Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air
yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat
tersebut. Selain bermanfaat bagi manusia, tubuh manusia tersusun dari jutaan sel
dan hampir keseluruhan sel tersebut mengandung senyawa air. Menurut
penelitian, hampir 67% dari berat tubuh manusia terdiri dari air. Manfaat air bagi
tubuh manusia adalah membantu proses pencernaan, mengatur proses
metabolisme, mengangkut zat-zat makanan, dan menjaga keseimbangan suhu
tubuh.
Air yang dapat terkontaminasi oleh berbagai macam polutan misalnya mikro
organisme, limbah padat, ataupun limbah cair . Air juga merupakan media sarang
dan penularan penyakit berbahaya bagi manusia. Air kotor merupakan tempat
yang nyaman untuk berkembang biak berbagai bakteri dan virus penyebab
penyakit. Bibit penyakit menular yang berkembang biak melalui perantara air
salah satunya adalah diare.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau
sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita
dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB diare di wilayahnya.
Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian.
Survei Kesehatan Nasional tahun 2006 menempatkan diare pada posisi
tertinggi kedua sebagai penyakit paling berbahaya pada balita. Diare dilaporkan
telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang
(Kemenkes RI, 2010).
Di Indonesia sampai saat ini diare masih menjadi masalah masyarakat.
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus diare yang
ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian
besar (70-80%) terjadi pada bayi dan anak-anak. Menurut kutipan WHO
permasalahan diare di Negara-negara berkembang khususnya Indonesia dapat
dikurangai dengan perilaku hidup sehat yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Data Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 untuk kasus
diare ditemukan 62.034 kasus diare. Dibalik kompleksnya masalah diare yang

1
ada, ada solusi yang ditawarkan dunia berdasarkan penelitan sebelumnya.
Menurut studi WHO tahun 2007, kejadian diare dapat menurun 32% dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan prilaku
mencuci tangan pakai sabun, dan 39% prilaku pengolahan air minum yang aman
dirumah tangga. Dengan mengintegrasikan ketiga intervensi prilaku tersebut
kejadian diare menurun 94%.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar
yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang
sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan (Departemen Kesehatan RI, 2011).
Masalah timbul akibat tingginya penyakit berbasis lingkungan di Indonesia
pada umumnya adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih, pemanfaatan
jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air dan udara karena limbah
rumah tangga, limbah indrustri, limbah pertanian dan sarana transportasi serta
kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan berkembang biaknya vektor .
Kualitas air pada sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat juga
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dan banyak dijumpai di
masyarakat. Sarana air bersih yang paling banyak dipergunakan masyarakat
adalah sumur gali.
Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi
masyarakat di pedesaan, maupun perkotaan. Sumur gali menyediakan air yang
berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena
itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran
manusia, hewan, maupun untuk keperluan domestik rumah tangga. Sumur gali
sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat konstruksi, syarat lokasi
untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal ini diperlukan agar kualitas air sumur
gali aman sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Di Indonesia, sumur gali merupakan sarana air bersih yang banyak digunakan
masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaankarena sumur gali tergolong
mudah dan murah pembuatannya. Akan tetapi sumur gali mempunyai resiko
pencemaran yang sangat tinggi berupa pencemaran fisik, kimia maupun biologis.
Biringkanaya merupakan salah satu kecamatan di Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7 kelurahan yaitu
Kelurahan Sudiang, Sudiang Raya, Pai, Bulurokeng, Paccerakkang, Daya, dan
Untia. Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam hal sumber daya air,
masyarakat di Kecamatan Biringkanaya sebagian besar telah menggunakan
fasilitas air bersih sumur bor dan pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air

2
Minum (PDAM), namun ada juga masyarakat yang masih menggunakan sumur
gali atau sumur dangkal sebagai sumber air bersih, salah satu alasannya karena
pelayanan air bersih dari PDAM belum sepenuhnya menjangkau seluruh daerah
di Kecamatan Biringkanaya, sedangkan penggunaan sumur bor tidak
memungkinkan dari segi biaya bagi sebagian masyarakat kecil. Di antara sumur
gali yang terdapat di Kecamatan Biringkanaya terdapat beberapa sumur gali yang
tiap sumurnya digunakan oleh 3 sampai 4 rumah tangga. Namun yang menjadi
permasalahan yaitu masyarakat sekitar tidak tahu air sumur tersebut layak atau
tidak digunakan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik
secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan
untuk menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling
umum digunanakan adalah sumur gali. Namun keberadaan sumur gali tersebut
ditinjau dari jarak peletakannya terhadap sumber pencemaran masih sangat
memprihatinkan sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran
kualitas air, baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pengabdian
ini adalah “Bagaimana Cara Pemberdayaan Masyarakat Dalam Modifikasi Alat
Kaporisasi Pada Air Sumur Gali Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Biringkanaya”

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Air


a. Pengertian Air
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan
bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan
rumus kimia H2O, satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang
terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu
aliran yang dinamakan “Cyclus Hydrologie”. Laut merupakan tempat
penampungan air terbesar di bumi. Sinar matahari yang dipancarkan ke
bumi memanaskan suhu air di permukaan laut, danau, atau yang terikat
pada permukaan tanah. Kenaikan suhu memacu perubahan wujud air dari
cair menjadi gas, peristiwa ini dikenal sebagai proses evaporasi
(evaporation). Sedangkan air yang terperangkap di permukaan tanaman
yang juga berubah wujud menjadi gas dikenal sebagai proses transpirasi
(transpiration). Air yang menguap melalui proses evaporasi dan transpirasi
selanjutnya naik ke atmosfer membentuk uap air. Uap di atmosfer
selanjunya menjadi dingin dan terkondensasi membentuk awan (clouds).
Awan yang terbentuk selanjutnya dibawa oleh angin mengelilingi bumi,
sehingga awan terdistribusi ke seuruh penjuru dunia. Ketika awan sudah
tidak mampu lagi menampung air, maka awan akan menyebabkan titik-
titik air yang jatuh kebumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir
kedalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air, maka perserapan akan
berkurang, dan sebagian air akan mengalir diatas lapisan rapat air ini. Jika
air ini keluar pada permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai
dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpal,
membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang
mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi
ini.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air yang disebut sebagai air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk

4
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin
turun. Kegiatan industri, menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini
menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk
hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, pengolahan
sumber daya air sangat penting agar dimanfaatkan secara berkelanjutan
dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan
yang dilakukan adalah pemantauan dan interprestasi data kualitas air,
mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Salah satu sumber air yang
dapat dimanfaatkan adalah air tanah atau air sumur. Air sumur adalah air
tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30 meter, air sumur
umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai air tanah
bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan.
b. Sumber Mata Air
Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara
umum dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air,
danau, sumur, dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas
racun, atau kumankuman yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut
Sutrisno (2010: 14-17) sumber-sumber air dapat dibagi menjadi empat
yaitu:
1) Air laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCI.
Kadar garam NaCI dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air
laut tak memenuhi syarat untuk air minum.
2) Air hujan
Air hujan merupakan menyubliman awan/ uap air air murni yang
ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang
terdapat di udara, gas (O2,CO3,N2 dan lain-lain), jasad renik dan
debu. Air hujan terbentuk dari butiran-butiran proses penguapan dari
air, vegetasi, hewan maupun dari tubuh manusia yang berada di
permukaan bumi yang melayang sebagai awan, terdiri dari udara
lembab yang mengalami pengembunan, sehingga mengalami tingkat
kejenuhan dan jatuh ke permukaan bumi sebagai air hujan.
Air hujan merupakan air yang memiliki sifat agresif, turutama terhadap
pipa- pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal teresebut

5
dapat mempercepat korosi (karatan). Selain itu air inipun bersifat lunak
sehingga akan boros terhadap penggunaan sabun.\
3) Air permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Air ini
berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi, kemudian
mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah melalui
celah-celah sesuai topografi wilayah yang di lewatinya. Pada
umumnya air permukaan mudah terkontaminasi oleh bahan-bahan
percemaran, sehingga air ini banyak mengandung bakteri, zat-zat
kimia dan zat lainnya yang bersifat merusak. Air ini dapat berupa air
parit, air sungai, air danau, air bendungan, air waduk, air rawa dan air
laut.
4) Air tanah
Lebih dari 98% dari semua air (diduga sedikit lebih 7x103 ) di atas
bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan
bahan-bahan butiran. 2% sisanya adalah apa yang kita lihat di danau,
sungai dan serervoir. Separuh dari 2% di simpan di reservoir buatan.
98% dari air di bawah disebut air tanah dan digambarkan sebagi air
yang terdapat pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Pada
dasarnya air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses
infiltasi secara langsung ataupun secara tidak langsung dari air sungai,
danau dan genangan air lainnya. Air yang berada di rawarawa
seringkali dikategorikan sebagai peralihan antara air permukaan dan
air tanah.
Sutrisno (2010: 17-18) menyatakan air tanah terbagi menjadi dua jenis
yaitu: air tanah dangkal dan air tanah dalam.
1) Air tanah dangkal
Air tanah dangkal adalah air tanah yang terdapat di atas lapisan kedap
air pertama, biasanya terletak tidak terlalu dalam di bawah permukaan
tanah. Air tanah terjadi karena daya proses peresepan air dari
permukaan tanah. Lumpur yang ada di dalam tanah ini akan tertahan
begitupun dengan bakterinya, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih
banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena
melalui lapisan tanah yang melalui unsur- unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah dalam hal ini berfungsi
sebagai saringan. Di samping penyaringan pengotoran juga masih terus
berlangsung terutama pada muka air yang lebih dekat dengan muka
tanah, setelah bertemu dengan muka dengan lapisan rapat air, air akan

6
terkumpul menjadi air tanah dangkal yang dimanfaatkan untuk sumber
air minum malalui sumur-sumur gali. Air tanah dangkal biasanya
terdapat pada kedalaman 15 meter. Sebagai salah satu sumber yang
dimanfaatkan untuk air minum, air dipandang cukup baik, sedangkan
untuk kuantitasnya tidak terlalu banyak tergantung pada musim yang
ada dilingkungan sekitarnya. Jika terjadi musim penghujan maka debit
airnya akan meningkat, begitupun sebaliknya, debit air akan berkurang
jika terjadi musim panas. Bahkan pada beberapa jenis tanah seringkali
terjadi kekeringan pada sumur dangkal.

2) Air tanah dalam


Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama,
kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal,
karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas bakteri. Susunan
unsur-unsur kimia tergantung pada lapisan-lapisan tanah yang di lalui.
Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena
mengandung Ca dan Mg. Jika batuan granit, maka air itu lunak dan
agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn (HCO2).
c. Peranan Air Dalam Kehidupan Manusia
Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan
kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di
dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi
manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat
pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang jumlahnya
sekitar 73 % dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak. Tubuh manusia
sebagian terdiri dari air, berkisar 50-70% dari seluruh berat badan. Jika
tubuh tidak cukup mendapat air atau kehilangan air hanya sekitar 5% dari
berat badan (pada anak besar dan dewasa) maka keadaan ini dapat
menyebabkan dehidrasi berat. Sedangkan kehilangan air untuk 15 % dari
berat badan dapat menyebabkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu
minum minuman 1,5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya.
d. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit
Penyakit bawaan air dapat terbagi atas beberapa kelompok.
Kelompok pertama, sumber air yang digunakan merupakan penyebar
mikroba patogen (true water borne diseases). Contoh penyakit yang
ditimbulkannya adalah diare, kolera, typus, dan parathypus. Kedua, air
yang menjadi sarang serangga penyebar penyakit (water related vector
borne diseases). Contoh penyakit dari kelompok ini adalah demam

7
berdarah dan malaria. Ketiga, air berperan sebagai sarang sementara
penyakit (water based borne diseases). Contohnya penyakit dracontiasis
dan schistomiasis, yaitu penyakit karena cacing patogen. Dan, yang
terakhir karena ketidakcukupan kuantitas (jumlah) air. Kondisi seperti ini
juga bisa memicu terjadinya penyakit (water washed diseases).
Selain penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman parasit
akibat pencemaran biologis, air juga dapat menimbulkan kerugian dan
gangguan yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia atau zat radioaktif
yang ada dalam air, terutama logam-logam berat dan berbahaya. Penyakit
tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya
tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit pinggang dan
tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam mangan (Mn), tekanan darah
tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal oleh korosi pada besi.

B. Sarana Air Bersih


a. Sumur Gali (sumur Dangkal)
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan
meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil
dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10
meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal
dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu
dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya
rembesan berasal dari buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan,
juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran
air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara
pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi,
misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan
timba.
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik
bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan
pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan
syarat-syarat fisik. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa
meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan
sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Syarat Lokasi atau Jarak

8
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,
seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
a) Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
b) Jarak sumur >11 meter dari sumber pencemaran seperti kakus,
kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya. Selain itu
konstruksinya dibuat lebih tinggi dari sumber pencemaran.
2) Dinding Sumur Gali
a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali
harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Dinding bagian
atas terbuat dari pasangan bata/batako/batu belah tebal ½ bata
diplester adukan 1 PC : 2 PS stebal 1 cm atau pipa beton kedap air
0,80cm x 1m atau beton bertulang 0,80 cm x 1 m. Hal tersebut
dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh
bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.
Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat
dari pasangan batu bata tanpa semen /pecahan adukan PC/pecahan
marmer ukuran 3 – 5 cm, setebal 50 cm, sebagai bidang perembesan
dan penguat dinding sumur.
b) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang
mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau.
3) Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain
:
a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm
untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek
keselamatan.
b) Dibuat lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah
tersebut adalah daerah banjir.
c) memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.
4) Lantai Sumur Gali
Beberapa persyaratan konstruksi lantai sumur antara lain :
a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya
dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di
atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat.
b) Lantai sumur dibuat dari pasangan bata/batu belah diplester dengan
adukan 1 PC : 2 PS atau beton tumbuk 1 PC : 3 PS : 5 kerikil.

9
5) Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur, dibuat dari
pasangan bata diplester adukan 1 PC : 3 PS. Panjang saluran
pembuangan air limbah (SPAL) sekurang-kurangnya 10 m. Sedangkan
pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya
sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan
mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah
kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit
disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.
6) Kebersihan lingkungan sekitar sumur
Kebersihan sekitar sumur merupakan hal yang sangat penting sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan nilai
estetika. Sumur dangkal adalah salah satu konstruksi yang paling
umum dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil
dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum. Sumur gali
menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat
dari tanah permukaan, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi
melalui rembesan.
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
a) Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air
dalam tanah 3 meter/hari.
b) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical
sedalam 3 meter.
c) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal
sejauh 1 meter.
d) Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan
maupun sedang tidak digunakan.
e) Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
b. Sumur Bor (Sumur Dalam)
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun
lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga
sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran
mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum.
Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin.
C. Kaporisasi
Ada beberapa cara pengolahan air untuk membunuh bakteri yang terdapat
di dalam air, termasuk diantaranya penggunaan kaporit, ozon, atau gas khlor.

10
Penggunaan kaporit untuk pengolahan air disebut kaporisasi. Darsono (2013)
dalam bukunya yang berjudul “Panduan Pengelolaan Green Industry”
menuliskan bahwa bakteri yang hidup di dalam air mengandung enzim. Enzim
bakteri akan bereaksi dengan kaporit sehingga bakteri mati. Karena kaporit
bereaksi dengan enzim yang terdapat dalam bakteri, maka jumlah kaporit
yang diperlukan juga tergantung banyaknya bakteri yang terdapat di dalam air
dan berapa sisa klor yang dikehendaki sebagai bahan pengaman. Sisa klor
untuk air keperluan rumah tangga diharapkan yaitu 0,1 - 0,2 ppm (Darsono,
2013). Sisa klor yang masih terdapat di dalam air tetap diperlukan walaupun
bakteri telah habis, ini dimaksudkan untuk mencegah adanya bakteri yang
masuk ke dalam air selama pendistribusian air. Alat untuk mengetahui
kandungan klor dalam air disebut chlorine meter.
Daya sergap klor adalah banyaknya klor aktif yang dipakai oleh senyawa
pereduksi yang ada di dalam air baku. Senyawa pereduksi ini dapat berbentuk
senyawa anorganik, misalnya garam-garam fero atau dapat berbentuk
senyawa organik baik yang hidup atau yang mati. Jumlah klor yang ditangkap
oleh senyawa-senyawa pereduksi yang ada di dalam air baku adalah selisih
antara jumlah klor senyawa-senyawa pereduksi yang ada di dalam air baku
adalah selisih antara jumlah klor yang diberikan ke dalam air baku dan sisa
klor bebas pada akhir waktu kontak (waktu kontak berkisar antara 30 menit-
60 menit). Daya sergap klor didapatkan dari percobaan laboratorium, dengan
mengambil air baku sebanyak 1 liter, ke dalam air baku tersebut dimasukkan
kaporit secukupnya atau sedemikian rupa sehingga pada akhir waktu kontak
air baku masih mengandung sisa klor. Air yang telah diberi kaporit digojog
dan segera ditentukan sisa klornya, sisa klor yang ditentukan dengan segera
disebut sisa klor segera, setelah sisa klor segera diukur, air didiamkan 10
menit dan diukur lagi sisa klornya. Pengukuran sisa klor dilakukan terus
menerus, setiap 10 menit, sampai akhirnya didapat sisa klor yang tetap dari
waktu ke waktu. Percobaan untuk menentukan sisa klor dilakukan dalam
laboratorium, setiap 10 menit diambil sampel untuk menentukan sisa klor,
diulangi sehingga didapatkan sisa klor yang tetap, yang menunjukkan bahwa
klor telah habis.

Cara pembubuhan kaporit adalah sebagai berikut:


a. Timbang kaporit 170 gram.
b. Masukkan kaporit ke dalam 1 Liter air.
c. Diamkan sekitar 15 menit, kemudian diambil beningannya.

11
d. Masukkan beningan tersebut ke dalam air yang akan diolah, aduk hingga
merata.
Cara melakukan klorinasi: Untuk sumur gali: { hitung isi air dalam sumur
untuk menentukan { banyaknya kaporit yang diperlukan; { takar kaporit
(untuk tiap m3 air sumur)

12
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN

A. Tujuan Kegiatan
Untuk melaksanakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Modifikasi Alat
Kaporisasi Pada Air Sumur Gali Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Biringkanaya.

B. Manfaat Kegiatan
1. Terhadap Dosen : Sebagai wahana bagi Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan
untuk mengembangkan pengetahuan terutama dalam pengaplikasian Ilmu
Kesehatan Lingkungan.
2. Terhadap kader Puskesmas : Meningkatkan pengetahuan kader puskesmas
tentang modifikasi pembuatan alat kaporisasi air sumur gali.

13
BAB IV
METODE PENGABDIAN

A. Khalayak Sasaran
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Kecamatan Biringkanaya.

B. Metode Pengabdian
Metode yang digunakan adalah dengan :
a. Memberikan penyuluhan melalui, pamflet, Spanduk dan banner
b. Modifikasi pembuatan alat kaporisasi air sumur gali.
c. Melakukan evaluasi secara rutin di lokasi pengabdian.

C. Keterkaitan
Praktek modifikasi pembuatan alat kaporisasi air sumur gali perlu dilakukan, agar
problem kesehatan terutama penyakit diare bisa dikurangi dan kualitas hidup
masyarakat dapat menjadi lebih baik.

D. Rancangan Evaluasi
Evaluasi hasil kegiatan pengabdian yang telah dilakukan akan dilaksanakan 2
minggu setelah pelaksanaan. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan serta tolak
ukur yang dapat dipergunakan untuk menyatakan keberhasilan dari kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Masyarakat sasaran sudah mengetahui tentang modifikasi alat kaporisasi
pada air sumur gali.
b. Masyarakat sasaran telah berpartisifasi dalam kegiatan perancangan
pembuatan modifikasi alat kaporisasi pada air sumur gali.
c. Masyarakat sasaran telah menambah hasil percontohan pembuatan
modifikasi alat kaporisasi pada air sumur gali yang ada di lokasi
pengabdian.

14
BAB V
HASIL YANG DICAPAI

A. TINJAUAN LOKASI PENGABDIAN


Berdasarkan rencana jadwal pengabdian ini,tahap pertama yang dilakukan adalah
melakukan peninjauan lokasi pengabdian masyarakat,Berikut lokasi pengabdian
berdasarkan gambaran google map:

Gambar 5.1 Lokasi Pengabdian Masyarakat


B. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Melakukan survey lokasi
2. Mengurus surat izin
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di lokasi pengabdian:
a. Pembuatan alat untuk diperkenalkan kepada masyarakat
b. Penyuluhan tentang air sumur gali
c. Pemberdayaan Pelatihan kader
d. Tinjau lokasi sumur gali melihat masing masing kepemilikan dan pengadaan alat

15
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Hingga pada tahap ini, pertencanaan tahapan selanjutnya yang akan dilakukan Adalah
sebagai berikut:
A. Pembagian Alat Dan Tinjau Lokasi Berpotensi
Kegiatan selanjutnya akan dilakukan pembagian alat disetiap rumah yang memiliki
sumur gali di lokasi pengabdian, dan kedepannya alat yang sudah dibagikan agar dapat di
tambah dan dijadikan contoh serta sekaligus tinjau lokasi untuk disarankan agar
menggunakan klorinator
B. Monitoring Dan Evaluasi Tahap II
Tinjau lokasi pengabdian dimana Kader sudah melakukan pelatihan pembuatan
alat dan penerapan alat di masing-masing sumur gali serta melihat hasil dari penerapan
alat untuk memperbaiki kualitas air sumur gali

16
LAMPIRAN
PUSAT PENDIDIKAN TENAGA KEMENKES RI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
LAPORAN KEMAJUAN RISET

1. Judul Penelitian:
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Modifikasi Alat Kaporisasi Pada Air
Sumur Gali Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Biringkanaya.
2. Skema kegiatan: pengabdian kepada masyarakat
3. Lama pelaksanaan pengabdian: 6 (enam) bulan:Mei 2018 s/d November 2018
4. Laporan tahap I
5. Pembiyaan : Rp. 15.00.000,- (Empat Belas Juta Sembilan Ratus Seribu)
Jenis pengeluaran
Anggaran Sisa

Alokasi Realisasi % Jumlah %


1. Bahan& persiapan Rp. 5.000.000 Rp. 4.000.000 80 Rp. 1.000.000 20
2. Pelaksanaan Rp. 3.000.000 Rp. 1.500.000 50 Rp. 1.500.000 50
3. Transportasi Rp. 3.000.000 Rp. 1.500.000 50 Rp. 1.500.000 50
4. Komsumsi Rp. 3.000.000 Rp. 1.500.000 50 Rp. 1.500.000 50
5. Lain-lain Rp. 1.000.000 Rp. 500.500 50 Rp. 500.500 50
Jumlah Rp. 15.000.000 Rp. 8.000.000 55 Rp. 6.000.000 45

6. Kegiatan Dan Sasaran Usaha Yang Telah Dicapai

Uraian kegiatan Target Realisasi


A. PERSIAPAN Jumlah Satuan Kemajuan %
1. PEMBUATAN rencana kerja 1 Rangkap 1 100
2. Pengurusan izin 5 Institusi 4 80
3. Survey lokasi 4 Kali 4 100
4. Pengadaan alat & bahan 5 Kali 4 80

B. PELKSANAAN
1. Lapangan 2 Kali 2 100
2. Pelaksanaan awal 2 Kali 2 100
3. Pemberian materi 3 Kali 2 66,6
4. Pelatihan kader 3 Kali 1 33,3
5. Monitoring &evaluasi tahap I 2 Kali 0 0
6. Analisa 1 Kali 0 0
C. PENYUSUNAN LAPORAN
1. Laporan berkala 2 Kali 1 50
2. Laporan akhir 1 Kali 0 0
3. Seminar hasil 2 Kali 1 50
Jumlah 33 22 66,7

17
7. Uraian ringkas kegiatan yang telah dilakukan dalam tahap ini serta hasilnya:
a. Pengurusan Izin Pengabdian
b. Pengadaan Alat & Bahan
c. Survei Lokasi Dan Pemilihan Sasaran
d. Pelaksanaan Kegiatan &Pelatihan
8. Uraian hambatan dan usul upaya penyelesain
Agar pembinaan difungsikan untuk konsultasi hasil penelitian yang telah dicapai
9. Saran/petunjuk Pembina tekniks pengabdian:-

Dilaporkan di: Makassar


Tanggal 26 Juli 2018

Diketahui/disetujui
Tim Risbinakes Poltekkes Makassar
Ketua, Oleh Penelitian Utama,

Dr. Rusli, Sp.FRS.,Apt Zaenab, SKM., M.Kes


NIP. 19670506 199703 1 002 NIP. 19700213 1991032002

18
LAMPIRAN FOTO:

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai