Anda di halaman 1dari 32

Sistem Monitoring Proyek dan

Pengendalian Proyek

Jurusan Teknik Sipil


Politeknik Negeri Bandung
2020
EARNED VALUE
(NILAI HASIL)
Pengertian serta Manfaat
Monitoring & Pelaporan Proyek (1)
 Monitoring proyek adalah pemantauan pelaksanaan
proyek yang telah direncanakan. Dalam monitoring
perencanaan digunakan sebagai alat pengendalian
proyek.
 Dalam pelaksanaan proyek hal yang paling penting
adalah memonitor kemajuan tiap-tiap kegiatan
pekerjaan, untuk itu perlu diketahui data dan informasi
dari laporan kontraktor yang masuk tiap periode
konstruksi yang telah ditentukan.
 Data dan informasi tersebut kemudian diproses menjadi
kemajuan aktual pekerjaan, dan selanjutnya dapat
dievaluasi kemajuan aktual terhadap rencana.
Pengertian serta Manfaat
Monitoring & Pelaporan Proyek (2)
 Dengan membandingkan perencanaan dan
pelaksanaan proyek tersebut dapat diketahui status
kemajuan proyek yang sesungguhnya.
 Informasi kemajuan proyek tersebut dialihkan hasilnya
kepada pihak yang berwenang agar dapat diambil
langkah keputusan terhadap penyimpangan proyek
yang terjadi dengan cepat dan tepat.
 Pelaporan merupakan kumpulan data aktual yang
telah diolah menjadi sebuah informasi bagi pihak
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek.
Pengertian dan Manfaat EV
 Earned Value merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk Mengukur Kinerja Biaya dan Waktu atau biasa juga
dikenal dengan konsep Cost-Schedule Control System
Criteria (C/SCSC).
 Informasi yang ditampilkan berupa indikator-indikator dalam
bentuk kuantitatif
 Indikator-indikator tsb nantinya akan bermanfaat untuk :
1. Menginformasikan posisi kemajuan proyek dalam jangka
waktu tertentu serta,
2. Memperkirakan proyeksi kemajuan proyek pada periode
selanjutnya atau keadaan proyek (ada tidaknya
penyimpangan) di akhir pelaksanaan proyek
 Berbekal ketiga indikator tersebut, kemudian dilakukan
analisis terhadap penyimpangan yang terjadi pada biaya
dan waktu/jadwal dengan cara mengukurnya.
Indikator/Parameter EV
 Indikator-indikator Earned Value :
1. BCWS (Budgeted Cost of Work Shedule)
Menggambarkan anggaran rencana sampai pada periode
tertentu terhadap volume rencana proyek yang akan
dikerjakan
2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)
Menggambarkan anggaran rencana proyek pada periode
tertentu terhadap apa yang telah dikerjakan pada volume
pekerjaan aktual (progress completed)
3. ACWP (Actual Cost of Work Peformed)
Menggambarkan anggaran aktual yang dihabiskan untuk
pelaksanaan pekerjaan pada keadaan volume pekerjaan
aktual
Analisis Terhadap Penyimpangan (1)

 Penyimpangan jadwal/waktu

a. SV (Scheduling Variance) = BCWP – BCWS

Kesimpulan :
SV > 0; progres aktual > rencana
Terjadi percepatan proyek terhadap rencana (schedule
overrun)

SV < 0; progress aktual < rencana


Terjadi keterlambatan proyek terhadap rencana (schedule
underrun)
Analisis Terhadap Penyimpangan (2)

 Penyimpangan jadwal/waktu

b. SPI (Schedule Performance Index) = BCWP / BCWS

Kesimpulan :
SPI > 1; Progress aktual > rencana
Terjadi percepatan proyek terhadap rencana (schedule
overrun)

SPI < 1; progress aktual < rencana


Terjadi keterlambatan proyek terhadap rencana (schedule
underrun)
Analisis Terhadap Penyimpangan (3)

 Penyimpangan Biaya

a. CV (Cost Variance) = BCWP – ACWP


Kesimpulan :
CV > 0; Pembiayaan aktual < rencana (cost underrun)

CV < 0; Pembiayaan aktual > rencana (cost overrun)

b. CPI (Cost Performance Index) = BCWP / ACWP


Kesimpulan :
CPI > 1; Pembiayaan aktual < rencana (cost underrun)

CPI < 1; Pembiayaan aktual > rencana (cost overrun)


Analisis Terhadap Penyimpangan (4)

 Karena ada indikasi proyek akan terlambat atau lebih


cepat dan biaya yang harus dikeluarkan akan
melebihi atau kurang dari yang dianggarkan, maka
kemajuan proyek untuk waktu yang akan datang
perlu diramalkan.
 Perkiraan Jadwal Penyelesaian Proyek (Shedule
Estimate at Completion = SEAC) atau ECD (Estimated
Completion Date) dapat dihitung dengan rumus sbb :
 SEAC = t BCWP + SETC, dimana

SETC (Shedule Estimate to Complete)


= (SAC – (t BCWP-SV)))/SPI
Analisis Terhadap Penyimpangan (5)

 Persentase keterlambatan/ percepatan


= 100 % - ((SEAC / Jadwal Rencana) x 100 %)

 Kinerja yang harus dicapai untuk mengembalikan


pada durasi rencana (SPI to-go)
 SPI to-go = (BAC – BCWP) / (BAC – BCWS)
Analisis Terhadap Penyimpangan (6)

 Perkiraan Biaya Penyelesaian Proyek (Budget


Estimate at Completion = BEAC) atau EAC (Estimated
at Completion) dapat dihitung dengan rumus sbb :
 BEAC = ACWP + BETC, dimana
BETC (Budget Estimate to Complete)
= (BAC – BCWP)/CPI

 Persentase Biaya penambahan/ penurunan


= 100 % - ((BEAC / Total Biaya) x 100 %)

 Kinerja yang harus dicapai untuk mengembalikan


pada biaya rencana (CPI to-go)
 CPI to-go = (BAC – BCWP) / (BAC – ACWP)
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (1)
Kondisi 1 :
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (2)
• Dari Gambar kondisi 1 terlihat bahwa nilai BCWP < BCWS.
• Dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut mengalami
penyimpangan waktu (schedule variance) pada baseline
minggu ke-4 sebagai periode waktu yang diukur kinerjanya.
• Untuk periode yang sama dengan nilai ACWP < BCWP,
menunjukkan bahwa biaya aktual yang dikeluarkan < daripada
penyelesaian volume pekerjaannya (berarti tidak terjadi
penyimpangan biaya).
• Untuk Nilai Hasil minggu ke-4, BCWP-nya sangat rendah, di
bawah yang seharusnya.
• Hingga akhir proyek pada minggu ke-12, kinerja biaya
meningkat, ACWP < BCWP (cost underrun), tetapi BCWP <
BCWS, yang berarti progress waktunya tetap terlambat hingga
selesai pada minggu ke-15 (schedule overrun).
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (3)
Kondisi 2 :
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (4)
• Dari Gambar kondisi 2 pada baseline minggu ke-4 terlihat
bahwa nilai BCWS > BCWP.
• Dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut mengalami
keterlambatan (schedule variance).
• Nilai ACWP > BCWP, menunjukkan bahwa biaya aktual yang
dikeluarkan > daripada penyelesaian volume pekerjaan pada
minggu ke-4, berarti terjadi penyimpangan biaya (cost
variance).
• Untuk Nilai Hasil minggu ke-4, BCWP-nya sangat rendah, di
bawah yang seharusnya.
• Hingga akhir proyek (minggu ke-12), kinerja biaya tetap buruk,
dengan ACWP > BCWP (cost overrun), sedangkan BCWP <
BCWS, yang berarti progress waktunya tetap terlambat hingga
selesai pada minggu ke-15 (schedule overrun).
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (5)
Kondisi 3 :
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (6)
• Dari Gambar kondisi 3 pada baseline minggu ke-4 terlihat bahwa
nilai BCWP > BCWS.
• Menunjukkan bahwa proyek tersebut lebih cepat dari rencana
(schedule variance).
• Nilai ACWP > BCWP, menunjukkan bahwa biaya aktual yang
dikeluarkan > daripada penyelesaian volume pekerjaan pada
minggu ke-4, berarti terjadi penyimpangan biaya (cost variance).
• Pada baseline minggu ke-4 hingga akhir proyek terlihat bahwa
ternyata volume pekerjaan melampaui volume rencana, BCWP >
BCWS (cost variance), sehingga proyek mengalami percepatan
(schedule underrun). BCWP = BCWS pada minggu ke-10,
artinya progress waktunya. lebih cepat dari rencana semula yang
selesai pada minggu ke-12 (schedule underrun)
• Hingga akhir proyek (minggu ke-12), kinerja biaya tetap buruk,
dengan ACWP > BCWP (cost overrun), sedangkan BCWP <
BCWS, yang berarti progress waktunya tetap terlambat hingga
selesai pada minggu ke-15 (schedule overrun).
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (7)
Kondisi 4 :
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (8)
• Gambar kondisi 4 adalah kondisi paling ideal yang
menjadi target dalam suatu penyelesaian proyek.
• Dari gambar tersebut, pada baseline minggu ke-4 hingga
minggu ke-9 terlihat bahwa nilai BCWS < BCWP.
• Ini menunjukan bahwa proyek tersebut lebih cepat dari
rencana semula, lebih cepat 2,5 minggu (schedule
underrun).
• Nilai ACWP < BCWS < BCWP menunjukkan bahwa
biaya aktual yang dikeluarkan < dari biaya penyelesaian
volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya (RAB),
sehingga terjadi penghematan (cost underrun). Nilai hasil
(earned value) pada minggu ke-4 hingga ke-9 sangat
baik karena BCWP > ACWP, artinya cashflow proyeknya
lancar
Grafik Kinerja Biaya & Waktu
Metode EV (9)
• Kondisi di atas adalah kemungkinan-kemungkinan.
yang dapat tejadi selama proyek berlangsung.
• Oleh karena itu, pengelola proyek harus tetap
memonitor kinerja dari awal hingga akhir
penyelesaian proyek dengan membuat baseline
atau milestone pada periode-periode tertentu, agar
kinerja sepanjang durasi proyek. secara iteratif
dapat terus diperbarui, supaya sasaran dan tujuan
proyek tercapai.
Kesimpulan (1)

 Tampilan informasi metode EV lebih progresif


dibanding kurva S konvensional, yang berguna
untuk memonitor dan mengevaluasi progres
proyek pada baseline tertentu.
 Metode ini dapat memprediksi kerugian biaya
dan waktu karena irama kerja yang cenderung
lambat, sehingga tambahan durasi proyek dan
biaya akhirnya dapat dihitung dengan
pendekatan matematis, yang selanjutnya dapat
digunakan untuk menentukan tindakan koreksi
apa yang akan dilakukan.
Kesimpulan (2)

 Kondisi paling ideal untuk pelaksanaan proyek


adalah kondisi 4 yang selalu diharapkan untuk
hasil monitoring dan evaluasi, sebaliknya
kondisi 2 adalah kondisi paling buruk yang bisa
tejadi selama pelaksanaan proyek.
 Dengan memperhatikan kondisi-kondisi di atas
dan dengan menentukan baseline pada periode
tertentu, maka penyimpangan dapat terdeteksi
sejak awal.
 Dengan demikian, tindakan koreksi dapat
dilakukan dengan lebih akurat dan tepat sasaran
Contoh Kasus (1)

 Pada tanggal 13 April 2015, PT. XYZ mendapat


kontrak pekerjaan sebesar Rp.160.000,-. Untuk
kebutuhan upah dan material sebesar
Rp.146.000,- sedangkan profit yang diharapkan
adalah Rp.14.000,-. Kontrak tersebut dimulai
pada tanggal 4 Mei 2015 dengan network yang
telah didefinisikan oleh kepala proyek sbb :
Contoh Kasus (2)

Durasi Biaya
No. Kegiatan
(minggu) (Ribuan Rp)
1 AB 7 21
2 AC 10 33
3 AD 8 32
4 BC 4 16
5 BE 2 12
6 CF 3 8
7 DF 5 17
8 EF 2 4
9 FG 1 3
Contoh Kasus (3)

Setelah 8 minggu prestasi proyek adalah :

Progress Biaya yang Waktu yg tersisa


Kegiatan
(%) Dikeluarkan (minggu)
AB 100 23.500 0
AC 60 19.200 4
AD 87,5 37.500 1
BC 50 8.000 2
BE 50 5.500 1
Contoh Kasus (4)

Rencana Anggaran proyek (dalam ribuan) adalah :


ACTIVITY 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
AB 2 2 3 3 4 4 3
AC 3 3 3 5 5 5 4 2 2 1
AD 5 5 6 4 4 4 3 1
BC 3 4 4 5
BE 6 6
CF 2 3 3
DF 3 3 3 4 4
EF 2 2
FG 3
Total 10 10 12 13 13 12 10 12 15 8 10 8 7 3 3

Tentukan kondisi proyek yang terjadi pada akhir minggu ke 8


Solusi Kasus (1)

Cost Schedule
Progress BCWS BCWP ACWP
ACTIVITY Variance Variance
(%) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
(Rp.) (Rp.)
AB 100,0 21.000,0 21.000,0 23.500,0 (2.500,0) -
AC 60,0 30.000,0 18.000,0 19.200,0 (1.200,0) (12.000,0)
AD 87,5 32.000,0 28.000,0 37.500,0 (9.500,0) (4.000,0)
BC 50,0 3.000,0 1.500,0 8.000,0 (6.500,0) (1.500,0)
BE 50,0 6.000,0 3.000,0 5.500,0 (2.500,0) (3.000,0)
CF
DF
EF
FG
Total 92.000,0 71.500,0 93.700,0 (22.200,0) (20.500,0)
Solusi Kasus (2)

PARAMETER :
o Cost Variance = BCWP – ACWP = - Rp.22.200
o Schedule Variance = BCWP – BCWS = - Rp.20.500
= Rp.20.500 / (BCWS / 4 minggu)
= Rp.20.500 / (Rp.92.000 / 4)
= Rp.20.500 / Rp.23.000
= 0,8913 minggu (≈ 6,23 hari)
o CPI = (BCWP / ACWP) = 0,763 < 1 (kurang baik)
o SPI = (BCWP / BCWS) = 0,78 < 1 (kurang baik)
Solusi Kasus (3)

COST :
o BETC = (BAC – BCWP) / CPI
= (Rp.143.000 – Rp.71.500) / 0,763
= Rp. 93.709
o BEAC = ACWP + BETC
= Rp.93.700 + Rp.93.709
= Rp. 187.409 > Rp.143.000 → proyek akan mengalami
kerugian, agar proyek tidak rugi, maka harus dicapai CPI
sebesar CPI to-go, yaitu = 1,45
o CPI to-go = (BAC – BCWP) / (BAC – ACWP)
= (Rp.143.000 – Rp.71.500) / (Rp.143.000 – Rp.93.700) = 1,45
Solusi Kasus (4)

SCHEDULE :
o SETC = (SAC – (t BCWP - SV)) / SPI
= (15 – (8 – 0,89130)) / 0,78 = 10,12 minggu
o SEAC = t BCWP + SETC
= 8 + 10,12 = 18,12 minggu > 15 minggu →
Durasi proyek akan lebih panjang dari rencana 15 minggu.
Untuk mengembalikan pada durasi rencana, maka SPI 1,4
o SPI to-go = (BAC – BCWP) / (BAC – BCWS)
= (Rp.143.000 – Rp.71.500) / (Rp.143.000 – Rp.92.000) = 1,4
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai