Disusun Oleh
Stevie Richard Mebri (2012-65-037)
Setiap kelompok masayarakat yang mendiami muka bumi memiliki sistem sosial dan sistem
budaya yang merupakan dasar hidup mereka, sehingga pola perilaku hidup mereka selalu berpedoman
pada system social dan budaya yang dimilikinya. Sistem sosial dan budaya setiap kelompok
masyarakat selalu berbeda antara satu kelompok atau suku bangsa dengan suku bangsa
lainnya.Perbedaan tersebut adalah terkait dengan kondisi alam dan atau letak geografis yang berbeda
dari masing-masing kelompok. Perbedaan tersebut terkait dengan kondisi alam atau letak geografis
yang berbeda dari masing-masing wilayah yang mereka diami.
Suku Sebyar adalah salah satu dari 250 suku bangsa (dilihat dari bahasa) di Papua yang
mendiami wilayah operasi LNG Tangguh di Teluk Bintuni,tepatnya di Kecamatan Arandaikabupaten
Manokwari. Perusahaan Gas ini akan beroperasi dengan peralatan teknologi canggih dengan
melibatkan ribuan karyawan dengan latar belakang budaya yang berbeda satu sama lainnya. Kondisi
demikian diperkirakan akan mempengaruhi kehidupan masyarakat suku Sebyar terutama yang
berhubungan dengan system sosial dan budaya mereka.
A. Letak Geografis
Desa Tomu merupakan salah dari 9 desa dalam wilayah administratif kecamatan Arandai.
Desa ini letaknya di bagian utara dari areal wilayah kecamatan Arandai. Jarak antara ibu kota
Kecamatan dengan Ibu kota desa Tomu kurang lebih 4 Km yang apabila menggunakan long
boat mengikuti sungai ditempuh dalam waktu 20 menit dan apabila jalan kaki jarak tersebut
ditempuh dalam waktu 35 menit. Desa di lalui sungai / anak sungai Gonggo yang membelah
lokasi pemukiman desa Tomu. Pola pemukimannya bejejer mengikuti bagian kiri dan kanan
dari anak sungai Gonggo.Anak Sungai yang membelah lokasi pemukiman desa Tomu
bermuara pada Sungai Sebyar yang merupakan tempat/areal terdekat untuk mencari siput
(bia), ikan sembilan, udang dan jenis ikan lainnya.
Luas wilayah desa Tomu secara keseluruhan 79.029,5 Ha. Yang terdiri dari :
B. Iklim
Desa Tomu berada pada ketinggian kurang - lebih 3 - 5 m di atas permukaan air laut dan
lokasi pada dataran rendah di sekitar teluk Bintuni yang kondisi tanahnya berawa yang lahannya
selalu pasang surut mengikuti air laut dengan jenis tanah Allevium dan Gambut ( 2.500 Ha.) yang
di umbuhi Bakau, Sagu dan jenis tanaman lainnya hingga sebagian areal menjadi hutan Bakau,
sagu dan lainnya. Hutan Bakau, sagu dan hutan kayu lainnya di lewati sungai-sungai kecil yang
bermuara ke sungai Sebyar dan sungai Weriagar.
Desa Tomu yang merupakan bagian dari kecamatan Arandai yang juga berada pada kawasan
teluk Bintuni memiliki iklim cukup berfariasi namun menurut data yang diperoleh pada data
monografi desa ( th. 2000 ) menunjukkan bahwa :
Suku Kuri
Suku Wamesa
Suku Iraritu
Suku Simuri
Suku Manikion dan Kambatin
Nama desa Tomu diangkat dari nama Kampung Tomu yang artinya tempat bertemu
klen Nawarisa dengan Kosepa, yang selanjut di susul oleh klen-klen lainnya seperti : Inai
dan Klen Kaitam yang tadinya mendiami muara sungai Sebyar yaitu di Kampung
Margarina.
Klen-klen Dalam Suku Sebyar Dibagi Menurut Sub Suku Damban dan Kembran
Klen-klen Damband
Nawarisa
Kosepa
Klen-klen Kembran
Tabyar
Iribaram
Kaitam
Urbon
Inai
Gegetu
Nabi
Bauw
Efun
Braweri
Kinder
Sorowat
Hindom
Patiran
Kutanggas
Frabun
Rumatan
Eren
Tonoy
Kokop
Ibimbong
Buranda
Kambori
Sumber :
Klen-klen tersebut di atas tersebar pada 7 desa , termasuk desa Tomu.Klen-klen tersebut
masing-masing mengetahui hak ulayat mereka, terutama dusun sagu yang merupakan mata
pencaharian pokok mereka sehingga apabila salah satu warga yang bukan pemilik menokok sagu di
dusun klen lain maka harus memberitahukan kepada klen pemiliknya. Selain itu, ada hutan / dusun
sagu yang dapat di gunakan oleh ke- 7 ( tujuh ) klen tersebut.Klen-klen tersebut di atas memiliki kerja
sama yang baik dalam semua hal terutama dalam usaha-usaha menokok sagu,melakukan upacara adat
seperti upacara kawin,membayar maskawin, mengurus orang meninggal,membuat kelompok nelayan
dan koperasi.
Masyarakat lokal juga memanfaatkan potensi budaya lokal dengan bercocok tanam juga berburu
BAB III.KESIMPULAN
A. Penutup
Papua Merupakan sebuah dataran pulau yang sangat luas dengan keanekaragaman
hayati dan potensi alam yang sangat luar biasa,ketika kita menggali satu potensi dari sebuah
suku saja hasil yang kita dapat sangat menakjubkan dengan keanekaragaman yang luar
biasa.Mengetahui dan mengenal budaya kita sendiri dapat menjaga kelestarian budaya itu
sendiri dan menjaga kenakaragaman alam daerah kita sendiri karena setiap mahluk hidup
yang mendiami suatu ekosistem tertentu mempunyai hubungan erat dengan ekosistem
tersebut. Hubungan itu berupa interaksi timbal balik antara sesama mahluk hidup dan antara
mereka dengan alam tempat mereka hidup. Tingkat derajad pengaruh yang terjadi akibat
interaksi antar sesama mahluk hidup maupun antara mahluk hidup dengan lingkungan
alamnya senantiasa berada dalam suatu keseimbangan, meskipun kadang-kadang muncul
salah satu unsur sebagai faktor determinan. Misalnya pada suatu ekosistem tertentu terdapat
hanya jenis-jenis mahluk tertentu saja karena jenis-jenis mahluk hidup inilah yang dapat
beradaptasi untuk dapat hidup dan mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya di
ekosistem tersebut. Dengan kata lain unsur alam merupakan faktor determinan terhadap jenisjenis mahluk hidup di dalamnya.
Sistem mata pencaharian mereka sebagai manusia seperti menokok sagu dan mencari
ikan, udang, kerang dan jenis hewan lainnya dengan menggunakan transportasi perahu masih
ada.
Suku Sebyar menganut system / prinsip keturunan Patrilineal dan memiliki 25 klen.
Klen ini dibagi dalan dua sub suku, yaitu : sub suku Dambad dan sub suku Kembran yang
biasa disebut juga Sebayar Luar. Klen-klen yang masuk kelompok sub suku Dambad ada 7
klen, yaitu : klen Nawarisa, klen
Kosepa, klen Kaitam, klen Inai, klen Gegetu, klen Efum dan klen Kinder.Sedangkan,
kelompok klen yang masuk sub suku Kembran ada 18 klen, yaitu: Tabyar, Iribaram, Urbon,
Nabi, Bauw, Braweri, Sorowat, Hindom, Patiran, Kutanggas, Frabun, Rumatan, Eren, Tonoy,
Kokop, Ibimbong, Buranda,Kambori
B. Saran
Kearifan budaya lokal harus dilestarikan untuk menghindari kepunahanjati diri
masyarakat lokal,ditengah gempuran arus budaya yang berbeda-beda,terlebih tempat suku ini
merupakan tempat produksi salah satu perusahan minyak raksasa di bintuni.Kehidupan
masyarakat yang masih sederhana menambah kelesatarian lingkungan alam sekitar