Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Air merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sebagian besar tubuh
manusia terdiri dari air. Air yang dibutuhkan manusia meliputi air layak pakai yang bersih dan
sehat untuk keperluan memasak, mencuci, dan mandi serta air yang layak konsumsi untuk
keperluan minum. Menurut perhitungan WHO di Negara-negara maju tiap orang memerlukan
air antara 60120 liter per hari. Sedangkan di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. (Walangitan et all ,2016).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan
oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. (Sumiharni et all, 2009)

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah - wadah air termasuk sumber daya alam non hayati
yang terkandung di dalamnya serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (PP
Republik Indonesia No. 82 thn 2001).

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah mikrobiologi; kimia fisika dan radio aktif
(Walangitan et all, 2016).

Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Di kota besar, dalam
hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam
kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. Akan tetapi kelamaan
masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain yaitu air
minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang (DAMIU). Keberadaan produk yang
dihasilkan oleh DAMIU disambut baik oleh masyarakat, hal ini menunjukkan upaya
mewujudkan masyarakat sehat karena memperluas jangkauan air bersih, namun saat ini
DAMIU menjadi cenderung bermasalah ketika dihadapkan dengan kepentingan bisnis, tak
jarang para pengusaha dan pengelola/penjamah DAMIU lalai dalam berbagai aspek baik itu
kebersihan bengunan dan alat, perawatan alat, maupun kebersihan diri penjamah tersebut.
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Sehingga seringkali kualitas dari air minum yang dihasilkan tidak layak konsumsi (Walangitan
et all,2016).

2.2 Sumber Air


Menurut Handayani (2011), pada dasarnya jumlah air yang ada di bumi adalah tetap dan
mengikuti suatu siklus (daur ulang) yang disebut dengan siklus hidrologi. Dengan adanya
penyinaran matahari, maka air mengalami penguapan atau evaporasi dan akan membentuk uap
air. Uap air ini kemudian akan menyatu ditempat tinggi, yang dikenal dengan awan. Oleh angin,
awan ini akan terbawa semakin tinggi sehingga mencapai temperatur yang rendah, yang
menyebabkan titik-titik air jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan sebagian akan mengalir ke
dalam tanah, jika air ini keluar pada permukaan bumi atau tanah maka air ini akan disebut mata
air. Sedangkan air hujan yang jatuh ke bumi atau tanah lalu mengalir ke tempat yang rendah
(cekung), maka air tersebut akan membentuk suatu danau atau telaga.
Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali. Berdasarkan sumbernya, air dapat
digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Air Atmosfer
Air atmosfer terjadi dari proses evaporasi air permukaan dan evapotranspirasi dari tumbuh-
tumbuhan oleh bantuan sinar matahari melalui proses kondensasi kemudian jatuh ke bumi
dalambentuk hujan, salju ataupun embun. Air atmosfer mempunyai sifat tanah (soft water)
karena kurang mengandung garam-garam dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar dan
juga akan boros terhadap pemakaian sabun. Disamping itu, air atmosfer mempunyai sifat
agresif terutama pada pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini akan
mempercepat terjadinya korosi.
2. Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam dalam air laut
kurang lebih 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum
apabila belum diolah terlebih dahulu. Air laut jarang digunakan sebagai air baku untuk air
minum karena pengolahan untuk menghilangkan kadar garamnya membutuhkan biaya yang
cukup besar.
3. Air Permukaan
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air ini
akan mengalami pengotoran selama pengalirannya. Beban pengotoran ini untuk masing-masing

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 2


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

air permukaan akan berada tergantung daerah pengaliran air permukaan. Macam-macam air
permukaan antara lain :
a. Air Sungai
Dalam penggunannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang
sempurna, mengingat bahwa air mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Air sungai
merupakan penampungan dari berbagai jenis limbah yang terdapat disekitarnya baik itu
limbah domestik maupun limbah industri. Sungai yang telah tercemar oleh limbah industri
yang berat akan sulit diolah serta membutuhkan proses yang lebih kompleks.
b. Air Rawa
Pada umumnya air rawa berwarna, karena adanya zat-zat organik yang telah membusuk.
Dengan banyaknya zat organik menyebabkan kadar O2 yang terlarut dalam air sedikit
sehingga kadar Fe dan Mn yang terlarut dalam air menjadi tinggi. Pada permukaan air ini akan
tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2, maka untuk mengambil air ini
sebaiknya pada bagian tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn serta lumut tidak ter bawa.
4. Air Tanah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
(Undang-undang RI No. 7, 2004) Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke pemukaan
bumi lalu meresap ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses
yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air
tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah terbagi atas :
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan sebagian bakteri sehingga air tanah ini akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat-zat kimia karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Pengotoran
juga masih terus berlangsung terutama pada permukaan air yang dekat permukaan tanah.
Air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Untuk mengambil air ini
diperlukan bor karena kedalamannya berkisar antara 100-300 meter. Jika tekanan air tanah

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 3


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

ini besar maka air akan menyembur 7 kepermukaan sumur. Sumur ini disebut sumur atesis.
Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya maka diperlukan pompa.

c. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang
berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruhi oleh musim dan kuantitas serta
memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam.

2.3 Kualitas Air


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang
dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. (Permenkes RI No. 492, 2010)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 mengenai
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan
menjadi 4 (empat) kelas, yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 4


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Tabel 2.1 Persyaratan-Persyaratan Kualitas Air Minum

I. PARAMETER WAJIB
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1. Parameter berhubungan langsung dengan
kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi
1) E.Coli Jumlah per 100 0
ml sampel
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 0
ml sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Flourida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit, (Sebagai NO2-) mg/l 3
6) Nitrat (Sebagai NO3-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan


dengan kesehatan

1) Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6) Suhu ˚C Suhu udara ± 3
2) Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0,3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6) pH 6,5 – 8,5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1,5
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 5


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

II. PARAMETER TAMBAHAN


Kadar maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1. KIMIAWI

a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/l 0,001
Antimon mg/l 0,02
Barium mg/l 0,7
Boron mg/l 0,5
Molybdenum mg/l 0,07
Nikel mg/l 0,07
Nikel mg/l 0,07
Sodium mg/l 200
Timbal mg/l 0,01
Uranium mg/l 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
Deterjen mg/l 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethene mg/l 0,04
Trichloroethene mg/l 0,02
Tertrachloroethene mg/l 0,04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/l 0,01
Toluene mg/l 0,7
Xylenes mg/l 0,5
Ethylbenzene mg/l 0,3
Styrene mg/l 0,02
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/l 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/l 0,3
Lain-Lain
Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/l 0,008
Acrylamide mg/l 0,0005
Epichlorohydrin mg/l 0,0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
Ethylenediminetetraacetic acid (EDTA) mg/l 0,6
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2

c. Pestisida
Alachlor mg/l 0,02
Aldicarb mg/l 0,01
Aldrin dan dieldrin mg/l 0,00003
Atrazine mg/l 0,002

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 6


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Lanjutan Tabel 2.1 (Parameter Tambahan)

Kadar maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Carbofuran mg/l 0,007
Chlordane mg/l 0,0002
Chlorotoluron mg/l 0,03
DDT mg/l 0,001
1,2- Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/l 0,001
2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/l 0,03
1,2 Dichloropropane mg/l 0,04
Isoproturon mg/l 0,009
Lindane mg/l 0,002
MCPA mg/l 0,002
Methoxychlor mg/l 0,02
Metolachlor mg/l 0,01
Molinate mg/l 0,006
Pendimethalin mg/l 0,02
Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009
Permethrin mg/l 0,3
Simazine mg/l 0,002
Trifuralin mg/l 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan
MCPA
2,4-DB mg/l 0,090
Dichloroprop mg/l 0,10
Fenoprop mg/l 0,009
Mecoprop mg/l 0,001
2,4,5-trichlorophenoxyacetic acid mg/l 0,009

d. Desinfektan dan hasil sampingnya


Desinfektan
Chlorine mg/l 5
Hasil sampingan
Bromate mg/l 0,01
Chlorate mg/l 0,7
Chlorite mg/l 0,7
Chlorophenols
2,4,6 – Tricjlorophenol (2,4,6-TCP) mg/l 0,2
Bromoform mg/l 0,1
Dibromochloromethane (DBCM) mg/l 0,1
Bromodichloromethane (BDCM) mg/l 0,06
Chloroform mg/l 0,3
Chlorinated acetic acids
Dichloroacetic acid mg/l 0,05
Trichloroacetic acid mg/l 0,02
Chloral hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetonitrile mg/l 0,02

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 7


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Lanjutan Tabel 2.1 (Parameter Tambahan)

Kadar maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Dibromoacetonitrile mg/l 0,07
Cyanogen Chloride (sebagai CN) mg/l 0,07

2. RADIOKATIFITAS

Gross alpha activity Bq/l 0,1


Gross beta activity Bq/l 1
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001

Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas


KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
o Deviasi temperatur
Temperatur C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5
dari keadaan alamiah
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi pengolahan air
minum secara
Residu
mg/L 50 50 400 400 konvensional, residu
Tersuspensi
tersuspensi < 5000
mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila secara
alamiah diluar
rentang tersebut,
Ph mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9
maka ditentukan
berdasarkan kondisi
alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum
Total Fosfat mg/L 0,2 0,2 1 5
NO3 Sebagai N mg/L 10 10 20 20
Bagi Perikanan,
kandungan amonia
HN3N mg/L 0,5 (-) (-) (-) bebas untuk ikan
yang peka <0,02
mg/L sebagai NH3
Arsen mg/L 0,005 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1
Bagi pengolahan air
minum secara
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
konvensional, Cu < 1
mg/L

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 8


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Lanjutan Tabel 2.2

KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I I I I
Bagi pengolahan air
minum secara
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
konvensional, Fe < 5
mg/L
Bagi pengolahan air
0,03 0,03 0,03 minum secara
Timbal mg/L 1
konvensional, Pb <
0,1 mg/L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Bagi pengolahan air
minum secara
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
konvensional, Zn < 5
mg/L
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Bagi pengolahan air
minum secara
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
konvensional, NO2N
< 1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Bagi ABAM tidak
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)
dipersyaratkan
Bagi pengolahan air
minum secara
Belerang sebagai
mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) konvensional, S
H2S
sebagai H2S < 0,1
mg/L
MIKROBIOLOGI
Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, fecal
Fecal coliform Jml/100 mL 100 1000 2000 2000 coliform < 2000
jm/100 mL
dan total coliform ,
10000 jml/10 0mL
Bagi pengolahan air
minum secara
Total coliform Jml/100 mL 1000 5000 10000 10000 konvensional, S
sebagai H2S < 0,1
mg/L
RADIOAKTIVITAS
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan
ug/L 1000 1000 1000 (-)
Lemak
Detergen sebagai
ug/L 200 200 200 (-)
MBAS
Senyawa fenol
ug/L 1 1 1 (-)
sebagai fenol

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 9


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Lanjutan Tabel 2.2

KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
BHC ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor dan
Heptachlor ug/L 18 (-) (-) (-)
epoxide
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug/L 1 4 4
Totaphan ug/L 5 (-) (-) (-)
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001

2.3.1 Syarat Kualitas Fisik Air Minum


Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih
sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25o c, dan apabila terjadi perbedaan maka
batas yang diperbolehkan adalah 25o ± 3o c. Syarat-syarat tersebut berdasarkan permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai sebagi
berikut.
a. Bau
Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Air yang berbau tidak akan disukai oleh
masyarakat.
b. Rasa
Air ang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
c. Warna
Air sebaiknya tidak berwarna dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia
maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya taannin dan asam
humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda menyerupai
urin,oleh karenannya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila
terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna pun
dapat berasal dari buangan industri.
d. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi perlarutan zat kimia
yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 10


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikro organisme patogen tidak mudah berkembang
biak dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
e. Jumlah zat padat terlarut
Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat oorganik, garam anorganik, dan
gas terlarut. Bila TDS bertambah maka keadaan akan naik pula.
f. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik
maupun yang organik. Zat organik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam,
sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri
dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

2.3.2 Syarat Kualitas Kimia Air Minum


Dalam peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.907/MENKES/SK/VII/2002, tercantum dalam
bermacam-macam unsur standar kualitas kimia air bersih. Beberapa diantara unsur-unsur
tersebut tidak dikehendaki kehadirannya dalam air minum. Oleh karena itu zat kimia yang
bersifat racun dapat merusak pemipaan dan dapat menimbulkan bau dan rasa yang mengganggu
estetika. Bahan-bahan tersebut seperti : nitrit, sulfide, ammonia, dan juga CO2 agresif.
Meskipun ada beberapa unsur yang bersifat racun, hal ini masih dapat ditolerir kehadirannya
didalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang ditetapkan. Unsur-unsut tersebut
adalah : Phenolik, Arsen, Selenium, Chromium, Sianida, Cadmium, timbale dan air raksa.
1. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan basa atau asam
suatu larutan dan juga merupakan satu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam
penyediaan air, pH merupakan suatu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa
derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktifitas pengolahan yang akan dilakukan,
misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi dan disinfeksi. Untuk pH yang kurang dari 7,
maka air akan bersifat asam, sedangkan pH yang lebih dari 7 bersifat basa. Pengaruh yang
menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH ini
yaitu apabila pH lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 8,5 akan dapat menyebabkan korosi
pada pipa air, menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu
kesehatan.

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 11


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

2. Jumlah Zat Padat (Total Solid)


Bahan padat (solid) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103℃ – 105℃. Mengingat bahwa dalam beberapa hal pengolahan untuk
menurunkan kandungan bahan padat ini akan dilakukan, maka U.S. Public Health Service
menetapkan batas standar maksimum total solid sebesar 1000 mg/l untuk air minum.
Persyaratan dari Dep.Kes.R.I untuk solid adalah 1000 mg/l.
3. Zat Organik.
Adanya bahan-bahan organik dalam air erat kaitannya dengan terjadinya perubahan sifat fisik
dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau, rasa, dan kekeruhan yang tidak diinginkan.
Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya.
Walaupun KMnO4 sebagai oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik
yang ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat carakerjanya. Standar kandungan bahan
organik dalam air minum menurut Dep.Kes.R.I maksimum diperoleh adalah sebesar 10 mg/l.
Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini
yaitu timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum.
4. CO2 Agresi
CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat organik.
Permukaan air biasanya mengandung CO2 bebas kurang dari 10 mg/l, sedangkan pada dasar air
konsentrsinya dapat lebih dari 10 mg/lCO2 agresif dapat ditentukan dengan cara grafis dan
analisis. Penyimpangan terhadap standar konsentrasi maksimal CO2 agresifdalam air akan
menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam.
5. Kesadahan Total (Total Hardness)
Kation-kation penyebab utama dari kesadahan Ca+, Mg+, Sr+, Fe+, dan Mn+, sedangkan anion-
anion yang biasa terdapat dalam air adalah HCO3-, SO4, Cl-, NO3-. Kesadahan dalam air
sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan kapur.
Yang dimaksud dengan kesadahan dalam air alam adalah disebabkan oleh dua kation tersebut.
Ketentuan standar dari DEP.KES.R.I untuk kesadahan pada air minum adalah 500 mg/l.
Pengaruh langsung terhadap kesahatan akibat penyimpangan standar ini tidak ada, tetapi
kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif kerjanya.
6. Calcium (Ca)
Calcium adalah merupakan bagian dari komponen yang menyebabkan terjadinya kesadahan.
Dep.Kes.R.I. menetapkan standar konsentrasi Ca sebesar 75-200 mg/l. Konsentrasi Ca dalam

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 12


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

air yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan
konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air.

2.3.3 Syarat Biologis Kualitas Air Minum


Parameter bakteriologi yang terpenting dalam air adalah kandungan koliform. Air yang
memenuhi syarat untuk diminum adalah jika tidak mengandung koliform tersebut. Jika nilai
BOD tinggi, keadaan seperti ini merupakan indikasi tingginya zat organik yang dapat diuraikan
oleh bakteri dalam air. COD (Chemical Oxygen Demand) juga merupakan harga
yangmenunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan mikro organisme untuk menguraikan
bahan-bahan organik. Semakin tercemarnya air harga COD dan BOD semakin tinggi.
Sebaliknya, bila nilai COD dan BOD rendah maka indekasi kandungan zat organik dalam air
rendah. Jadi jika pada pemeriksaan air minum tersebut tidak terdapat bakteri E.coli maka air
dapat digunakan sebagai air bersih. Standar dari KepMenKes adalah tidak terdapatnya jumlah
koliform tinja dan total koliform dalam 100 ml air. Bakteri golongan ini berasal dari usus besar
dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin terdapat didalam air, misalnya : Bakteri Typosium, Vibrio
Colerae, Bakteri Dysentriae, Entamoeba Hystolotica, Bakteri Enteristis (penyakit perut).
Persyaratan air bersih secara rinci tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Tercantum dalam pasal 2 mengenai ruang lingkup dan persyaratan air minum.

2.4 Netralisasi pH
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal. Setelah pH mendekati normal
barulah proses pengolahan dapat dilakukan secara efektif. Tujuan proses netraliisasi adalah
untuk mengontrol kecenderungan air bersih/minum korosif atau membentuk kerak sebelum air
tersebut masuk ke jaringan distribusi. Ketidakstabilan air yang didistribusikan akan
menyebabkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, estetika dan ekonomi.
Proses dan perhitungan neralisasi pH adalah sebagai berikut:
1. pH air secara alami berkisar antara 4-9, tetapi secara teoritis pHnya 0-14. Dimana pH=0
dinamakan sangat asam, dan pH=14 disebut sangat basa sedangkan pH=7 menunjukkan
netral.
2. Ketidak normalan pH air dapat disebabkan oleh pemasukkan asam atau basa.
3. pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat menyebabkan senyawa kimia
berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan.

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 13


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

4. Pengendapan semua logam akan terjadi pada pH ≥ 8,3dengan rincian Fe pada pH 8-9, dan
Mn pada pH 11.
5. Pada pH 7,0 – 8,5, klorin akan bereaksi efektif (80%), sedangkan pada pH < 6 atau > 8,5
hanya bereaksi pada pH ≥ 6.
6. Dalam praktek pH = 0 sangat asam untuk menjadi netral (pH=7), maka dapat diberi basa
(misalnya kapur dengan perhitungan empiris).
7. Dalam praktek pH=4 sangat asam, untuk menjadikan netral maka air perlu diberi basa.
8. pH=4 menunjukkan asam, untuk menjadi netral perlu penambahan basa (misalnya kapur
dengan perhitungan empiris.
9. pH=9 menunjukka cukup basa, agar menjadi netral (pH=7) perlu penambahan asam dengan
perhitungan empiris.
10. CaO (kapur tohor) atau CaCO3 (batu gamping) dapat meninggikan pH.
11. Untuk menurunkan pH dilakukan dengan penambahan tawas.

2.4.1 Air Mengandung Asam


Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga
nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat
dilakukan dengan cara penetralan(netralisasi). Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat
menambahkan Ca(OH)2 ,noda kaustik NaOH, atau soda abu Na2CO3. Kapur padam Ca(OH)2
biasanya tersedia lebih murah dibandingkan senyawa basa lain atau bahkan soda abu Na2CO3,
sehingga menjadi bahan yang paling sering digunakan untuk netralisasi limbah cair asam.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang bersifat asam
adalah NaOH, Ammoni, Na2CO3, CaCO3, dan Ca(OH)2.

Contoh: Reaksi netralisasi limbah yang bersifat asam (mengandung H2SO4)


Reaksi :
H2SO4 + Ca(OH)2 → CaSO4 + 2 H2O

Sebelum proses penetralan dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Kondisi lahan bekas penambangan.


Lokasi bekas penambangan batubara berbentuk cekungan setelah kegiatan penambangan
selesai. Ciri – ciri lokasi bekas penambangan ini adalah sebagai berikut:

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 14


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

1. Mineral sulfida ( pirit ) terkandung pada batuan penutup ( over burden), lapisan atas batubara
dan setelah kegiatan penambangan selesai lapisan batubara disisakan ± 10 cm
( floor batubara ) pada dasar cekungan untuk mendapatkan batubara bersih.
2. Air permukaan terutama berasal dari air hujan dan air dari sekitar lokasi penambangan yang
masuk kedalam cekungan sehingga cekungan berbentuk kolam yang besar.
3. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air yang masuk kedalam cekungan cukup besar
sehingga volume air pada cekungan juga meningkat.
4. Material penutup (over burden ) pada lapisan batubara di daerah penambangan adalah
jenis mudstone, batupasir, dan batu lempung.

b. Proses terbentuknya air asam tambang pada daerah bekas penambangan. Terbentuknya air
asam tambang karena adanya reaksi kimia antara tiga komponen utama pembentuk air asam
tambang, yaitu : lapisan roof / floorbatubara serta batuan penutup ( over burden ) yang
mengandung mineral sulfida, air, dan oksigen.

Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia diantaranya seperti Limestone (Calcium
Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash
Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.
1. Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh
tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam.Penggunaan limestone
merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-bahan
kimia.Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang
rendah dan limestone terlapisi.
2. Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air
asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan keadaan acidity
yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu lama pencampuran diperlukan
untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai batasan
keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk
mengubah logam seperti mangan.

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 15


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

3. Caustic Soda (Sodium Hydroxide)


Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh (tidak
mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah.Caustic menaikkan pH air dengan
sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan mangan merupakan suatu
masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic ke
dalam air asam, karena kelarutannya akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari
penggunaan cairan caustic untuk penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam
penanganannya.Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.
4. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang rendah.
Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah kotak atau
tong dengan air masuk dan buangan.
5. Anhydrous Ammoni
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk
mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam atau
kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan
pH.Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat
bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan
dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan.
Ammonia efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang bersifat asam adalah
NaOH, Amomonia. Na2CO3, CaCO3, dan Ca(OH)2.

2.4.2 Air Mengandung Basa


Banyak bahan asam kuat yang efektif digunakan untuk menetralkan air limbah yang bersifat
basa, seperti menambahkan dapat menambahkan H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4, atau CO2 yang
bersumber dari flue gas.Asap gas yang terdri dari 14% CO2 dapat digunakan untuk netralisasi
dengan melewatkan gelembung-gelembung gas melalui air limbah CO2 ini terbentuk dari
carbonik acid yang mana dapat bereaksi dengan basa. Reaksi ini lambat tapi cukup untuk
mendapatkan pH antara 7 hingga 8. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan spray tower.
a. Adapun beberapa sistem yang digunakan untuk bangunan netralisasi ini adalah Sistem
Batch, yang digunakan untuk aliran air limbah hingga 380 m3/hari

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 16


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

b. Sistem continouse, dengan pH control dimana dibutuhkan udara untuk pengadukan dengan
minimum aliran air 1-3 ft3/mm, ft2 atau 0,3-0,9 m3/mm, m2 pada kedalaman 9 ft (2,7 m).
c. Sistem pengadukan mekanis, dimana daya yang digunakan 0,2-0,4 hp/thausand gal ( 0,04 -
0,08 kW/m3 )
Netralisasi limbah cair yg bersifat basa dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4,
HCI, atau dengan CO2. Biasanya jika sumber CO2 tidak tersedia, netralisasi dilakukan dengan
H2SO4,.Karena hargaH2SO4yang lebih murah dibandingkan HCI. Reaksi dengan asam mineral
berlangsung cepat, sehingga perlu digunakan tangki berpengaduk yang dilengkapi sensor pH
untuk mengendalikan laju pemasukan asam.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang bersifat basa adalah
ialah H2SO4, HCI, SO2, HNO3, danH3O4
Contoh Reaksi netralisasi limbah yang bersifat basa (mengandung NaOH)
Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl +H2O
2.4.3 Air Mengandung Besi dan Mangan
Baik besi maupun mangan, dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam
bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk kolloid atau dalam keadaan
bergabung dengan senyawa organik. Oleh karena itu cara pengolahannyapun harus disesuaikan
dengan bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Ada beberapa cara untuk
menghilangkan zat besi dan mangan dalam air salah satu diantarannya yakni dengan cara
oksidasi, dengan cara koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran ion, cara filtrasi kontak,
proses soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan cara lainnya.
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan tiga macam
cara yakni oksidasi dengan udara atau aerasi, oksidasi dengan khlorine (khlorinasi) dan oksidasi
dengan kalium permanganat. Selain dengan cara oksidasi, penghilangan senyawa besi dan
mangan dalam air yang umum digunakan khususnya untuk skala rumah tangga yakni dengan
mengalirkan ke suatu filter dengan media mangan zeolit.

2.5 Bahan Kimia yg digunakan dalam Pengolahan Air Minum


2.5.1 Zeolit
Zeolit juga baik untuk pasir dan karbon aktif berdasarkan pada kapasitas perubahan kationnya
yang tinggi. Pasir dan karbon aktif tidak sama dengan zeolit untuk kapasitas perubahan kation.
Zeolit juga dapat menyerap metal berat, bau, kopi, darah, cat, sampah radioaktif, arsenik, dan

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 17


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

bahan – bahan beracun lain yang dapat ditemukan di air. Zeolit juga dapat menyerap beberapa
bagian gas seperti formaldehyde, kloroform, dan karbon monoksida. Partikel zeolit juga
berperan sebagai bibit untuk menumbuhkan flok bakteri dengan menambah pergerakan bakteri
tiap volume unit. Keuntungan menggunakan zeolit dalam system penyaringan fisik, antara lain:
1. Dapat membuat air yang berada dalam kondisi pH asam menjadi lebih netral berdasarkan
kapasitas perubahan kationnya yang besar
2. Menambah laju aliran secara gravitasi dan sistem pengatur tekanan apabila dibandingkan
dengan system penyaring yang menggunakan media pasir/antrasit
3. Kapasitas penyaringan dapat bertambah tanpa adanya penambahan biaya
4. Kapasitas pengangkutan yang lebih besar pada permukaan wilayah yang besar menghasilkan
kapasitas yang lebih besar juga

5. Zeolit dapat berfungsi sebagai perisai penyaringan fisik untuk bakteri patogen (bakteri dan
spora) (Syauqiah, 2017).

2.5.2 Karbon Aktif


Karbon berpori atau lebih dikenal dengan nama karbon aktif, digunakan sebagai adsorben untuk
menghilangkan warna, pengolahan limbah, serta pemurnian air. Karbon aktif akan membentuk
amorf yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas dan memiliki permukaan dalam yang
berongga, warna hitam, tidak berbau, tidak berasa, dan mempunyai daya serap yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan karbon yang belum menjalani proses aktivasi. Karbon aktif
merupakan senyawa karbon, yang dapat dihasilkan dari bahan - bahan yang mengandung
karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan
yang lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat
sebagai adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori - pori dan luas
permukaan (Syauqiah dkk, 2017).

2.6 Proses Pengolahan Air Bersih


2.6.1 Intake
Intake adalah konstruksi yang dibangun di sumber air baku untuk mengambil sejumlah air yang
direncanakan. Beberapa lokasi intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake danau ,waduk,

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 18


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

dan intake air tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake, intake crib, intake pipe
atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dalam (Haq, 2018).

Gambar 2.1 Intake


Sumber: Haq, 2018

2.6.2 Koagulasi
Koagulasi adalah proses kimia fisik dari pencampuran bahan kimia ke dalam aliran air dan
selanjutnya diaduk secara cepat dalam bentuk larutan tercampur. Pada proses koagulasi, air dari
bak penampungan dipompakan ke bak koagulasi dan diaduk cepat dengan koagulan. Koagulan
adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan menetralkan muatan koloid dan mengikat
partikel tersebut sehingga membentuk flok atau gumpalan. Beberapa jenis koagulan dalam
praktek pengolahan air, antara lain alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14,3H2O), ferri klorida
(FeCl3/FeCl3.13,1H2O/FeCl3.6H2O), ferri sulfat (Fe2(SO4)3.9H2O/ Fe2(SO4)3.36,9H2O), dan
ferro sulfat (FeSO4.7H2O). Koagulan yang banyak digunakan adalah koagulan anorganik dan
koagulan organik. Alumunium sulfat dan Poly Alumunium Chloride (PAC) merupakan
koagulan anorganik dengan produksi terbanyak. Alumunium sulfat biasanya disebut juga
sebagai tawas. Bahan ini banyak dipakai, karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat.
Bahan ini paling ekonomis (murah) dan mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan.
Penambahan koagulan ke dalam air baku diikuti dengan pengadukan cepat yang bertujuan
untuk mencampur antara koagulan dengan koloid. Pengadukan dapat dilakukan dengan
menggunakan mixer dan dapat juga dilakukan dengan hidrolis sekat atau terjunan (Haq, 2018).

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 19


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Mekanis Hidrolis

(Pneumatis)
Gambar 2.2 Koagulasi
Sumber: Haq, 2018

2.6.3 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penambahan flokulan pada pengadukan lambat untuk meningkatkan
saling hubung antar partikrl yang goyah, sehingga meningkatkan penyatuannya (algomerasi).
Flokulasi dapat dilakukan dengan cara pengadukan hidrolis, mekanik, dan pneumatik (Haq,
2018).

(Mekanis) (Hidrolisis)

Gambar 2.3 Flokulasi


Sumber: Haq, 2018

2.6.4 Sedimentasi

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 20


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Bak pengendap atau bak sedimentasi berperan dalam memisahkan partikel tersuspensi (TSS)
dari air limbah melalui pengendapan secara gravitasi. Ketika air limbah mengandung suspended
solid masuk ke bak sedimentasi, padatan-padatan dengan berat jenis lebih kecil dari air akan
mengapung ke permukaan air. Bentuk bangunan sedimentasi secara umum berupa (Haq, 2018):
a. Segi Empat (Rectangular)
Air baku mengalir secara horizontal dari inlet menuju outlet. Partikel flokulen yang terbentuk
diharapkan mengendap secara gravitasi ke settling zone.
b. Lingkaran (Circular)
Air baku masuk melalui bagian tengah lingkaran dan secara horizontal menuju ke outlet di
bagian keliling lingkaran. Partikel flokulen yang terbentuk mengendap secara gravitasi ke
bawah.

Gambar 2.4 Bak Sedimentasi


Sumber: Haq, 2018

2.6.5 Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi melalui media pasir. Proses yang terjadi
selama penyaringan adalah pengayakan, flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan
proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat dan saringan pasir lambat. Pada proses pengolahan secara filtrasi, terjadi masa
pencucian ulang filter (backwash) dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan air bersih
sebanyak 50 m dalam sekali pencucian. Pencucian tersebut dilakukan apabila kemampuan filter
dalam menyaring polutan yang ada memiliki efisiensi yang rendah dan media filtrasi
mengalami titik jenuh (Haq, 2018).

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 21


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Gambar 2.5 Filtrasi


Sumber: Haq, 2018

2.6.6 Desinfeksi
Desinfeksi adalah memusnahkan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit.
Desinfeksi merupakan benteng manusia terhadap paparan mikroorganisme patogen penyebab
penyakit, termasuk di dalamnya virus, bakteri, dan protozoa parasit. Desinfeksi yang sering
digunakan adalah dengan klorinasi menggunakan gas klor. Klorinasi adalah proses untuk
pengaman terhadap mikroorganisme patogen (Haq, 2018).

2.6.6 Reservoir

Air yang telah melalui proses pengolahan ditampung dalam suatu reservoir sebelum
didistribusikan ke konsumen. Kapasitas efektif reservoir adalah mampu menampung air yang
diproduksi selama minimum satu jam. Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk
meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Mengutip dalam tulisan
Smaradhana et al (2016), dalam prakteknya air akan diolah dari sumber air baku kemudian
menuju transmisi air baku, setelah itu dilakukan prasedimentasi dan dilakukan pengolahan
dengan instalasi air baku yang ditetapkan, kemudian disimpan di dalam reservoir lalu
didistribusikan kepada pelanggan. Pengerjaan awal akan dilakukan dengan merancang desain
teknis bangunan pengolahan air bersih serta menghitung biaya investasi pembangunan dan
biaya operasional yang akan dikeluarkan. Kapasitas reservoir dapat langsung dihitung dengan
memperkirakannya sebesar 15%-20% dari debit rata-rata (Haq, 2018).

2.7 Alternatif Pengolahan Air Minum


Air baku yang berasal dari sumbernya yaitu air hujan, air dalam tanah atau air permukaan
mempunyai kekeruhan yang berubah-ubah dan dapat tercemar oleh zat-zat kimia dan organisme
penyebab penyakit. Oleh karena itu diperlukan suatu pengolahan untuk menghilangkan
kekeruhan, zat-zat kimia dan organisme tersebut sehingga memenuhi persyaratan air minum
(Qasim, Motley, & Zhu, 2000).
Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 22
Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

a. Alternatif 1

AIR KOAGULASI FILTRASI


BAKU FLOKULASI
SEDIMENTASI

AIR MINUM DESINFEKSI

Sumber: Qasim, Motley, & Zhu, 2000.

Alternatif ini digunakan untuk sumber10 air minum yang kadar kekeruhannya rendah (turbidity
≤50 mg/l) dan dapat juga digunakan saringan pasir lambat agar penyaringan lebih terjamin.

b. Alternatif 2

KOAGULASI
AIR PRASEDIMENTASI FLOKULASI
BAKU SEDIMENTASI

AIR MINUM DESINFEKSI FILTRASI


Sumber: Qasim, Motley, & Zhu, 2000.

Alternatif kedua digunakan untuk sumber air minum yang kadar kekeruhannya tinggi (turbidity
≥50 mg/l) dan memerlukan penambahan zat kimia untuk mendapatkan proses pengendapan
yang lebih cepat dan lebih sempurna, sehingga umumnyadigunakan saringan pasir cepat.

c. Alternatif 3
PENGADUKAN
KAPORIT KAPUR

AERASI
AIR NETRALISASI PH
BAKU

KOAGULASI
AIR MINUM FILTRASI FLOKULASI
SEDIMENTASI

Sumber: Qasim, Motley, & Zhu, 2000.

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 23


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Alternatif ketiga digunakan untuk sumber air minum yang tingkat kekeruhannya memiliki sifat
temporer yang memiliki zat kimia berlebih, dan berbagai mikroorganisme didalamnya.Pada
alternatif pengolahan ini pembubuhan koagulan dilakukan hanya pada saat kekeruhan tinggi.

2.8 Rencana Desain


2.8.1 Bangunan Penangkap Air (Intake)
Intake merupakan bangunan penangkap atau pengumpul air baku dari suatu sumber sehingga
air baku tersebut dapat dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya diolah.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan Intake adalah (Mursalim dkk, 2017):
Qmasuk = Qkeluar ................................................................................................................ (2.1)
V1.A1 = V2.A2 .................................................................................................................... (2.2)
Dimana :
Qmasuk = debit aliran masuk
Qkeluar = debit aliran keluar

Q = 𝑣 𝑡............................................................................................................................................................ (2.3)
Dimana:
Q = debit (cm3 /dtk)
V = Volume air yang keluar pada inlet (cm3)
t = waktu yang dibutuhkan (detik).

Tekanan dalam aliran dapat dihiung dengan rumus


𝑃/𝛾 = h .................................................................................................................................. (2.4)
𝑃 = 𝛾 . ℎ ................................................................................................................................ (2.5)
Dengan 𝛾 = 9810 𝑁/𝑚3

2.8.2 Koagulasi dan Flokulasi


2.8.2.1 Koagulasi
Koagulasi adalah proses kimia fisik dari pencampuran bahan kimia ke dalam aliran air dan
selanjutnya diaduk secara cepat dalam bentuk larutan tercampur.

Adapun persamaan yang digunakan untuk Koagulasi adalah (Haq, 2018):


Dimensi Koagulasi Tipe Hidrolis dengan Jenis Pengaduk Statis
𝑃 = 𝑃𝑑 + 𝑃𝑙.................................................................................................................................................. (2.6)
Dimana
Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 24
Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

P = Panjang Total Bak Koagulasi (m)


Pd = Panjang Terjunan (m)
Pl = Panjang Loncatan (m).

𝑉
L= .............................................................................................................................. (2.7)
𝑃 𝑥 𝑦2

Dimana
L = Panjang Total Bak Koagulasi (m)
V = Volume Bak (m3)
P = Panjang Total Bak Koagulasi (m)
y2 = Tinggi Air di Titik 2 Setelah Terjunan (m).

𝑉0
𝑃𝑝 = ........................................................................................................................... (2.8)
𝐿 𝑥 𝐻𝑛

Dimana
Pp = Panjang Bak Penampung (m)
Hn = Tinggi Air di Ambang (m)
Vo = Volume Asumsi Bak Penampung (m).

2.8.2.2 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penambahan flokulan pada pengadukan lambat untuk meningkatkan
saling hubung antar partikrl yang goyah, sehingga meningkatkan penyatuannya (algomerasi).
Flokulasi dapat dilakukan dengan cara pengadukan hidrolis, mekanik, dan pneumatik (Haq,
2018).

Adapun beberapa persmaan untuk Flokulasi yang digunakan adalah sebagai berikut (Haq,
2018) :
Flokulasi Tipe Hidrolis dengan Jenis Pengaduk Statis
V = Q x Td ............................................................................................................................ (2.9)
Dimana
V = Volume Bak (m3).
Td = Waktu Detensi atau waktu tinggal (detik)
Q = Debit Air (m3/detik).

𝑉
𝐴= ............................................................................................................................. (2.10)
𝐻 𝐴𝑖𝑟

Dimana

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 25


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

A = Luas Penampang Bak (m2)


V = Volume Bak (m3)
H = Kedalaman Air Asumsi (m).

A = P x L ............................................................................................................................ (2.11)
Dimana
A = Luas Penampang Bak (m2)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).

𝑈 𝑥 𝑡𝑑 𝑥 𝐺
ℎ= ........................................................................................................................ (2.12)
𝑔

Dimana
U = Nilai dari µ/𝜌 (m2/detik)
g = Gravitasi (m3/detik)
G = Nilai Gradien (kecepatan/detik).

2.8.3 Sedimentasi
Bak pengendap atau bak sedimentasi berperan dalam memisahkan partikel tersuspensi (TSS)
dari air limbah melalui pengendapan secara gravitasi. Ketika air limbah mengandung suspended
solid masuk ke bak sedimentasi, padatan-padatan dengan berat jenis lebih kecil dari air akan
mengapung ke permukaan air (Kurniawan, 2015).

Rumus–rumus dan kriteria desain yang digunakan dalam perhitungan sedimentasi, yaitu:
a) Rasio Panjang-Lebar Bak (SNI 6773-2008)
Rumus Rasio = 𝑃/𝐿 ....................................................................................................... (2.13)

Dimana:
P = Panjang Bak
L = Lebar Bak

Pengendapan kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi pengendapan diskrit
(kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zona, dan pengendapan
kompresi/tertekan. Jenis bak pengendap adalah bak pengendap aliran batch dan bak pengendap
aliran kontinu. Uniformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh.

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 26


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Oleh sebab itu, bilangan Fraude yang menggambarkan tingkat uniformitas aliran dan turbulensi
aliran yang digambarkan oleh bilangan Reynold harus memenuhi kriteria yaitu bilangan Fraude
Fr>10 dan bilangan Reynold Re < 2000 (Haq, 2018).

Tabel 2.3 Kriteria Perencanaan Unit Sedimentasi (Pengendap)


Bak Persegi Aliran Bak
Bak Persegi Vertikal Bundar Bak Bundar
Kriteria Umum (Aliran (Menggunakan (Aliran (Kontak Clarifier
Horizontal) Pelat/Tabung Vertikal – Padatan)
Pengendap) Radial)
Beban Permukaan
0,8 – 2,5 3,8 – 7,5*) 1,3 – 1,9 2–3 0,5 – 1,0
(m3/m2/jam)
Kedalaman (m) 3–6 3–6 3–5 3–6 0,5 – 1,0
Waktu Tinggal (jam) 1,5 – 3 0,07**) 1–3 1–2 2 – 2,5
Lebar/Panjang > 1,5 – – – –
Kemiringan Dasar
45° – 60° 45° – 60° 45° – 60° > 60° 45° – 60°
Bak (Tanpa Scraper)
Beban Pelimpah
< 11 < 11 3,8 – 15 7 – 15 7,2 – 10
(m3/m/jam)
Bilangan Reynold < 2000 < 2000 – – < 2000
Kecepatan pada
Pelat/Tabung – Max 0,15 – – –
Pengendap (m/menit)
Bilangan Fraude > 10-5 > 10-5 – – > 10-5
Kecepatan Vertikal
– – – <1 <1
(cm/menit)
3 – 5% dari
Sirkulasi Lumpur – – – –
input
Periode Antar
12 –
Pengurasan Lumpur 12 – 24 8 – 24 12 – 24 Kontinyu
24***)
(jam)
Kemiringan
30°/60 30°/60 30°/60 30°/60 30°/60°
Tube/Plate
Sumber: SNI 6774:2008
Keterangan:
*) luas bak yang ditutupi oleh pelat/tabung pengendap
**) waktu retensi pada pelat/tabung pengendap
***) pembuangan lumpur sebagian
Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 27
Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

Adapun beberapa persmaan untuk Sedimentasi yang digunakan adalah sebagai berikut (Haq,
2018) :
𝐴 = 𝑄/𝑆𝐿 .................................................................................................................................................. (2.14)
Dimana
A = Luas Bak Pengendapan (m2)
SL = Surface Loading (m/detik)
Q = Debit Air (m3/detik).

A = P x L ............................................................................................................................ (2.15)
Dimana
A = Luas Penampang Bak (m2)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).

Pb = 15% x P ...................................................................................................................... (2.16)


Dimana
Pb = Panjang Bak Inlet (m)
P = Panjang Bak Total (m).

∑ Sisi Sejajar = (Lp x 2) / H Lumpur ................................................................................. (2.17)


Dimana
Lp = Luas Ruang Lumpur (m2)
H = Tinggi Lumpur (m).

Po = Do+Ds ........................................................................................................................ (2.18)


Dimana
Po = Panjang Bak Outlet (m)
Do = Diameter Pipa Outlet (m)
Ds = Jarak Pipa ke Bak (m).

2.8.4 Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi melalui media pasir. Proses yang terjadi
selama penyaringan adalah pengayakan, flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan
proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat dan saringan pasir lambat. Pada proses pengolahan secara filtrasi, terjadi masa

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 28


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

pencucian ulang filter (backwash) dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan air bersih
sebanyak 50 m dalam sekali pencucian. Pencucian tersebut dilakukan apabila kemampuan filter
dalam menyaring polutan yang ada memiliki efisiensi yang rendah dan media filtrasi
mengalami titik jenuh (Haq, 2018).

Tabel 2.4 Karakterisitik Media Filter


Ukuran
Berat Jenis Porositas
Efektif
Material Bentuk Spheritas
(%) Mm
Relatif
Pasir silika Rounded 0,82 2,65 42 0,4 – 1,0
Pasir silika Angular 0,73 2,65 43 0,4 – 1,0
Pasir otawa Spherical 0,95 2,65 40 0,4 – 1,0
Kerikil silika Rounded 2,65 40 1,0 – 5,0
Garnhet 3,1 – 4,3 0,2 – 0,4
Anthrasit Angular 0,72 1,50 – 1,75 55 0,4 – 1,4
Plastik Bisa dipilih sesuai kebutuhan
Sumber: SNI 6773:2008

Adapun beberapa persamaan untuk Filtrasi adalah sebagai berikut (Haq, 2018):
N = 12 x Q0.5 ...................................................................................................................... (2.19)
Dimana
N = Jumlah Bak Filtrasi
Q = Debit Air Masuk (m3/detik).

𝐴𝑓𝑡 = 𝑄/𝑉𝑓 ............................................................................................................................................. (2.20)


Dimana
Aft = Luas Filtrasi (m2)
Vf = Kecepatan Filter (m/detik).

A = P x L ............................................................................................................................ (2.21)
Dimana
A = Luas Penampang Bak (m2)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 29


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)

2.8.6 Reservoir
Air yang telah melalui proses pengolahan ditampung dalam suatu reservoir sebelum
didistribusikan ke konsumen. Kapasitas efektif reservoir adalah mampu menampung air yang
diproduksi selama minimum satu jam. Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk
meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Mengutip dalam tulisan
Smaradhana et al (2016), dalam prakteknya air akan diolah dari sumber air baku kemudian
menuju transmisi air baku, setelah itu dilakukan prasedimentasi dan dilakukan pengolahan
dengan instalasi air baku yang ditetapkan, kemudian disimpan di dalam reservoir lalu
didistribusikan kepada pelanggan. Pengerjaan awal akan dilakukan dengan merancang desain
teknis bangunan pengolahan air bersih serta menghitung biaya investasi pembangunan dan
biaya operasional yang akan dikeluarkan. Kapasitas reservoir dapat langsung dihitung dengan
memperkirakannya sebesar 15%-20% dari debit rata-rata (Haq, 2018).

Adapun beberapa persmaan untuk Filtrasi adalah sebagai berikut (Haq, 2018):
V = P x L x H .................................................................................................................... (2.22)
Dimana
V = Volume Reservoir (m3)
H = Kedalaman (m)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).

2.9 Parameter Uji


Secara umum parameter kualitas lingkungan dikelompokan menjadi parameter primer dan
sekunder. Parameter primer adalah senyawa kimia yang masuk kedalam lingkungan tanpa
bereaksi dengan senyawa lain, seperti pestisida dan logam berat. Parameter sekunder adalah
parameter yang terbentuk akibat adanya interaksi, transformasi, atau reaksi kimia antar
parameter primer menjadi senyawa lain. Parameter perairan yang diamati untuk memantau
kualitas perairan biasanya mencakup parameter fisik, kimia, dan biologi, seperti suhu, daya
hantar listrik, pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen kimiawi (COD), kebutuhan
oksigen biologis (BOD), dan senyawa anion dan kation yang dominan. TSS dan TDS termasuk
parameter fisik, sedangkan DO, COD adalah parameter kimia, dan BOD adalah parameter
biologis (Windusari dan Sari, 2015).

Regina Cahyani Manihuruk (160407063) II - 30


Jennifer Beatrix Maria M (160407015)
Saryulis Auliahadi (160407080)

Anda mungkin juga menyukai