki 4,2 kali peningkatan risiko kematian karena untuk penyakit diare. Tidak
disusui dikaitkan dengan 14,2 kali peningkatan risiko kematian akibat penyakit diare
pada anak-anak di Brazil.

(Victora CG, Smith PG, Patrick J, et al. Infant feeding and deaths due to diarrhea: a case-
controlled study. Amer J Epidemiol 129: 1032-1041, 1989)

 Bayi di Bangladesh yang disusui secara sebagian atau tidak disusui sama sekali,
memiliki resiko kematian 2,4 kali lebih besar akibat infeksi saluran pernafasan akut
dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada anak-anak yang
mendapatkan campuran lebih banyak ASI dibandingkan susu formula, resiko
kematian karena pernapasan akut infeksi yang sama dengan anak-anak ASI eksklusif.

(Arifeen S, Black RE, Atbeknab G, Baqui A, Caulfield L, Becker S, Exclusive breastfeeding


reduces acute respiratory infenction and diarrhea deaths among infants in Dhaka
slums. Pediatrics 108: e67, 2001)

 Para peneliti meneliti 1.204 bayi yang meninggal antara 28 hari dan satu tahun dari
penyebab selain dari anomali bawaan atau tumor ganas dan 7.740 anak-anak yang
masih hidup di satu tahun untuk menghitung angka kematian dan apakah bayi tersebut
mendapatkan ASI serta efek durasi-respons.

Anak-anak yang tidak pernah disusui memiliki 21 persen lebih besar resiko kematian dalam
periode pasca-neonatal daripada mereka yang disusui. Semakin lama disusui, semakin rendah
resikonya. Mendukung kegiatan menyusui memiliki potensi untuk mengurangi sekitar 720
kematian pasca-neonatal di Amerika Serikat setiap tahun. Di Kanada ini akan mengurangi
sekitar 72 kematian.

(Chen A, Rogan WJ. Breastfeeding and the risk of postneonatal death in the United
States. Pediatrics 113: 435-439, 2004)

 Penelitian penting dari Ghana dirancang untuk mengevaluasi apakah waktu yang tepat
untuk inisiasi menyusui dan praktek menyusui berhubungan dengan resiko kematian
bayi. Studi ini melibatkan 10.947 bayi yang selamat melewati hari kedua dan yang
ibunya dikunjungi selama periode neonatal.

Menyusui dimulai pada hari pertama pada 71 persen bayi dan 98,7 persen dimulai pada hari
ketiga. Menyusui dilakukan secara eksklusif oleh 70 persen selama periode neonatal. Resiko
kematian neonatal empat kali lipat lebih tinggi pada bayi yang diberi susu berbasis cairan
atau makanan padat selain ASI. Terdapat tanda bahwa respon-dosis terhadap resiko
peningkatan kematian bayi dibandingkan dengan inisiasi menyusui yang tertunda dari satu
jam pertama sampai tujuh hari. Inisiasi setelah hari pertama terkait dengan 2,4 kali lipat
peningkatan risiko kematian. Penulis menyimpulkan bahwa 16 persen kematian bayi dapat
dicegah jika semua bayi disusui sejak hari pertama dan 22 persen dapat dicegah bila
menyusui dimulai selama satu jam pertama.

(Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S, Kirkwood


BR. Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal mortality. Pediatrics 117:
380-386, 2006)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko kematian dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Mitchell EA, Scragg R, Stewart AW, Becroft DMO, Taylor BJ, For RPK, et al.
Results from the first year of the New Zealand cot death study (Hasil tahun pertama
kajian kematian saat tidur di Selandia Baru). NZ Med J 1991;104:71-6
2. Arnon SS, Damus K, Thompson B, Midura TF, Chin J. Protective role of human milk
against sudden death from infant botulism (Peranan perlindungan air susu manusia
terhadap kejadian meninggal mendadak akibat botulisme pada bayi). J Pediatr
1982;100:568-73

15. Meningkatkan resiko otitis media dan infeksi saluran telinga

 Jumlah otitis media akut meningkat secara signifikan dengan menurunnya durasi dan
eksklusivitas menyusui. Bayi Amerika yang diberikan ASI eksklusif selama empat
bulan atau lebih mengalami penurunan 50 persen dibandingkan dengan bayi yang
tidak disusui. Penurunan sebesar 40 persen kejadian dilaporkan berasal dari bayi ASI
yang diberikan tambahan (makanan/susu formula) lain sebelum usia empat bulan.
(Duncan B, Ey J, Holberg CJ, Wright AL, martines M, Taussig LM. Exclusive
breastfeeding for at least 4 months protects againsts otitis media. Pediatrics 91:
867-872, 1993)
 Antara usia enam dan 12 bulan insiden pertama otitis media lebih besar untuk bayi
susu formula daripada untuk bayi ASI eksklusif. Untuk bayi ASI eksklusif insidensi
ini meningkat dari 25 persen menjadi 51 persen dibandingkan kenaikan dari 54 persen
menjadi 76 persen untuk bayi ang hanya diberikan susu formula. Para penulis
menyimpulkan bahwa menyusui bahkan untuk jangka pendek (tiga bulan) akan secara
signifikan mengurangi episode dari otitis media selama masa kanak-kanak. (Duffy
LC, Faden H, Wasielewski R, Wolf J, Krystofik D. Exclusive breastfeeding protects
against bacterial colonization and day care exposure to otitis media. Pediatrics
100: E7, 1997)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko infeksi saluran telinga dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Saarinen UM. Prolonged breastfeeding as prophylaxis for recurrent otitis media


(Menyusui lebih lama sebagai profilaksis (pencegahan) otitis media berulang). Acta
Pediatr Scand 1982;71:567-71
2. Teele DW, Klein JO, Rosner B. Epidemiology of otitis media during the first seven
years of life in children in greater Boston: a prospective cohort study (Epidemiologi
otitis media selama tujuh tahun pertama kehidupan pada anak di Boston: studi
lanjutan prospektif). J Infect Dis 1989;160:83-94
3. Duncan B, Ey J, Holberg CJ, Wright AL, Martinez FD, Taussig LJ. Exclusive
breastfeeding for at least 4 months protects against otitis media (Menyusui secara
eksklusif selama minimal 4 bulan memberikan perlindungan terhadap otitis media).
Pediatrics 1993;91:867-72
4. Owen MJ, Baldwin CD, Swank PR, Pannu AK, Johnson DL, Howie VM. Relation of
infant feeding practices, cigarette smoke exposure and group child care to the onset
and duration of otitis media with effusion in the first two years of life (Hubungan
antara praktek pemberian makanan pada bayi, ekspos terhadap asap rokok, dan
tempat penitipan/perawatan anak umum terhadap kejadian dan durasi otitis media
dengan efusi pada dua tahun pertama kehidupan). J Pediatr 1993;123:702-11
5. Harabuchi Y, Faden H, Yamanaka N, Duffy L, Wolf J, Krystofik D. Human milk
secretory IgA antibody to nontypeable Hæmophilus influenzæ: Possible protective
effects against nasopharyngeal colonization (Susu manusia sekretori antibodi IgA
pada influenza Haemophilus nontypeable: pengaruh protektif terhadap kolonisasi
nasopharyngeal). J Pediatr 1994;124:193-8
6. Aniansson G, Alm B, Andersson B, Håkansson A, Larsson P, Nylén O, et al. A
prospective cohort study on breastfeeding and otitis media in Swedish infants (Studi
lanjutan prospektif pada menyusui dan otitis media pada bayi Swedia). Pediatr Infect
Dis J 1994;13:183-8
7. Paradise JL, Elster BA, Tan L. Evidence in infants with cleft palate that breast milk
protects against otitis media (Bukti pada bayi dengan celah langit-langit mulut: air
susu ibu memberikan perlindungan terhadap otitis media). Pediatrics 1994;94:853-60
8. Sassen ML, Brand R, Grote JJ. Breastfeeding and acute otitis media (Menyusui dan
otitits media akut). Am J Otolaryn 1994;15:351-7
9. Dewey KG, Heinig J, Nommsen-Rivers LA. Differences in morbidity between
breastfed and formula fed infants (Perbedaan kejadian sakit pada bayi yang disusui
dan bayi yang diberi susu formula). J Pediatr 1995;126:696-702 (risk also increased
in FF infant for diarrhea)

10. Scariati PD, Grummer-Strawn LM, Fein SB. A longitudinal analysis of infant morbidity
and the extent of breastfeeding in the United States (Analisis longitudinal terhadap kejadian
sakit pada bayi dan masa menyusui di Amerika Serikat). Pediatrics 1997;99:e5

16. Meningkatkan resiko efek samping kontaminasi lingkungan

 Sebuah studi Belanda menunjukkan bahwa pada usia enam tahun, perkembangan
kognitif dipengaruhi oleh paparan pra-lahir terhadap poliklorinasi bifenil (PCB) dan
dioksin. Efek buruk paparan pra-lahir pada hasil neurologis juga ditunjukkan dalam
kelompok susu formula tetapi tidak dalam kelompok yang diberikan ASI. Meskipun
terjadi paparan PCB mealui ASI, studi ini menemukan bahwa pada usia 18 bulan, 42
bulan, dan pada usia enam tahun suatu efek yang menguntungkan dari menyusui ASI
terlihat pada kualitas gerakan, dalam hal kelancaran, dan dalam tes perkembangan
kognitif.

Data memberikan bukti bahwa paparan PCB saat pra-lahir telah memberikan efek negatif
secara halus pada neurologis dan perkembangan kognitif anak sampai usia sekolah. Penelitian
ini juga memberikan bukti menyusui ASI melawan perkembangan merugikan dari efek PCB
dan dioksin.
(Boersma ER, lanting CI. Environmental exposure to polychlorinated biphenyls (PCBs)
and dioxins. Consequences for longterm neurological and congnitive development of the
child. Adv Exp Med Biol 478:271-287, 2000)

 Penelitian yang lain dilakukan di Belanda untuk menentukan efek paparan pra- lahir
terhadap poliklorinasi bifenil (PCB), mempelajari bayi yang disusui ASI dan bayi
yang diberikan susu formula pada saat mereka berusia sembilan tahun. Dengan
mengukur latency pendengaran P300 (waktu reaksi terhadap rangsangan yang masuk,
yang diketahui dipengaruhi secara negatif oleh PCB) mereka menemukan bahwa
mereka yang diberi susu formula atau yang disusui ASI selama kurang dari enam
sampai 16 minggu, mengalami latency yag loebih besar dan mekanisme melambat di
tengah sistem saraf yang mengevaluasi dan memproses rangsangan. Di sisi lain,
proses menyusui mempercepat mekanisme ini.

(Vreugedenhill HJI, Van Zanten GA, Brocaar MP, Mulder PGH, Weisglas – Kuperus,
N.Prenatal exposure to polychlorinated biphenols and breastfeeding: opposing effects
on auditory P300 latencies in 9-year old Dutch children. Devlop Med & Anak Neurol 46:
398-405, 2004)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko infeksi akibat efek samping kontaminasi lingkungan dengan penggunaan susu
formula/tidak menyusui

1. Setchell KDR, Zimmer-Nechmias L, Cai J, Heubi JE. Exposure of infants to phyto-


oestrogens from soy-based infant formula (Paparan fitoestrogen pada bayi dari susu
formula berbasis kedelai). Lancet 1997;350:23-27
2. Fitzpatrick M, Mitchell K, et al. Soy formulas and the effects of Isoflavones on the
thyroid (Susu kedelai formula dan pengaruh isoflavon pada tiroid). N Z Med J. 2000
Feb 11;113(1103):24-6.
3. Keating JP, Schears GJ, Dodge PR. Oral water intoxication in infants (Keracunan air
pada bayi). Am J Dis Child 1991;145:985-90
4. Bruce RC, Kiegman RM. Hyponatremic seizures secondary to oral water intoxication
in infancy: association wiht commercial bottled drinking water (Kejang hiponatremik
akibat keracunan air minum pada bayi: hubungan dengan minuman botol komersial).
Pediatrics 1997;100; p e4 Finberg L. Water intoxication (Keracunan air). (editorial).
Am J Dis Child 1991;145:981-2
5. Shannon MW, Graef JW. Lead intoxication in infancy (Keracunan logam timbal pada
bayi). Pediatrics 1992;89:87-90

RESIKO PEMBERIAN SUSU FORMULA UNTUK IBU

1. Meningkatkan resiko kanker payudara


2. Meningkatkan resiko kelebihan berat badan (overweight)
3. Meningkatn resiko kanker ovarium dan kanker endometrium
4. Meningkatkan resiko osteoporosis
5. Mengurangi kedekatan ibu dan anak (bonding kurang)
6. Meningkatkan resiko peradangan pada tulang (rheumatoid arthritis)
7. Meningkatan resiko stress dan keresahan pada ibu
8. Meningkatkan resiko diabetes

1. Meningkatkan resiko kanker payudara

 Menyusui mengurangi resiko kanker payudara pada ibu dan infeksi, alergi, dan
autoimun pada bayi. Kehadiran mediator dari sistem kekebalan bawaan ASI, termasuk
defensins, cathelicidins, dan reseptor seperti-tol (TLRs), diekstrak dan dianalisa dari
pecahan whey dari kolostrum dan susu masa-transisi dan susu matang (n = 40) dari
ibu-ibu normal (n =18) dan dari ibu dengan autoimun atau penyakit alergi.

Para penulis menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh bawaan ASI sangat kompleks dan
memberikan perlindungan bagi payudara ibu dan pengembangan jaringan saluran pencernaan
bayi yang baru lahir.

(Armogida, Sheila A.; Yannaras, Niki M.; Melton, Alton L.; Srivastava, Maya
D.Identification and quantification of innate immune system mediators in human breast
milk. Alergi dan Asma Proc 25: 297-304, 2004

 Para peneliti dari Inggris mengevaluasi kemungkinan hubungan antara insiden kanker
dan proses menyusui selama masa kanak-kanak. Studi ini melibatkan hampir 4.000
orang dewasa yang pada awalnya disurvei pada tahun 1937-1939. Data yang
dimasukkan di meta-analisis menunjukkan bahwa tingkat kanker payudara
didiagnosis pada wanita premenopause adalah sekitar 12 persen lebih rendah di antara
wanita yang telah disusui saat bayi.

(Martin R, Middleton N, Gunnell D, Owen C, Smith G. Breastfeeding and Cancer: The


Boyd Orr Cohort and a Systematic Review with Meta-Analysis. Jurnal Institut Kanker
Nasional. 97: 1446-1457, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit kanker payudara dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Layde PM, Webster LA, Baughman AL, Wingo PA, Rubin GL, Ory HW and the
cancer and steroid hormone study group. The independent associations of parity, age
at first full term pregnancy, and duration of breastfeeding with the risk of breast
cancer (Hubungan independen antara keseimbangan, usia kehamilan pertama, dan
durasi menyusui dengan resiko kanker payudara). J Clin Epidemiol 1989;42:963-73
Ing R, Ho JHC, Petrakis NL. Unilateral breastfeeding and breast cancer (Menyusui
unilateral dan kanker payudara). Lancet July 16, 19977;124-27
2. McTiernan A, Thomas DB. Evidence for a protective effect of lactation on risk of
breast cancer in young women (Bukti pengaruh perlindungan dari laktasi terhadap
resiko kanker payudara pada wanita muda). Am J Epidemiol 1986;124:353-74
3. Yuan J-M, Yu MC, Ross RK, Gao Y-T, Henderson BE. Risk factors for breast cancer
in Chinese women in Shanghai (Faktor resiko kanker payudara pada wanita China di
Shanghai). Cancer Res 1988;58:99-104
4. Yoo K-Y, Tajima K, Kuroishi T, Hirose K, Yoshida M, Miura S, Murai H.
Independent protective effect of lactation against breast cancer: a case-control study
in Japan (Pengaruh perlindungan independen dari laktasi terhadap kanker payudara:
studi kasus di Jepang). Am J Epidemiol 1992;135:726-33
5. Reuter KL, Baker SP, Krolikowski FJ. Risk factors for breast cancer in women
undergoing mammography (Faktor resiko kanker payudara pada wanita yang
menjalani mamografi). Am J Radiol 1992;158:273-8
6. United Kingdom National Case-Control Study Group. Breastfeeding and risk of
breast cancer in young women (
7. Menyusui dan resiko kanker payudara pada wanita muda

). Br Med J 1993;307:17-20

1. Newcomb PA, Storer BE, Longnecker MP, Mittendorf R, Greenberg ER, Clapp RW,
et al. Lactation and a reduced risk of premenopausal breast cancer (Laktasi dan
penurunan resiko kanker payudara premenopause). N Eng J Med 1994;330:81-7
2. Tao S-C, Yu MC, Ross RK, Xiu K-W. Risk factors for breast cancer in Chinese
women of Beijing (Faktor resiko kanker payudara pada wanita China di Beijing). Int
J Cancer 1988;42:495-98

10. Siskind V, Schofield F, Rice D, Bain C. Breast cancer and breastfeeding: results from an
Australian case-control study (Kanker payudara dan menyusui: hasil studi kasus Australia).
Am J Epidemiol 1989;130:229-36

11. Romieu I, Hernández-Avila M, Lazcano E, Lopez L, Romero-Jaime R. Breast cancer and


lactation history in Mexican women (Kanker payudara dan riwayat laktasi pada wanita
Meksiko). Am J Epidemiol 1996;143:543-52

12. Furberg H, Newman B, Moorman P, Millikan R. Lactation and breast cancer risk
(Laktasi dan resiko kanker payudara). Int J Epidemiol 1999;28:396-402

13. Tryggvadóttir L, Tulinius H, Eyfjord JE, Sigurvinsson T. Breastfeeding and reduced risk
of breast cancer in an Icelandic cohort study (Menyusui dan penurunan resiko kanker
payudara pada studi kelompok populasi di Islandia). Am J Epidemiol 2001;154:37-42

2. Meningkatkan resiko kelebihan berat badan

 Sebuah kelompok dibentuk di Brasil, terdiri dari 405 wanita di enam dan sembilan
bulan setelah melahirkan untuk menentukan hubungan antara penumpukan berat
badan dan praktek menyusui. Ketika wanita yang memiliki 22 persen lemak tubuh
dan menyusui selama 180 hari dibandingkan dengan mereka yang telah menyusui
hanya 30 hari, setiap bulan masa menyusui mengurangi rata-rata 0,44 kg berat
badan. Di kesimpulan para penulis mengkonfirmasi hubungan antara menyusui dan
berat badan setelah melahirkan dan bahwa dukungan durasi yang lebih lama dapat
memberikan kontribusi untuk penurunan penumpukan berat badan setelah
melahirkan. (Kac G, Benicio MHDA, Band-Meléndez G, Valente JG, Struchiner
CJ. Breastfeeding and postpartum weight retention in a cohort of Brazilian
women. Am J Clin Nutr 79: 487-493, 2004)
Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
penurunan berat badan dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Dewey KG, Heinig MJ, Nommsen LA. Maternal weight loss patterns during
prolonged lactation (Pola penurunan berat badan maternal selama laktasi jangka
panjang). Am J Clin Nutr 1993;58:162-6

3. Meningkatkan resiko kanker ovarium dan kanker endometrium

 Tidak menyusui telah dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker ovarium. Sebuah
studi kasus terkontrol yang cukup besar Italia mempelajari 1.031 wanita dengan
kanker ovarium epitelial dibandingkan dengan 2.411 wanita yang dirawat di rumah
sakit yang sama untuk berbagai spektrum akut kondisi non-neoplastik, tidak terkait
dengan faktor-faktor resiko yang diketahui untuk kanker ovarium. Hasilnya
menunjukkan tren terbalik dengan resiko meningkatkan durasi menyusui dan jumlah
anak yang disusui. Tambahan analisis oleh subtipe histologis menunjukkan bahwa
peran proteksi dari menyusui akan lebih besar untuk neoplasma serius. (Chiaffarino F,
Pelucchi C, Negri E, Parazzini F, Franceschi S, Talamini R, Montella F, Ramazzotti
V, La Vecchia C. Breastfeeding and the risk of epithelial ovarian cancer in an
Intalian population. Gynecol Oncol. 98: 304 -308, 2005)
 ■ Untuk menentukan hubungan antara menyusui dan kanker endometrium, penelitian
kasus-terkontrol di sebuah rumah sakit di Jepang membandingkan kasus wanita
dengan kanker endometrium (155) dan kelompok yang terkontrol (96) dipilih dari
para wanita yang menghadiri klinik rawat jalan untuk skrining kanker rahim. Para
wanita ini diwawancarai untuk mengetahui praktik menyusui, penggunaan alat
kontrasepsi, serta potensi faktor resiko kanker endometrium. Para penulis mengamati
resiko kanker endometrium lebih tinggi pada wanita yang belum pernah menyusui,
dan menyimpulkan bahwa menyusui mengurangi risiko kanker endometrium pada
wanita Jepang. (Okamura C, Tsubono Y, Ito K, Niikura H, Takano T, Nagase S,
Yoshinaga K, Terada Y, Murakami T, Sato S, Aoki D, Jobo T, Okamura K, N.
Yaegashi Tohoku. Lactation and risk of endometrial cancer in Japan: a case-
control study. J Exp Med 208: 109-115, 2006)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit kanker ovarium dan kanker endometrium dengan penggunaan susu
formula/tidak menyusui

1. Hartge P, Schiffman MH, Hoover R, McGowan L, Lesher L, Norris HJ. A case


control study of epithelial ovarian cancer (Studi kasus kanker ovarium epitelia). Am
J Obstet Gynecol 1989;161:10-6
2. Gwinn ML, Lee NC, Rhodes PH, Layde PM, Rubin GL. Pregnancy, breastfeeding
and oral contraceptives and the risk of epithelial ovarian cancer (Kehamilan,
menyusui dan kontrasepsi oral dan resiko kanker ovarium epitelia). J Clin Epidemiol
1990;43:559-68
3. Rosenblatt KA, Thomas DB, and the WHO collaborative study of neoplasia and
steroid contraceptives. Lactation and the risk of epithelial ovarian
cancer (Kolaborasi studi Rosenblatt KA, Thomas DB, dan WHO pada kontrasepsi
steroid dan neoplasia. Laktasi dan resiko kanker ovarium epitelia). International J
Epidemiol 1993;22:192-7
4. Petterson B, Hans-Olov A, Berström R, Johansson EDB. Menstruation span-a time-
limited risk factor for endometrial carcinoma (Faktor resiko terbatas menstruasi
dengan cakupan waktu tertentu untuk karsinoma endometrial). Acta Obstet Gynecol
Scand 1986;65:247-55
5. Rosenblatt KA, Thomas DB, and the WHO collaborative study of neoplasia and
steroid contraceptives. Prolonged Lactation and endometrial cancer (Kolaborasi studi
Rosenblatt KA, Thomas DB, dan WHO pada kontrasepsi steroid dan neoplasia.
Laktasi jangka panjang dan kanker endometrium). Int J Epidemiol 1995;24:499-503

4. Meningkatkan resiko osteoporosis

 Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa baik kehamilan dan laktasi berhubungan


dengan hilangnya kepadatan mineral tulang hingga ke lima persen, dan bahwa
kehilangan tersebut akan pulih setelah penyapihan. Penelitian silang telah
menunjukkan bahwa wanita dengan banyak anak dan periode total durasi laktasi
memiliki kepadatan mineral tulang yang sama atau lebih tinggi dan risiko fraktur yang
sama atau lebih rendah daripada teman sebaya mereka yang tidak pernah melahirkan
dan menyusui. Tren ini telah diamati dan ditemukan di penampang studi kasus-
terkontrol. Hubungan kausal masih belum ditentukan. (Karlsson MK, Ahlborg HG,
Karlsson C. Maternity and mineral density. Acta Orthopaedica 76: 2-13, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
resiko penyakit osteoporosis dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Aloia JF, Cohn SH, Vaswani A, Yeh JK, Yuen K, Ellis K. Risks factors for
postmenopausal osteoporosis (Faktor resiko osteoporosis pasca menopause). Am J
Med 1985;78:95-100
2. Melton LJ, Bryant SC, Wahner HW, O’Fallon WM, Malkasian GD, Judd HL, Riggs
BL. Influence of breastfeeding and other reproductive factors on bone mass later in
life (Pengaruh menyusui dan faktor reproduktif lainnya pada massa tulang di usia
lanjut). Osteoporosis Int 1993;3:76-83
3. Cumming RG, Klineberg RJ. Breastfeeding and other reproductive factors and the
risk of hip fractures in elderly women (Menyusui dan faktor resiko lainnya dan resiko
retak tulang panggul pada wanita usia lanjut). International J Epidemiol
1993;22:684-91
4. Blaauw R, Albertse EC, Beneke T, Lombard CJ, Laubscher R, Hough FS. Risk
factors for the development of osteoporosis in a South African population (Faktor
resiko perkembangan osteoporosis di populasi Afrika Selatan). S Afr Med J
1994;84:328-32
5. Krieger N, Kelsey JL, Holford TR. O’Connor T. An epidemiologic study of hip
fractures in potmenopausal women (Studi epidemiologi terhadap retak tulang
panggul pada wanita pasca menopause). Am J Epidemiol 1982;116:141-8

5. Mengurangi jarak alami kelahiran anak

 Kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari ibu-ibu menyusui di Nigeria untuk
menentukan dampak dari praktik menyusui pada amenorrheoa laktasi. Pemberian ASI
eksklusif yang dipraktekkan oleh 100 persen dari ibu-ibu yang pulang dari rumah
sakit. Kemudian turun menjadi 3,9 persen setelah enam bulan. Menyusui dengan
menuruti isyarat bayi dipraktikkan oleh 98,9 persen dari ibu tersebut. Dalam enam
minggu 33,8 persen dari ibu kembali mengalami mensus dan meningkat menjadi 70,2
persen pada enam bulan. Durasi amenorrheoa laktasi lebih panjang di ibu yang
menyusui eksklusif daripada mereka yang tidak. Tak satu pun dari 178 ibu-ibu yang
berpartisipasi dalam survei menjadi hamil. (Egbuonu Aku, Ezechukwu CC,
Chukwuka JO, Ikechebelu JI. Breastfeeding, return of menses, sexual activity and
contraceptive practices among mothers in the first six months of lactation in
Onitsha, South Eastern Nigeria. J Obstet Gynaecol. 25: 500-503, 2005)

Berikut adalah daftar pustaka tambahan mengenai penelitian ilmiah yang menghubungkan
jarak alami kelahiran anak dengan penggunaan susu formula/tidak menyusui

1. Thapa S, Short RV, Potts M. Breastfeeding, birth spacing, and their effects on child
survival (Menyusui, jarak kelahiran, dan pengaruhnya pada keselamatan bayi).
Nature 1988;335:679-82
2. Short. Breastfeeding (contraceptive effect) (Menyusui (pengaruh kontrasepsi)).
Scientific American 1984;250:35-41
3. Gross BA. Is the lactational amenorrhea method a part of natural family planning?
Biology and policy (Apakah metode amenorrhea laktasi bagian dari program
keluarga berencana alami?). Am J Obstet Gynecol 1991;165:2014-9
4. Kennedy KI, River R, McNeilly AS. Consensus statement on the use of breastfeeding
as a family planning method (Pernyataan konsensus atas penerapan menyusui
sebagai metode keluarga berencana). Contraception 1989;39:477-96

6. Meningkatkan resiko rheumatoid arthritis

 Faktor-faktor resiko hormon dan reproduksi wanita dan dipelajari dalam kelompok
121.700 wanita yang terdaftar dalam Nurses ‘Health Study. Menyusui selama lebih
dari 12 bulan berbanding terbalik dengan perkembangan rheumatoid arthritis. Efek ini
ditemukan terkait dengan dosis. Mereka yang lebih singkat menyusui memiliki resiko
yang lebih tinggi. (Karlson E W et al. Do breastfeeding and other reproductive
factors influence future risk of rheumatoid arthritis?: Results from the Nurses
Health Study. Arthiritis & Rematik 50: 3.458-3.467, 2004)

7. Meningkatkan stres dan kecemasan

 Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara praktik menyusui, stres, dan suasana
hati dan tingkat serum kortisol, prolaktin dan ACTH (hormon adrenocorticotrophic)
pada ibu, penulis membandingkan tanggapan emosional dari 84 ibu yang menyusui
secara eksklusif, 99 ibu yang hanya memberikan susu formula dan 33 wanita sehat
non pasca-melahirkan. Respon para ibu tersebut dipelajari pada empat sampai enam
minggu pasca melahirkan. Secara keseluruhan ibu menyusui memiliki suasana hati
lebih positif, melaporkan peristiwa lebih positif, dan merasakan stres yang lebih
sedikit daripada yang memberikan susu formula. Para ibu menyusui memiliki depresi
dan kemarahan yang lebih rendah daripada yang memberikan susu formula dan kadar
prolaktin serum berbanding terbalik dengan stres dan suasana hati pada ibu yang
memberikan susu formula. (Groer M W. Differences between exclusive
breastfeeders, formula-feeders, and controls: a study of stress, mood and
endocrine variables. Biol. Res Nurs. 7: 106-117, 2005)

8. Meningkatkan resiko dibetes pada ibu

 Menyusui juga mengurangi risiko ibu diabetes tipe II dalam kehidupan di kemudian
hari. Semakin lama durasi menyusui, semakin menurunkan insiden diabetes, menurut
studi yag dilaksanakan di Harvard. Para peneliti mempelajari 83.585 ibu di Nurses ‘
Health Study (NHS) dan 73.418 ibu di Nurses ‘Health Studi II (NHS II), dan
menentukan bahwa setiap tahun menyusui akan mengurangi resiko diabetes ibu
sebesar 15 persen. (Stuebe PM, Rich-Edwards JW, Willett WC, Duration of
lactation and incidence of type 2 diabetes. JAMA 294: 2601-2610, 2005)

Sumber:

 Risks of Formula Feeding: a Brief Annotated Bibliography, (INFACT Canada, 2nd


rev. 2006), prepared by Elisabeth Sterken, BSc, MSc, Nutritionist
 Risks of Artificial Feeding, compiled by dr. Jack Newman (rev.
2002),http://www.kellymom.com/newman/risks_of_formula_08-02.htm
 Mitos Dan Fakta Tentang ASI dan Menyusui
 Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 8 Juli 2014 pukul 13:12


 Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (
https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/mitos-dan-fakta-
tentang-asi-dan-menyusui/10152107350349778 )



 1. MITOS: Busui tidak boleh makan cabai/sambal karena nanti anaknya
diare
 FAKTA: tidak semua bayi sensitif terhadap capsaicin, zat yang terdapat dalam cabai.
Silakan makan pedas dalam jumlah yang wajar dan amati reaksi bayi. Silakan baca
dokumen tentang makanan dan minuman ibu menyusui.

 2. MITOS : Busui tidak boleh makan cabai/sambal karena biji cabe akan
keluar lewat feses bayi
 FAKTA : bentuk feses bayi ASI memang teksturnya terkadang seperti biji cabai
bukan karena ibu makan pedas/sambal/cabai. Silakan baca dokumen tentang BAB
bayi.

 3. MITOS: Tiap mau menyusui harus minum yang hangat-hangat agar ASI
juga hangat.
 FAKTA: suhu ASI selalu mengikuti suhu tubuh ibu. ASI dalam payudara umumnya
bersuhu 37-38 derajat Celcius terlepas apapun yang ibu konsumsi.

 4. MITOS : Busui tidak boleh minum dingin/es agar bayi tidak pilek
 FAKTA : pilek bisa terjadi karena paparan virus dari lingkungan, bukan karena apa
yang dikonsumsi oleh ibunya.

 5. MITOS: ASI pagi hari itu basi jadi harus diperah dulu dan dibuang baru
boleh menyusui bayi.
 FAKTA: ASI kapanpun selalu dalam kondisi yang baik dan siap disajikan untuk
bayi.

 6. MITOS: Kalau sudah berhubungan suami istri, kualitas ASI tidak akan
baik bagi bayi.
 FAKTA: ibu bisa tetap berhubungan badan dengan suami. Berhubungan badan bisa
meningkatkan hormone oksitosin dan memperlancar ASI.

 7. MITOS: Ibu yang putingnya belah tidak boleh menyusui karena jika
menyusui maka bayinya akan meninggal dunia
 FAKTA: Puting belah sebagaimana bentuk puting yang lain tetap dapat menyusui
karena bayi tidak menyusu pada puting tetapi menyusu pada payudara dengan
mengikutsertakan areola. Sejauh ini belum ada laporan ilmiah tentang adanya bayi
yang meninggal setelah menyusu pada ibu yang putingnya terbelah.

 8. MITOS: menyusui membuat payudara ibu menjadi kendur atau berubah
bentuk
 FAKTA: kehamilan serta usia yang merubah bentuk payudara, bukan menyusui

 9. MITOS: Seorang wanita yang telah melakukan operasi pembesaran
payudara tidak dapat menyusui.
 FAKTA: Banyak ibu yang melakukan operasi pembesaran payudara dan tetap
menyusui. Tidak ada bukti nyata bahwa menyusui dengan payudara dengan silikon
dapat membahayakan bayi. Operasi pembesaran payudara biasanya dilakukan lewat
areola. Walau begitu, ibu yang pernah menjalankan operasi ini biasanya memiliki
produksi ASI yang cenderung sedikit, sama dengan ibu yang menjalankan operasi
apapun yang melalui areola.

 10. MITOS: Payudara sebelah kanan adalah nasi, payudara kiri adalah
lauknya. Jadi menyusu harus di kedua payudara agar lengkap makanan bagi si
bayi.
 FAKTA: Isi payudara kanan dan kiri sama saja kok, foremilk dan hindmilk . Biarkan
bayi menyusu pada satu payudara hingga “habis”, bila masih kurang baru tawarkan
payudara satunya agar dia mendapatkan foremilk dan hindmilk yang seimbang. Cek
juga dokumen grup tentang foremilk dan hindmilk.

 11. MITOS: Payudara sebelah kanan adalah makan, payudara kiri adalah
minumnya. Jadi menyusu harus di kedua payudara agar lengkap makanan bagi
si bayi.
 FAKTA : Isi payudara kanan dan kiri sama saja kok, foremilk dan hindmilk . Biarkan
bayi menyusu pada satu payudara hingga “habis”, bila masih kurang baru tawarkan
payudara satunya agar dia mendapatkan foremilk dan hindmilk yang seimbang. Cek
juga dokumen grup tentang foremilk dan hindmilk.

 12. MITOS: Ibu dengan ukuran payudara yang kecil tidak bisa memproduksi
ASI yang cukup untuk bayinya.
 FAKTA: Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan produksi. Apapun ukuran
payudara ibu, ASI akan selalu cukup untuk bayi jika ibunya rajin menyusui/memerah
dan selalu berpikir positif. Besar/kecilnya payudara pada dasarnya tergantung dari
jaringan lemak di dalam payudara.

 13. MITOS: Kalau ibu keluar rumah ASI harus dibuang dulu sebelum
menyusui lagi. Jika tidak nanti bayinya masuk angin.
 FAKTA: ASI dalam payudara selalu dalam kondisi baik dan siap disajikan untuk
bayi.

 14. MITOS: Payudara harus digoyang-goyangkan dulu sebelum menyusui agar
ASI tercampur dengan baik
 FAKTA: ASI selalu terdiri dari foremilk dan hindmilk, keduanya keluar bergantian.
Jika waktu menyusui cukup dan si kecil menghabiskan satu payudara hingga tertidur
atau kenyang maka dia akan mendapatkan keduanya. Silakan cek dokumen tentang
foremilk dan hindmilk.

 15. MITOS: Ibu menyusui harus banyak makan agar ASI-nya banyak.
 FAKTA: kuantitas ASI tidak ditentukan oleh berapa banyak makan ibu, tetapi oleh
demand/kebutuhan bayi. Ibu harus menyusui sesuai dengan kehendak bayi dan harus
selalu berpikiran positif bahwa ASI-nya cukup untuk bayinya. Selama ibu menyusui,
dia harus makan makanan dengan gizi berimbang agar nutrisi dalam tubuh ibu tidak
tekor karena digunakan untuk produksi ASI. Silakan baca dokumen tentang makanan
dan minuman ibu menyusui

 16. MITOS: ASI jangan sampai kena alat kelamin bayi karena bisa
mengakibatkan mandul.
 FAKTA: ASI tidak akan menyebabkan kemandulan. Jikapun sampai terkena alat
kelamin, cukup bersihkan dengan air.

 17. MITOS: Ibu yang sudah mendapatkan haid tidak boleh lagi menyusui
karena ASI-nya menjadi amis dan tidak lagi segar.
 FAKTA: ibu yang sudah haid tetap menghasilkan ASI yang berkualitas untuk
bayinya. Namun penurunan produksi ASI pada ibu yang sedang haid sering terjadi
terkait hormonal. Penurunan ini hanya sementara dan akan kembali normal selepas
masa haid.

 18. MITOS: ASI yang encer berarti kualitasnya tidak baik.
 FAKTA: ASI memang terdiri dari dua bagian, yang encer disebut foremilk (ASI
awal) yang kaya protein dan laktosa. ASI yang lebih kental disebut hindmilk (ASI
akhir) yang kaya lemak. Keduanya penting untuk bayi. Silakan cek dokumen grup
tentang foremilk dan hindmilk.

 19. MITOS: Ibu menyusui harus minum jamu agar ASI menjadi kental
 FAKTA: ASI selalu terdiri dari dua bagian, yang encer dan kaya protein disebut
foremilk, sementara yang kental dan kaya lemak disebut hindmilk, terlepas apapun
yang dikonsumsi ibu. Silakan cek dokumen tentang foremilk dan hindmilk.

 20. MITOS: jika bayi demam ibu menyusui harus makan kelapa hijau untuk
menurunkan demam pada bayi.
 FAKTA: jika bayi demam segara ukur suhu tubuhnya dengan termometer.
Paracetamol boleh diberikan jika suhunya di atas 38 derajat. Demam pada bayi bisa
diringankan dengan kompres air hangat, skin to skin, perbanyak asupan ASI, dan
berikan pakaian yang tipis.

 21. MITOS: ASIP jika disimpan lama akan berubah menjadi darah.
 FAKTA: ASIP ya tetap ASI, tidak akan menjadi darah. Lakukan manajemen ASIP
yang benar agar ASIP layak konsumsi. Silakan cek dokumen tentang manajemen
ASIP.

 22. MITOS: ASI yang pertama keluar setelah bayi lahir itu adalah ASI basi
karena warnanya kuning, jadi harus dibuang.
 FAKTA: ASI yang keluar segera setelah bayi dilahirkan adalah kolostrum yang
manfaatnya sangat besar bagi bayi. Silakan aca dokumen tentang Laktogenesis.

 23. MITOS : Jika ASI belum atau tidak lancar di hari-hari pertama setelah
melahirkan dapat digantikan dengan susu formula.
 FAKTA : Belum keluarnya ASI pada hari pertama kelahiran adalah sesuatu yang
normal. Hari-hari pertama ditandai dengan keluarnya kolostrum dengan jumlah yang
kecil tetapi sangat penting untuk antibodi bayi. ASI matang baru keluar 2-3 hari sejak
melahirkan. Bayi sendiri secara alami akan tahan selama 2-3 hari sejak lahir tanpa
ASI. Sayangnya, banyak ibu menjadi keburu pesimis karena ASI yang tidak langsung
keluar itu. Pemberian makanan lain selain ASI meningkatkan risiko terganggunya
usus bayi yang belum siap. Silakan baca dokumen tentang Laktogenesis.

 24. MITOS: Bayi ASI selalu tampak tidak kenyang dan sulit tidur, sehingga
perlu diberi susu formula
 FAKTA: Karena ASI begitu mudah dicerna, bayi yang umumnya minum ASI lebih
mudah lapar dibanding bayi yang minum susu formula. Sehingga pada minggu-
minggu awal setelah kelahirannya bayi akan menyusu setiap 2-3 jam sekali atau
bahkan kurang dari itu. Penelitian menujukan bahwa bayi yang diberikan susu
formula tidak tidur lebih baik meskipun bayi mungkin tidur lebih lama. Hal ini
disebabkan susu formula tidak dapat dicerna dengan cepat, sehingga membuat jarak
antara waktu menyusu menjadi lebih panjang sehingga bayi tidur lebih lama.

 25. MITOS: ASI bisa kena mata bayi bisa buta.
 FAKTA: tidak masalah ASI kena mata bayi, cukup bersihkan dengan kapas yang
dicelup air hangat. Tetapi sebaiknya tidak menggunakan ASI sebagai obat tetes mata
karena belum teruji secara medis,. Syarat obat tetes mata itu ada dua, harus steril dan
pH-nya cocok dengan pH mata. Kalau pH-nya tidak cocok justru bisa merusak kornea
mata. Sejauh ini, belum ada bukti ilmiah bahwa ASI bisa menjadi obat tetes mata.
Kalau bayi belekan, disarankan untuk dilap dengan kapas yang dicelupkan ke air
hangat dan lakukan pemijatan lembut di sekitar area mata. Lakukan observasi selama
1-2 x 24 jam, apabila kondisinya masih sama atau memburuk, harus segera dibawa ke
dokter mata.

 26. MITOS: Semakin sering ASI diperah makan ASI bisa semakin cepat kering.
 FAKTA: semakin sering diperah dan disusukan maka produksi ASI akan semakin
banyak. Hal ini berkaitan dengan sistem produksi ASI yang menganut prinsip supply
on demand (sesuai permintaan). Semakin sering payudara dikosongkan, maka ASI
akan lebih cepat diproduksi.

 27. MITOS: Sekali menghentikan menyusui, maka seorang ibu tidak dapat
menyusui lagi.
 FAKTA: Jika bayi mendapat susu formula, ibu dapat menyusui kembali setelah
terhenti sementara, dengan memberikan teknik relaktasi serta mendapat dukungan dan
bantuan yang tepat.

 28. MITOS: Stres menyebabkan ASI kering.
 FAKTA: Walaupun stres berat atau baby blues yang parah dapat menyebabkan
terhentinya ASI, akan tetapi keadaan ini biasanya hanya sementara, sebagaimana
reaksi fisiologis lainnya. Bukti menunjukkan bahwa menyusui dapat menghasilkan
hormon yang dapat meredakan ketegangan, memberikan ketenangan kepada ibu dan
bayi dan menimbulkan ikatan yang erat antara ibu dan anak.

 29. MITOS: Payudara yang “lembek” adalah payudara yang tidak ada ASInya.
 FAKTA: Payudara “lembek” adalah tanda pengeluaran ASI (baik menyusui dan
memerah) lancar. Payudara yang keras justru menandakan pengeluaran ASI tidak
lancar, apabila hal ini dibiarkan justru akan mengganggu produksi ASI bahkan bisa
menyebabkan radang payudara (mastitis)

 30. MITOS: Menyusui adalah perjuangan seorang ibu, makanya adalah normal
jika proses menyusu menimbulkan rasa sakit.
 FAKTA: Walaupun bukan sesuatu hal yang aneh jika pada hari-hari pertama
menyusui seorang ibu akan merasa sedikit kurang nyaman pada payudaranya, tapi
kondisi ini seharusnya hanya berlangsung selama beberapa hari saja, dan tidak boleh
menjadi sedemikian parahnya sehingga seorang ibu menjadi takut untuk menyusui
bayinya. Rasa sakit yang amat sangat pada puting ketika sedang menyusui
menandakan bahwa bayi belum sempurna pelekatannya. Sakit atau lecet pada puting
yang berlangsung selama lebih dari 3-4 hari tidak boleh diabaikan, harus dicari tahu
penyebabnya. Perbaiki pelekatan menyusui jika payudara lecet. Jika payudara lecet
terus terjadi meski pelekatan sudah diperbaiki, segera bawa bayi ke dokter anak yang
paham tentang tongue tie untuk melihat jika ada kemungkinan si bayi terkena tongue
tie. Silakan baca dokumen tentang posisi dan pelekatan serta dokumen tentang
tongue tie.

 31. MITOS: Bayi ASIX membutuhkan tambahan cairan air putih ketika cuaca
sedang panas. FAKTA: Komponen air di dalam ASI mencapai lebih dari 80% yang
dibutuhkan oleh bayi di bawah usia 6 bulan sehingga dia tidak membutuhkan cairan
lain bahkan dalam kondisi cuaca yang panas sekalipun. Ginjal bayi di bawah usia 6
bulan belum sempurna, sehingga memberi banyak air akan membuat tubuh bayi
mengeluarkan natrium akibat kelebihan cairan. Ginjal bayi tidak mampu
mengeluarkan air dengan cepat, sehingga menyebabkan timbunan air dalam tubuh.
Air putih memang sehat, dan dibutuhkan tubuh, tetapi ginjal bayi di bawah 6 bulan
belum matang untuk menerima cairan selain ASI.

 32. MITOS: Seorang ibu harus mencuci putingnya setiap kali sebelum mulai
menyusui.
 FAKTA: Pemberian susu formula kepada seorang bayi memang harus sangat
memperhatikan faktor-faktor kebersihan, karena susu formula merupakan tempat
yang baik untuk berkembang biak-nya bakteri dan juga rentan terhadap kontaminasi.
Membersihkan/mencuci puting malah akan menghilangkan minyak-minyak alami
yang melindungi puting dari resiko lecet karena puting kering. Yang penting sebelum
menyusui seorang ibu harus mencuci tangannya dengan sabun untuk mengurangi
kemungkinan sakit pada bayinya.

 33. MITOS: Menyusui hingga anak berusia di atas dua tahun membuat anak
menjadi manja dan tidak mandiri
 FAKTA: Menyusui setelah anak berusia dua tahun atau lebih justru meningkatkan
kedekatan anak dengan ibu dan dapat membuat anak menjadi pribadi yang mandiri
karena merasa kebutuhannya fisik dan psikologisnya terpenuhi dengan baik. Manja
dan tidak mandiri berkaitan erat dengan pola asuh yang diterapkan orangtua masing-
masing.

 34. MITOS: susu formula hampir sama kandungannya dengan ASI.
 FAKTA: Susu formula sama sekali berbeda dengan ASI, susu formula berusaha
menyamakan diri dengan ASI walau dibuat berdasarkan pengetahuan yang sempit dan
tidak menyeluruh tentang apa kandungan ASI sebenarnya. Susu formula tidak
mengandung zat antibodi atau kekebalan tubuh, sel-sel hidup, enzim-enzim, dan tidak
mengandung hormon. Dibandingkan ASI, susu formula mengandung lebih banyak zat
aluminium, mangan, timbal dan zat besi. Kandungan protein dan lemak yang terdapat
dalam susu formula juga berbeda dengan yang terdapat dalam ASI. Kandungan susu
formula tidak berubah dari periode awal menyusui hingga akhir, dari hari pertama ke
hari ke-7 hingga hari ke-30, dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu bayi ke bayi
lainnya. ASI Anda dibuat khusus hanya untuk bayi Anda. Susu formula dibuat dan
disamaratakan untuk semua bayi. Susu formula hanya mampu membuat bayi menjadi
gemuk, tetapi bayi tidak mendapatkan kandungan nutrisi dan zat gizi lainnya yang
dibutuhkan, yang semuanya terdapat dalam ASI.

 35. MITOS: Ibu yang putingnya berdarah tidak boleh menyusui.
 FAKTA: Meskipun darah membuat bayi gumoh lebih banyak, dan darah bahkan
mungkin muncul dalam buang air besar nya, ini bukan alasan untuk berhenti
menyusui bayi. Puting susu yang sakit dan berdarah tidak lebih buruk dari puting susu
yang sakit dan tidak berdarah. Jika puting luka dan sakit sekali, boleh diistirahatkan
selama 1-2 hari dari proses menyusui langsung dan selama itu ASI diperah dengan
tangan sesering mungkin dan ASIP diberikan dengan media selain dot. Jika luka
membaik, silakan menyusui kembali. Jangan lupa oleskan ASI pada puting untuk
mempercepat sembuhnya luka atau lecet. Perbaiki juga pelekatan menyusui agar
puting tidak mudah lecet.

 36. MITOS: Wanita dengan puting datar atau terbenam tidak bisa menyusui.
 FAKTA: Bayi tidak menyusui pada puting susu, mereka menyusu pada payudara.
Meskipun mungkin lebih mudah bagi bayi untuk melekat pada payudara dengan
puting menonjol, puting tidak harus tetap keluar. Sebuah awal yang tepat biasanya
akan mencegah masalah menyusui dan ibu dengan berbagai bentuk puting bisa
menyusui dengan baik. Nipple shield atau penyambung puting tidak dianjurkan
karena walau kelihatannya bisa menyelesaikan masalah, penggunaannya dapat
mengakibatkan proses menyusui yang buruk karena pelekatan yang tidak tepat. Jika
pelekatan tidak tepat, maka ASI yang diperoleh bayi juga tidak akan optimal. Posisi
menyusui tertentu juga bisa membantu ibu yang putingnya datar untuk menyusui
dengan benar. Semakin sering disusui, maka puting yang terbenam umumny akan
mulai muncul ke permukaan. Silakan cek dokumen masalah payudara pada ibu
menyusui.

 37. MITOS: bayi yang sudah berusia di atas 3 bulan dan sudah terbiasa
menyusu langsung pada ibunya tidak akan terkena bingung puting.
 FAKTA: peluang terjadinya bingung puting bisa dialami oleh semua bayi pada
berbagai usia dan bisa terjadi setiap saat secara tiba-tiba tanpa tanda-tanda terlebih
dahulu. Silakan cek dokumen tentang bingung puting.

 38. MITOS: breastpump atau pompa ASI dapat membuat jaringan pada
payudara rusak.
 FAKTA: breastpump atau pompa ASI, baik elektrik dan manual, selama digunakan
dengan benar, tidak membuat payudara sakit dan ibu tetap nyaman tidak
membahayakan. Cara memerah ASI itu tergantung preferensi/pilihan atau
kenyamanan. Kalau memerah dengan breastpump lebih nyaman silakan
menggunakan. Kalau dengan tangan lebih nyaman silakan dengan tangan. Karena
kalau tidak nyaman, maka hasil perahannya tidak optimal. AIMI menyarankan setiap
ibu utk tetap tahu bagaimana cara memerah dengan tangan utk mengantisipasi
kondisi-kondisi dimana ibu tidak bisa menggunakan breastpump, misal: puting
sedang luka, breastpump sedang rusak, tidak bisa mendapatkan akses air bersih dan
matang utk mencuci breastpump, dsb. Memerah dengan breastpump juga boleh,
selama ibunya nyaman dan memahami betul penggunaan breastpump dengan baik
dan benar (bagaimana cara menggunakan dan membersihkannya). Apapun cara
memerah yang digunakan, pastikan cara itu nyaman bagi ibu karena kenyamanan
memerah juga membantu memperlancar keluarnya ASI. Tentang memerah dengan
tangan, silakan baca dokumen tentang memerah ASI dengan tangan.

 39. MITOS : Bayi yang menangis terus pada jam-jam tertentu ASI ibu terkena
sawan/ bayi terkena sawan
 FAKTA : bayi menangis pada jam-jam tertentu bisa jadi karena kolik yang sebabnya
tidak diketahui dan umum terjadi pada bayi dan akan hilang dengan sendirinya

 40. MITOS : Ibu menyusui harus minum jamu untuk membuat ASI kental dan
tidak amis
 FAKTA : kekentalan ASI tidak ada hubungannya dengan jamu dan terkadang bayi
justru sensitif terhadap jamu yang dikonsumsi ibu sehingga pada akhirnya bayi justru
menolak menyusu atau bayi mengalami sensitifitas pemcernaan seperti diare atau
muntah.

 41. MITOS : ibu hamil tidak boleh menyusui karena ASInya sudah tidak bagus
atau bahkan beracun
 FAKTA : ibu hamil tetap bisa menyusui dengan memperhatikan beberapa hal seperti:
kondisi janin, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, serta kemunculan
kontraksi selama kehamilan. Silakan baca dokumen tentang menyusui saat hamil
(nursing while pregnant) dan tandem nursing.

 42. MITOS: Ibu menyusui tidak boleh tidur siang karena darah putih bisa naik
ke kepala
 FAKTA: Ibu menyusui harus cukup tidur/istirahat. Biasanya dianjurkan si ibu ikut
tidur ketika bayinya tidur, terutama pada ibu yang baru melahirkan dan bayinya masih
sering terbangun saat malam hari

 43. MITOS: ASI yang tidak dikeluarkan akan menjadi kanker
 FAKTA: Tidak benar. Kalau ASI yang tidak dikeluarkan akan menjadi kanker,
maka semua ibu menyusui yang kemudian menyapih akan kena kanker. Ketika
pengeluaran ASI tidak maksimal dan banyak ASI yang tertinggal atau tidak
dikeluarkan oleh bayi atau tidak diperah, maka hormon akan merangsang payudara
untuk menghambat produksi ASI selanjutnya. Sehingga produksi ASI dalam payudara
berkurang dan jika hal ini berlagsung berulang-ulang, maka ASI akan berhenti
dihasilkan. Mekanisme ini sangat membantu untuk beberapa sebab, misalnya bayinya
meninggal atau ketika ibu akan menyapih bayi menyusu.

 44. MITOS: Ibu jangan sampai ketiduran saat menyusui karena dapat
menyebabkan bayinya cacingan
 FAKTA: hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI memang akan
membuat ibu mengantuk. Silakan tidur jika mengantuk. Yang penting jika mulai
mengantuk pastikan posisi bayi aman dan nyaman. Posisi menyusui tidur miring
berguna untuk membantu ibu tetap rileks dan dapat beristirahat juga selama
menyusui.

 45. MITOS: Ibu menyusui yang jarang makan sayur membuat bayinya sembelit
 FAKTA: bayi ASIX tidak akan sembelit karena ASI mengandung zat pencahar/
laksatif. Kalau ibunya makan makanan berserat seperti sayur dan buah, yang akan
lancar buang air besar ya ibunya. Bagaimanapun ibu menyusui harus makan makanan
yang bernutrisi untuk menjaga kondisi tubuhnya dan menjaga asupan micronutrients
(vitamin dan mineral) dalam ASI.

 46. MITOS: Kalau bayi menangis berarti ASI-nya kurang
 FAKTA: bayi menangis belum tentu lapar, bisa jadi karena bosan, kepanasan atau
kedinginan, atau tidak nyaman karena lembab. Orang tua harus mempelajari ciri-ciri
lapar pada bayi, antara lain: bayi mulai lapar ketika dia mulai suka menggeleng-
gelengkan kepalanya, mulai gelisah, dan mulai membuka buka mulutnya seakan
mencari puting. Jika bayi sudah menangis, sebetulnya itu adalah senjata terakhirnya
memberi tahu bawah dia sudah sangat lapar.

 47. MITOS: Sedikitnya produksi ASI dikarenakan faktor genetik
 FAKTA: Faktor genetik tidak mempengaruhi produksi ASI, ASI diproduksi semakin
banyak jika ibu semakin sering menyusui atau memerah

 48. MITOS: ASI yang keluar dari ibu yang sudah berusia di atas 40 tahun
sudah tidak lagi baik
 FAKTA: ASI yang diproduski semua wanita di berbagai usia kualitasnya sama
baiknya

 49. MITOS: Ada beberapa bayi yang alergi ASI
 FAKTA: tidak ada yang disebut sebagai alergi ASI. Yang ada adalah bayi yang alergi
makanan yang dikonsumsi ibunya pada masa menyusui, sehingga muncul reaksi
alergi pada bayi. Penanganannya adalah si ibu mencari sumber alergi dan
menjauhinya

 50. MITOS: Jika si kakak tidak bingung puting, maka adiknya juga tidak akan
bingung puting
 FAKTA: bingung puting tidak terkait dengan genetik, sehingga bisa terjadi pada
setiap bayi. Bisa terjadi kapan saja dan secara tiba-tiba. Jadi lebih baik menghindari
dot atau empeng daripada harus menanggung resikonya

 51. MITOS: Bayi ASI tidak bisa gemuk. Jika ingin bayinya gemuk, berikanlah
susu formula.
 FAKTA: Baik bayi ASI maupun bayi sufor bisa gemuk. Tetapi bayi ASI tidak rentan
obesitas sebagaimana bayi yang mengkonsumsi susu formula karena kandungan
laktosa pada ASI dihasilkan pas sesuai kebutuhan bayi. Lagipula gemuk atau kurus
bukan satu-satunya ukuran kesehatan bayi. Pastikan berat badan bayi selalu diplot di
KMS atau growth chart setiap kali penimbangan untuk mengetahui perkembangan
bayi.

 52. MITOS: menyusui bayi harus dijadwalkan agar bayi lebih disiplin, tidak
kelaparan dan tidak kekenyangan
 FAKTA: menyusui bayi pada prinsipnya adalah on demand atau sesuai kehendak
bayi. Tubuh bayi yang sehat memiliki mekanisme untuk menginformasikan kapan dia
merasa haus atau lapar. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat bayi mengalami
growth spurt atau percepatan pertumbuhan, bayi akan menyusu lebih sering dari
biasanya.

 53. MITOS: Ibu baru melahirkan tidak boleh tidur siang
 FAKTA: bayi baru lahir belum mengenal waktu siang dan malam, jika malam hari
sering begadang,membuat ibu lelah. Sementara pada siang hari bayi tidur, dianjurkan
ibu ikut beristirahat juga agar ibu bisa tetap sehat.

 54. MITOS: Jika menyusui sambil duduk, kakinya tidak boleh menggantung
karena bisa masuk angin
 FAKTA: bukan menyebabkan masuk angin tapi karena tidak rileks membuat ibu
tidak nyaman dan proses menyusui menjadi tidak berjalan dengan baik

 55. MITOS: Ibu menyusui tidak boleh makan berbau amis seperti
ikan,daging,telor
 FAKTA: ibu menyusui boleh mengkonsumsi sumber-sumber protein seperti ikan,
daging, dan telur selama si bayi tidak menunjukkan ciri-ciri alergi.

 56. MITOS: Ibu menyusui harus makan daun katuk agar ASI-nya deras
 FAKTA: Produksi ASI ditentukan oleh seringnya ibu menyusui atau memerah,
ditambah dengan pikiran positif ibu bahwa ASI-nya cukup. Tidak ada yang salah
dengan mengkonsumsi daun katuk, karena konsumsi sayuran baik untuk ibu
menyusui. Tetapi pada dasarnya ibu bisa makan apapun yang dia sukai. Kalau ibu
menikmati apa yang dia makan, ASI-nya akan deras karena hati ibu merasa senang.
Jadi, apapun makanan favorit ibu bisa jadi booster ASI yang baik.

 57. MITOS: Kalau bayi sakit, maka ibu yang minum obatnya karena obatnya
bisa mengalir lewat ASI
 FAKTA: Kalau ibu yang sakit yang diobati si ibu, kalau bayi yang sakit yang diobati
bayinya. Obat yang ibu minum akan diproses oleh organ pencernaan ibu dan diserap
oleh tubuh ibu. Akhirnya yang sampai ke ASI sangat sangat sedikit dan bisa jadi tidak
ada sama sekali. Meskipun demikian ada beberapa kategori obat yang tidak boleh
diminum oleh busui karena bisa berpengaruh di ASI atau berbahaya bagi bayi.
Lagipula jenis obat dan dosis obat untuk dewasa dan bayi itu berbeda Misalnya, obat
batuk untuk anak dengan obat batuk untuk dewasa jelas berbeda. Kalaupun ada saat
dimana bayi harus minum obat yang diberikan oleh dokter, perlu diketahui bahwa
dosis obat yang diberikan pada bayi sangat rendah dibandingkan dengan dosis obat
orang dewasa. Biasanya obat untuk bayi diberikan dengan perhitungan miligram per
berat badan bayi. Bisa dibayangkan bila obat tersebut yang minum ibunya, meskipun
ada beberapa jenis obat yang bisa saja terserap dalam ASI namun tentu saja sudah
tidak bisa dijadikan sebagai cara pengobatan yang sesuai ketentuan. Maka tak heran
bila bayi yang sakit tidak sembuh-sembuh akibat ibu yang mengkonsumsi obat
tersebut.

 58. MITOS: IMD tidak bisa dilakukan setelah proses kelahiran melalui operasi
Caesar
 FAKTA: baik melahirkan secara normal ataupun operasi tetap bisa dilakukan IMD
selama ibu dan bayi berada dalam kondisi yang stabil. Jangan lupa selalu
konsultasikan dengan dokter tentang keinginan Anda untuk IMD apapun metode
melahirkan yang akan dijalani.

 59. MITOS: Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan tidak boleh menyusui
 FAKTA: Tidak semua obat-obatan menghalangi ibu untuk menyusui. Konsumsi
beberapa jenis obat dalam waktu tertentu masih diperbolehkan pada ibu menyusui.
Namun sebaiknya penggunaan obat – obatan tertentu selama menyusui dilakukan
dibawah pengawasan dokter untuk menjamin keamanannya. Saat Anda berobat sakit,
jangan lupa sampaikan kepada dokter jika kondisi Anda sedang menyusui. Silakan
baca juga dokumen tentang obat-obatan yang aman bagi ibu menyusui.

 60. MITOS: Menyusui tidak boleh dilakukan sambil berbaring, karena dapat
mengakibatkan bayinya tersedak.
 FAKTA : Pertama, menyusui dapat dilakukan sambil berdiri, duduk ataupun
berbaring, yang terpenting adalah ibu harus memperhatikan pelekatan menyusui.
Apapun posisi menyusuinya, yang penting pelekatan harus tepat. Untuk posisi
menyusui tidur miring, posisi pelekatan yg tepat berarti perut ibu harus menempel
pada perut bayi, badan bayi seluruhnya menghadap ke badan Ibu (saling berhadapan).
Dengan pelekatan yang benar, itu akan mencegah hidung bayi tertutup payudara ibu,
mencegah bayi tersedak, dan sebagainya. Kuncinya, apapun posisinya, pelekatan
harus selalu pas. Kedua, kalau masih terlalu lelah, terutama setelah baru melahirkan,
usahakan saat menyusui selalu dengan pendampingan keluarga atau perawat. Ketiga,
jangan lupa pastikan posisi bayi aman dan nyaman. Jangan lupa tubuh bayi disangga
dengan bantal agar lebih stabil pelekatannya. Keempat, perhatikan jika air susu
mengalir deras, sedangkan bayi mengantuk , sehingga mudah tersedak. Sebaiknya ibu
tetap waspada dan bersiap-siap mengatur posisi bayi miring/kepala bayi lebih tinggi
dari badannya.
Memahami Foremilk Dan Hindmilk
Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 6 Juli 2014 pukul 9:05

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/serba-serbi-foremilk-
dan-hindmilk/10151666080269778 )

Apa itu Foremilk dan Hindmilk?

Foremilk adalah ASI matang (ASI matang adalah ASI yang keluar setelah masa keluarnya
kolostrum) yang keluar lebih dahulu saat kita menyusui. Foremilk lebih bersifat encer, kaya
akan laktosa dan protein yang penting untuk pertumbuhan otak. Foremilk yang kaya laktosa
ini juga merupakan sumber energi bagi bayi karena unur laktosa pada ASI setara dengan
karbohidrat pada makanan. Karena sifatnya yang encer, Foremilk berguna untuk
menghilangkan rasa haus pada bayi. Sementara Hindmilk keluar beberapa saat setelah
Foremilk, sifatnya lebih kental dan mengandung lebih banyak lemak daripada Foremilk dan
bermanfaat untuk pertumbuhan fisik anak. Hindmilk yang lebih kaya lemak inilah yang
memberikan efek kenyang pada bayi.

Jadi, mana lebih penting, Foremilk dan Hindmilk?

Kalau dari penjelasan tentang Foremilk dan Hindmilk di atas, keduanya sama pentingnya.
Karena Foremilk dibuituhkan oleh otak dan Hindmilk dibutuhkan untuk fisiknya.
Keseimbangan Foremilk dan HIndmilk dapat ditunjukkan oleh warna feses (BAB) bayi yang
kuning keemasan (golden feces), yang merupakan feses ideal bayi ASI eksklusif. Jika feses
berwarna hijau sebetulnya masih normal, tetapi itu pertanda bahwa si kecil mengalami
ketidakseimbangan Foremilk dan Hindmilk sehingga asupan Hindmilk-nya harus lebih
dioptimalkan.

Setelah berapa lama menyusui Hindmilk akan keluar?

Untuk menjawab pertanyaan ini, harus dijelaskan dulu bagaimana Foremilk dan Hindmilk
diproduksi. Setelah keluarnya Kolostrum di hari-hari awal setelah melahirkan, payudara
sebetulnya hanya memproduksi satu jenis ASI. Foremilk dan Hindmilk diproduksi secara
bersamaan tapi keluarnya bergantian. Ketika ASI terus menerus diproduksi, yang memenuhi
payudara lebih dahulu dan bergerak menuju puting adalah ASI yg sifatnya encer. Lemak ASI
yg pekat cenderung menempel pada dinding alveoli pada saluran payudara tempat ASI
dibuat. Ketika bayi menghisap yang keluar duluan adalah ASI yang encer tadi, yg kita kenal
sebagai Foremilk. Mulut bayi secara alami memancing hormon oksitosin yang membantu
proses pemompaan ASI dari dalam payudara keluar. Secara bertahap, hisapan mulut bayi ini
ikut memancing keluarnya kandungan lemak yang menempel di saluran ASI tadi untuk ikut
keluar. Ketika si lemak ini keluar dari saluran ASI dan bercampur dengan Foremilk yang
encer tadi, jadilah apa yg kita kenal sebagai Hindmilk. Itulah makanya sangat dianjurkan
untuk membiarkan bayi menyusu sampai dia melepaskan sendiri payudara ibu, karena itu
tandanya dia sudah cukup kenyang setelah memperoleh Foremilk dan Hindmilk. Selain itu
penting juga untuk membiarkan bayi menghabiskan satu payudara setiap kali sesi menyusu,
baru menwarkan payudara satunya jika ia masih belum puas. Bayilah yang tahu pasti berapa
yang dia butuhkan. Bayi tertidur karena mereka sudah kenyang dan sudah tidak haus lagi
karena sudah mendapatkan keduanya. Jadi, tidak ada yang tahu pasti setelah berapa menit
Hindmilk akan keluar, karena perubahan dari Foremilk ke Hindmilk berlangsung secara
bertahap. Yang penting pastikan selalu si kecil mendapatkan keduanya. Jangan memikirkan
berapa banyak lemak yang didapat setiap kali menyusui. Jika waktu menyusu cukup dan bayi
menyusu secara efektif, lemak PASTI akan diperoleh.

Apakah payudara kanan dan kiri menghasilkan Foremilk dan Hindmilk dalam jumlah
yang sama?

Kedua payudara sama-sama menghasilkan Foremilk dan Hindmilk, tetapi komposisi yang
dihasilkan tiap payudara berbeda-beda setiap saat. Itulah kehebatan ASI, karena selalu
diproduksi dengan komposisi yang bervariasi sesuai kebutuhan bayi setiap saat. Misalnya,
lemak dalam ASI siang dan malam juga sebetulnya berbeda. Siang hari lemak dalam ASI
lebih sedikit karena bayi butuh banyak protein dan laktosa untuk beraktivitas dan air untuk
mencegahnya dari rasa haus. Sementara itu ASI pada malam hari cenderung lebih banyak
mengandung lemak karena ASI harus dapat memberikan efek kenyang pada bayi hingga bisa
tidur nyenyak. Tapi bukan berarti ASI siang tidak ada lemaknya. Hanya di malam hari
memang cenderung lebih banyak agar bayi lebih nyenyak beristirahat.

Bagaimana cara mengoptimalkan Hindmilk? Kenapa ASI saya kelihatan encer terus?

Semakin sering Ibu mengosongkan payudara akan semakin tinggi kadar lemak yang mungkin
didapatkan dalam payudara baik kanan dan kiri. Kenapa? Karena semakin lama jarak waktu
antara menyusui, maka Foremilk akan semakin banyak terkumpul di depan dan lemak akan
makin tertumpuk di saluran ASI, sehingga butuh waktu semakin lama untuk membuat lemak-
lemak ASI keluar dari salurannya. Maka dari itu penting untuk sering-sering mengosongkan
payudara kalau ingin lemak bisa cepat keluar. Selain itu, posisi dan pelekatan menyusui yang
benar akan berperan dalam proses menyusui yang efektif. Ketidakseimbangan Foremilk dan
Hindmilk kadang terjadi bila ibu mengalami over-supply atau kelebihan produksi ASI.
Biasanya ditandai dengan payudara yang membengkak serta aliran ASI yang terlalu deras dan
membuat bayi tersedak. Jika ini terjadi, untuk menjamin agar si kecil mendapatkan cukup
Hindmilk dan agar bayi tidak mudah tersedak, ibu bisa memerah sedikit ASI-nya sebelum
menyusui.

Apa yang biasanya terjadi bila bayi tidak mendapatkan cukup Hindmilk?

Ada beberapa ciri-ciri bayi ASI eksklusif yang kurang mendapatkan Hindmilk, antara lain:

 Ciri umum yang mudah dilihat adalah warna feses yang hijau dan kadang disertai
lendir/berbusa
 Bayi gumoh lebih sering dari biasanya
 Bayi selalu ingin menyusu, cenderung lebih rewel dan kelihatan selalu lapar.
 Perut bayi kembung
 Berat badan naiknya sangat perlahan, bisa di bawah rata-rata minimum.
 Lebih rentan ruam popok karena fesesnya bersifat lebih asam
 Bayi lebih sering BAB dari biasanya dan seringkali langsung BAB setelah menyusu

Sumber:

http://kultwit.aimi-asi.org/2012/07/foremilk-dan-hindmilk-sama-pentingnya/

http://kultwit.aimi-asi.org/2011/10/qa-kapan-hindmilk-keluar/

http://kultwit.aimi-asi.org/2011/03/komposisi-asi/

http://www.llli.org/faq/foremilk.html

http://www.breastfeeding-problems.com/foremilk-hindmilk-imbalance

Tahapan Dalam Produksi ASI (Laktogenesis)


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 6 Juli 2014 pukul 9:03

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/memahami-laktogenesis-
tahapan-tahapan-dalam-produksi-asi/10151746789294778 )

Mayoritas ibu mengalami fase “ASI sedikit” di awal-awal setelah melahirkan. Sebetulnya apa
yang terjadi dalam produksi ASI, terutama di hari-hari awal setelah kelahiran? Kenapa ASi
yang keluar tidak langsung banyak dan berwarna putih seperti susu? Apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI? Apa yang terjadi dalam setiap tahapan
produksi ASI?

Laktogenesis Tahap I

Ini adalah tahap dimana seorang ibu mulai menghasilkan ASI. Produksinya dimulai sejak
trimester kedua kehamilan, namun secara umum jumlahnya masih ditekan oleh hormon
progesteron. Produksi ASI dalam fase ini tidak berawal dari prinsip supply dan demand.
Selama masa kehamilan dan di dua hari pertama setelah kelahiran, produksi ASI masih
dikontrol oleh hormon. Saat ibu melahirkan dan plasenta lepas dari rahim, kadar hormon
progesteron menurun dan ini memicu meningkatnya hormon prolaktin yang bekerja untuk
memproduksi ASI. Jadi sebetulnya kolostrum dihasilkan otomatis oleh tubuh ibu, tanpa
terpengaruh oleh demand/kebutuhan bayi karena adanya kontrol dari hormon ini. Inilah fase
yang disebut sebagai Laktogenesis Tahap Pertama. Jadi, masih ada yang mengatakan kalau
ASI tidak keluar di hari-hari pertama melahirkan? Itu tidak benar, karena hormon akan secara
otomatis mengatur keluarnya kolostrum yang diperlukan bayi di hari-hari awal
kehidupannya. Jumlah kolostrum memang sedikit, tetapi itulah jumlah yang diperlukan bayi
pada hari-hari awal kehidupannya dan cukup untuk membuat kenyang perutnya yang hanya
sebesar kelereng.

Laktogenesis Tahap II

Setelah jam-jam awal melahirkan, level hormon progesteron terus menurun dan hormon
prolaktin terus meningkat naik. Kondisi inilah yang memicu keluarnya ASI lebih banyak.
Fase ini disebut Laktogenesis Tahap Kedua. Laktogenesis tahap kedua mulai terjadi pada 30-
40 jam setelah melahirkan atau umumnya sekitar hari ke-3 dan ke-4 setelah melahirkan. Di
fase ini biasanya ibu mulai panik karena merasa di hari pertama dan kedua ASI “belum
keluar”, tetapi tiba-tiba di hari ke-3 atau ke-4 payudara mulai membengkak. Fase ini adalah
fase kritis dalam produksi ASI. Mengapa? Di dalam payudara terdapat yang namanya
“penerima prolaktin”. Penerima prolaktin ini yang beredar agar prolaktin dapat memproduksi
ASI. Jika ibu tidak menyusui sesering mungkin, maka penerima prolaktin ini tidak akan
bekerja optimal sehingga hormon prolaktin-nya akan kembali menurun. Jika hormon
prolaktin terus menurun, maka payudara secara perlahan dapat berhenti menghasilkan ASI
matang (ASI yang keluar sesudah kolostrum) Jika prolaktin tidak bekerja optimal, maka
tahap berikutnya akan terhambat. Tahap kedua ini biasanya terjadi hingga hari ke-8 setelah
melahirkan. Tahapan ini sebetulnya juga masih dikontrol oleh hormon, tetapi jika ibu tidak
menyusui sesering mungkin, kinerja hormon akan terhambat dan akan mengalami kesulitan
ketika memasuki tahap yang berikutnya.

Laktogenesis Tahap III

Tahap ini biasanya dimulai di hari ke-9 setelah melahirkan hingga bayi disapih. Produksi ASI
mulai sepenuhnya mengandalkan skema supply dan demand seperti yang telah kita ketahui
bersama. Semakin sering bayi menyusu, maka produksi ASI akan terus meningkat.

Sumber:

http://kultwit.aimi-asi.org/2012/03/laktogenesis/

http://kellymom.com/pregnancy/bf-prep/milkproduction/
http://www.breastfeeding-problems.com/stages-of-lactation.html

Tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Rawat Gabung


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 6 Juli 2014 pukul 8:58

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/serba-serbi-inisiasi-
menyusu-dini-imd-dan-rawat-gabung/10151665966734778 )

Apa itu IMD?

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses kontak kulit antara ibu dengan bayi yang
dilakukan SEGERA setelah bayi lahir dan harus dilakukan minimum selama 1 jam. IMD
adalah hak ibu dan bayi. Maka itu, orangtua perlu mencari informasi tepat mengenai IMD
dan rumah sakit yang mendukung IMD setelah proses melahirkan. IMD ini sendiri dilindungi
undang-undang yakni UU No. 36/2009 tentang kesehatan.

Bagaimana Tata Laksana IMD ?

1. Kerjasama semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses kelahiran. Maka dari
itu penting untuk mengkomunikasikan keinginan ibu untuk melakukan IMD
kepada bidan, dokter kandungan dan dokter anak selama masa kehamilan. Penting
juga untuk mencari fasilitas kesehatan (rumah sakit atau klinik) yang pro-ASI dan
menerapkan IMD dan rawat gabung dengan benar.
2. Ibu dan bayi dalam kondisi stabil, tidak ada kondisi gawat darurat, seperti: bayi sulit
bernapas atau ibu mengalami pendarahan hebat.
3. Dapat dilakukan pada kelahiran normal dan cesarian (selama ibu tidak dibius total
dalam operasi)
4. Minimal dilakukan selama 1 jam
5. Dilakukan segera setelah bayi lahir. Bayi dibersihkan badannya dengan handuk,
kecuali bagian tangannya dan kemudian langsung diletakkan di dada ibu
6. Agar efektif, IMD harus diikuti dengan rawat gabung . IMD tanpa Rawat Gabung
sama saja tidak IMD.
7. Jangan lupa untuk mengkomunikasikan tentang prosedur IMD dan rawat gabungn ke
tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan Anda, terutama jika Anda akan melahirkan
secara cesarian. Belum semua RS di Indonesian memiliki protokol pelaksanaan IMD
untuk pasien cesarian. Jika prosedur itu belum ada di RS tempat Anda hendak
melahirkan, tanyakan pada dokter Anda opsi apa yang bisa dilakukan.

Apa Saja Manfaat IMD?


1. Ibu dan bayi segera dapat mendapatkan manfaat bonding dan kontak kulit pertama
segera setelah proses melahirkan. Kontak kulit ibu dan bayi bermanfaat antara lain
untuk menurunkan resiko kematian bayi akibat kedinginan, mengurangi stres pada
bayi, dan membuat detak jantung bayi lebih optimal
2. Bayi memperoleh kolostrum, karena sentuhan bayi merangsang hormon oksitosin
yang memancing keluarnya kolostrum atau ASI pertama yang sangat kaya antibodi
yang sangat bermanfaat bagi bayi.
3. Bayi yang memperoleh kesempatan untuk IMD dengan benar memiliki peluang lebih
besar untuk sukses menyusui

Apa Saja yang Terjadi dalam Proses IMD?

Segera setelah persalinan, baik normal maupun caesar, bayi dikeringkan (kecuali kedua
tangannya) dan diletakkan tengkurap, skin to skin di atas dada ibunya minimal selama 1 jam.
Dalam suatu penelitian, telah ditemukan bahwa ternyata bayi akan melakukan gerakan-
gerakan yang sangat khas, yang kemudian membantu meningkatkan hormon oksitosin ibu
sehingga merangsang kontraksi rahim, melancarkan refleks aliran ASI dan memperkuat
interaksi ibu dan bayi. Berikut ini adalah gambaran apa saja yang terjadi dalam proses IMD
dari menit ke menit (setiap bayi mungkin mengalami proses atau tahapan yang berbeda):

1. menit ke-6, bayi mulai membuka mata


2. menit ke-11, mulai memijat payudara ibu
3. menit ke-12, memasukkan tangan ke mulut
4. menit ke-21, mulai mencari-cari putting pada payudara ibu
5. menit ke-25, meletakkan tangan yang sudah dibasahi diatas payudara ibu; putting
menjadi menonjol
6. menit ke-27, mengeluarkan lidah dan mulai menjilati puting
7. menit ke-50 hingga 80, mulai menyusu sendiri

Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak 1 jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai
setidaknya 1 jam. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, ibu dibantu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit
melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit
bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang,
diukur, dicap, dan diberi vitamin K.

Bagaimana Prosedur IMD di Kamar Operasi pasca operasi Cesarian?

1. IMD di ruang operasi tak jauh berbeda dengan saat di ruang bersalin. Hanya saja
keadaan ruang operasi dengan suhu udara yang dingin tentu memerlukan
pendampingan lebih intensif dari dokter atau bidan saat bayi saat dilakukan IMD.
Terutama upaya menjaga kehangatan suhu tubuh bayi selama dalam dekapan ibu agar
terhindar dari hipotermia.
2. Segera setelah bayi lahir harus dipastikan dengan pemeriksaan dokter Anak atau
dokter Anasthesi terlebih dulu bahwa kondisi bayi sehat. Posisi pembatas area
operasi diatur sedemikian rupa agar ada ruang untuk bayi dan ibu melakukan IMD.
3. Kemudian kepala bayi ditutup dengan selimut hangat atau diberi topi khusus bayi dan
ganti selimut bayi. Selanjutnya posisi bayi tengkurap di dada ibu agar kontak kulit
dengan kulit. Kehangatan suhu tubuh ibu menjadi inkubator terbaik bagi bayi. Tubuh
ibu secara alamiah akan menghasilkan panas yang menghangatkan bayi dalam
dekapannya.
4. Bidan atau dokter mendampingi dan membantu ibu menjaga posisi bayi agar aman.
Beri kesempatan ibu untuk memandang bayinya dan mendekap selama operasi
berjalan. Biarkan bayi mencari sendiri puting payudara ibu dan menghisapnya.

Apa itu Rawat Gabung?

Kondisi dimana ibu dan bayi dirawat dalam ruang yang sama selama 24 jam, sehingga bayi
tidak diletakkan dalam ruang bayi yang terpisah dari ibu.

Apakah Manfaat Rawat Gabung?

1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui. Dengan


rawat gabung ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga lebih mudah memberikan
ASI. Adanya kontak terus menerus antara ibu dan bayinya memungkinkan ibu segera
mengenali tanda-tanda bayinya ingin minum sehingga ibu/bayi dapat
menyusui/menyusu on demand. Ibu yang melakukan rawat gabung menghasilkan ASI
yang lebih banyak, lebih dini, menyusui lebih lama, dan lebih besar kemungkinannya
menyusui eksklusif dibandingkan ibu yang tidak melakukan rawat gabung.
2. Memungkinkan proses bonding Rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin
antara ibu dan bayinya. Makin banyak waktu ibu bersama bayinya, makin cepat
mereka saling mengenal. Ibu siap memberikan respon setiap saat. Rawat gabung juga
menurunkan hormon stres pada ibu dan bayi.
3. Menurunkan infeksi Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya
memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-bakteri normal pada kulit ibu, yang dapat
melindungi bayi terhadap kuman-kuman berbahaya.
4. Keuntungan untuk bayi Bayi yang dirawat gabung akan lebih jarang menangis,
lebih mudah ditenangkan, lebih banyak tidur. Mereka minum lebih banyak dan berat
badannya lebih cepat naik. Bayi juga lebih hangat karena berada dalam kontak terus
menerus dengan kulit ibunya.
5. Melatih keterampilan ibu merawat bayinya sendiri Tindakan perawatan bayi yang
dilakukan di dekat ibunya akan membantu ibu untuk melatih ketrampilan merawat
bayinya sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak canggung lagi merawat
bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Sumber:

http://aimi-asi.org/jangan-pisahkan-aku-dari-mama/

http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012/05/17/operasi-sectio-caesarea-tetap-
bisa-inisiasi-menyusu-dini-457886.html

http://health.kompas.com/read/2010/05/25/21560385/IMD.Hak.Orangtua.dan.Bayi

http://health.kompas.com/read/2009/06/21/11344574/Setelah.Bayi.Lahir.Segera.Lakukan.IM
D

http://health.kompas.com/read/2010/05/18/05585840/Menyusui.Dini.Awal.Berharga

http://www.ayahasi.org/2011/11/inisiasi-menyusu-dini.html

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201176111237

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201162415454

Seputar Posisi dan Pelekatan Menyusui


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 5 Juli 2014 pukul 19:58

Seputar Posisi dan Pelekatan Menyusui

By Aimi on Friday, January 4, 2013 at 5:43pm

Apakah itu posisi dan pelekatan menyusui?

Posisi adalah cara ibu mendekap bayi saat sedang menyusui. Pelekatan adalah letak mulut
bayi pada payudara ibu ketika sedang menyusu. Mengapa penting? Posisi dan pelekatan yang
kurang tepat dapat menyebabkan kesakitan pada ibu (payudara bengkak, puting lecet dan
luka) serta bayi tidak dapat minum ASI secara optimal ketika sedang menyusu, sehingga
mengganggu tumbuh kembangnya.

Posisi menyusuinya sebetulnya bisa bermacam-macam, tergantung kenyamanan ibu


dan bayi. Tetapi ada elemen-elemen dasar penting yang harus dipastikan untuk
mendapatkan posisi yang benar apapun macam posisi menyusui yang digunakan:
1. Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus, Jadi biasanya kalau menyusui sambil
duduk, bisa letakkan seluruh tubuh bayi di atas bantal agar posisinya tidak terlalu
rendah.
2. Badan bayi didekap dekat dengan badan ibu hingga menempel. Kalau menggunakan
posisi tidur miring, berarti indikatornya di perut dimana perut bayi menempel di perut
ibu
3. Tangan ibu harus menopang seluruh badan bayi, bukan hanya kepala dan bahu
4. Bawa bayi menghadap ke payudara, dengan hidung bayi berhadapan dengan puting.

Posisi yang biasa digunakan untuk menyusui bermacam-macam, antara lain:

1. Posisi mendekap atau cradle hold, yaitu menyusui dari payudara kiri dan bayi
ditopang dengan lengan kiri.
2. Posisi menyilang atau cross cradle, yaitu menyusui dari payudara kiri dan bayi
ditopang dengan lengan kanan.
3. Posisi dari samping atau football hold, yaitu menyusui dari payudara kiri dan tubuh
bayi disebelah badan ibu serta ditopang dibawah lengan kiri.
4. Posisi tiduran menyamping atau lying down, muka bayi menghadap payudara dan
perut bayi menempel pada perut ibu.

Setelah mendapatkan posisi yang benar, tahap berikutnya adalah memastikan


pelekatan yang benar juga:

1. Mulut terbuka lebar. Jangan buru-buru memasukkan payudara ke mulut bayi jika
mulutnya belum terbuka lebar.Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan
lidah di bawah. ibu dapat mengajari bayi membuka mulut lebar dengan cara:

a. arahkan bayi menuju payudara, sentuhlah bibir atas bayi pada puting pelan-pelan
mundurkan mulut bayi

b. Sentuhkan kembali bibir atas bayi pada puting, mundurkan kembali mulut bayi

c. Ulangi hingga bayi membuka mulut lebar-lebar dan lidahnya maju

Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan lingkaran gelap di
sekitar puting (areola), puting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi

2. Daerah gelap di sekitar puting (aerola) masuk banyak ke mulut bayi, terutama yang
terletak di bagian bibir bawah bayi. Dengan kata lain, Areola yang masih nampak
(setelah payudara masuk mulut), lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah.
Jadi ketika memasukkan payudara ke dalam mulut, lakukan dari bagian bawah mulut
bayi agar areola bagian bawah banyak yang masuk.
3. Bibir bawah bayi harus melengkung keluar. Jangan sampai mulut bayi berbentuk
kuncup (mecucu).
4. Dagu bayi menyentuh payudara ibu
Apakah benar menyusui dengan posisi tidur miring (side-lying) tidak diperbolehkan?
Jika tidak diperbolehkan mengapa, jika diperbolehkan bagaimana caranya?

Menyusui sambil tidur miring (side-lying) DIPERBOLEHKAN. Bayi baru lahir ke dunia
saja sudah diajari menyusu dengan posisi tidur tengkurap ala posisi IMD. Di berbagai
literatur, posisi menyusui side lying atau tidur miring bahkan dianjurkan utk mereka yang
baru saja menjalani operasi cesar. Sebagaimana SEMUA posisi menyusui, tetap ada
syaratnya: pelekatan menyusui harus tepat. Apapun posisi menyusuinya, yg penting pelekatan
harus tepat. Itu yang SELALU kami tekankan ke semua member. Untuk posisi menyusui
tidur miring, posisi pelekatan yg tepat berarti perut ibu harus menempel pada perut bayi,
badan bayi seluruhnya menghadap ke badan Ibu (saling berhadapan), dan jangan lupa posisi
tubuh ibu dan bayinya sama tinggi, kalau tidak ya tidak bisa melekat dengan baik. Detail ttg
posisi dan pelekatan menyusui ada di dokumen grup (ini link-
nya:https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/seputar-posisi-dan-
pelekatan-menyusui/10151641563564778 , gambarnya ada di album foto
grup:https://www.facebook.com/media/set/?set=oa.10152199207654778&type=1 )Dengan
pelekatan yg benar, itu akan mencegah hidung bayi tertutup payudara ibu, meminimalisir
bayi tersedak, dan mencegah ASI mengalir ke mana2 termasuk ke telinga, dan sebagainya.
Kuncinya, APAPUN POSISI MENYUSUINYA, PELEKATANNYA HARUS SELALU
PAS:) Kalau aliran tidak pas, posisi apapun bisa membuat aliran ASI-nya ke mana2,
membuat bayi tersedak. Coba Anda bayangkan ketika menyusui dengan posisi duduk yang
cradle hold atau mendekap. Sebetulnya posisi bayi sama saja kok dengan yg menyusui
dengan tidur miring, seluruh badan bayi harus menghadap ke ibu, berarti bayi sepenuhnya
miring kan? Sama dengan posisi menyusui sambil tiduran. Tidak ada bedanya. Bedanya
hanya kalau cradle, tubuh bayi disangga tangan dan lengan ibu. Kalau di posisi tidur miring
coba cari ganjal bantal atau selimut misalnya biar posisi sama tinggi. Tangan ibu juga tetap
bisa menyangga tubuh bayi jika ingin. Jadi kalau argumennya menyusui dengan tidur miring
ASI bisa masuk telinga atau bisa membuat tersedak ya dengan posisi cradle yang biasa
digunakan dalam posisi dudukpun bisa demikian.

Menyusui dengan posisi tidur miring (side lying) direkomendasikan di berbagai literatur
tentang menyusui di seluruh dunia. Bagi mereka yang tidak mendapatkan pelatihan khusus
tentang menyusui dan berbagai detailnya memang banyak yg tidak memahami ini. Silakan
Anda cek berbagai literatur tentang menyusui yang dibuat oleh berbagai lembaga
internasional, baik lembaga formal negara (yang kami contohkan di sini adalah: American
Acedemy of Pediatrics atau Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat yang menyarankan posisi
ini setelah kelahiran cesarian: http://www.healthychildren.org/English/ages-
stages/baby/breastfeeding/pages/Breastfeeding-After-Cesarean-Delivery.aspx . Atau sumber
dari support grup menyusui yang sudah mendunia yaitu La Leche League
(LLL): http://www.llli.org/faq/positioning.html. Atau coba cek sumber dari asosiasi
menyusui di berbagai negara, salah satunya Australia: https://www.breastfeeding.asn.au/bf-
info/early-days/breastfeeding-while-lying-down. Atau silakan baca website medis yang
sangat banyak dijadikan referensi di AS: http://www.askdrsears.com/topics/feeding-
eating/breastfeeding/rightstart-techniques/best-breastfeeding-positions. Terakhir, dan juga
referensi utama para konselor menyusui yaitu modul pemberian asupan bayi yang jadi standar
modul pelatihan konselor menyusui standar 40 jam sertifikasi
WHO/UNICEF: http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597494_eng.pdf (silaka
n cek Session 2: The Physiological Basis of Breastfeeding, halaman 15, Figure 9), di sana ada
gambarnya juga dan ada catatan ttg bagaimana memposisikan ibu dan bayi agar tercipta
pelekatan yang benar. Jika ibu masih baru dalam keadaan habis melahirkan, masih lemas,
masih kelelahan, menyusui dalam posisi apapun harus dengan pendampingan ya atau
pastikan posisi bayi dalam keadaan yang aman. Posisi menyusui apapun itu harus aman dan
nyaman baik untuk ibu dan untuk bayinya Jadi sekali lagi, jangan salahkan posisinya ya,
selama dilakukan dengan pelekatan yang benar.

Sumber:

http://kultwit.aimi-asi.org/2011/10/pelekatan-posisi-menyusui/

http://www.kemangmedicalcare.com/kmc-tips/tips-dewasa/692-posisi-dan-pelekatan-
menyusui.html

http://sentralaktasiindonesia.wordpress.com/2008/01/13/posisi-dan-pelekatan-menyusui/

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=200941612255

Panduan Menyusui Pada Hari Awal Kehidupan Bayi


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 5 Juli 2014 pukul 19:33

 Frekuensi bayi menyusu

Umumnya bayi akan menyusu antara 8-12 kali sehari atau setiap 1-3 jam karena volume
perut yang sangat kecil. Susui bayi sesuai kehendaknya (on demand). Untuk bayi yang
termasuk kategori bayi kuning biasanya memerlukan frekuensi menyusu yang sangat sering
utk menormalkan kembali kadar bilirubinnya.

 Apakah betul bayi dalam periode ASI eksklusif HARUS disusui setiap 2 jam
sekali?

Sebetulnya dalam ilmu laktasi tidak ada ketentuan bahwa bayi ASIX harus minum tiap 2 jam
sekali, walau pada umumnya dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran, secara
fisiologis bayi akan menyusu tiap 2-3 jam sekali atau bahkan lebih sering. Memberikan ASI
pada prinspnya tetap sesuai demand atau keinginan bayi, kecuali untuk bayi yang berpotensi
kuning dan sedang dalam tahap menurunkan kadar bilirubin. Yang harus diamati adalah
frekuensi buang air kecil (BAK), kalau BAK-nya sudah sering, jika bayi sedang tidur maka
tidak perlu dibangunkan (indikator kecukupan ASI harian adalah bayi BAK minimum 6 kali
per hari). Kalau dirasa BAK-nya masih sedikit boleh coba disusui. Lihat juga bagaimana pola
tidurnya, kalau dirasa dia sedang kurang tidur, bisa dibiarkan dia tidur lebih panjang karena
tidur juga penting utk pertumbuhannya.

Memang di awal kelahiran, banyak tenaga kesehatan menganjurkan ibu untuk menyusui tiap
2 jam karena alasannya sebagai berikut:

1. Agar ibu tidak lupa untuk menyusui bayinya karena mungkin belum terbiasa
melakukannya. Jadi jika bayi menangis, si ibu sadar bahwa salah satu alasan kenapa si bayi
menangis adalah bahwa mungkin saja dia sedang lapar. Tenaga kesehatan tidak bisa setiap
saat memantau kondisi bayi yang sudah mulai menunjukkan tanda lapar, sehingga orang tua
disarankan memberi ASI tiap 2 jam

2. Saat bayi baru lahir hingga usianya kurang lebih 2 minggu, perut bayi yang kecil memang
akan kosong dalam periode 2-3 jam, sehingga secara umum rata- rata bayi yang sehat
memang akan menyusu tiap 2-3 jam di hari-hari pertama kehidupannya.

3. Untuk memastikan bahwa si bayi tidak akan kekurangan asupan karena bayi baru lahir
beresiko kuning.

Tidak ada yang salah dengan rutinitas menyusui bayi setiap dua jam sekali. TETAPI, yang
lebih penting untuk dilakukan orang tua adalah mengetahui tanda-tanda kapan bayinya lapar
dan mengetahui bagaimana kecukupan ASI hariannya. Bayi mulai lapar ketika dia mulai suka
menggeleng-gelengkan kepalanya, mulai gelisah, dan mulai membuka buka mulutnya seakan
mencari puting. Jika bayi sudah menangis, sebetulnya itu adalah senjata terakhirnya memberi
tahu bawah dia sudah sangat lapar. Kecukupan ASI harian sudah bisa dilihat sejak hari
pertama kelahiran. Indikatornya adalah sebagai berikut: 1 kali BAK di hari pertama, 2 kali
BAK di hari kedua, 3 kali BAK di hari ke-3, dan 4 kali BAK di hari ke-4, dan 6 kali BAK
sejak hari ke-5 hingga masa ASIX berakhir.

 Tanda-tanda bayi mulai lapar

Berikut adalah tahapan tanda-tanda bayi mulai lapar:

1. Mulai terbangun
2. Mengeluarkan suara-suara pelan
3. Mouthing (mengeluarkan lidahnya dan menjilat-jilat bibirnya)
4. Rooting (menggeleng-gelengkan kepalanya seperti mencari payudara dan mulai
membuka mulutnya)
5. Mulai memasukkan tangannya ke mulut
6. Menangis pelan dan kemudian semakin meningkat intensitasnya. perhatikan bahwa
menangis adalah tanda paling akhir dari bayi yang lapar. Jadi pastikan untuk
mengenali tanda-tanda bayi yang lapar sejak awal
 Cara membangunkan bayi untuk menyusu

Di hari-hari awal biasanya bayi tidak akan tidur lebih dari 6 jam sekali tidur. Jika bayi tidur
dalam waktu lama ada beberapa cara untuk membangunkan bayi agar mau menyusu:

1. Perah sedikit ASI, oleskan pada bibirnya


2. Ganggu bibirnya dengan puting
3. Buka selimutnya
4. Buka pakaiannya dan biarkan bayi hanya menggunakan popok, coba susui sambil
skin-to-skin

 Posisi menyusui yang benar

Apapun posisi menyusui yang digunakan pastikan empat poin ini diperhatikan:

1. Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus


2. Badan bayi didekap dekat dengan badan ibu hingga menempel. Kalau menggunakan
posisi tidur miring, berarti indikatornya di perut dimana perut bayi menempel di perut
ibu
3. Tangan ibu harus menopang seluruh badan bayi, bukan hanya kepala dan bahu
4. Bawa bayi menghadap ke payudara, dengan hidung bayi berhadapan dengan puting.

 Kunci pelekatan menyusui (latch-on) yang baik (silakan cek juga dokumen tentang
posisi dan pelekatan dan album foto grup tentang posisi dan pelekatan)

Ada empat tanda-tanda pelekatan menyusui yang tepat:

1. Mulut terbuka lebar. Jangan buru-buru memasukkan payudara ke mulut bayi jika
mulutnya belum terbuka lebar.
2. Daerah gelap di sekitar puting (aerola) masuk banyak ke mulut bayi, terutama yang
terletak di bagian bibir bawah bayi. Dengan kata lain, Areola yang masih nampak
(setelah payudara masuk mulut), lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah
3. Bibir bawah bayi harus melengkung keluar. Jangan sampai mulut bayi berbentuk
kuncup (mecucu).
4. Dagu bayi menyentuh payudara ibu

 Tanda-tanda bayi menyusu dengan baik:

Ada beberapa tanda yang dapat diperhatikan sebagai petunjuk bahwa bayi menyusu dengan
baik:

1. Pelekatan menyusui benar


2. Ibu dapat mendengar dan melihat bayinya menelan ASI
3. Payudara terasa lebih “empuk”, tidak lagi keras setelah beberapa saat menyusu
4. Bayi terlihat menghisap dengan kuat dengan gerakan yang jelas pada rahang
5. Terkadang ibu dapat melihat adanya susu pada mulut bayi
6. Merasakan LDR (Let Down Reflex), untuk lengkapnya tentang LDR silakan lihat
dokumen tentang LDR
7. Bayi biasanya akan menyusu antara 20-45 menit, tergantung kebutuhan. Pastikan bayi
menyusu pada satu payudara hingga “ kosong”, baru tawarkan payudara yang satunya
jika ia masih lapar.

 Ciri-ciri bayi yang kenyang menyusu:

Bayi biasanya kenyang menyusu jika menunjukkan tanda-tanda berikut ini:

1. Melepaskan payudara dengan sendirinya


2. Mengantuk
3. Bayi kelihatan relaks, tangan dan bahu keliahatn relaks, dan tangan yang biasanya
mengepal saat lapar juga tidak lagi mengepal
4. Tertidur hingga dia merasa lapar kembali

 Menyendawakan bayi

Sejak awal menyusui, usahakan untuk selalu menyendawakan bayi setelah selesai menyusui,
umumnya untuk mencegah gumoh yang sering terjadi apda bayi muda. Berikut berbagai cara
menyendawakan bayi:

 Posisikan tubuh bayi secara vertikal (tegak), dengan dagu menyandarkan ke bahu ibu.
Wajah bayi menghadap ke belakang ibu. Sangga leher dan punggung bayi dengan
tangan sambil menepuk-nepuk punggung dengan lembut punggung bagian tengah
 Telungkupkan bayi di pangkuan Anda. Letakkan bagian perut bayi di pangkuan dan
sangga bagian badannya. Usap lembut bagian punggungnya dan tunggu sampai ia
bersendawa
 Dudukkan bayi pada pangkuan, kepala bersandar miring ke depan sementara dada
ditahan oleh tangan bunda. Beri tepukan atau usapan lembut pada punggung dan
pastikan kepala bayi tidak terdongak ke belakang

 Mengapa bayi muda mudah sekali gumoh

Gumoh sangat umum terjadi pada bayi muda, meski sudah disendawakan sekalipun.
Biasanya ini sering terjadi sampai sekitar usia 4-6 bulan, setelah itu akan berkurang ketika
bayi mulai sering tengkurap atau bahkan duduk. Sebab gumoh ini antara lain: Pertama,
volume lambung bayi masih kecil sementara susu yang ditelan bayi kadang melebihi
kapasitas lambungnya. Hanya dengan bayi bergerak sedikit, kadang susu tadi dgn mudahnya
keluar lagi. Kedua, karena organ pencernaannya belum sempurna, termasuk klep penutup
lambungnya. Ini yang menyebabkan susu yang sudah diminum mudah utk keluar. Sejalan
dengan bertambahnya usia, gumohnya akan semakin jarang krn organ pencernaannya makin
sempurna. Ketiga, posisi dan pelekatan menyusui yang kurang tepat sehingga ada
kemungkinan udara ikut masuk dan tertelan selama menyusu. Sendawa tidak selalu menjadi
jaminan bayi tidak akan gumoh. Kadang bayi tidak disendawakan juga tidak gumoh. Tapi
tetap lebih baik disendawakan jika dimungkinkan. Kalau bayi ibu termasuk yang sering
gumoh, sendawakan di tengah2 menyusui. Susui bayi 5-10 menit, sendawakan sebentar, lalu
lanjutkan lagi menyusuinya. Keempat, gumoh bisa terjadi karena kekenyangan atau produksi
ASI ibu sedang banyak, terutama banyaknya produksi foremilk atau asi awal. Cek dokumen
grup ttg foremilk dan hindmilk untuk lebih lengkapnya.

 Frekuensi minimum Buang Air Kecil (BAK) sebagai tanda kecukupan ASI

1. Hari pertama setelah kelahiran: 1 kali BAK


2. Hari kedua: dua kali BAK
3. Hari ketiga: 3 kali BAK
4. Hari keempat: 4 kali BAK
5. Hari kelima dan seterusnya hingga masa ASI eksklusif berakhir: 6 kali BAK

 Pola Buang Air Besar (BAB)

1. Hari pertama dan kedua setelah kelahiran: BAB berwarna hitam pekat yang disebut
mekonium. Kadang di hari kedua warnanya menjadi lebih kecoklatan
2. Hari ketiga setelah kelahiran: bayi mulai BAB lebih sering, warna BAB-nya biasanya
cenderung kehijauan
3. Hari keempat setelah kelahiran: BAB bayi mulai berwarna hijau kekuningan,
frekuensi bisa 3 kali sehari atau lebih
4. Hari kelima dan seterusnya: biasanya BAB bayi mulai berwarna kuning (golden
feses), frekuensinya bisa 3 kali atau lebih, biasanya banyak bayi BAB setelah
menyusu. Tekstur feses bayi yang normal adalah: cair dengan ampas atau berbentuk
krim/pasta atau berbiji-biji.

 Penurunan dan kenaikan berat badan

Bayi yang baru lahir umumnya akan mengalami penurunan berat badan hingga rata-rata
sekitar 7-10% dari berat badan lahir. Kemudian berat badannya akan kembali ke berat badan
lahir selambat-lambatnya dua minggu setelah kelahiran.
 Menjaga kondisi payudara dan puting

Di awal periode menyusui, puting ibu sanga rentan lecet. Untuk menghindarinya pastikan
pelakatan menyusui selalu tepat dan jangan lupa oleskan ASI pada puting sebelum dan
sesudah menyusui. Ibu yang baru mulai menyusui juga rentan mengalami bengkak payudara.
Ada beberapa cara untuk mengatasinya:

1. Pastikan bayi menyusu sesering mungkin


2. Jika payudara terasa kencang dan bayi belum ingin menyusu, perah ASI
3. Jika payudara bengkak, kompres dengan air hangat sebelum dan saat menyusui dan
kompres dingin sesudah menyusui. Hanya hisapan bayilah yang dapat efektif
meredakan bengkak pada payudara ibu

 Tips untuk ibu

1. Istirahatlah saat bayi istirahat


2. Jangan segan minta bantuan keluarga atau orang terdekat untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga atau membantu merawat anak yang lebih besar. Rencanakan
ini sebelum ibu melahirkan
3. Banyak konsumsi makanan bergizi dan minum air putih
4. Jangan memaksakan diri, berikan waktu pada diri ibu untuk menyesuaikan diri
dengan jadwal yang baru setelah kelahiran bayi
5. Tetap berpikiran positif bahwa ASI cukup untuk bayi

Selamat menyusui yaa...Dan ingat, susui bayi hingga berusia 2 tahun atau lebih :)

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia


( https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/panduan-menyusui-di-
hari-hari-awal-kehidupan-bayi/10152242213804778 )

Persiapan Menyusui Sejak Masa Kehamilan


Oleh Natalia Pingkan Runtukahu pada 5 Juli 2014 pukul 19:23

MEMPERSIAPKAN MENYUSUI DI MASA KEHAMILAN: Apa yang harus dilakukan


selama hamil agar ASI bisa lancar setelah melahirkan?

JAWAB: Mempersiapkan payudara secara fisik saat kehamilan sebetulnya tidak diperlukan.
Namun secara turun temurun di Indonesia memang banyak yang percaya perawatan payudara
saat hamil bisa membuat ASI lancar, walau dari hasil pengamatan dan penelitian tidaklah
demikian. Yang menjadi kunci sukses menyusui di hari2 awal melahirkan adalah IMD yang
benar, rawat gabung, dan bantuan belajar menyusui (posisi dan pelekatan menyusu, pijat
payudara setelah melahirkan, dan belajar memerah payudara). Baik pijat payudara maupun
puting selama kehamilan dapat memicu kontraksi, terutama bagi ibu yang sensitif, seperti
punya sejarah pendarahan atau pernah keguguran. Bersihkan puting seperlunya saja saat
mandi, tidak perlu perawatan ekstra dengan menggunakan berbagai macam minyak. Karena
sebenarnya di areola (bagian gelap di sekitar puting) itu sudah ada pelumas alaminya.
Kelenturan puting akan meningkat seiring usia kehamilan, dan akan semakin meningkat
setelah melahirkan. Jadi menarik-narik puting juga sebaiknya tidak dilakukan saat hamil.
Jangan lupa baca dokumen grup tentang Laktogenesis.

ASI KELUAR SAAT HAMIL: ASI saya belum keluar padahak kehamilan saya sudah
mencapai trimester ketiga. Apa ini tandanya ASI saya akan terlambat keluar nantinya?

JAWAB: ASI diproduksi sejak kehamilan memasuki trimester kedua, namun tidak semua
ibu mengalami ASI keluar saat kehamilan. Keluar atau tidaknya ASI selama hamil sama-
sama normal. Kolostrum akan keluar setelah bayi dan plasentanya lahir. Silakan baca secara
detail dokumen grup tentang Laktogenesis atau tahapan produksi ASI.

FASILITAS KESEHATAN PRO-ASI: Apakah ciri-ciri rumah sakit/klinik yang


mendukung pemberian ASI:

JAWAB: sesuai 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang ditetapkan pemerintah


yang bersumber dari rekomendasi WHO, ada 10 indikator yang bisa digunakan untuk
mengetahui apakah sebuah rumah sakit atau klinik bisa dikatakan pro-ASI atau tidak.
Kesepuluh indikator ini tercakup dalam 10 langkah di atas, yaitu:

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah


menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI
2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya
3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah
keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV
positif
4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (IMD dilakukan setidaknya
selama 1 jam)
5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi
dan pelekatan mulut bayi pada payudara)
6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir
7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi
9. Tidak memberikan dot/ kempeng
10. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan

PERSIAPAN MENYUSUI: Apa-apa saja yang harus dipersiapkan ibu bekerja yang
sedang hamil agar sukses menyusui
JAWAB:

Persiapan ketika hamil

1. Rencanakan agar porsi cuti melahirkan lebih lama ketika bayi sudah lahir. Masa-masa ini
sangat penting untuk mempererat kelekatan (bonding) antara ibu dan bayi serta untuk
memantapkan serta meningkatkan pasokan ASI.

2. Beritahu kantor Anda tentang rencana untuk memberikan ASI ketika sudah kembali
bekerja. Cek juga adakah ruangan memerah ASI, atau ada ruang kosong yang bisa digunakan
untuk memerah ASI di kantor Anda.

3. Cari organisasi atau kelompok pendukung ibu ASI baik di lingkungan rumah atau kantor.
Mintalah dukungan rekan kantor, atasan, dan serikat pekerja atas keputusan Anda untuk tetap
memberikan ASI ketika sudah kembali bekerja.

4. Belajarlah cara memerah ASI dengan tangan, atau mulailah mencari breastpump (pompa
ASI) yang sesuai. Cari juga perlengkapan menyusui yang dibutuhkan nantinya seperti cooler
bag, botol ASIP, icegel atau blue ice, apron menyusui, dan sebagainya.

5. Jika masih ingin bekerja, pertimbangkan berbagai pilihan ide pekerjaan yang tersedia.
Misalnya bekerja paruh waktu, bekerja dari rumah, pulang-pergi untuk menyusui, dan lain-
lainnya, agar kegiatan menyusui tetap lancar.

6. Cari RS dan dokter yang benar-benar pro-ASI yang berkomitmen membantu Anda untuk
bisa menyusui

7. Kunjungi klinik laktasi idealnya dua kali pada masa kehamilan untuk berkonsultasi tentang
persiapan menyusui. Atau bisa juga mengikuti kelas-kelas edukasi menyusi atau kelas-kelas
kehamilan yang juga membahas tentang persiapan menyusui.

Persiapan pascakelahiran

1. Segeralah lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) minimal satu jam setelah melahirkan, atau
mulailah menyusui bayi dalam dua jam setelah kelahiran. Jika bayi tidak mengalami kondisi
serius yang mengharuskannya dirawat terpisah, usahakan agar ibu dan bayi dirawat gabung,
dan menghindari pemberian cairan prelaktal (susu formula).

2. Perbanyak kontak kulit dengan bayi untuk meningkatkan bonding antara ibu dan bayi
selama di rumah sakit dan di rumah.

3. Istirahatlah yang cukup, relaks, dan fokuskan diri untuk memantapkan kegiatan menyusui.
Tingkatkan pasokan ASI dengan sering menyusui sesuai permintaan bayi (minimal 8-12 kali
sehari).

4. Hindari pemberian ASIP (ASI Perah) dengan menggunakan dot, karena bisa membuat bayi
mengalami bingung puting. Sebaiknya, belajarlah untuk memberikan ASIP kepada bayi
dengan menggunakan metode lain seperti cangkir, pipet, spuit, sendok, dan lain-lain.
5. Mulailah untuk menabung ASIP kurang lebih dua minggu sebelum masuk bekerja.
Kemudian simpan ASIP dengan tata cara yang tepat agar kualitas dan nutrisinya tak
berkurang.

6. Jika memungkinkan, gunakan satu hari untuk praktik meninggalkan bayi, memerah dan
menyimpan ASIP di kantor, dan melakukan perjalanan dari dan ke kantor.

Persiapan ketika sudah kembali berkantor

1. Pertimbangkan untuk kembali bekerja pada hari Kamis. Karena ini bisa membantu Anda
agar tak mengalami "jetlag" saat kembali bekerja. Akan lebih mudah bagi Anda untuk mulai
kembali bekerja selama dua hari seminggu dibanding seminggu penuh.

2. Susui bayi sebelum berangkat ke kantor. Selain itu, usahakan agar saat berpisah dan
bertemu kembali (pulang ke rumah), dilakukan dalam suasana yang gembira.

3. Perah atau pompa ASI secara teratur sesuai dengan jadwal sebelum payudara terasa
penuh.

4. Jika menggunakan pengasuh bayi, pastikan bahwa mereka mengerti tata cara pemberian
ASIP yang benar. Minta juga agar mereka tak memberikan ASIP ketika mendekati waktu
Anda sampai di rumah setelah bekerja.

5. Susuilah bayi ketika Anda sudah kembali pulang, malam hari sebelum tidur, di akhir
pekan, dan setiap saat sedang bersama bayi.

6. Mintalah dukungan sesama ibu bekerja di kantor untuk saling bertukar pendapat, berbagi
pengalaman, dan saling mendukung untuk tetap memberikan ASI

Sumber: Dokumen Group Asosiasi Ibu Menyusui


Indonesia (https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/pertanyaan-
yang-sering-diajukan-faq-seputar-pemberian-mpasi/10152107512094778 )

Anda mungkin juga menyukai