Anda di halaman 1dari 32

Sistem Monitoring Proyek

dan Pengendalian Proyek

 Jurusan Teknik Sipil


 Politeknik Negeri Bandung
 2020
CRASHING
CRASHING (1)

Kadang-kadang proyek perlu dipercepat dengan


berbagai alasan. Prinsip : proyek dipercepat dengan
biaya yang minimum.
Aktivitas dapat dipercepat dengan berbagai cara,
misalnya :
 Penambahan tenaga kerja

 Penambahan shift/waktu kerja

 Penambahan peralatan

 Pengubahan/pengaturan kembali urutan


kegiatan
 Pengubahan metode pelaksanaan

→ Mempengaruhi biaya proyek


CRASHING (2)

 Durasi nomal/normal duration : waktu yang diperlukan


untuk menyelesaikan kegiatan dengan sumber daya yang
biasanya tersedia dalam organisasi tanpa extra input.
 Normal cost : Biaya untuk melakukan kegiatan dengan
durasi normal.
 Data normal duration & normal cost diperoleh dari
proyek-proyek, sejenis yang pernah dilakukan.
Asumsi : teknologi, metode, peralatan, kompetensi
tenaga kerja sama.
 Waktu mungkin dipercepat → cost naik
Disebut CRASH PROGRAM

 Perlu dicari kegiatan mana yang perlu diperpendek agar


extra cost minimal.
COST SLOPE (1)

Biaya yang diperlukan untuk memperpendek durasi suatu


kegiatan per hari/ per satuan waktu.
CONTOH

 Seorang subkontraktor mempunyai pekerjaan untuk


melaksanakan erection 84.000 meter persegi.
 Ia dapat menggunakan beberapa ukuran kelompok
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dengan
biaya yang bervariasi (termasuk scaffolding).
 Subkontraktor tersebut berharap bahwa biaya yang akan
dikeluarkan dan ukuran kelompok pekerja dapat
mengikuti estimasi yang telah ditetapkan, seperti dalam
tabel berikut:
 Upah buruh = Rp 12/jam (8 jam/hari)
 Upah tukang kayu = Rp 16/jam (8 jam/hari)
 Upah kepala tukang = Rp 18/jam (8 jam/hari)
 Scaffolding = Rp 60/hari
Masing-masing kelompok dapat ditentukan biaya yang
dibutuhkan, yaitu:
Ukuran kelompok pekerja 4 (empat):
Waktu yang dibutuhkan = 84.000 m2 / 1.300 = 64,6 hari
(dipakai 65 hari)
Biaya yang dibutuhkan tiap hari =
 2 buruh x Rp 12 x 8 jam = Rp 192
 1 tukang kayu x Rp 16 x 8 jam = Rp 128
 1 kepala tukang x Rp 18 x 8 jam = Rp 144
 Scaffolding Rp 60 / hari = Rp 60
= Rp 524 /hari.

Biaya keseluruhan = Rp524/hari x 65 hari = Rp 34.060


Dengan cara yang sama dapat dihasilkan biaya dari
masing-masing ukuran kelompok pekerja seperti dalam
tabel berikut:

Tabel 1 Biaya dari berbagai ukuran kelompok


Dari tabel tersebut terlihat bahwa ada banyak kombinasi
durasi dengan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek tersebut.
Ukuran kelompok 4 (empat) bukan suatu pilihan yang tepat
jika diinginkan penyelesaian dalam waktu yang singkat dan
dengan biaya yang hemat, hal ini akan menjadi pilihan jika
tujuannya adalah meminimumkan jumlah pekerja. Sedangkan
yang masih relevan dengan penyelesaian proyek tersebut
adalah ukuran kelompok pekerja 5,6, dan 7.
keterangan:
cc = crash cost
nc = normal cost
cd = crash duration
nd =normal duration

Gambar 1 Hubungan durasi-biaya


 Gambar 1 menunjukkan hubungan antara durasi-biaya.
 Pada titik 1 memberikan informasi bahwa pada titik
tersebut durasi dalam kondisi minimum (waktu paling
cepat) sedangkan biaya yang dibutuhkan pada kondisi
maksimum.
 Pada keadaan demikian titik 1 disebut crash duration
(cd) dan crash cost (cc).
 Titik 2 memberikan informasi tentang biaya yang
dibutuhkan dalam kondisi minimum, tetapi durasinya
maksimum (waktu paling lambat).
 Pada keadaan titik 2 disebut dengan normal cost (nc)
dan normal duration (nd).
Kemiringan (slope segment) tersebut dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut:

CC = Crash Cost
NC = Normal Cost
ND = Normal Duration
CD = Crash Duration
S = Slope
Dengan menggunakan data dari contoh dapat digambarkan
grafik hubungan durasi-biaya, slope dari masing-masing
segmen dapat dihitung dan digambarkan pada Gambar 2.

S1 = (Rp33.936 - Rp33.252) / (51 - 42) = Rp 76,22/hari.


S2 = (Rp34.632 - Rp33.936) / (42 - 37) = Rp 139,2/hari.

Informasi yang didapatkan, yaitu setiap kita melakukan


crashing dalam durasi 51 hari menjadi 42 hari (kegiatan
dengan slope S1), maka setiap percepatan dibutuhkan
biaya tambahan sebesar Rp76,22/hari.
Sedangkan jika melakukan percepatan dalam durasi 42 hari
menjadi 37 hari (kegiatan dengan slope S2), maka
dibutuhkan biaya tambahan sebesar Rp 139,2/hari.
Gambar 2 Hasil perhitungan biaya-durasi
CONTOH SOAL :
Diketahui data dari suatu pekerjaan, sebagai berikut:
Network dari kegiatan tersebut adalah:
Tahap 1
Dari 6 (enam) kegiatan tersebut dapat dihitung crash cost
slope sebagai berikut:
SA = (CC - NC / (ND - CD) =
Rp 14.000 – Rp12.000 / 120 – 100 = Rp 100/hari.
SB = (CC - NC / (ND - CD) =
Rp 2.800 – Rp 800 / 20 – 15 = Rp 200/hari.
SC = (CC - NC / (ND - CD) =
Rp 22.000 – Rp 6.000 / 40 – 30 = Rp 600/hari.
SD = (CC - NC / (ND - CD) =
Rp 2.000 – Rp 1.400 / 30 – 20 = Rp 60/hari.
SE = (CC - NC / (ND - CD) =
Rp 4800 – Rp 3.600 / 50 – 40 = Rp 120/hari.
SF = (CC - NC / (ND - CD) =
Rp 18.000 – Rp 13.500/ 60 – 45 = Rp 300/hari.
Normal Cost dari kegiatan tersebut adalah = Rp 48.300
Normal Duration kegiatan adalah = 140 hari.

Jika diharuskan untuk mempercepat durasi dari kegiatan


tersebut, maka dilakukan pada kegiatan yang berada dalam
jalur kritis dengan cost slope yang terkecil, yaitu SD = Rp
60/hari, dengan waktu percepatan maksimal sebesar 10
hari (30 hari - 20 hari).
Network tahap 1

Biaya yang dibutuhkan tahap 1 adalah:


Cost = Rp 48.300 + (10 hari x Rp 60) = Rp 48.900
Durasi = 140 hari - 10 hari = 130 hari.
Tahap 2
Kegiatan yang harus dipercepat adalah kegiatan yang
berada dalam jalur kritis tahap 1, dengan cost slope
yang terkecil, yaitu SE dengan cost slope Rp 120/hari.
Durasi kegiatan yang mungkin untuk dilakukan crashing
adalah 10 hari (50 hari - 40 hari).
Network tahap 2
Biaya yang dibutuhkan tahap 2 adalah:
Cost = Rp 48.900 + (10 hari x Rp 120) = Rp 50.100
Durasi = 130 hari - 10 hari = 120 hari.
Tahap 3
Pada tahap ini terdapat beberapa jalur kritis yang saling
tergantung satu sama lain, sehingga dalam menentukan
kegiatan yang akan dipercepat durasinya harus
diperhitungkan keterkaitan kegiatan yang lain. Dalam kasus
ini jika crashing dilakukan pada kegiatan A, maka harus
juga dilakukan crashing kegiatan B atau kegiatan C dan F.
Untuk menentukan kombinasi dari kegiatan yang akan
dilakukan crashing adalah:
Kegiatan A (Rp 100/hari) + kegiatan B (Rp 200/hari) = Rp
300/hari.
Kegiatan A (Rp 100/hari) + kegiatan C (Rp 600/hari) +
kegiatan F (Rp 300/hari) = RP 1.000/hari.

Dari kombinasi cost slope tersebut biaya yang terkecil


adalah Rp 300 pada kegiatan A + B, sehingga durasi (yang
menentukan) dapat dipercepat sebesar 5 hari, yaitu dari
kegiatan B.
Network tahap 3

Biaya yang dibutuhkan tahap 3 adalah:


Cost = Rp 50.100 + (5 hari x Rp 300) = Rp 51.600
Durasi = 120 hari - 5 hari = 115 hari.
Tahap 4
Tahap 4 dilakukan crashing pada kegiatan C dan kegiatan
F, maksimum durasi yang dapat dikurangi adalah 5 hari ??
(karena kegiatan A hanya tersisa 5 hari).
Masih mungkin 10 hari agar tetap seluruh jalur menjadi
kritis !!!
Network tahap 4

Biaya yang dibutuhkan tahap 4 adalah:


Cost = Rp 51.600 + (5 hari x Rp 1000) = Rp 56.600
Durasi = 115 hari - 5 hari = 110 hari.
Gambar 6 Komparasi berbagai alternatif
Daftar kegiatan dengan durasi dan biaya seperti sebagai
berikut :

Kondisi Normal Kondisi Crash


Kegiatan
No Kegiatan Durasi Biaya (Rp) Durasi Biaya (Rp)
Sebelum
(hari) (hari)
1 A - 6 300 3 360

2 B - 7 450 4 525

3 C - 4 360 2 420

4 D - 6 600 3 675

5 E C 3 325 2 350

6 F B,E 2 250 1 275

7 G D,F 2 310 1 350

a. Buatkan Diagram CPM dan tentukan kegiatan kritisnya serta total


durasi proyek pada kondisi normal.
b. Apabila dilakukan Project Crashing (pemendekan durasi
kegiatan) maka tentukan total durasi proyek yang paling optimal
dengan total biaya proyek yang minimal.
A 6

B 7

0 C 4 4 7 9 G2 11
E3 F 2
1 0 2 4 3 7 4 9 5 11

D 6

Anda mungkin juga menyukai