TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sebagian besar tubuh
manusia terdiri dari air. Air yang dibutuhkan manusia meliputi air layak pakai yang bersih dan
sehat untuk keperluan memasak, mencuci, dan mandi serta air yang layak konsumsi untuk
keperluan minum. Menurut perhitungan WHO di Negara-negara maju tiap orang memerlukan
air antara 60120 liter per hari. Sedangkan di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. (Walangitan et all ,2016).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan
oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. (Sumiharni et all, 2009)
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah - wadah air termasuk sumber daya alam non hayati
yang terkandung di dalamnya serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (PP
Republik Indonesia No. 82 thn 2001).
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah mikrobiologi; kimia fisika dan radio aktif
(Walangitan et all, 2016).
Pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat saat ini sangat bervariasi. Di kota besar, dalam
hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam
kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. Akan tetapi kelamaan
masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain yaitu air
minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang (DAMIU). Keberadaan produk yang
dihasilkan oleh DAMIU disambut baik oleh masyarakat, hal ini menunjukkan upaya
mewujudkan masyarakat sehat karena memperluas jangkauan air bersih, namun saat ini
DAMIU menjadi cenderung bermasalah ketika dihadapkan dengan kepentingan bisnis, tak
jarang para pengusaha dan pengelola/penjamah DAMIU lalai dalam berbagai aspek baik itu
kebersihan bengunan dan alat, perawatan alat, maupun kebersihan diri penjamah tersebut.
Tugas Besar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum (RTL 3238)
Sehingga seringkali kualitas dari air minum yang dihasilkan tidak layak konsumsi (Walangitan
et all,2016).
air permukaan akan berada tergantung daerah pengaliran air permukaan. Macam-macam air
permukaan antara lain :
a. Air Sungai
Dalam penggunannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang
sempurna, mengingat bahwa air mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Air sungai
merupakan penampungan dari berbagai jenis limbah yang terdapat disekitarnya baik itu
limbah domestik maupun limbah industri. Sungai yang telah tercemar oleh limbah industri
yang berat akan sulit diolah serta membutuhkan proses yang lebih kompleks.
b. Air Rawa
Pada umumnya air rawa berwarna, karena adanya zat-zat organik yang telah membusuk.
Dengan banyaknya zat organik menyebabkan kadar O2 yang terlarut dalam air sedikit
sehingga kadar Fe dan Mn yang terlarut dalam air menjadi tinggi. Pada permukaan air ini akan
tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2, maka untuk mengambil air ini
sebaiknya pada bagian tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn serta lumut tidak ter bawa.
4. Air Tanah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
(Undang-undang RI No. 7, 2004) Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke pemukaan
bumi lalu meresap ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses
yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air
tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah terbagi atas :
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan sebagian bakteri sehingga air tanah ini akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat-zat kimia karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Pengotoran
juga masih terus berlangsung terutama pada permukaan air yang dekat permukaan tanah.
Air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Untuk mengambil air ini
diperlukan bor karena kedalamannya berkisar antara 100-300 meter. Jika tekanan air tanah
ini besar maka air akan menyembur 7 kepermukaan sumur. Sumur ini disebut sumur atesis.
Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya maka diperlukan pompa.
c. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang
berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruhi oleh musim dan kuantitas serta
memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam.
I. PARAMETER WAJIB
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1. Parameter berhubungan langsung dengan
kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E.Coli Jumlah per 100 0
ml sampel
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 0
ml sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Flourida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit, (Sebagai NO2-) mg/l 3
6) Nitrat (Sebagai NO3-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
1) Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6) Suhu ˚C Suhu udara ± 3
2) Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0,3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6) pH 6,5 – 8,5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1,5
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/l 0,001
Antimon mg/l 0,02
Barium mg/l 0,7
Boron mg/l 0,5
Molybdenum mg/l 0,07
Nikel mg/l 0,07
Nikel mg/l 0,07
Sodium mg/l 200
Timbal mg/l 0,01
Uranium mg/l 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
Deterjen mg/l 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethene mg/l 0,04
Trichloroethene mg/l 0,02
Tertrachloroethene mg/l 0,04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/l 0,01
Toluene mg/l 0,7
Xylenes mg/l 0,5
Ethylbenzene mg/l 0,3
Styrene mg/l 0,02
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/l 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/l 0,3
Lain-Lain
Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/l 0,008
Acrylamide mg/l 0,0005
Epichlorohydrin mg/l 0,0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
Ethylenediminetetraacetic acid (EDTA) mg/l 0,6
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2
c. Pestisida
Alachlor mg/l 0,02
Aldicarb mg/l 0,01
Aldrin dan dieldrin mg/l 0,00003
Atrazine mg/l 0,002
Kadar maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Carbofuran mg/l 0,007
Chlordane mg/l 0,0002
Chlorotoluron mg/l 0,03
DDT mg/l 0,001
1,2- Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/l 0,001
2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/l 0,03
1,2 Dichloropropane mg/l 0,04
Isoproturon mg/l 0,009
Lindane mg/l 0,002
MCPA mg/l 0,002
Methoxychlor mg/l 0,02
Metolachlor mg/l 0,01
Molinate mg/l 0,006
Pendimethalin mg/l 0,02
Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009
Permethrin mg/l 0,3
Simazine mg/l 0,002
Trifuralin mg/l 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan
MCPA
2,4-DB mg/l 0,090
Dichloroprop mg/l 0,10
Fenoprop mg/l 0,009
Mecoprop mg/l 0,001
2,4,5-trichlorophenoxyacetic acid mg/l 0,009
Kadar maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Dibromoacetonitrile mg/l 0,07
Cyanogen Chloride (sebagai CN) mg/l 0,07
2. RADIOKATIFITAS
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I I I I
Bagi pengolahan air
minum secara
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
konvensional, Fe < 5
mg/L
Bagi pengolahan air
0,03 0,03 0,03 minum secara
Timbal mg/L 1
konvensional, Pb <
0,1 mg/L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Bagi pengolahan air
minum secara
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
konvensional, Zn < 5
mg/L
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Bagi pengolahan air
minum secara
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
konvensional, NO2N
< 1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Bagi ABAM tidak
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)
dipersyaratkan
Bagi pengolahan air
minum secara
Belerang sebagai
mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) konvensional, S
H2S
sebagai H2S < 0,1
mg/L
MIKROBIOLOGI
Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional, fecal
Fecal coliform Jml/100 mL 100 1000 2000 2000 coliform < 2000
jm/100 mL
dan total coliform ,
10000 jml/10 0mL
Bagi pengolahan air
minum secara
Total coliform Jml/100 mL 1000 5000 10000 10000 konvensional, S
sebagai H2S < 0,1
mg/L
RADIOAKTIVITAS
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan
ug/L 1000 1000 1000 (-)
Lemak
Detergen sebagai
ug/L 200 200 200 (-)
MBAS
Senyawa fenol
ug/L 1 1 1 (-)
sebagai fenol
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
BHC ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor dan
Heptachlor ug/L 18 (-) (-) (-)
epoxide
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug/L 1 4 4
Totaphan ug/L 5 (-) (-) (-)
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001
reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikro organisme patogen tidak mudah berkembang
biak dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
e. Jumlah zat padat terlarut
Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat oorganik, garam anorganik, dan
gas terlarut. Bila TDS bertambah maka keadaan akan naik pula.
f. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik
maupun yang organik. Zat organik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam,
sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri
dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
air yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan
konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air.
2.4 Netralisasi pH
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal. Setelah pH mendekati normal
barulah proses pengolahan dapat dilakukan secara efektif. Tujuan proses netraliisasi adalah
untuk mengontrol kecenderungan air bersih/minum korosif atau membentuk kerak sebelum air
tersebut masuk ke jaringan distribusi. Ketidakstabilan air yang didistribusikan akan
menyebabkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, estetika dan ekonomi.
Proses dan perhitungan neralisasi pH adalah sebagai berikut:
1. pH air secara alami berkisar antara 4-9, tetapi secara teoritis pHnya 0-14. Dimana pH=0
dinamakan sangat asam, dan pH=14 disebut sangat basa sedangkan pH=7 menunjukkan
netral.
2. Ketidak normalan pH air dapat disebabkan oleh pemasukkan asam atau basa.
3. pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat menyebabkan senyawa kimia
berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Pengendapan semua logam akan terjadi pada pH ≥ 8,3dengan rincian Fe pada pH 8-9, dan
Mn pada pH 11.
5. Pada pH 7,0 – 8,5, klorin akan bereaksi efektif (80%), sedangkan pada pH < 6 atau > 8,5
hanya bereaksi pada pH ≥ 6.
6. Dalam praktek pH = 0 sangat asam untuk menjadi netral (pH=7), maka dapat diberi basa
(misalnya kapur dengan perhitungan empiris).
7. Dalam praktek pH=4 sangat asam, untuk menjadikan netral maka air perlu diberi basa.
8. pH=4 menunjukkan asam, untuk menjadi netral perlu penambahan basa (misalnya kapur
dengan perhitungan empiris.
9. pH=9 menunjukka cukup basa, agar menjadi netral (pH=7) perlu penambahan asam dengan
perhitungan empiris.
10. CaO (kapur tohor) atau CaCO3 (batu gamping) dapat meninggikan pH.
11. Untuk menurunkan pH dilakukan dengan penambahan tawas.
Sebelum proses penetralan dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Mineral sulfida ( pirit ) terkandung pada batuan penutup ( over burden), lapisan atas batubara
dan setelah kegiatan penambangan selesai lapisan batubara disisakan ± 10 cm
( floor batubara ) pada dasar cekungan untuk mendapatkan batubara bersih.
2. Air permukaan terutama berasal dari air hujan dan air dari sekitar lokasi penambangan yang
masuk kedalam cekungan sehingga cekungan berbentuk kolam yang besar.
3. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air yang masuk kedalam cekungan cukup besar
sehingga volume air pada cekungan juga meningkat.
4. Material penutup (over burden ) pada lapisan batubara di daerah penambangan adalah
jenis mudstone, batupasir, dan batu lempung.
b. Proses terbentuknya air asam tambang pada daerah bekas penambangan. Terbentuknya air
asam tambang karena adanya reaksi kimia antara tiga komponen utama pembentuk air asam
tambang, yaitu : lapisan roof / floorbatubara serta batuan penutup ( over burden ) yang
mengandung mineral sulfida, air, dan oksigen.
Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia diantaranya seperti Limestone (Calcium
Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash
Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.
1. Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh
tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam.Penggunaan limestone
merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-bahan
kimia.Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang
rendah dan limestone terlapisi.
2. Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air
asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan keadaan acidity
yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu lama pencampuran diperlukan
untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai batasan
keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk
mengubah logam seperti mangan.
b. Sistem continouse, dengan pH control dimana dibutuhkan udara untuk pengadukan dengan
minimum aliran air 1-3 ft3/mm, ft2 atau 0,3-0,9 m3/mm, m2 pada kedalaman 9 ft (2,7 m).
c. Sistem pengadukan mekanis, dimana daya yang digunakan 0,2-0,4 hp/thausand gal ( 0,04 -
0,08 kW/m3 )
Netralisasi limbah cair yg bersifat basa dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4,
HCI, atau dengan CO2. Biasanya jika sumber CO2 tidak tersedia, netralisasi dilakukan dengan
H2SO4,.Karena hargaH2SO4yang lebih murah dibandingkan HCI. Reaksi dengan asam mineral
berlangsung cepat, sehingga perlu digunakan tangki berpengaduk yang dilengkapi sensor pH
untuk mengendalikan laju pemasukan asam.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang bersifat basa adalah
ialah H2SO4, HCI, SO2, HNO3, danH3O4
Contoh Reaksi netralisasi limbah yang bersifat basa (mengandung NaOH)
Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl +H2O
2.4.3 Air Mengandung Besi dan Mangan
Baik besi maupun mangan, dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam
bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk kolloid atau dalam keadaan
bergabung dengan senyawa organik. Oleh karena itu cara pengolahannyapun harus disesuaikan
dengan bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Ada beberapa cara untuk
menghilangkan zat besi dan mangan dalam air salah satu diantarannya yakni dengan cara
oksidasi, dengan cara koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran ion, cara filtrasi kontak,
proses soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan cara lainnya.
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan tiga macam
cara yakni oksidasi dengan udara atau aerasi, oksidasi dengan khlorine (khlorinasi) dan oksidasi
dengan kalium permanganat. Selain dengan cara oksidasi, penghilangan senyawa besi dan
mangan dalam air yang umum digunakan khususnya untuk skala rumah tangga yakni dengan
mengalirkan ke suatu filter dengan media mangan zeolit.
bahan – bahan beracun lain yang dapat ditemukan di air. Zeolit juga dapat menyerap beberapa
bagian gas seperti formaldehyde, kloroform, dan karbon monoksida. Partikel zeolit juga
berperan sebagai bibit untuk menumbuhkan flok bakteri dengan menambah pergerakan bakteri
tiap volume unit. Keuntungan menggunakan zeolit dalam system penyaringan fisik, antara lain:
1. Dapat membuat air yang berada dalam kondisi pH asam menjadi lebih netral berdasarkan
kapasitas perubahan kationnya yang besar
2. Menambah laju aliran secara gravitasi dan sistem pengatur tekanan apabila dibandingkan
dengan system penyaring yang menggunakan media pasir/antrasit
3. Kapasitas penyaringan dapat bertambah tanpa adanya penambahan biaya
4. Kapasitas pengangkutan yang lebih besar pada permukaan wilayah yang besar menghasilkan
kapasitas yang lebih besar juga
5. Zeolit dapat berfungsi sebagai perisai penyaringan fisik untuk bakteri patogen (bakteri dan
spora) (Syauqiah, 2017).
dan intake air tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake, intake crib, intake pipe
atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dalam (Haq, 2018).
2.6.2 Koagulasi
Koagulasi adalah proses kimia fisik dari pencampuran bahan kimia ke dalam aliran air dan
selanjutnya diaduk secara cepat dalam bentuk larutan tercampur. Pada proses koagulasi, air dari
bak penampungan dipompakan ke bak koagulasi dan diaduk cepat dengan koagulan. Koagulan
adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan menetralkan muatan koloid dan mengikat
partikel tersebut sehingga membentuk flok atau gumpalan. Beberapa jenis koagulan dalam
praktek pengolahan air, antara lain alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14,3H2O), ferri klorida
(FeCl3/FeCl3.13,1H2O/FeCl3.6H2O), ferri sulfat (Fe2(SO4)3.9H2O/ Fe2(SO4)3.36,9H2O), dan
ferro sulfat (FeSO4.7H2O). Koagulan yang banyak digunakan adalah koagulan anorganik dan
koagulan organik. Alumunium sulfat dan Poly Alumunium Chloride (PAC) merupakan
koagulan anorganik dengan produksi terbanyak. Alumunium sulfat biasanya disebut juga
sebagai tawas. Bahan ini banyak dipakai, karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat.
Bahan ini paling ekonomis (murah) dan mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan.
Penambahan koagulan ke dalam air baku diikuti dengan pengadukan cepat yang bertujuan
untuk mencampur antara koagulan dengan koloid. Pengadukan dapat dilakukan dengan
menggunakan mixer dan dapat juga dilakukan dengan hidrolis sekat atau terjunan (Haq, 2018).
Mekanis Hidrolis
(Pneumatis)
Gambar 2.2 Koagulasi
Sumber: Haq, 2018
2.6.3 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penambahan flokulan pada pengadukan lambat untuk meningkatkan
saling hubung antar partikrl yang goyah, sehingga meningkatkan penyatuannya (algomerasi).
Flokulasi dapat dilakukan dengan cara pengadukan hidrolis, mekanik, dan pneumatik (Haq,
2018).
(Mekanis) (Hidrolisis)
2.6.4 Sedimentasi
Bak pengendap atau bak sedimentasi berperan dalam memisahkan partikel tersuspensi (TSS)
dari air limbah melalui pengendapan secara gravitasi. Ketika air limbah mengandung suspended
solid masuk ke bak sedimentasi, padatan-padatan dengan berat jenis lebih kecil dari air akan
mengapung ke permukaan air. Bentuk bangunan sedimentasi secara umum berupa (Haq, 2018):
a. Segi Empat (Rectangular)
Air baku mengalir secara horizontal dari inlet menuju outlet. Partikel flokulen yang terbentuk
diharapkan mengendap secara gravitasi ke settling zone.
b. Lingkaran (Circular)
Air baku masuk melalui bagian tengah lingkaran dan secara horizontal menuju ke outlet di
bagian keliling lingkaran. Partikel flokulen yang terbentuk mengendap secara gravitasi ke
bawah.
2.6.5 Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi melalui media pasir. Proses yang terjadi
selama penyaringan adalah pengayakan, flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan
proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat dan saringan pasir lambat. Pada proses pengolahan secara filtrasi, terjadi masa
pencucian ulang filter (backwash) dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan air bersih
sebanyak 50 m dalam sekali pencucian. Pencucian tersebut dilakukan apabila kemampuan filter
dalam menyaring polutan yang ada memiliki efisiensi yang rendah dan media filtrasi
mengalami titik jenuh (Haq, 2018).
2.6.6 Desinfeksi
Desinfeksi adalah memusnahkan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit.
Desinfeksi merupakan benteng manusia terhadap paparan mikroorganisme patogen penyebab
penyakit, termasuk di dalamnya virus, bakteri, dan protozoa parasit. Desinfeksi yang sering
digunakan adalah dengan klorinasi menggunakan gas klor. Klorinasi adalah proses untuk
pengaman terhadap mikroorganisme patogen (Haq, 2018).
2.6.6 Reservoir
Air yang telah melalui proses pengolahan ditampung dalam suatu reservoir sebelum
didistribusikan ke konsumen. Kapasitas efektif reservoir adalah mampu menampung air yang
diproduksi selama minimum satu jam. Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk
meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Mengutip dalam tulisan
Smaradhana et al (2016), dalam prakteknya air akan diolah dari sumber air baku kemudian
menuju transmisi air baku, setelah itu dilakukan prasedimentasi dan dilakukan pengolahan
dengan instalasi air baku yang ditetapkan, kemudian disimpan di dalam reservoir lalu
didistribusikan kepada pelanggan. Pengerjaan awal akan dilakukan dengan merancang desain
teknis bangunan pengolahan air bersih serta menghitung biaya investasi pembangunan dan
biaya operasional yang akan dikeluarkan. Kapasitas reservoir dapat langsung dihitung dengan
memperkirakannya sebesar 15%-20% dari debit rata-rata (Haq, 2018).
a. Alternatif 1
Alternatif ini digunakan untuk sumber10 air minum yang kadar kekeruhannya rendah (turbidity
≤50 mg/l) dan dapat juga digunakan saringan pasir lambat agar penyaringan lebih terjamin.
b. Alternatif 2
KOAGULASI
AIR PRASEDIMENTASI FLOKULASI
BAKU SEDIMENTASI
Alternatif kedua digunakan untuk sumber air minum yang kadar kekeruhannya tinggi (turbidity
≥50 mg/l) dan memerlukan penambahan zat kimia untuk mendapatkan proses pengendapan
yang lebih cepat dan lebih sempurna, sehingga umumnyadigunakan saringan pasir cepat.
c. Alternatif 3
PENGADUKAN
KAPORIT KAPUR
AERASI
AIR NETRALISASI PH
BAKU
KOAGULASI
AIR MINUM FILTRASI FLOKULASI
SEDIMENTASI
Alternatif ketiga digunakan untuk sumber air minum yang tingkat kekeruhannya memiliki sifat
temporer yang memiliki zat kimia berlebih, dan berbagai mikroorganisme didalamnya.Pada
alternatif pengolahan ini pembubuhan koagulan dilakukan hanya pada saat kekeruhan tinggi.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan Intake adalah (Mursalim dkk, 2017):
Qmasuk = Qkeluar ................................................................................................................ (2.1)
V1.A1 = V2.A2 .................................................................................................................... (2.2)
Dimana :
Qmasuk = debit aliran masuk
Qkeluar = debit aliran keluar
Q = 𝑣 𝑡............................................................................................................................................................ (2.3)
Dimana:
Q = debit (cm3 /dtk)
V = Volume air yang keluar pada inlet (cm3)
t = waktu yang dibutuhkan (detik).
𝑉
L= .............................................................................................................................. (2.7)
𝑃 𝑥 𝑦2
Dimana
L = Panjang Total Bak Koagulasi (m)
V = Volume Bak (m3)
P = Panjang Total Bak Koagulasi (m)
y2 = Tinggi Air di Titik 2 Setelah Terjunan (m).
𝑉0
𝑃𝑝 = ........................................................................................................................... (2.8)
𝐿 𝑥 𝐻𝑛
Dimana
Pp = Panjang Bak Penampung (m)
Hn = Tinggi Air di Ambang (m)
Vo = Volume Asumsi Bak Penampung (m).
2.8.2.2 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penambahan flokulan pada pengadukan lambat untuk meningkatkan
saling hubung antar partikrl yang goyah, sehingga meningkatkan penyatuannya (algomerasi).
Flokulasi dapat dilakukan dengan cara pengadukan hidrolis, mekanik, dan pneumatik (Haq,
2018).
Adapun beberapa persmaan untuk Flokulasi yang digunakan adalah sebagai berikut (Haq,
2018) :
Flokulasi Tipe Hidrolis dengan Jenis Pengaduk Statis
V = Q x Td ............................................................................................................................ (2.9)
Dimana
V = Volume Bak (m3).
Td = Waktu Detensi atau waktu tinggal (detik)
Q = Debit Air (m3/detik).
𝑉
𝐴= ............................................................................................................................. (2.10)
𝐻 𝐴𝑖𝑟
Dimana
A = P x L ............................................................................................................................ (2.11)
Dimana
A = Luas Penampang Bak (m2)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).
𝑈 𝑥 𝑡𝑑 𝑥 𝐺
ℎ= ........................................................................................................................ (2.12)
𝑔
Dimana
U = Nilai dari µ/𝜌 (m2/detik)
g = Gravitasi (m3/detik)
G = Nilai Gradien (kecepatan/detik).
2.8.3 Sedimentasi
Bak pengendap atau bak sedimentasi berperan dalam memisahkan partikel tersuspensi (TSS)
dari air limbah melalui pengendapan secara gravitasi. Ketika air limbah mengandung suspended
solid masuk ke bak sedimentasi, padatan-padatan dengan berat jenis lebih kecil dari air akan
mengapung ke permukaan air (Kurniawan, 2015).
Rumus–rumus dan kriteria desain yang digunakan dalam perhitungan sedimentasi, yaitu:
a) Rasio Panjang-Lebar Bak (SNI 6773-2008)
Rumus Rasio = 𝑃/𝐿 ....................................................................................................... (2.13)
Dimana:
P = Panjang Bak
L = Lebar Bak
Pengendapan kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi pengendapan diskrit
(kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zona, dan pengendapan
kompresi/tertekan. Jenis bak pengendap adalah bak pengendap aliran batch dan bak pengendap
aliran kontinu. Uniformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh.
Oleh sebab itu, bilangan Fraude yang menggambarkan tingkat uniformitas aliran dan turbulensi
aliran yang digambarkan oleh bilangan Reynold harus memenuhi kriteria yaitu bilangan Fraude
Fr>10 dan bilangan Reynold Re < 2000 (Haq, 2018).
Adapun beberapa persmaan untuk Sedimentasi yang digunakan adalah sebagai berikut (Haq,
2018) :
𝐴 = 𝑄/𝑆𝐿 .................................................................................................................................................. (2.14)
Dimana
A = Luas Bak Pengendapan (m2)
SL = Surface Loading (m/detik)
Q = Debit Air (m3/detik).
A = P x L ............................................................................................................................ (2.15)
Dimana
A = Luas Penampang Bak (m2)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).
2.8.4 Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi melalui media pasir. Proses yang terjadi
selama penyaringan adalah pengayakan, flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan
proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat dan saringan pasir lambat. Pada proses pengolahan secara filtrasi, terjadi masa
pencucian ulang filter (backwash) dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan air bersih
sebanyak 50 m dalam sekali pencucian. Pencucian tersebut dilakukan apabila kemampuan filter
dalam menyaring polutan yang ada memiliki efisiensi yang rendah dan media filtrasi
mengalami titik jenuh (Haq, 2018).
Adapun beberapa persamaan untuk Filtrasi adalah sebagai berikut (Haq, 2018):
N = 12 x Q0.5 ...................................................................................................................... (2.19)
Dimana
N = Jumlah Bak Filtrasi
Q = Debit Air Masuk (m3/detik).
A = P x L ............................................................................................................................ (2.21)
Dimana
A = Luas Penampang Bak (m2)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).
2.8.6 Reservoir
Air yang telah melalui proses pengolahan ditampung dalam suatu reservoir sebelum
didistribusikan ke konsumen. Kapasitas efektif reservoir adalah mampu menampung air yang
diproduksi selama minimum satu jam. Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk
meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Mengutip dalam tulisan
Smaradhana et al (2016), dalam prakteknya air akan diolah dari sumber air baku kemudian
menuju transmisi air baku, setelah itu dilakukan prasedimentasi dan dilakukan pengolahan
dengan instalasi air baku yang ditetapkan, kemudian disimpan di dalam reservoir lalu
didistribusikan kepada pelanggan. Pengerjaan awal akan dilakukan dengan merancang desain
teknis bangunan pengolahan air bersih serta menghitung biaya investasi pembangunan dan
biaya operasional yang akan dikeluarkan. Kapasitas reservoir dapat langsung dihitung dengan
memperkirakannya sebesar 15%-20% dari debit rata-rata (Haq, 2018).
Adapun beberapa persmaan untuk Filtrasi adalah sebagai berikut (Haq, 2018):
V = P x L x H .................................................................................................................... (2.22)
Dimana
V = Volume Reservoir (m3)
H = Kedalaman (m)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m).