Anda di halaman 1dari 6

1.3.5.

Penyimpanan B3
Tempat Penyimpanan B3 wajib memenuhi persyaratan lokasi dan
konstruksi bangunan (Pasal 18 ayat 2). Selain itu, setiap tempat
Penyimpanan B3 juga wajib diberikan simbol dan label (Pasal 18 ayat 1).
Tempat Penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan adalah sesuatu tempat
tersendiri yang dirancang sesuai dengan karakteristik B3 yang disimpan.
Misalnya, B3 yang reaktif (reduktor kuat) tidak dapat dicampur dengan asam
mineral pengoksidasi karena dapat menimbulkan panas, gas beracun, dan
api. Atau dengan kata lain, kesesuaian (compatibility) dari setiap
karakteristik B3 harus menjadi perhatian penting.
Tempat Penyimpanan B3 juga harus dapat menampung jumlah B3 yang
akan dihasilkan dan/atau disimpan. Tempat Penyimpanan dapat dibangun
secara khusus, atau (jika jumlah B3 yang disimpan tidak terlalu banyak)
dapat diadakan dengan membeli kompartemen yang khusus dirancang
sebagai tempat Penyimpanan, seperti ditunjukkan Gambar 8. Hal-hal
penting yang harus menjadi perhatian dari tempat Penyimpanan B3
adalah seperti dicontohkan pada Gambar 9, yaitu:

23
1. Bangunan/tempat penyimpanan tahan api dan kondisi cuaca (tidak
mudah rusak karena perubahan cuaca).
2. Tersedia ventilasi yang memadai untuk sirkulasi udara dan juga
mengeluarkan uap yang mungkin dihasilkan dari B3 yang disimpan.
3. Tersedia rak yang kuat untuk menghindari penyimpanan dengan
menumpuk wadah B3 secara langsung.
4. Tempatkan B3 pada wadah aslinya, jangan dipindahkan ke wadah lain.
5. Tempatkan B3 secara terpisah sesuai dengan karakteristik B3
6. Tersedia alat pemadam kebakaran api ringan (APAR), P3K, dan Alat
Pelindung Diri (APD) yang sesuai
7. Dapat dikunci dengan memadai
8. Tersedia penampung tumpahan terbuat dari beton atau bahan lainnya
9. Tersedia alat pembersih ceceran (spill kit)
10. Tersedia prosedur tanggap darurat lengkap dengan nomor kontak darurat
dan lembar keselamatan

Gambar 8. Kompartemen khusus Penyimpanan B3


(Sumber: http://securallbuildings.com/hazmat_models.asp diakses pada 9 Januari 2021)

24
Gambar 9. Hal penting pada tempat Penyimpanan B3
(Sumber: https://www.agsafe.org.au/documents/item/121 diakses pada 9 Januari 2021)

25
1.3.6. Tanggung Jawab Terhadap K3
Setiap orang yang melakukan kegiatan Pengelolaan B3 wajib menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (Pasal 22 ayat 1). Kewajiban tersebut
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan K3 yang berlaku.
Dalam melaksanakan kewajiban tersebut, penanggung jawab kegiatan
Pengelolaan B3 wajib melibatkan pekerjanya. Peranan pekerja dilaksanakan
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang di
bidang ketenagakerjaan. Salah satu implementasi dari hal ini adalah melalui
penyediaan tenaga kerja yang terlatih dan/atau tersertifikasi sebagai Ahli K3
Kimia di tempat kerja seperti yang dimaksud UU No.1 tahun 1970, dan
peraturan pelaksanaannya tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di
tempat kerja sesuai Keputusan Menaker No.KEP.187/MEN/1999.
Pelatihan untuk memenuhi kompetensi ini umumnya meliputi materi
mengenai Kebijakan K3 Nasional, Undang-undang No. 1 Tahun 1970 dan
peraturan yang terkait, Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS),
Penanganan dan Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya, Penyakit Akibat
Kerja oleh Paparan Bahan Kimia, Pengantar Toksikologi, Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan, Teknik Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya,
SMK3 dan Audit SMK3, Prosedur K3 di Ruang Tertutup, Pengendalian
Bahaya Besar, Prosedur Tanggap Darurat, Pengelolaan Limbah, Monitoring
dan Pengukuran Pemaparan, Manajemen Alat Pelindung Diri, Analisa
Laporan Kecelakaan, Pengenalan Bahaya dan Penilaian Resiko, dan
Pencegahan Kebakaran & Peledakan.
Sedangkan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja dan
pengawas B3 wajib melakukan uji kesehatan secara berkala (medical check-up –
MCU). Uji kesehatan tersebut diselenggarakan oleh masing-masing instansi
sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Alat Pelindung Diri


Partikulat, gas, uap, cairan dapat timbul dari Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang
ditangani oleh pekerja dapat membahayakan dirinya sendiri dan termasuk orang
lainnya. Oleh karena itu, pekerja dan orang lain yang kemungkinan terpapar harus
memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai saat bekerja atau berada di lokasi
dekat B3 tersebut.
Pemilihan APD dapat disesuaikan dengan tingkat bahaya dari B3. Secara umum,
ada 4 level dari APD yang digunakan, yaitu:

26
Level A:
Level A diperlukan saat bekerja di lingkungan yang paling berbahaya dimana kulit,
mata, dan pernapasan Anda membutuhkan perlindungan ekstra. APD yang
digunakan berupa:
• Sarung tangan luar dan dalam tahan bahan kimia.
• Sepatu bot pelindung sekali pakai dan sarung tangan
• Respirator udara dari alat bantu pernafasan atau dikenal sebagai Self Contained
Breathing Apparatus (SCBA).
• Pakain pelindung dari uap dan bahan kimia yang lengkap.
Level B:
Level ini membutuhkan tingkat perlindungan pernapasan tinggi dan kebutuhan
perlindungan kulit pada tingkat yang lebih rendah. Ini termasuk untuk lokasi
limbah, uap, atau gas yang berbahaya. Perlindungan level B berisi.
• Sepatu bot tahan bahan kimia luar.
• Pakaian berkerudung tahan bahan kimia.
• Pelindung wajah
• Sarung tangan tahan bahan kimia
• Alat bantu pernapasan SCBA
Level C:
Tingkat seperti itu diperlukan ketika konsentrasi dan unsur-unsur yang ada di
udara terlibat dan membutuhkan respirator penyaring/pembersih udara.
• Respirator seluruh wajah untuk menyaring/membersihkan udara
• Sarung tangan tahan bahan kimia
• Topi keras
• Pelindung muka
• Sepatu bot tahan bahan kimia
Level D:
Level D membutuhkan perlindungan minimum. APD Level D yang sesuai
• Baju
• Sarung tangan
• Pelindung wajah
• Sepatu bot tahan bahan kimia
Semua hal di atas merupakan pedoman umum APD konvensional dalam kondisi
tertentu. Kombinasi lain dari APD tergantung pada bahan yang ditangani
(asam/basa, reaktifitas), kondisi (kemungkinan paparan, risiko yang dihadapi),
dan lokasi (potensi penyebaran), termasuk potensi bahaya dari setiap langkah
pelaksanaan pekerjaannya.

27
Sumber: https://www.eyeweb.com/what-are-the-4-levels-of-ppe, diakses pada 9 Februari
2021

1.3.7. Keadaan darurat


Setiap orang yang melakukan kegiatan Pengelolaan B3 wajib menanggulangi
terjadinya kecelakaan dan/atau keadaan darurat akibat B3 dan wajib
mengambil langkah-langkah sbb.:
a. mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan;
b. menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan
kecelakaan;
c. melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat
Pemerintah Kabupaten/Kota setempat; dan
d. memberikan informasi, bantuan, dan melakukan evakuasi terhadap
masyarakat di sekitar lokasi kejadian.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kedaruratan diatur dalam PermenLHK No.
P.74/2019 tentang Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan
Beracun Dan/Atau Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, yang dibahas
pada bagian lain dalam buku ini.

28

Anda mungkin juga menyukai