Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

LAB KONSTRUKSI PLAMBING DAN DRAINASE


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Laboratorium Konstruksi
Plumbing dan Drainase
Semester V Tahun Akademik 2020-2021

Disusun oleh :

Abu Bakar Ash-Shidiq 181144001

Aulia Nasyi’atulailla 181144003

Bintang Aprian Purnomo 181144004

Dhanny Mar Ismail 181144005

Fachmy Avyar Prayudia 181144006

Fitra Puspita Damayanti 181144008

Kelas III

Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK PERAWATAN DAN


PERBAIKAN GEDUNG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas semester lima mata
kuliah Laboratorium Konstruksi Plambing dan Drainase.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Laboratorium


Konstruksi Plambing dan Drainase yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun materi. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan  ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandung, 29 Januari 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup............................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Waktu Pelaksanaan......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1 Pekerjaan Plambing.....................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Plambing............................................................................................3
2.1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Plambing....................................................................3
2.1.3 Jenis-Jenis Pipa....................................................................................................3
2.1.4 Instalasi Pipa........................................................................................................3
2.1.5 Alat Sambungan Pipa...........................................................................................3
2.1.6 Peralatan Sanitair.................................................................................................3
2.1.7 Sistem Penyediaan Air.........................................................................................3
2.2 Pekerjaan Drainase......................................................................................................3
2.2.1 Pengertian Drainase.............................................................................................3
2.2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Drainase.....................................................................3
2.2.3 Sistem Saluran Drainase......................................................................................3
2.2.4 Jenis-Jenis Saluran Drainase................................................................................3
2.2.5 Prinsip Saluran Drainase......................................................................................3
2.2.6 Pengujian Saluran Pipa........................................................................................3
2.3 Keselamatan Kesehatan Kerja.....................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................26
PRAKTIKUM PEKERJAAN PLAMBING DAN DRAINASE.............................................26
3.1 Pekerjaan Plambing ..................................................................................................26
3.1.1 JOB 1 Pemotongan Pipa.......................................................................................3

iii
3.1.2 JOB 2 Penguliran Pipa.........................................................................................3
3.1.3 JOB 3 Pemasangan Peralatan Sanitair.................................................................3
3.2 Pekerjaan Drainase ...................................................................................................26
3.2.1 JOB 1 Pemasangan Bouwplank...........................................................................3
3.2.2 JOB 2 Pembuatan Galian Saluran Drainase Terbuka..........................................3
3.2.3 JOB 3 Pemasangan Pipa Untuk Saluran Drainase Tertutup................................3
BAB IV....................................................................................................................................36
PENUTUP................................................................................................................................36
4.1 Kesimpulan................................................................................................................36
4.2 Saran..........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia membutuhkan air untuk mendukung kegiatan sehari-
harinya. Air dialirkan ke bangunan yang membutuhkan. Untuk menjaga
kebersihan air dan tidak mengganggu fungsi bangunan maka manusia
menggunakan pipa-pipa baik diluar bangunan maupun didalam bangunan.
Sistem perpipaan di bangunan gedung disebut sistem plambing, sementara
sistem perpipaan di luar bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan atau
mengalihkan air dari satu tempat ke tempat lain disebut sistem drainase.
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari bangunan gedung, oleh karena itu perencanaan sistem plambing
haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan gedung itu sendiri, dalam rangka penyediaan air bersih baik
dari kualitas, maupun penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari
peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-
bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya. Sehingga
perkembangan pembangunan dapat bersinkronisasi dengan peningkatan
kualitas lingkungan.
Plambing pada bangunan gedung meliputi sistem perpipaan yang
terdiri dari air bersih, air kotor, sprinkler kebakaran, pipa gas dan lainnya.
Perencanaan pada sistem plambing di suatu bangunan sangat penting
karena perencanaan yang baik akan memperpanjang usia guna pipa dan
juga mempermudah perbaikannya. Perencanaan pipa plambing untuk air
bersih melibatkan diameter pipa, tinggi jatuh dan pemasangan alat
sambungan.
Drainase adalah suatu sistem saluran atau pembuangan yang
berfungsi sebagai pengering sehingga mencegah banjir,ataupun sebagai
pembuang air kotor industri, pabrik, rumah tangga, dan sebagainya.
Pada pekerjaan drainase dan plambing perbedaannya adalah pada
kemiringan salurannya. Dalam drainase, yang perlu diperhatikan adalah

5
adanya kemiringan yang baik dan memenuhi syarat membuat air kotor
atau air limbah dapat mengalir ke tempat yang lebih rendah atau ke
tempat pembuangan, sehingga tidak terjadi genangan disuatu tempat yang
akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada bangunan tersebut,
terutama pada konstruksi jalan. jika saluran drainasenya tidak lancar
maka akan dapat merusak jalan tersebut, selain itu bibit penyakit akan
timbul. Sedangkan dalam pekerjaan plambing, kemiringan tidak terlalu
diperhatikan, karena kebanyakan instalasi plambing menggunakan
tekanan sehingga dapat menekan ke segala arah.

1.2. Ruang Lingkup

Dalam laporan ini akan dibahas sebagian dari pekerjaan drainase dan
plambing. Untuk pekerjaan plambing meliputi pengukuran pipa,
pemotongan pipa, penguliran pipa, dan pemasangan peralatan saniter.
Sedangkan untuk pekerjaan drainase meliputi pemasangan
bouwplank/stake out, penggalian saluran drainase terbuka, dan
pemasangan pipa untuk saluran drainase tertutup. Selain itu juga laporan
ini membahas mengenai penerapan K-3 dalam pekerjaan plambing dan
drainase.

1.3. Tujuan

a. Mahasiswa dapat memahami pekerjaan drainase dan plambing yang


baik dan benar.

b. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai jenis peralatan dan bahan yang


digunakan dalam pekerjaan drainase dan plambing.

c. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan-tahapan pada pekerjaan drainase


dan plambing

d. Mahasiswa dapat mengetahui K-3 pada pekerjaan drainase dan


plambing

6
1.4. Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan secara daring dengan sistem blok mulai


tanggal 25 Januari 2021 hingga 29 Januari 2021.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pekerjaan Plambing


2.1.1. Pengertian Plambing
Plambing merupakan sistem yang berhubungan dengan
pelaksanaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat perpipaan suatu gedung
serta mengatur air bersih ke tempat yang dibutuhkan, menjaga kualitas dan
kuantitas agar tidak tercampur dengan air kotor. Sistem plambing juga
mengatur perpipaan air kotor agar teratur ke tempat pembuangannya dan
tidak mencemari lingkungan. Sistem plambing biasanya digunakan untuk
penyediaan air bersih, penyaluran air kotor, penyaluran air hujan, dan
penyediaan air untuk mencegah kebakaran.

2.1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan Plambing


Proses pekerjaan plumbing yang dilakukan oleh kontraktor
mekanikal elektrikal biasanya dihadirkan pada awal mula bangunan
konstruksi. Hal ini dikarenakan pekerjaan plumbing akan menyinggung
pekerjaan ME sehingga proses perencanaan dan desain bisa dimatangkan
pada awal tahap supaya tidak ada perubahan yang besar setelah proyek
dikerjakan. Ruang lingkup pekerjaan plumbing meliputi:
1. Sistem Air Domestik
Sistem ini merupakan sistem perairan dimana suplai air telah
disediakan oleh situs bangunan. Yang termasuk pada bagian dalamnya
adalah manajemen saluran air untuk kesehatan dan sanitasi, sistem
irigasi internal, sistem pembersihan, sistem pemadaman kebakaran,
sistem penyaringan, dan lain sebagainya.
2. Sistem Air Panas Domestik
Sistem Air ini di desain untuk menyediakan air panas bagi
penghuni gedung misalnya untuk kebutuhan mandi ataupun mencuci.
Perusahaan kontraktor plumbing akan membuat desain mekanisme

8
sistem pemanasan air dan distribusi air panas sehingga Anda bisa
mendapatkan suplai air panas dalam generasi yang cukup. Kami akan
merencanakan manajemen pembuangan air dingin yang dihasilkan
orang menunggu air panas keluar.
3. Sistem Pembuangan Sanitasi
Kontraktor kami akan menghubungkan tempat pembuangan sistem
limbah yang di dalamnya terdapat sistem pemurnian air, penyaringan
air, ataupun sistem yang memisahkan air dengan bahan material lain
tergantung dari teknik pengolahan limbah yang dimiliki oleh gedung
itu.
4. Sistem Air Hujan
Manajemen stormwater atau air hujan ini akan menjadi arah kerja
dari sistem plumbing dimana air yang terkumpul pada berbagai macam
titik di sekitar bangunan harus memiliki aliran drainase yang di desain
dengan perhitungan yang matang. Metode yang digunakan untuk
menyingkirkan genangan air dari sekitar bangunan ini harus meliputi
berbagai macam faktor terutama yang berhubungan dengan
lingkungan. Hal ini untuk memastikan Anda dapat memperoleh suplai
air bersih di sekitar pembuangan genangan air hujan tanpa adanya
terkontaminasi.

2.1.3. Jenis-Jenis Pipa


Secara umum pipa yang digunakan untuk suatu instalasi harus
memenuhi 3 syarat, yaitu:
1. Harus mampu mengalirkan debit yang dibutuhkan atau diperlukan.
2. Dapat menahan gaya dalam dan gaya luar yang bekerja pada pipa
tersebut.
3. Cukup tahan lama.
Jika melihat ketiga syarat di atas, maka jenis pipa yang digunakan
untuk suatu instalasi harus disesuaikan dengan fungsi instalasi tersebut.
Misalnya untuk pipa pembagi digunakan pipa galvanis, dan lain
sebagainya.

9
Jenis pipa yang digunakan pada pekerjaan plambing adalah sebagai
berikut:

a. Pipa Galvanis
Pipa Galvanis adalah jenis pipa logam dilapisi dengan lapisan
galvanis yang berada diluar, untuk mencegah berkarat. Terdapat tiga
jenis Pipa Galvanis dengan masing-masing panjangnya 6 meter
diantaranya: pipa galvanis tipis, pipa galvanis standar, dan pipa galvanis
medium. Ukuran diameter pipa galvanis diantara lain: ½”, ¾”, 1”, 1 ½”,
2”, 3”, 4”, dan 6”. Sambungan pada pipa galvanis ada dua yaitu, dengan
ulir yang membutuhkan seal tape untuk menjaga kerapatan air dan
dengan flange yang membutuhkan cincin karet yang diperkuat dengan
baut untuk menjaga kerapatan airnya.

b. Pipa Besi Hitam


Pipa Besi Hitam atau yang sering disebut dengan Pipa Baja Hitam
(Black Steel) adalah jenis pipa logam yang berwarna kehitaman,
digunakan untuk instalasi pipa air panas, untuk mencegah pengaruh
udara dari luar, yang akan menurunkan suhu panas air, maka instalasi
harus dilindungi sepanjang instalasi dengan rubber wive. Pipa besi
hitam juga digunakan sebagai pipa hydrant. Pipa ini memiliki panjang 6
meter dan memiliki dua jenis yaitu, pipa besi hitam tipis dan pipa besi
hitam medium. Ukuran diameter pipa besi hitam diantara lain: ½”, ¾”,
1”, 1 ¼”, 1 ½”, 2”, 3”, 4”, dan 6”. Sambungan pada pipa besi hitam ada
tiga yakni, dengan ulir, flange, dan las.

10
c. Pipa Tembaga
Pipa Tembaga atau Cooper memiliki dua jenis pipa yaitu, jenis pipa
gulungan dan jenis pipa batangan, kegunaan pipa tembaga ini adalah
untuk instalasi pipa gas dan instalasi pipa air panas. Panjang pipa
gulungan 10 meter sedangkan untuk jenis batangan panjangnya 6 meter,
seperti pipa logam lainnya. Ukuran diameter pipa ini kecil biasanya
ukuran 5/8”, ½”, ¾ dan 1”. Sambungan pada pipa tembaga ada 2 yaitu,
dengan brazing dan flaring.

Pipa Batangan Pipa Gulungan

d. Pipa PVC dan Pipa UPVC


Pipa PVC ( Polyvinyl Chloride) berwarna abu-abu sedangkan Pipa
UPVC (Unpolyvinyl Chloride) berwarna keputihan. Panjang pipa
plastik dipasaran biasanya 4 meter kecuali pipa PE yang memiliki
panjang 50 sampai 100 meter. Ukuran diameter pipa ini diantara lain:
½”, ¾”, 1 ¼”, 1 ½”, 2”, 2 ½”, 3”, 4”, dan 6”. Sambungan pipa ini ada 3
yaitu dengan flange, rubbering, dan bell and spigot. Kerapatan pada
pipa ini menggunakan lem dan cincin karet (gepeng dan bulat).

11
Pipa PVC Pipa UPVC

Terdapat macam pipa PVC dan UPVC diantara lain:


 Pipa PPR (Polypropylene Random Pipe) berwarna hijau, memiliki dua
fungsi yaitu sebagai instalasi pipa air dingin (pipa dengan strip
berwarna biru) dan instalasi pipa air panas (pipa dengan strip berwarna
merah).
 Pipa HDPE (High Density Polyethilene Pipe) berwarna hitam, memiliki
dua jenis yaitu rol yang panjangnya 50 sampai 100 meter dan batang
yang panjangnya 4 meter. Digunakan pada pipa PDAM tanpa adanya
sambungan
 Pipa PE (Polyethilene) yaitu selang biasa yang memiliki panjang 50
sampai 100 meter. Pipa ini biasa digunakan sebagai selang untuk
menyiram tanaman atau kendaraan.

Pipa PPR Pipa HDPE Pipa PE

e. Pipa Besi Tuang


Pipa Besi Tuang atau Cast Iron memiliki panjang 6 meter
berfungsi sebagai instalasi air kotor atau buangan domestic. Ukuran
diameter pipa besi tuang yaitu 3” sampai dengan 72”. Sambungan pipa

12
besi tuang ada dua yaitu, dengan flange dan bell and spigot. Kerapatan
airnya dicor dengan timah putih.

2.1.4. Instalasi Pipa


Pemasangan instalasi pipa air ledeng ini ada yang bersifat
terbuka (tidak tertanam di dinding) dan ada pula yang bersifat
tertutup (tertanam pada dinding) yang masing-masing memiliki
kekurangan dan kelebihan tersendiri. Pemasangan pipa yang
bersifat terbuka memperlihatkan nilai estetika dari bangunan dan
pada pipa ini bila terjadi kerusakan atau kebocoran dapat dengan
segera diketahui, tetapi pada pemasangan pipa yang bersifat tertutup
tidak mempengaruhi ornamen luar, dan apabila terjadi kebocoran
tidak dapat langsung terdeteksi.
Pemasangan pipa ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:
1. Mampu mengeluarkan debit air sesuai dengan kebutuhan.
2. Mampu menahan gaya tarik baik gaya dari luar seperti tanah atau
pembebanan lainnya maupun gaya yang ditimbulkan oleh tekanan
air itu sendiri.
Kerusakan instalasi pipa dipengaruhi, khususnya untuk pipa
dari logam adalah proses elektrolisa air yang ditimbulkan akibat
adanya air tanah sehingga kandungan atau jenis logam yang
tertanam di dalam tanah, satu jenis logam dengan logam lainnya
saling berhubungan akibat adanya air tanah. Hubungan ini disebut
Elektrolisa air. Untuk mengatasinya dapat dilakukan perbaikan yang

13
bersifat sementara perbaikan ini bersifat preventif yakni mengatasi
hanya sesaat.
Kerusakan pipa lainnya ada yang diakibatkan oleh:
a. Kerusakan pipa dari pabrik,
b. Kerusakan akibat alat sambung,
c. Kualitas dari pipa itu sendiri,
d. Kerusakan pada saat pelaksanaan,
Untuk perbaikan yang bersifat tetap dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari kondisi yang bocor
b. Membobok sampai kondisi kerusakan diketahui
c. Memotong pipa yang bocor
d. Menyambung pipa dengan menggunakan alat sambungan
yang diperlukan
Instalasi plambing untuk daerah yang rawan bocor adalah di
daerah sambungan, untuk itu setelah pemasangan atau perbaikan
pada pipa harus dilakukan pengujian. Lima cara pengujian yang
dapat dilakukan antara lain:
1) Dengan tekanan dan aliran air untuk memeriksa kebocoran
pipa terutama pada sambungan. Cara ini dilakukan dengan
mengisi instalasi dengan air kemudian diberi tekanan sampai
skala tertentu pada manometer. Jika skala pada manometer
menurun maka ada bagian yang bocor. Jika tetap maka
instalasi baik.
2) Pengujian dengan asap untuk memeriksa kebocoran
sambungan.
3) Pengujian dengan cermin untuk memeriksa kelurusan dan
kebersihan di dalam saluran pipa yang lurus.
4) Pengujian dengan slide (semacam plat baja yang tipis dan
pada ujungnya ada semacam sikat ijuk yang fungsinya untuk
memeriksa dan membersihkan bagian dalam sambungan
pipa.

14
5) Pengujian dengan bola karet (plug) untuk memeriksa
kebocoran pipa

2.1.5. Alat Sambungan Pipa


a) Socket: untuk memperpanjang pipa (menyambung pipa lurus)
dengan diameter pipa yang sama.

15
b) Barrel Union/Union/Water Mur (M dan M × F): untuk menyambung pipa
permanent (mati) yang terdiri dari 3 bagian.

c) Elbow/Knee (M dan M × F): untuk merubah arah aliran tegak lurus. Terdapat
dua jenis radius yaitu, radius 45˚ dan radius 90˚.

Elbow 45˚ Elbow 90˚

d) Cross: untuk membagi aliran menjadi tiga arah aliran.

e) Equal Tee/Tee Stuck/T Way: untuk membagi aliran menjadi dua arah aliran.

16
Equal Tee T Way

f) Plug (M): untuk menutup aliran air secara permanen. Terdapat dua jenis plug
yaitu, Square Plug dan Hexagon Plug.

Square Plug Hexagon Plug

g) Bushing: untuk merubah diameter atau menyambungkan kedua pipa yang


ukurannya berbeda

h) Reduce: untuk merubah diameter atau menyambungkan kedua pipa yang


ukuranya berbeda. Terdapat dua jenis reducer yaitu, Reducer Elbow dan
Reducer Socket.

Reducer Elbow Reducer Socket

i) Caps/Dop (F): untuk menutup aliran pada ujung pipa.

17
j) Bend/Boch: untuk membelokkan arah aliran beradius besar.

k) Nipples: untuk mengencangkan sambungan pipa atau menyambungkan dua


buah alat sambung yang mempunyai dua ulir dalam. Terdapat dua jenis Nipples
yaitu, Hexagon Nipples/Double Nipples dan Barrel Nipples.

Hexagon Nipples Barrel Nipples


l) Stop Cock dan Gate Valve: untuk menutup dan membuka aliran, mengatur
aliran, mencegah aliran balik (backflow), mengatur tekanan, pressure relief.
Terdapat berbagai macam jenis diantara lain:
▪ Gate Valve: untuk membuka dan menutup aliran dan tidak digunakan untuk
tekanan tinggi serta memberikan pressure drop yg lebih rendah. Selain itu
Gate valves juga dapat difungsikan untuk mengontrol tekanan dan debit
aliran.

18
▪ Stop Cock Valve: untuk membuka dan menutup aliran pada tekanan rendah
dan mencegah aliran balik(backflow).

▪ Ball Valve: untuk tekanan rendah saja. Memberikan pressure drop yang
lebih rendah namun tidak dapat digunakan untuk mengatur tekanan dan
kapasitas aliran.

▪ Butterfly Valve: untuk tekanan rendah saja. Memberikan pressure drop yang
paling rendah dibandingkan valve lain dan tidak dapat digunakan untuk
mengatur tekanan dan kapasitas aliran.

▪ Safety Valve: untuk mengatur batasan tekanan dan mencegah terjadinya


overpressure pada sisterm proses dan piping dan mencegah terjadinya
kerusakan pada peralatan dan piping.

19
▪ Needle Valve (Katup Jarum): untuk  instrument, gage, dan meter line
service. Valve ini dapat digunakan untuk throttling dengan sangat akurat
dan juga dapat digunakan pada tekanan dan/atau temperatur tinggi.

▪ Diaphragm Valve (Katup Diafragma): untuk membuka & menutup dengan


diaphragma. Kelebihan valve ini dibandingkan dengan jenis valve yang lain
adalah menghasilkan aliran tanpa riak (tenang/smooth) dan fluida mengalir
tanpa tahanan.

m) Clean Out: untuk menutup aliran air yang dapat dibuka dan ditutup kembali.

20
n) Sock Drat Luar (SDL): untuk menyambungkan drat dalam dan batang pipa,
karena memiliki drat luar maka di sebut dengan sock drat luar.

o) Sock Drat Dalam (SDD): untuk menyambungkan pipa pvc dan keran air,
karena keran air memiliki drat di luar.

2.1.6. Peralatan Saniter


a) Closet

Closet Duduk Closet Jongkok

Closet merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai tempat


pembuangan air besar. Secara garis besar closet dibedakan menjadi 2, yaitu closet
duduk dan closet jongkok seperti yang terihat pada gambar di atas.

b) Urinoir

21
Urinoir merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai tempat
pembuangan air kecil bagi pria. Umumnya pemasangan urinoir digantung pada
dinding. Jika urinoirnya lebih dari satu biasanya antar urinoir dipasang sekat/partisi
urinoir.

c) Bidet

Bidet merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai tempat


pembuangan air kecil bagi perempuan. Di Indonesia bidet jarang digunakan.

d) Bathub

Bathub merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai tempat mandi


atau berendam.

e) Wastafel

22
Wastafel Gantung Wastafel Meja

Wastafel merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai tempat


mencuci tangan. Secara umum wastafel dibedakan menjadi 2, yaitu wastafel
gantung dan wastafel meja.

f) Shower

Hand Shower Fix Shower

Shower merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai saluran ujung


air yang digunakan untuk menyemprotkan air untuk mandi. Pada
umumnya, showeer dibedakan menjadi 2, yaitu hand shower dan fix shower.

g) Jet Washer

23
Jet washer merupakan salah satu accesories closet duduk yang berfungsi
sebagai tempat mengeluarkan air. untuk closet jongkok biasanya tidak
menggunakan jet washer.

h) Kran Air

Kran air merupakan peralatan sanitair yang berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran air dalam pipa.

i) Robe Hook

Robe hook merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai tempat


menggantungkan baju atau celana di kamar mandi atau toilet.

j) Towel Bar

Towel bar merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai


menggantungkan handuk di kamar mandi.

k) Floor Drain

24
Floor drain merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai saringan
dalam saluran pembuangan air bekas di kamar mandi.

l) Clean Out

Clean out merupakan peralatan sanitair yang berfungsi sebagai tempat


pengecekan apabila saluran air bekas mampet. Biasanya clean out dipasang di
instalasi yang berbelok. Clean out ditutup dengan baut dan bisa dibuka apabila
terjadi mampet saluran air pembuangan.

m) Whirlpool dan Jacuzzi

Whirlpool dan Jacuzzi merupakan peralatan sanitair yang berbentuk seperti


bathub tetapi memiliki fasilitas pengaturan air yang cukup lengkap. Kekuatan

25
pancar dan suhu air bisa diatur. Biasanya peralatan sanitair ini digunakan untuk
berendam.

2.1.7. Sistem Penyediaan Air

A. Sistem Sambungan Langsung


Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung dengan pipa utama
penyediaan air bersih (misalnya : pipa utama dibawah jalan dari perusahaan air
minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran
pipa, cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang
biasnya diatur/ditetapkan oleh perusahaan air minum. Tangki pemanas air biasanya
tidak disambung langsung kepada pipa distribusi, dan dibeberapa daerah tidak
diizinkan memasang katup gelontor (flush valve).

Sistem Sambungan Langsung

B. Sistem Tangki Atap


Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat
diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap, terutama
di negara Amerika Serikat dan Jepang. Dalam sistem ini, air ditampung lebih
dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah
muka tanah) kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang

26
diatas atap atau diatas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki atap ini diterapkan
seringkali dengan alasan-alasan berikut :
a. Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing
hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat muka air dalam
tangki atap.
b. Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja otomatis dengan cara
yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya
kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
c. Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan dengan tangki
tekan.
Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa
cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan
normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar
kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat segera diketahui.
Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung
dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan dipompa.
Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani akan
tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama.
Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak “tangki
atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya
untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang khusus. Penentuan
ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang dipasang pada lantai tertinggi
bangunan dan tekanan kerja yang tinggi.

27
Sistem Tangki Atap

C. Sistem Tangki Tekan


Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu kondisi tidak
dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah
sebagai berikut :
Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu
bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dalam tangki
tersebut dialirkan ke dalam suatu distribusi bangunan. Pompa bekerja secara
otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup / membuka saklar
motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah
mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini
biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg / cm2. Daerah yang makin lebar
biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti,
tetapi seringkali menimbulkan efek yang negatif pada peralatan plambing.
Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem
distribusi dan setelah berulang kali mengembang dan terkompresi lama kelamaan
akan berkurang, karena larut dalam air atau ikut terbawa keluar tangki. Sistem
tangki tekan biasanya dirancang agar volume udara tidak lebih dari 30% terhadap
volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Bila mula-mula seluruh tangki
berisi udara pada tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan antara 1,0 sampai
dengan 1,5 kg/cm2, maka sebenarnya volume efektif air yang mengalir hanyalah

28
sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka
akan diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini maka tekanan
awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer (dengan
memasukkan udara kempa ke dalam tangki).

Kelebihan sistem tangki tekan yaitu :


1. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok
dibandingkan dengan tangki atap.
2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-
pompa lainya.
3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di
atas menara.

Sedangkan kekurangannya yaitu :


1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm2 sangat besar dibandingkan dengan
sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasinya. Fluktuasi yang besar ini
dapat menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat plambing,
dan pada alat pemanas gas dapat menghasilkan air dengan temperatur yang
berubah-ubah.
2. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari
sekali harus ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan
menguras seluruh air dalam tangki tekan.
3. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatik
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti
tangki atap.
4. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit,
maka pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan keausan pada saklar
yang lebih cepat.

Variasi yang ada pada sistem tangki tekan antara lain :


1. Sistem Hydrocel
Sistem ini menggunakan alat yang dinamakan “Hydrocel” ciptaan Jacuzzi
Brothers Inc. Sebuah perusahaan di Amerika Serikat sekitar 20 tahun yang lalu,
sebagai penganti udara dalam tangki tekan.
29
Sistem ini mengunakan tabung-tabung berisi udara dibuat dari bahan karet
khusus, yang akan mengkerut dan mengembang sesuai dengan tekanan air
dalam tangki. Dengan demikian akan mencegah kontak langsung antara udara
dengan air sehingga selama pemakaian sistem ini tidak perlu ditambah udara
setiap kali. Kelemahannya hanyalah bahwa volume air yang tersimpan relatif
sedikit.
2. Sistem Tangki Tekan dengan Diafram
Tangki tekan pada sistem ini dilengkapi dengan diafram yang dibuat dari
bahan karet khusus, untuk memisahkan udara dengan air. Dengan demikian
akan menghilangkan kelemahan tangki tekan sehubungan dengan perlunya
pengisian udara secara periodik.

D. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)


Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan, ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa penghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama
perusahaan air minum). Di Eropa dan Amerika Serikat cara ini dapat dilakukan
kalau pipa masuk pompa diameternya 100 mm atau kurang. Sistem ini sebenarnya
dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun pada pipa-pipa
utama dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum).

Sistem Booster

30
2.2. Pekerjaan Drainase
2.2.1. Pengertian Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan memenuhi komponen penting
dalam perancanaan infrastruktur bangunan. Menurut Suripin (2004:7), drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air
yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan tersebut dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Dari sudut pandang lain, drainase adalah
salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat dalam rangka
menuju lingkungan yang aman, nyaman, bersih dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air ke badan air (sumber air permukaan dan bawah
permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.

2.2.2. Ruang Lingkup Pekerjaan Drainase


Ruang lingkup pekerjaan drainase mencakup beberapa pekerjaan yaitu:
a. Pengeringan
Pengeringan yang dilakukan yaitu untuk mengeringkan air yang
tergenang pada suatu tempat yang bisa menyebabkan malapetaka.
b. Pencegahan banjir
Saluran yang dibangun untuk drainase perlu dirancang sesuai
dengan curah hujan, kemiringan tanah, dan luas daerah yang dilewati
oleh air. Jika hal-hal tersebut tidak dipertimbangkan dalam peracangan
maka akan menyebabkan bencana banjir.
c. Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor penting dilakukan untuk menjaga
lingkungan tetap nyaman dan sehat. Limbah perlu dibuang dengan
cara yang aman dan tidak merusak lingkungan. Sehingga dibutuhkan
saluran pembuangan yang baik untuk menyalurkannya. Menurut

31
jenisnya limbah air kotor dibagi beberapa jenis yaitu limbah air hujan
dan limbah domestik.
Limbah air hujan menggunakan saluran air terbuka. Hal ini
dikarenakan curah hujan yang ada tidak menentu setiap saat tergantung
curah hujan dan daerahnya. Sedangkan limbah domestik memerlukan
saluran tertentu karena bisa membahayakan makhluk hidup dan
mendatangkan penyakit.
d. Pensuplaian air minum
Saluran untuk mensuplai air minum memerlukan bahan pipa
yang tahan karat dan tidak berbahaya. Misalnya pipa tanah liat yang
tanahnya diglassur, pipa besi, pipa paralon (PVC), dan pipa beton.

2.2.3. Sistem Saluran Drainase


Sistem saluran drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a) Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang
menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan
(Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga
sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase
primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas
seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai.
Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang
antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak
diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

b) Sistem Drainase Mikro


Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan
hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro
adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar
bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota 7 dan lain sebagainya
dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada
umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang
2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem
32
drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem
drainase mikro.

2.2.4. Jenis-Jenis Saluran Drainase


Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Menurut sejarah terbentuknya
1. Drainase alamiah (Natural Drainage)
Drainase alamiah adalah sistem drainase yang terbentuk secara
alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.

2. Drainase buatan (Artificial Drainage)


Drainase buatan adalah sistem drainase yang dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan
dimensi saluran.

b) Menurut letak saluran


1. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage)

33
Drainase permukaan tanah adalah saluran drainase yang berada di
atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan
permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.

2. Drainase bawah tanah (Sub Surface Drainage)


Drainase bawah tanah adalah saluran drainase yang bertujuan
mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah
permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.
Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan
tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah
seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.

c) Menurut konstruksi

34
1. Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah sistem saluran yang biasanya direncanakan
hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan (system terpisah),
namun kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran
campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi
lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota
harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun
dengan pasangan bata.

2. Saluran Tertutup
Saluran tertutup adalah saluran untuk air kotor yang mengganggu
kesehatan lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah
perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar lainnya.

d) Menurut fungsi
1. Single Purpose

35
Single purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis
air buangan saja.
2. Multy Purpose
Multy purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa
jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.

e) Menurut wilayah yang dilalui oleh air


Saluran drainase alami maupun buatan yang melintasi wilayah administrasi
suatu kota dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Saluran drainase regional
Saluran regional adalah saluran yang berawal dari luar batas
adminstrasi kota dan letak hulunya berada relatif jauh dari batas kota
2. Saluran drainase kota
Saluran drainase yang mempunyai hulu di dalam wilayah kota.
Saluran drainase a pada saluran regional.

f) Menurut fungsi khusus drainase


Berdasarkan fungsi khusus yang dimiliki setiap drainase, maka drainase
dibagi dalam beberapa tipe:
1. Drainase jalan raya, berfungsi mengeringkan genangan airr pada jalan
raya.
2. Drainase gedung, berfungsi untuk mengalirkan genangan air pada lokasi
gedung dan pemukiman masyarakat.
3. Drainase pertanian, berfungsi untuk menyalurkan air dari suatu lokasi
yang banyak air ke tempat yang membutuhkan air.
2.2.5. Prinsip Saluran Drainase
Menurut lampiran Permen PU nomor 12 tahun 2014 yaitu konsep
draine berwawasan lingkungan, diantaranya :
1. Drainase Pengatusan
Prinsip saluran drainase yaitu menyalurkan kelebihan air pada suatu
daerah yang lahannya sudah terbangun ke tempat penampungan air
terdekat. Kelebihan air tersebut terutama air hujan, harus segera
disalurkan ke saluran drainase agar tidak terjadi genangan air yang
parah dan banjir di lahan terbangun. Saluran drainase yang dibangun
36
dengan standar kemiringan yang sesuai agar kelebihan air tersebut
segera tersalur ke tempat penampungan.
2. Drainase Ramah Lingkungan

Perkembangan berfikir komprehensif dan antisipasi karena akan


terjadi perubahan iklim pada suatu tempat, maka konsep drainase
berubah menjadi drainase ramah lingkungan atau eko-drainase. Konsep
ini dilakukan untuk mengelola kelebihan air (air hujan) terlebih dahulu
pada penampungan dengan berbagai macam metode diantaranya bak
tandon, badan air alamiah, sistem resapan ke tanah dengan meresap air
sebanyak – banyaknya yang kemudian akan dialirkan ke sungai dengan
beban yang lebih kecil. Air yang meresap ke tanah juga dijadikan
sebagai cadangan air tanah pada musim kemarau jika terjadi perubahan
iklim yang ekstrim terutama di negara Indonesia yang mempunyai iklim
tropis.

Jadi, konsep ini tidak langsung membuang kelebihan air ke sungai


untuk mencegah banjir pada bagian hulu, tengah, maupun hilir, dan juga
mengurangi longsor di bagian hulu yang disebabkan fluktuasi lengas
tanah tidak ekstrim.

3. Drainase Ramah Lingkungan dan Perubahan Iklim

Pada konsep drainase ramah lingkungan diartikan bahwa


pengelolaan kelebihan air yaitu dengan cara sistem penyerapan air ke
dalam tanah agar beban yang mengalir ke sungai tidak terlalu besar
dengan melampaui kapasitas sungai. Tetapi, konsep tersebut justru
mengelola air sedemikian rupa agar tidak terlalu cepat mengalir sampai
ke sungai dengan diusahakan meresap ke dalam tanah untuk cadangan
air tanah pada musim kemarau.

Metode drainase ramah lingkungan yang dapat digunakan di


Indonesia diantaranya :

a. Metode Kolam Konservasi

37
Metode ini dilakukan dengan cara membangun kolam air di
sebuah laham untuk menampung air hujan, kemudian
diresapkan, dan sisanya dialirkan ke sungai secara perlahan.
Kolam konservasi dibangun biasanya pada daerah topografi
rendah, daerah bekas galian pasir/material, atau memang daerah
yang digali untuk membangun suatu lahan.

b. Metode Sumur Resapan

Metode ini dilakukan dengan membangun sumur untuk


mengalirkan air hujan yang jatuh di atap perumahan atau
kawasan tertentu. Kedalaman sumur disesuaikan dengan kondisi
lapisan tanah kawasan. Sumur ini juga khusus untuk air hujan
dan masyarakat sekitar harus paham agar tidak memasukan air
limbah ke sumur tersebut.

c. Metode River Side Polder


Metode River Side Polder yaitu menahan aliran air di
sepanjang bantaran sungai dengan cara melebarkan bantaran
sungai di tempat yang sesuai.
d. Metode Areal Perlindungan Air Tanah
Metode ini dilakukan dengan menetapkan kawasan lindung
untuk air tanah. Maksudnya adalah kawasan tersebut dilarang
membangun apapun karena area tersebut khusus untuk
peresapan air hujan ke dalam tanah.
4. Pemisahan Jaringan Drainase dan Jaringan Pengumpul Air Limbah
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air bahwa jaringan drainase harus terpisah
dengan jaringan pengumpul air limbah.
2.2.6. Pengujian Saluran Pipa
Ada dua jenis tes utama untuk pemasangan pipa - awal dan
akhir. Pemilihan metode tergantung pada kondisi spesifik
pengujian-kondisi iklim, ketersediaan air untuk pengujian dan
kemungkinan keluarnya air. Dalam pipa ledeng, sering digunakan
metode hidrolik untuk menguji jalur pipa.

38
A. Uji Pneumatik
Uji kekuatan penumatik pipa dapat dilakukan apabila
suhu lingkungan negative,kekurangan air di lokasi,tekanan
berbahaya di pipa dan struktur pendukung dari berat air.
Pengujian saluran pipa selalu berada dibawah pengawasan
pabrik tertentu/mandor dengan instruksi dan persyaratan khusus
serta sesuai dengan peraturan keselamatan. Sebelum memulai
mengerjakan Pengujian, saluran pipa secara kondisional dibagi
menjadi beberapa bagan terpisah, melakukan pemeriksaan
eksternal, dan mengukur tekanan.

B. Uji Hidraulik
Pipa aliran gravitasi diuji hanya untuk kepadatan
(kekencangan). Mereka diuji dengan mengisi air di area antara
sumur yang berdekatan. Sama seperti uji pneumatik, uji
hidraulik juga dilakukan hanya berada dibawah pengawasan
pabrik tertentu/mandor. Untuk pengujian bagian yang terbuat
dari non-besi menggunakan pipa dari bahan lain yang tidak
disadap agar menghindari kerusakan mekanis, Uji hidraulik
dianggap berhasil apabila pengukuru tekanan tidak menunjukan
adanya penurunan tekanan selama uji berlangsung.

2.3. Keselamatan Kesehatan Kerja


Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien.
Berikut beberapa peralatan keselamatan dan kesehatan kerja
a. Safety Helmet
Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang
bisa mengenai kepala secara langsung.

39
b. Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia
dan sebagainya.

c. Sepatu Boot
Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus untuk
pekerja yang berada di area basah (becek atau berlumpur). Kebanyakan
sepatu karet di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda
tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

d. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat
atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk
sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

40
e. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

f. Pelindung Mata
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya
mengelas).

g. Penutup Telinga (Ear Plug)


Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat
yang bising.

41
h. Baju Praktek.
Pakaian yang digunakan agar badan terlindung dari kotoran kotoran
saat bekerja.

BAB III

PRAKTIKUM PEKERJAAN PLAMBING DAN DRAINASE

3.1 Pekerjaan Plambing

42
3.2 Pekerjaan Drainase

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

43
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

P, Saktyanu. 2016. Modul Prinsip – Prinsip dan Permasalahan Penanganan Drainase Jalan
yang Berkelanjutan. https://simantu.pu.go.id/ (diakses tanggal 31 Januari 2021)

44
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12/Permen-
PU/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.

http://repository.ump.ac.id/4121/3/Khoerul%20Anam_BAB%20II.pdf

https://agent39.ru/id/the-technology-of-hydraulic-testing-pipelines-pvc-testing-of-
pipelines-for-density-and-strength-norms-snip/

https://kontraktorkonstruksi.co.id/plumbing#:~:text=Ruang%20Lingkup%20Pekerjaan
%20Plumbing&text=Yang%20termasuk%20pada%20bagian%20dalamnya,sistem
%20penyaringan%2C%20dan%20lain%20sebagainya.

http://eprints.polsri.ac.id/1241/3/BAB%20II.pdf

https://www.99.co/blog/indonesia/jenis-jenis-pipa-air/

https://www.klikpipa.co.id/mengenal-jenis-jenis-pipa-air-dan-fungsinya/

https://terraconblock.com/macam-macam-drainase-dan-fungsinya/

https://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2014/11/fungsi-dan-macam-macam-
drainase.html

http://projectmedias.blogspot.com/2013/08/mengenal-jenis-jenis-sanitair.html

http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf

https://www.scribd.com/document/400143189/1

45

Anda mungkin juga menyukai