Anda di halaman 1dari 22

E.1.

METODOLOGI
E.1 PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
Metodologi adalah cara-cara yang akan diterapkan dalam melaksanakan seluruh pekerjaan. Perumusan
metodologi ini bertujuan agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan karakteristik
pekerjaan, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai secara utuh sesuai dengan
harapan. Metodologi ini disusun berdasarkan permasalahan yang kemungkinan akan dihadapi & disesuaikan
acuan yang ada pada pekerjaan ini.

E.1.1 PENDEKATAN UMUM


Pendekatan umum yang digunakan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi
Perencanaan Database Drainase Lingkungan ini didasarkan pada pemahaman akan lingkup pekerjaan yang
ditangani, pemahaman terhadap permasalahan yang kemungkinan akan dihadapi dan pemahaman akan
pentingnya jenis dan kualifikasi tenaga ahli yang akan melaksanakan pekerjaan ini sehingga tujuan dan sasaran
dari dilaksanakannya pekerjaan dapat tercapai.

E.1.2 PENDEKATAN TEKNIS


Landasan hukum Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
dapat meliputi:
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai;
7. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Surakarta Tahun 2011-2031.

USULAN TEKNIS E.1 - 1


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan;
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Drainase Perkotaan.

E.1.3 STANDAR TEKNIS


Standar teknis yang menjadi acuan dalam proses pelaksanaan pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi
Perencanaan Database Drainase Lingkungan yaitu:
1. Open Source Platform
Open Source Platform adalah platform yang dikembangkan oleh komunitas dimana license menjadi
public licence. Open Source Platform biasa tergabung dalam GPL (General Public License).
Keuntungan dari platform ini karena open source, maka platform ini dikembangkan oleh banyak orang
sehingga upgrading terjadi dalam jangka waktu yang sangat singkat serta kestabilan platform ini dapat
terus di update. Jaminan pada open source disediakan oleh penyedia layanan open source. Selain itu
hardware yang dibutuhkan ‘requirement’ untuk menjalankan platform open source tidak terlalu besar.
2. Spesifikasi Teknis
Komponen yang diperlukan selama proses pengembangan database drainase lingkungan dapat
meliputi:
a. Menggunakan bahasa pemrograman yang dikemas dalam sebuah framework yang stabil untuk
pengembangan menu dan fitur umum dari database.
b. Menggunakan database MySQL.
c. Menggunakan Bahasa Pemrograman (PHP, HTML 5, java script).
3. Arsitektur Database
Dirancang secara modular dengan menerapkan konsep Three Tiers, yaitu konsep database yang
menerapkan sistem berlapis yang berdasarkan fungsi dan peran. Dengan sistem tersebut, database
akan menjadi sangat fleksibel untuk disesuaikan dan dikembangkan pada masa yang akan datang.
4. Fitur Database
Hasil pengembangan database drainase lingkungan setidaknya terdiri dari beberapa interface berikut:
a. Interface Admin
Interface Admin digunakan untuk menampilkan peta kota Surakarta beserta filter pencarian
drainase lingkungan, memberi nama web serta kota/kabupaten pada website, mengelola data
tingkat kerusakan drainase lingkungan, mengelola data drainase lingkungan yang ada,
menambahkan data drainase lingkungan baru, membuat sub drainase lingkungan, menampilkan
data rekap drainase lingkungan yang disajikan dalam bentuk grafik, menampilkan data rekap
drainase lingkungan yang difilter berdasarkan tahun, melakukan unduh rekap data dalam format file
excel, mengelola akun pengguna, dan mengubah password. Ada 6 (enam) menu utama dalam

USULAN TEKNIS E.1 - 2


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
interface Admin yang terletak pada left sidebar, yaitu Dashboard, Pengaturan, Data Drainase
Lingkungan, Rekap, Manajemen User dan Ubah Password.
b. Interface Petugas Lapangan
Interface Petugas Lapangan digunakan untuk mengelola data drainase lingkungan dan mengubah
password. Interface petugas ini dapat digunakan untuk melakukan kegiatan survei secara langsung
kedalam database oleh petugas.
c. Interface Publik
Interface Publik digunakan untuk melihat database drainase lingkungan. Interface ini dapat diakses
secara langsung kedalam database tanpa perlu melakukan login.

E.2 METODE PENYUSUNAN PEKERJAAN


Metode penyusunan pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
ini menyangkut kebutuhan data dan informasi dalam inventarisasi drainase lingkungan Sub Sistem Drainase
Kalipepe Hilir, Kalipepe Hulu, dan Kali Anyar di Kota Surakarta.

E.2.1 METODE PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Metode pengumpulan data ini terkait proses untuk pemenuhan kebutuhan data primer dan data
sekunder guna mempermudah Kegiatan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan,
meliputi
1) Persiapan :
a. Perizinan dan Koordinasi dengan pihak terkait
b. Persiapan peralatan survei dan surat tugas
c. Penyiapan personil dalam tim kerja (tenaga ahli dan tenaga pendukung sesuai dengan tata
laksana personil), penyiapan administrasi, studi literatur sebagai awal atau referensi untuk
pelaksanaan kegiatan.
2) Menyiapkan laporan pendahuluan, yang memuat:
a. Gambaran umum lokasi kegiatan
b. Studi literatur sebagai awal/referensi untuk pelaksanaan pekerjaan
c. Metode dan Rencana kerja
 Metode pengumpulan data/survey lapangan dan analisis
 Metode analisis data
 Tahapan kegiatan
 Jadwal penugasan personil dan tim kerja (tenaga ahli dan tenaga pendukung) sesuai tata
laksana personil.
3) Pengumpulan Data Primer

USULAN TEKNIS E.1 - 3


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Pengumpulan data primer diperoleh dengan melakukan kegiatan survei/ pengecekan langsung ke
lapangan. Proses survei inventarisasi drainase lingkungan Sub Sistem Drainase Kalipepe Hilir,
Kalipepe Hulu, dan Kali Anyar dilakukan dengan mengumpulkan data sebagai berikut:
a. Lokasi : Kecamatan, Kelurahan RW dan RT
b. Penamaan Ruas drainase lingkungan sisi kiri dan kanan jalan yang telah disepakati atau
dikonfirmasi dengan pihak kelurahan yang berwenang.
c. Topografi dengan interval 20 m,
d. Perbedaan tinggi tanah dengan alat waterpass automatic level untuk menentukan arah aliran
drainase (harus merujuk sistem drainase kota). Dilakukan pada Titik pangkal dan akhir
drainase lingkungan (di foto secara melintang sehingga terlihat potongan saluran drainase).

Gambar E.1. 1 Alat Waterpass Automatic Level


e. Titik koordinat pangkal dan ujung drainase lingkungan,
f. Panjang drainase lingkungan,
g. Dimensi drainase lingkungan (dengan gambar potongan)
h. Polyline Drainase Lingkungan
i. Jenis Perkerasan Drainase, tipe saluran drainase
j. Foto kondisi permasalahan drainase lingkungan yang dapat meliputi:
1) Endapan, berapa tinggi endapan.
2) Genangan,
3) Kerusakan saluran (ringan, sedang dan berat)
k. Inventarisasi bangunan di atas saluran drainase lingkungan dengan menggunakan gambar
orthomozaik dari drone.
l. Dokumentasi Foto Kegiatan
Untuk data kondisi kerusakan drainase lingkungan, jenis permukaan, dan panjang drainase
diinventarisasi setiap segmen 20 meter.
4) Pengumpulan Data Sekunder

USULAN TEKNIS E.1 - 4


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengumpulan data sekunder adalah mengumpulkan data
pendukung drainase lingkungan Sub Sistem Drainase Kalipepe Hilir, Kalipepe Hulu, dan Kali Anyar
yang sudah dimiliki oleh Pemerintah Kota Surakarta.

Gambar alur pengumpulan dan pengolahan data


5) Tahap Pengolahan Data dan Penyajian Data.
Dalam tahap ini data primer dan skunder yang diperoleh pada tahap survei diinventarisir dan
dikompilasi dalam bentuk tabulasi data yang akan dijadikan sebagai data dalam database. Setelah
tabulasi data dilakukan dilanjutkan ploting dikelompokkan sesuai kebutuhan database, dan disajikan
dalam bentuk database berbasis GIS yang bisa diakses secara online, berikut peyajian database
berbasis GIS:

Gambar E.1. 2 sistem informasi database drainase lingkungan.


Penyajian data dari hasil survei data drainase lingkungan Sub Sistem Drainase Kalipepe Hilir, Kalipepe
Hulu, dan Kali Anyar disajikan dalam bentuk laporan berbasis digital data drainase lingkungan yang
memuat informasi data atribut (Numerik) drainase lingkungan dan dalam bentuk diagram. Data yang
disusun harus dapat digunakan dan seragam, sebagai input dalam sistem database yang sudah ada.
6) Pengembangan Aplikasi Database Drainase Lingkungan

USULAN TEKNIS E.1 - 5


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Selama proses pelaksanaan pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase
Lingkungan dapat dilakukan juga proses pengembangan database dengan kebutuhan fitur yang telah
ditentukan. Database tersebut nantinya yang akan digunakan untuk mengelola data yang diperoleh
dari kegiatan pendataan data drainase lingkungan sesuai data aktual di lapangan. Proses
pengembangan database dilakukan menggunakan metode pengembangan database yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan ketentuan pengguna, pengembangan aplikasi database ini
berbasis WebGIS.
Metode pengembangan database yang dapat digunakan salah satunya yaitu menggunakan metode
SDLC (System Development Life Cycle). Penerapan pengembangan database menggunakan metode
SDLC (System Development Life Cycle) dapat dilakukan dengan mengikuti alur sebagai berikut:
A. Perencanaan Sistem (Systems Planning)
Lebih menekankan pada aspek studi kelayakan pengembangan sistem (feasibility study). Tahap
perencanaan sistem ini dapat terdiri dari aktivitas-aktivitas yang ada meliputi:
a) Pembentukan dan konsolidasi tim pengembang.
b) Mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan.
c) Mengidentifikasi apakah masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan melalui
pengembangan database.
d) Menentukan dan evaluasi strategi yang akan digunakan dalam pengembangan database.
e) Penentuan prioritas teknologi dan pemilihan database.
B. Analisis Sistem (Systems Analysis)
Pada tahap analisa sistem adalah tahap dilakukan beberapa aktivitas berikut:
a) Melakukan studi literatur untuk menemukan suatu kasus yang bisa ditangani oleh database.
b) Brainstorming dalam tim pengembang mengenai kasus mana yang paling tepat dimodelkan
dengan database.
c) Mengklasifikasikan masalah, peluang, dan solusi yang mungkin diterapkan untuk kasus
tersebut.
d) Analisa kebutuhan pada database dan membuat batasan database.
e) Mendefinisikan kebutuhan database.
C. Perancangan Sistem (Systems Design)
Pada tahap ini, features dan operasi-operasi pada sistem dideskripsikan secara detail. Aktivitas-
aktivitas yang dilakukan adalah:
a) Menganalisa interaksi obyek dan fungsi pada database.
b) Menganalisa data dan membuat skema database.
c) Merancang user interface.
D. Implementasi Sistem (Systems Implementation)

USULAN TEKNIS E.1 - 6


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Tahap berikutnya adalah tahap implementasi yaitu mengimplementasikan rancangan dari tahap-
tahap sebelumnya dan melakukan uji coba. Dalam implementasi, dilakukan aktivitas-aktivitas
sebagai berikut:
a) Pembuatan database sesuai skema rancangan.
b) Pembuatan database berdasarkan desain rencana.
c) Pengujian dan perbaikan database (debugging).
7) Penyajian Data
Penyajian data dari hasil survei data drainase lingkungan disajikan dalam bentuk laporan berbasis
digital data drainase lingkungan yang memuat informasi data atribut (Numerik) dalam database
drainase lingkungan di wilayah Kota Surakarta.

E.2.2 METODE PENDEKATAN PENGOLAHAN DATABASE


1) Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi dipahami sebagai suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi penggunanya. Selain itu, sistem informasi juga dipahami sebagai sebuah sistem
terintegrasi atau sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi,
manajemen dalam suatu organisasi. Dalam pengoperasiannya, sistem informasi yang dibangun ini
memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, dan model
manajemen dan basis data.
Dalam konteks penataan ruang, sistem informasi yang dimaksud dapat pula dipahami sebagai Sistem
Informasi Geografis (SIG). Hal ini dikarenakan penataan ruang wilayah adalah suatu bentuk aplikasi
utama dari Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang
berbasiskan komputer yang digunakan untuk mengambil, mengumpulkan, memeriksa, menggabungkan,
memanipulasi, dan menampilkan data menggunakan peta yang telah terdigitasi (Turban, 2005). Melalui
sistem informasi geografis, data bereferensi geografis atau data geospatial dapat disimpan, dipanggil
kembali, diolah, dan dianalisis, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan
pelayanan umum lainnya (Murai, 1999).
Sistem Informasi Geografis juga menungkinkan suatu data untuk ditampilkan dengan orientasi geografis
atau di dalam muka bumi melalui media peta. Berikut ini adalah komponen-komponen Sistem Informasi
Geografis.

USULAN TEKNIS E.1 - 7


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Gambar E.1. 3 Skema komponen Sistem Informasi Geografis (Basofi,2010)
Secara teoritis, komponen Sistem Informasi Geografis terdiri atas 5 komponen, sebagai berikut.
 Perangkat keras
Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras. Ada PC, workstations, dan
lain-lain. Pada SIG membutuhkan komponen perangkat keras, yaitu perangkat secara kasat mata
yang digunakan untuk memanipulasi dan mengolah data yang dilengkapi dengan koneksi internet.
Perangkat Keras Pendukung Sistem SIG, meliputi:
- Peralatan untuk Pemasukan Data (Input), contohnya Keyboard
- Peralatan untuk Pemprosesan Data (Process), contohnya RAM
- Peralatan untuk Penyajian Hasil (Output), contohnya printer
- Peralatan untuk Penyimpanan (Storage), contohnya HDD
 Perangkat Lunak
SIG juga mengandung perangkat lunak yang tersusun secara modular. Basis data memegang
peranan penting pada SIG. Syarat yang harus dimiliki perangkat lunak SIG, yaitu harus memiliki
DMBS, memiliki fasilitas manipulasi data geografi, fasilitas query, dan lain-lain. Beberapa contoh
software GIS adalah ArcView, MapInfo, ArcInfo untuk SIG, CAD system untuk entry graphic data
dan ERDAS serta ER-MAP untuk proses remote sensing data.
 Data
Data merupakan sesuatu yang memegang peranan pada SIG. Data harus benar-benar valid dan
akurat. Dengan bantuan perangkat lunak, data akan diolah untuk mendapat informasi yang
bermanfaat. Contohnya, data spasial dan data non-spasial. Sumber data bisa berasal dari data
lapangan, statistik, dan peta.
 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah yang mengelola SIG. Tanpa SDM, SIG tidak bisa digunakan.
Pengguna dan Pengembang SIG harus bekerjasama untuk mendapatkan teknologi SIG yang
handal.

USULAN TEKNIS E.1 - 8


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
 Metode
Tiap permasalahan menggunakan metode yang tidak sama untuk memecahkan masalah tersebut,
begitu pula dengan SIG. Pada pemrosesan data, SIG harus menggunakan metode sesuai dengan
permasalahan. Contohnya, Layering method.
Kelima komponen penyusun SIG tersebut saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain untuk
menciptakan teknologi SIG yang handal sesuai kebutuhan sehingga menghasilkan informasi yang
bermanfaat dan bermakna.
2) Sistem Informasi Geografis Berbasis Web (WebGIS)
Menurut Prahasta (2007), webGIS adalah aplikasi GIS atau pemetaan digital yang memanfaatkan
jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi mendistribusikan, mempublikasikan,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, dan menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta digital
serta menjalankan fungsifungsi analisis dan query yang terkait dengan GIS melalui jaringan internet.
WebGIS adalah setiap GIS yang menggunakan teknologi web. Menurut definisi sempit, webGIS adalah
setiap GIS yang menggunakan teknologi web untuk berkomunikasi antar sistem (Fu, 2011). WebGIS
merupakan jenis sistem informasi terdistribusi. Bentuk paling sederhananya harus terdiri setidaknya
dari server dan client. Server berperan sebagai aplikasi server, sedangkan client dapat berupa web
browser, aplikasi desktop atau aplikasi selular. Server biasanya berupa URL yang bisa diakses oleh
client dengan menggunakan HTTP. Respon yang diberikan oleh server untuk ditampilkan kepada client
dapat berupa HTML, gambar, XML (Extenxible Markup Language), atau JSON (JavaScript Object
Notation).

Gambar E.1. 4 Arsitektur sederhana webgis (Fu, 2011)


Lu (2006) mengatakan bahwa, webGIS menyediakan mekanisme dan metode baru yang efektif dalam
pengembangan sistem informasi geografis. Arsitektur webGIS terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan user
interface, lapisan application server, dan Lapisan database. Hazrin (2014) menjelaskan bahwa, webGIS
dapat digunakan dan diakses dengan berbagai browser seperti Internet Explorer, Mozilla Firefox dan
Google Chrome.
Sebagai sebuah aplikasi server-based, webGIS memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan webGIS
di antaranya sebagai berikut:

USULAN TEKNIS E.1 - 9


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
1. Bisa menjangkau pengguna yang luas bahkan seluruh dunia dengan biaya yang cukup murah.
2. Pengguna tidak perlu perangkat lunak khusus, cukup menggunakan browser internet seperti
Internet Explorer, Mozilla Firefox, Google Chrome, dan lain sebagainya.
3. Bisa menyajikan peta interaktif seperti halnya menggunakan perangkat lunak GIS desktop.
4. Tidak tergantung dari sistem operasi sehingga bisa dioperasikan pada semua komputer dengan
berbagai sistem operasi.
5. Tidak memerlukan software dan tool khusus dalam pengoperasiannya karena pada dasarnya yang
diperlukan hanyalah browser yang bisa didapatkan secara gratis.
6. Memiliki kemampuan operasi yang setara dengan user interface yang dikembangkan dengan tidak
berbasis web.
Selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas, webGIS juga memiliki beberapa
kekurangan dalam implementasinya. Salah satu kekurangan webGIS yaitu kecepatan akses
tergantung pada komputer server, komputer client, koneksi internet, traffic website serta efisiensi
data. webGIS juga tidak dapat berjalan tanpa adanya server sebagai pusat untuk mengelola data.
Secara terperinci Zhelu (2009) menjelaskan bahwa, Google Maps, Google Earth, OpenStreet
Maps, Yahoo Maps, Microsoft’s live search maps dan banyak aplikasi komersial dan non-
komersial lainnya menyediakan berbagai jenis informasi terkait geografis. Informasi tersebut dapat
berupa peta yang terperinci, citra satelit, dan peta daerah yang mencakup seluruh dunia dan
memungkinkan pengguna untuk menggunakan Application Programming Interface (API). Pada
dasarnya API adalah sebuah set fungsi layanan dasar yang siap dieksekusi oleh entitas
programming external.

E.3 PROGRAM KERJA


Jangka waktu pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan adalah
selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender setelah penerimaan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

E.3.1 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN


proses waktu pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan yaitu:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi:
 Persiapan administrasi dan orientasi lapangan
 Mobilisasi personil dan alat survei
 Pengumpulan data literatur terkait
 Pengumpulan data awal
 Perumusan pendekatan dan metodologi
 Penjadwalan rencana kerja dan penugasan personil

USULAN TEKNIS E.1 - 10


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
 Persiapan survei
 Penyusunan Laporan Pendahuluan:
b. Tahap Survei Primer
Tahapan survei lapangan meliputi:
 Lokasi : Kecamatan, Kelurahan RW dan RT
 Penamaan Ruas drainase lingkungan sisi kiri dan kanan jalan yang telah disepakati atau
dikonfirmasi dengan pihak kelurahan yang berwenang.
 Topografi dengan interval 20 m,
 Perbedaan tinggi tanah dengan alat waterpass automatic level untuk menentukan arah aliran
drainase (harus merujuk sistem drainase kota). Dilakukan pada Titik pangkal dan akhir
drainase lingkungan (di foto secara melintang sehingga terlihat potongan saluran drainase).
 Gambar Alat Waterpass Automatic Level
 Titik koordinat pangkal dan ujung drainase lingkungan,
 Panjang drainase lingkungan,
 Dimensi drainase lingkungan (dengan gambar potongan)
 Polyline Drainase Lingkungan
 Jenis Perkerasan Drainase, tipe saluran drainase
 Foto kondisi permasalahan drainase lingkungan yang dapat meliputi:
 Endapan, berapa tinggi endapan.
 Genangan,
 Kerusakan saluran (ringan, sedang dan berat)
 Inventarisasi bangunan di atas saluran drainase lingkungan dengan menggunakan gambar
orthomozaik dari drone.
 Dokumentasi Foto Kegiatan
c. Tahap Pengolahan Database
 Tabulasi dan penyusunan data-data hasil survei
 Input dan Kompilasi data dalam sistem informasi database drainase lingkungan.
 Pengembangan Aplikasi Database Drainase Lingkungan
 Penyajian data dari hasil survei data drainase lingkungan Sub Sistem Drainase Kalipepe Hilir,
Kalipepe Hulu, dan Kali Anyar disajikan dalam bentuk laporan berbasis digital data drainase
lingkungan yang memuat informasi data atribut (Numerik) drainase lingkungan dan dalam
bentuk diagram. Data yang disusun harus dapat digunakan dan seragam, sebagai input dalam
sistem database yang sudah ada.

USULAN TEKNIS E.1 - 11


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
E.3.2 PELAPORAN
Pelaksanaan laporan pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
dapat terdiri sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini merupakan salah satu bentuk penyusunan rencana kerja yang akan dilaksanakan untuk
menyelesaikan pekerjaan setelah dilakukan koordinasi dengan stakeholder. Laporan pendahuluan ini
dibuat sebanyak 10 eksemplar. Hasil penyusunan laporan pendahuluan ini setidaknya perlu memuat
aspek sebagai berikut:
a. Hasil koordinasi dengan dinas atau stakeholder terkait.
b. Hasil penyusunan rencana persiapan kebutuhan tenaga personil.
c. Hasil penyusunan rencana persiapan kebutuhan dalam proses pelaksanaan survei.
d. Hasil penyusunan kebutuhan peralatan dan perlengkapan pekerjaan.
e. Hasil penyusunan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan.
f. Hasil penyusunan lingkup pekerjaan dan metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
g. Hasil proses analisis pengembangan aplikasi sesuai kebutuhan.
2. Laporan Antara
Laporan antara merupakan perbaikan laporan sebelumnya dan seluruh kemajuan pekerjaan yang
memuat analisa data yang di peroleh di lapangan, kendala yang mungkin dihadapi dan jalan keluar
mengatasi kendala. Laporan antara ini dibuat sebanyak 10 eksemplar. Hasil penyusunan laporan antara
ini setidaknya perlu memuat aspek sebagai berikut:
a. Hasil proses pendataan drainase lingkungan setidaknya sebesar 75% dari target yang telah
ditentukan.
b. Hasil analisis dan olah data yang sudah terkumpul dalam proses pendataan.
c. Hasil pendataan data kondisi drainase lingkungan sudah diinput ke dalam aplikasi yang sudah
dikembangkan.
d. Hasil proses perbaikan dan pengembangan aplikasi.
3. Laporan Akhir
Laporan ini berisi hasil penyempurnaan laporan pendahuluan dan laporan antara. Laporan akhir ini
dibuat sebanyak 10 eksemplar disertai dengan dokumentasi pelaksanaan kegiatan dan rekap data
Drainase Lingkungan yang telah disusun. Hasil penyusunan laporan akhir ini setidaknya perlu memuat
aspek sebagai berikut:
a. Hasil pendataan drainase lingkungan setidaknya sebesar 100% dari target yang ditentukan.
b. Hasil analisis dan olah data yang sudah terkumpul dalam proses pendataan secara
keseluruhan.
c. Hasil pendataan data kondisi drainase lingkungan sudah diinput ke dalam aplikasi yang sudah
dikembangkan secara keseluruhan.

USULAN TEKNIS E.1 - 12


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
d. Hasil pembuatan album peta ukuran A3 sesuai hasil proses pendataan yang telah dilakukan
secara keseluruhan.
e. Hasil proses perbaikan dan pengembangan aplikasi secara keseluruhan.
f. Hasil pembuatan buku panduan penggunaan (manual book) pengoprasian aplikasi yang telah
dikembangkan.

USULAN TEKNIS E.1 - 13


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
E.4 APRESIASI DAN INOVASI
E.4.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA SURAKARTA
E.4.1.1 Kondisi Administrasi Wilayah
Kota Surakarta merupakan wilayah otonom dengan status kota di Provinsi Jawa Tengah, dengan letak
secara geografis berada antara 110º45’15” - 110º45’35” BT dan 7º36’00” - 7º56’00” LS dengan luas wilayah 44,04
km². Dan secara administrasi batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Batas Timur : Kabupaten Karanganyar
Batas Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, 51 kelurahan, 604 RW dengan jumlah RT sebanyak 2.714 dan
jumlah KK sebanyak 169.772 jiwa pada tahun 2015. Jumlah RW terbesar terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu
sebanyak 176 dengan jumlah RT sebanyak 877. Jumlah RW dan RT yang paling kecil adalah Kecamatan
Serengan yaitu hanya sebesar 72 dan 312.

Tabel E.1. 1 Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2019
No. Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)
1 Laweyan 11 8,64 19,62
2 Serengan 7 3,19 7,24
3 Pasar Kliwon 10 4,82 10,94
4 Jebres 11 12,58 28,56
5 Banjarsari 15 14,81 33,63
Total 54 44,04 100
Sumber: BPS, Kota Surakarta Dalam Angka 2020

20%
34%
Laweyan
7% Serengan

Pasar
Kliwon
11%
29% Jebres

Banjarsari

Gambar E.1. 5 Diagram Presentase Luas Wilayah

USULAN TEKNIS E.1 - 14


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Gambar E.1. 6 Peta Administrasi Kota Surakarta

E.4.1.2 Kondisi Fisik Dasar

A. Topografi
Uraian karakteristik topografi Kota Surakarta dapat dikemukakan sebagai berikut.
 Kota Surakarta terletak pada ketinggian antara 80 – 120 meter di atas permukaan laut (mdpl),
dengan kemiringan lahan angtara 0 % sampai 15 %.
 Kota Surakarta terletak di antara 2 gunung berapi yaitu Gunung Lawu (Kabupaten Karanganyar) di
sebelah timur dan Gunung Merapi serta Merbabu sebelah barat. Dengan posisi demikian maka
Kota Surakarta termasuk sebagai wilayah cekungan air.
Kemiringan Lahan pada tiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel

Tabel Kemiringan Lahan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta

Kecamatan Tinggi Tempat (meter) di Atas Permukaan Laut Kemiringan Tanah


Laweyan 90-100 0-2%
Serengan 80-100 0-2%
Pasar Kliwon 80-95 0-2%
Jebres 90-120 2-15%
Banjarsari 85-100 0-2%
Kota Surakarta 80-120 0-15%
Sumber: RPIJM Kota Surakarta

USULAN TEKNIS E.1 - 15


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
B. Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Geologi dari Geohidrologi Map Surakarta terlihat bahwa batuan di Kota Surakarta terdiri
dari :
1. Aluvium (AL)
Satuan batuan ini terdapat di Kota Surakarta bagian tengah hingga ke selatan yaitu di sebelah timur
Jalan Jenderal Ahmad Yani, ke utara hingga Kali Pepe, ke timur hingga Stasiun Balapan dan
sebagian sampai Bengawan Solo. Batuan aluvium berada pada posisi 477144 – 484568 mU dan
9160481 – 9165815 mU. Luas satuan batuan ini adalah 2.033,63 ha. Ketebalannya berkisar beberapa
centimeter hingga beberapa meter. Terdiri dari lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan
berangkal.
2. Formasi Notopuro (NP)
Formasi Notopuro terdapat di bagian timur laut Kota Surakarta yaitu di sebelah utara Stasiun Jebres,
ke barat hingga Stasiun Balapan, ke utara hingga Kantor Lurah Mojosongo dan ke timur hingga
Bengawan Solo. Formasi batuan ini berada pada posisi 478718 – 485318 mT dan 9163239 –
9167290 mU. Luas satuan batuan ini adalah 1574 ha. Batuan ini terdiri dari konglomerat, batupasir,
lanau dan lempung. Kedudukannya menindih tidak selaras dengan batuan yang lebih tua dan terindih
tak selaras dengan aluvium. Satuan ini merupakan endapan undak sungai. Pada Formasi Notopuro
ditemukan struktur silang-siur, “toreh dan isi” dan perlapisan bersusun. Secara setempat ditemukan
fosil Bibos sp. dan Cervus Sp yang diduga berumur plistosen.
3. Formasi Kabuh (KB)
Formasi Kabuh terdapat di bagian utara Kota Surakarta, tepatnya di utara Kantor Lurah Mojosongo
hingga Kali Kebo. Formasi batuan ini berada pada posisi 481136 – 484385 mT dan 9166244 –
9167790 mU. Luas Satuan batuan ini adalah 240,43 ha. Batuan ini umumnya terdiri dari breksi
vulkanik, tuff sandstone dan konglomerat.
4. Batuan Vulkanik Muda (YV)
Satuan batuan ini terdapat di bagian barat dan utara Kota Surakarta. Di bagian barat Kota Surakarta
tepatnya di sebelah barat Jalan Jenderal Ahmad Yani, sedangkan di bagian utara tepatnya di selatan
dan barat Kali Pepe serta di tepi Kali Premulung. Batuan vulkanik muda berada pada posisi 474406 –
479133 mT dan 9162923 – 9167446 mU. Luas Satuan batuan ini adalah 778,84 ha. Batuan ini
umumnya merupakan endapan lahar dari Vulkan Merapi. Batuan umumnya terdiri dari lava andesit,
breksi, lahar, tufa hingga basalt. Fosil tidak ditemukan. Aktivitas diduga dimulai sejak plistosen akhir.

USULAN TEKNIS E.1 - 16


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Gambar E.1. 7 Ilustrasi Profil Penampang Geologi Bawah Permukaan Kota Surakarta

Sementara itu persebaran tanah di Kota Surakarta ditunjukkan oleh Peta Tanah Tinjau skala 1 : 250.000
yang disusun oleh Supraptoharjo dkk (1966) dalam Baiquni (1988 : 32). Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut,
macam tanah di wilayah ini meliputi:

1. Assosiasi Grumusol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat Kemerahan


Tanah ini merupakan kombinasi campuran antara tanah grumusol kelabu tua dan mediteran coklat
kemerahan. Bahan induknya adalah tuf vulkan alkali basis dengan fisiografi vulkan. Di Kota Surakarta
jenis tanah ini berada di bagian utara kota, yaitu pada posisi 477907 – 484882 mT dan 9160810 –
9168388 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 2.085,74 ha.
2. Mediteran Coklat Tua

Tanah ini berada di bagian timur laut Kota Surakarta yaitu pada posisi 481512 – 485500 mT dan
9164415 – 9167416 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 688,34 ha. Bahan induknya adalah tuf
vulkan intermediair dan berada pada fisiografi vulkan dan bukit lipatan.
3. Aluvial Coklat Kekelabuan

Tanah ini berada di tepi Bengawan Solo, yaitu pada posisi 479806 – 481866 mT dan 9160442 –
9162399 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 138,36 ha. Bahan induknya adalah endapan liat
yang menempati fisiografi dataran. Tanah ini termasuk jenis tanah aluvial yang salah satu sifatnya
tergantung dari asal tanah itu diendapkan sehingga kesuburannya ditentukan oleh keadaan bahan
asalnya.
4. Regosol Kelabu

Tanah ini berada di bagian barat dan selatan Kota Surakarta, yaitu pada posisi 474435 – 481174 mU
dan 9160751 – 9166784 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 138,36 ha. Bahan induknya tanah
ini adalah abu/pasir vulkanintermidi air yang menempati fisiografi vulkan.

USULAN TEKNIS E.1 - 17


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Gambar E.1. 8 Peta Geologi Kota Surakarta

C. Klimatologi

Kondisi Iklim diperlukan agar memudahkan dalam proses perencanaan suatu kawasan,adapun Keadaan
iklim sendiri ditentukan berdasarkan data Curah Hujan dan Hari Hujan yang ada di Kota Surakarta dan sekitarnya.
Berdasarkan data yang di rampung dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 2020 didapat data Curah
hujan dan Hari hujan dalam kurun waktu satu tahun sebagai berikut.

Tabel E.1. 2 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kota Surakarta tahun 2019

Curah Hujan
No Bulan Hari Hujan
(mm³)
1 Januari 573,9 24
2 Februari 334,8 21
3 Maret 360,5 23
4 April 172,6 17
5 Mei 36,0 3
6 Juni - -
7 Juli - -
8 Agustus - -
9 September - -
10 Oktober - -
11 November 90,2 6
12 Desember 247,7 19
Sumber : BPS, Kota Surakarta Dalam Angka 2020

USULAN TEKNIS E.1 - 18


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Berdasarkan data diatas dapat di gamabarkan bahwa curah hujan tertinggi di Kota Surakarta pada tahun
2019 terdapat pada Bulan Januari sebesar 573,9 mm 3 sedangkan hari hujan terbanyak terdapat pada Bulan
Januari yakni sebanyak 24 Hari.

Jumlah Curah dan Hari Hujan


700
600
500
400
300
200
100
0
i i et ril ei ni li us r r r
ar ar ar Ju Ju t be be be
r
be
a nu bru M Ap M us m kto m m
J Fe Ag te O ve s e
S ep No De

Curah Hujan (mm³) Hari Hujan

Gambar E.1. 9 jumlah hari hujan dan Curah Hujan di Kota Surakarta Tahun 2019
Sumber : BPS, Kota Surakarta Dalam Angka 2020

D. Resiko Bencana Alam


Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia yang diterbitkan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) tahun 2011 menyebutkan bahwa Kota Surakarta rawan terhadap berbagai bencana.
Dalam indeks tersebut Kota Surakarta berada pada ranking 207 nasional dengan tingkat kerawanan
tinggi. Bencana yang rawan terjadi di Kota Surakarta adalah bencana banjir dengan tingkat kerawanan
tinggi, bencana kebakaran permukiman dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking 26 nasional,
bencana angin topan dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking ke 68 nasional, bencana banjir dan
tanah longsor dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking ke 96 nasional, dan bencana kecelakaan
transportasi dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking ke 14 nasional.
 Bencana Banjir
 Berdasarkan kajian yang pernah dilakukan terhadap tingkat kerawanan banjir Kota Surakarta,
terdapat beberapa klasifikasi daerah rawan banjir yaitu:
a. Kerawanan rendah terdapat pada Kelurahan Jebres, Kelurahan Kadipiro, Kelurahan
Nusukan, Kelurahan Kerten, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Pajang, Kelurahan Laweyan,
Kelurahan Bumi.
b. Kerawanan sedang yaitu pada Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan
Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Serengan, Kelurahan Danukusuman,

USULAN TEKNIS E.1 - 19


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Serengan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan
Banyuanyar, Kelurahan Sumber, Kelurahan Jebres, Kelurahan Kadipiro.
c. Kerawanan tinggi yaitu Kelurahan Jebres, Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Jagalan,
Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Pasar Kliwondan Kelurahan Joyotakan
d. Kerawanan sangat tinggi yaitu Kelurahan Sewu, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Semanggi,
Kelurahan Pucangsawit, dan Kelurahan Gandekan.
 Bencana Longsor
Pada pemetaan daerah rawan longsor terdapat empat klasifkasi daerah rawan longsor yaitu:
a. Rawan Rendah, yaitu berada di lokasi rawan rendah berada disebelah Selatan kota yaitu di
Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Serengan.
b. Rawan Sedang yaitu di Kecamatan Jebres, tepatnya di Kelurahan Mojosongo, Jebres dan
Pucangsawit, Kecamatan Banjarsari yaitu di Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Banyuanyar, dan
Kelurahan Nusukan. Kecamatan Laweyan yaitu di Kelurahan Kerten, Kelurahan Jajar, dan
Kelurahan Karangasem.
c. Rawan Tinggi yaitu di Kelurahan Nusukan, Kelurahan Jebres, Kelurahan Kadipiro dan
Kelurahan Mojosongo. Lokasi rawan tinggi di Kelurahan Jebres berada di daerah tebing
sepanjang Kali Anyar.
d. Rawan Sangat Tinggi yaitu berada di Kelurahan Kadipiro dan Kelurahan Mojosongoi kampung
Kragilan. Sedangkan kejadian longsor yang pernah terjadi berada di kelurahan Mojosongo
berada di lokasi makam Sentono Mulyo.

USULAN TEKNIS E.1 - 20


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
Gambar E.1. 10 Peta Rawan Bencana Banjir Kota Surakarta,

Gambar E.1. 11 Peta Rawan Longsor Kota Surakarta

USULAN TEKNIS E.1 - 21


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan
E.4.1.3 Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2019 yaitu sebesar 519.87 jiwa. Dengan laju pertumbuhan
rata-rata 0,328 % pada tahun 2018-2019. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Banjarsari sebanyak
163,650 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Serengan sebanyak 45.424 jiwa.
Kepadatan penduduk terpadat berada di Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 16.033 jiwa/km2.

Tabel E.1. 3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2019


Laju
Jumlah
Presentase Pertumbuhan
No. Kecamatan Penduduk
Penduduk (%) per Tahun 2018-
(jiwa)
2019 (%)
1 Laweyan 89.547 17,23 0,328
2 Serengan 45.424 8,74 0,329
3 Pasar Kliwon 77.280 14,87 0,328
4 Jebres 143.650 27,65 0,328
5 Banjarsari 163.686 31,50 0,328
Total 519.587 100,00 100,00
Sumber: BPS, Kota Surakarta Dalam Angka 2020

180,000
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
Jumlah Penduduk (jiwa)

Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari

Gambar E.1. 12 Grafik Jumlah Penduduk Kota Surakarta Thun 2019

Tabel E.1. 4 Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2019


Jumlah
Luas Wilayah Kepadatan Penduduk
No. Kecamatan Penduduk
(km2) (Jiwa/Km2)
(jiwa)
1 Laweyan 89.547 8,64 10.364
2 Serengan 45.424 3,19 14.239
3 Pasar Kliwon 77.280 4,82 16.033
4 Jebres 143.650 12,58 11.419
5 Banjarsari 163.686 14,81 11.052
Total 519.587 44,04 11.798
Sumber: BPS, Kota Surakarta Dalam Angka 2020

USULAN TEKNIS E.1 - 22


Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Database Drainase Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai