Anda di halaman 1dari 52

ARSITEKTUR

DI JAWA - MADURA

KELOMPOK 2

A L J A N N AT U L A S R A ( 1 6 0 4 1 0 4 0 1 0 0 1 5 )
DEWI ASMARANI PUTRI (1604104010069)
E LV I R A N A D YA S A L E H ( 1 6 0 4 1 0 4 0 1 0 0 5 6 )
ERINA AZHARI HUMAIDY (1604104010048)
K A N A P U T R I J AYA B E TA R I ( 1 6 0 4 1 0 4 0 1 0 0 3 1 )
P U T R I P R ATA M A ( 1 6 0 4 1 0 4 0 1 0 0 1 4 )
PETA PULAU JAWA
JAWA BARAT

kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan
berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki
kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi
yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat;curah hujan berkisar antara
2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta
m3/th.
DEMOGRAFI DAN TOPOGRAFI
DEMOGRAFI TOPOGRAFI
Etnis:Sunda (73,73%),
Ciri utama daratan Jawa Barat
Jawa(11,04%), Betawi (5,33%), Ci
adalah bagian dari busur
rebon (5%), Batak(0,77%), Minang
kepulauan gunung api (aktif dan
kabau(0,47%), Tiongha (0,46%)
tidak aktif) yang membentang
Agama : Islam 93.40%
dari ujung utara Pulau Sumatera
Katolik 4.97%
hingga ujung utara Pulau
Kristen Protestan 1.10%
Sulawesi. Daratan dapat
Buddha 0.53%
dibedakan atas wilayah
Hindu 0.28%
pegunungan curam di selatan
Konghucu 0.05%
dengan ketinggian lebih dari
Bahasa :Bahasa Sunda, Bahasa
1.500 m di atas permukaan laut,
Cirebonan, Bahasa Cirebon dialek
wilayah lereng bukit yang landai
Indramayu , Bahasa
di tengah ketinggian 100 1.500 m
Cilebut , Bahasa Melayu dialek
dpl, wilayah dataran luas di utara
Betawi dan Bahasa Betawi
ketinggian 0 . 10 m dpl, dan
wilayah aliran sungai.
RUMAH ADAT JAWA BARAT

IMAH JULANG NGAPAK

Atap dari Imah Julang Ngapak


ini sendiri terbuat dari bahan
rumbia, ijuk, atau alang-alang
yang diikat pada kerangka atap
dari bambu

Julang Ngapak dalam bahasa Indonesia bermakna seekor burung yang


mengepakkan sayapnya.
Rumah dengan desain atap Julang Ngapak biasanya akan dilengkapi
dengan cagak gunting atau capit hurang di bagian bubungannya.
Keduanya sama-sama diPakai untuk menanggulangi merembesnya air
pada bagian pertemuan antar atap yang berada di ujung atas rumah.
IMAH TOGOG ANJING

Togog Anjing sendiri bermakna anjing yang sedang duduk.Atap rumah adat
Jawa Barat yang satu ini memang mempunyai desain yang mirip dengan
bentuk anjing saat duduk.
Terdapat 2 bidang atap yang menyatu membentuk segitiga, dan satu bidang
atap yang menyambung pada atap bagian depan.
Atap yang menyambung ini umumnya disebut sorondoy dan biasanya
menjadi bagian peneduh untuk teras depan rumah.
IMAH BADAK HEUAY

Badak Heuay mempunyai arti yakni badak yang sedang menguap.Jika kita
pehatikan dari jenis desain atapnya, model rumah Badak Heuay nampak
seperti rumah Tagog Anjing.
Hanya saja, pada bagian suhunan, atap belakang melewati tepi pertemuan
sehingga tampak seperti mulut badak yang sedang menguap.
IMAH PARAHU KUMUREB
rumah Parahu Kumureb yang artinyua perahu tengkurap.Desain atap rumah
adat Jawa Barat ini mempunyai 4 bagian utama.
Dua bagian berada di depan dan belakang berbentuk trapesium, dan dua
bagian di sisi kanan kiri berbentuk segitiga sama sisi. Di Provinsi Palembang,
desain atap Parahu Kumureb disebut juga desain atap Limasan.
Sesuai dengan namanya, atap rumah adat Sunda satu ini memang nampak
seperti sebuah perahu yang sedang terbalik atau tengkurap.Dikarenakan terlalu
banyak terlalu banyak sambungan, desain atap rumah ini sering kali mudah
bocor sehingga jarang digunakan
IMAH CAPIT GUNTING
Capit Gunting adalah salah satu nama susuhunan atau bentuk atap di masyarakat Sunda
pada zaman dahulu. Istilah untuk nama susuhunan ini disebut Undagi. Undagi itu
sendiri ialah tata arsitektur.
Capit Gunting tersusun dari dua kata, yakni Capit dan Gunting.Dalam konteks dan arti
dalam bahasa Sunda, Capit memiliki makna asal mengambil dengan ujung barang yang
sama-sama dijepitkan.
Sedangkan gunting sendiri dalam basa Sunda
bermakna peralatan semacam pisau yang digunakan
untuk memotong kain atau bisa dispesifikasikan
sebagai pisau yang menyilang
Bentuk bangunan rumah yang atap atau suhunan
bagian ujung belakang atas dan depan atas memakai
kayu atau bambu yang bentuknya menyilang
dibagian atasnya seperti gunting.
CIRI KHAS RUMAH ADAT JAWA BARAT

1. Pondasi
Bentuk pondasi rumah adat Sunda tidak jauh berbeda dengan rumah
tradisional yang ada pada saat ini.
Perbedaan mendasarnya hanya terletak pada bentuk pondasinya yang lebih
unik dan menarik. Pondasi ini dibuat sedemikian rupa dengan cara meletakkan
batuan tepat dibawah sudut-sudut rumah.
Tujuannya yakni supaya rumah tidak mengalami kerusakan yang parah saat
terjadi gempa.Selain itu juga menghindari kelembaban lantai rumah yang
berlebihan.
2. Lantai
Rumah adat Sunda dibuat dengan bahan material bambu sebagai bahan dasar
lantainya.Bambu yang dipakai ialah bambu yang telah dibelah atau pelupuh.
Bahan ini sangat bermanfaat untuk sirkulasi udara yang melewati area kolong
di bawah rumah.Dengan ketinggian rumah adat Sunda biasanya mencapai 5
meter sampai dengan 6 meter, maka desain lantai bambu ini bisa menahan
tingkat kelembaban di dalam rumah.
3. Dinding
Bahan material utama yang dipakai untuk dinding Rumah Sunda ialah
anyaman bambu.Anyaman ini mempunyai lubang-lubang kecil yang
bermanfaat sebagai jalan masuknya udara ke dalam rumah.
membuat udara di dalam rumah adat Sunda menjadi tidak panas. Selain
dinding, pintu dan jendela pun juga ikut dibuat dengan memakai bambu
pada daun pintu dan daun jendelanya.
Dengan begitu, rumah adat jawabarat ini terlihat semakin kental desain
bambunya.
4. Plafon
Kerangaka plafon Rumah Sunda terbuat dari susunan bambu.Desainnya
sengaja dibuat lebih bermanfaat agar bisa dipakai sebagai ruangan
tempat menyimpan beberapa barang.Rangka utama menggunakan
bambu utuh, sedangkan penutupnya memakai pelupuh.
TATA LETAK

Dalam kepercayaan Suku Sunda ialah sebuah rumah tidak boleh dihadapkan ke
arah selain barat dan timur.Letak rumah juga harus disusun agar rapi dengan
rumah lainnya dalam satu kampung.
Jika ditilik dari segi filosofis, Secara umum, nama suhunan rumah adat orang
Sunda ditujukan untuk menghormati alam sekelilingnya.
hampir di setiap bangunan rumah adat Sunda sangat jarang ditemukan paku
besi ataupun alat bangunan modern lainnya.
Untuk penguat antar-tiang digunakan paseuk (dari bambu) atau tali dari ijuk
ataupun sabut kelapa, sedangkan bagian atap sebagai penutup rumah
menggunakan ijuk, daun kelapa, atau daun rumia.Sangat jarang menggunakan
genting.
Pemakaian material bilik yang tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau
palupuh tentu tidak mungkin dipakai untuk tempat perlindungan di komunitas
dengan peradaban barbar.
Rumah di komunitas orang Sunda bukan sebagai benteng perlindungan dari
musuh manusia, tapi semata dari alam berupa hujan, angin, terik matahari dan
binatang.
BETAWI

Terletak pada posisi 6° 12” Lintang Selatan dan 106° 48” Bujur Timur dan
merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan
laut. Dan dengan luas wilayah 7.639,83 km2
Berdasarkan keadaan topografinya, wilayah DKI Jakarta merupakan daerah yang
landai. DKI Jakarta memiliki suhu rata-rata per tahun 27° C dengan kelembaban
antara 80 – 90 persen dan kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam.
KARAKTER KEBENCANAAN WILAYAH DKI JAKARTA

BANJIR

Faktor geografis, seperti kondisi topografis


Jakarta yang landai dan dilalui 13 jalur
sungai

Faktor lingkungan, seperti penumpukan


sampah di dasar sungai yang menyebabkan
pendangkalan dan penyempitan sungai

Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Jakarta. Hal tersebut


disebabkan oleh beberapa factor, seperti faktor geografis dan faktor
lingkungan.
KEBAKARAN

Berdasarkan data yang ada, rata


– rata dapat terjadi 800 kasus
kebakaran pertahun

Kebakaran juga merupakan bencana yang sering terjadi di Jakarta. Tak jarang
satu kasus kebakaran mengalami kerugian yang besar. Hal ini dikarenakan
padatnya perumahan penduduk sehingga api cepat menyebar
SEJARAH ARSITEKTUR BETAWI
 Wilayah DKI Jakarata merupakan ibu kota Indonesia dan kota
pelabuhan. Hal tersebut menyebabkan banyaknya suku bangsa dari
kepuluan lain di Indonesia singgah untuk urusan perdagangan dan tak
sedikit yang memilih untuk menetap dan bermukim di Jakarta pada abad
ke 15. Para pendatang juga membawa kebudayaan mereka, sehingga suku
betawi merupakan masyarakat yang heterogen. Suku bangsa tersebut
adalah Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makassar dan Sunda.

Selanjutnya pada abad ke 16, 17, 18 dan 19. Bangsa dari negara lain juga
memilih menetap di Jakarta, seperti Arab, Cina, Belanda dan Portugis.
Selain kebudayaan, Hal tersebut juga memengaruhi arsitektur tradisional
betawi, yaitu Rumah Tradisional Betawi
RUMAH JOGLO BETAWI

Rumah ini merupakan rumah yang mendapat pengaruh arsitektur Jawa pada
bentuk atapnya. Rumah ini biasa terletak di tengah kota dan dipakai oleh orang
Betawi yang merupakan keturunan Keraton Jawa
Ada beberapa hal yang membedakan antara rumah joglo Betawi dengan rumah joglo di
Jawa. Rumah joglo pada masyarakat Betawi,integrasi antara denah dan tiang-tiang
penopang struktur atap adalah tidak begitu nyata sedangkan pada rumah-rumah joglo
di jawa, tiang-tiang penopang struktur atap adalah megaH pada pembagian ruangan.
Dahulu ruang depan berisi balai-balai sekarang umumnya berisi kursi dan meja
tamu.ruang tengah sering disebut ruang dalam dan merupakan bagian pokok dari
rumah Betawi yang berisikan kamar tidur,kamar makan, dan pendaringan. Sementara
ruang belakang adalah dapur dan tempat untuk menyimpan alat pertanian dan kayu
bakar.
DENAH RUMAH JOGLO BETAWI

Rumah ini memiliki


bentuk denah bujur
sangkar dan dibagi
menjadi 3 bagian.
Masing-masing
bagian memiliki
fungsi.
Jenis atapnya
aadalah atap Joglo
yang merupakan
adaptasi dari
arsitektur Jawa
JAWA TENGAH

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian


tengah Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Semarang. Provinsi ini berbatasan
dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah
Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan
Laut Jawa di sebelah utara.
GEOGRAFI

RELIEF IKLIM HIDROLOGI

Menurut tingkat Jawa Tengah


kemiringan lahan di Sumber air di Jawa
memiliki iklim Tengah yaitu sungai
Jawa Tengah, 38% tropIs, dengan Bengawan Solo
lahan memiliki curah hujan Karena Bengawan
kemiringan 0-2%, tahunan rata- Solo merupakan
31% lahan memiliki rata 2.000 sungai terpanjang di
kemiringan 2-15%, meter, dan Pulau Jawa
19% lahan memiliki suhu rata-rata (572 km); memiliki
21-32oC. mata air di
kemiringan 15-40%,
dan sisanya 12% Pegunungan Sewu
lahan memiliki (Kabupaten
Wonogiri)
kemiringan lebih dari
40%.
RUMAH JOGLO

Rumah joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang dibangun


berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan rumah joglo terjadi
akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG
LOro (JUGLO) dan berkembang penyebutannya menjadi Joglo.
Desain atap tersebut dihasilkan dari pola tiang-tiang yang menyangga rumah. Pada
bagian tengah terdapat empat tiang yang berukuran lebih tinggi gunanya untuk
menyangga beban atap. Keempat penyangga tersebut biasa disebut dengan istilah
“soko Guru”. Yang gunakan sebagai untuk penyangga dan tempat pertemuan rangka
atap yang menopang beban atap. Atap rumah tersebut menggunakan genting yang
terbuat dari tanah liat.
Molo (mulo / sirah / suwunan), balok yang letaknya paling atas, yang dianggap sebagai “kepala”
bangunan.
Ander (saka-gini), Balok yang terletak di atas pengeret yang berfungsi sebagai penopang molo.
Geganja, konstruksi penguat / stabilisator ander.
Pengeret (pengerat), Balok penghubung dan stabilisator ujung-ujung tiang; kerangka rumah
bagian atas yang terletak melintang menurut lebarnya rumah dan ditautkan dengan blandar.
Santen, Penyangga pengeret yang terletak di antara pengeret dan kili.
Sunduk, Stabilisator konstruksi tiang untuk menahan goncangan / goyangan.
Kili (Sunduk Kili), Balok pengunci cathokan sunduk dan tiang.
Pamidhangan (Midhangan), Rongga yang terbentuk dari rangkaian balok / tumpang-sari pada
brunjung.
Dhadha Peksi (dhadha-manuk), Balok pengerat yang melintang di tengah tengah pamidhangan.
Penitih / panitih.
Penangkur.
Emprit-Ganthil, Penahan / pengunci purus tiang yang berbentuk tonjolan; dudur yang
terhimpit.
Kecer, Balok yang menyangga molo serta sekaligus menopang atap.
Dudur, Balok yang menghubungkan sudut pertemuan penanggap, penitih dan penangkur
dengan molo.
Elar (sayap), Bagian perluasan keluar bagian atas sakaguru yang menopang atap.
Songgo-uwang, Konstruksi penyiku / penyangga yang sifatnya dekoratif
BAGIAN RUMAH ADAT JOGLO
PENDHAPA ATAU PENDOPO
Ruang depan yang terbuka
menggambarkan falsafah
penduduk Jawa yang memiliki sifat
ramah, terbuka dan membebaskan
siapa saja tamu yang hendak
datang. Uniknya, walaupun
letaknya di bagian depan, jalur
utama untuk memasuki rumah
bukanlah dari pendopo akan tetapi
melewati pintu samping.

Pendhapa atau pendopo merupakan bagian depan rumah yang terbuka, tidak
berdinding, berpagar ataupun bersekat dan tempat tiang Soko Guru berada. Kata
dasar Pendhapa yaitu Andhap yang berarti rendah, karena posisinya yang lebih
rendah dari Omah Ndalem. Umumnya ruangan ini dimanfaatkan penghuninya
sebagai tempat pertemuan, menerima tamu, kerabat dan saudara. Kadang kala
tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat latihan menari dan kegiatan lainnya
PRINGGITAN

Pringgitan merupakan suatu ruangan yang mengkoneksikan pendopo dengan


omah njero atau omah dalem. Pringgitan merupakan sebuah ruangan semi
privat yang biasanya digunakan sebagai ruang tamu untuk menerima tamu atau
saudara yang lebih dekat hubungan kekerabatannya. Masyarakat Jawa dahulu
biasa menggunakan Pringgitan untuk menghelat pagelaran wayang kulit dan
para penonton menyaksikan dari pendhapa.
OMAH NDALEM / OMAH NJERO

Omah Ndalem terdiri dari ruang keluarga dan beberapa kamar yang disebut dengan
senthong. Masyarakat dulu hanya membangun senthong sebanyak tiga senthong,
yaitu senthong Kiwo, senthong tengah dan senthong tengen. Namun masyarakat
sekarang ini membuat senthong disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga

Ruangan ini adalah


bangunan inti dari rumah
joglo dan merupakan
ruangan khusus para
penghuni rumah untuk
bercengkrama dan bersantai
antar sesama keluarga.
JENIS SENTHONG

BUDHA HINDHU

ISLAM
PAWON

Pawon atau dapur berada di bagian belakang Omah Ndalem yang dipisahkan
dengan halaman terbuka seperti halnya Gandhok. Posisi dapur dipisahkan dari
bangunan inti karena bangunan inti dianggap sangat suci dan sacral sehingga tidak
baik bila berdekatan dengan dapur yang kotor. pawon berasal dari kata dasarnya
yaitu awu atau abu.
PEKIWAN

Pekiwan dimanfaatkan sebagai kamar mandi dan toilet bagi para penghuni rumah.
Di dalam pekiwan ini terdapat sumur sebagai sumber air yang digunakan untuk
mandi, mencuci dan memasak. Uniknya posisinya jauh terpisah dari bangunan inti
yaitu berada di bagian belakang dapur. Seperti halnya dapur, Pekiwan dianggap
sebagai tempat yang kotor dan bau sehingga posisinya tidak boleh berdekatan
dengan bangunan inti.
JAWA TIMUR
Rumah Joglo umumnya terbuat dari kayu Jati. Sebutan Joglo mengacu pada
bentuk atapnya, mengambil stilasi bentuk sebuah gunung. Stilasi bentuk gunung
bertujuan untuk pengambilan filosofi yang terkandung di dalamnya dan diberi
nama atap Tajug, tapi untuk rumah hunian atau sebagai tempat tinggal, atapnya
terdiri dari 2 tajug yang disebut atapJoglo/Juglo / Tajug Loro. Dalam kehidupan
orang Jawa gunung merupakan sesuatu yang tinggi dan disakralkan dan banyak
dituangkan kedalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-simbol yang
berkenaan dengan sesuatu yang magis atau mistis. Hal ini karena adanya pengaruh
kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang
dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa.
Halaman pertama (bagian depan) menggambarkan sejarah dan kesenian Jawa
Timur.
Halaman ke dua (tengah) anjungan Jawa Timur menggambarkan alam perjuangan.
Halaman ke tiga anjungan Jawa timur menggambarkan alam pedesaan. Pada
halaman ini terdapat beberapa rumah adat, dimana sebuah rumah kepala desa,
lengkap dengan pendopo dan kenthongannya sebagai bangunan induk anjungan
Jawa Timur.
Istilah Joglo berasal dari kerangka bangunan utama dari rumah adat jawa
terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang
songo (tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya.
Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama
rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk
pencu.
rumah joglo, yang biasanya mempunyai bentuk atap yang bertingkat-tingkat,
semakin ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang semakin tinggi
dirancang bukan tanpa maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap tersebut
menjadi suatu hubungan tahap-tahap dalam pergerakan manusia menuju ke
rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh manusia itu sendiri, sehingga
hal itu menyebabkan penghuni merasa nyaman ketika berada di dalam
bangunan dan hal itu membuat penghuni lebih sering berkumpul dengan
keluarga dan merasakan kebersamaan yang kuat seperti struktur yang
menopang rumah Adat Joglo ini
CIRI KHAS ATAP JOGLO

dapat dilihat dari bentuk atapnya yang merupakan perpaduan antara dua buah
bidang atap segi tiga dengan dua buah bidang atap trapesium, yang masing-
masing mempunyai sudut kemiringan yang berbeda dan tidak sama besar.
 Atap joglo selalu terletak di tengah-tengah dan selalu lebih tinggi serta diapit
oleh atap serambi. Bentuk gabungan antara atap ini ada dua macam, yaitu: Atap
Joglo Lambang Sari dan Atap Joglo Lambang Gantung.
 Atap Joglo Lambang Sari mempunyai ciri dimana gabungan atap Joglo dengan
atap Serambi disambung secara menerus, sementara atap Lambang Gantung
terdapat lubang angin dan cahaya, dan hal ini melambangkan filosofi
kehidupan manusia, bahwa kehidupan semakin sukses (berada diatas) maka
cobaan pun akan semakin berat, semakin kuat diterpa angin, dan selalu rawan
untuk jatuh apabila tidak hati-hati, dan alangkah baiknya jika hidup kita seperti
kontruksi Rumah dan Penataan Ruang pada Rumah joglo ini, yang saling
mengikat satu sama lain, mengormati, bantu membatu, dan tidak ada yang
dirugikan.
Pemilihan dan penggunaan bahan bangunan adalah faktor keempat.
Penggunaan kayu untuk dinding (gebyok) dan genteng tanah liat untuk atap
disebabkan material ini bersifat ringan sehingga relatif tidak terlalu membebani
bangunan.
Sirkulasi keluar masuknya udara pada rumah joglo sangat baik karena
penghawaan pada rumah joglo ini dirancang dengan menyesuaikan dengan
lingkungan sekitar.
MADURA

GEOGRAFI
Lokasi : Asia Tenggara
Koordinat :
7°0′LU 113°20′BT
Kepulauan :Kepulauan
Sunda Besar
Jumlah pulau : 127 Pulau
Pulau besar : Kepulauan
Kangean, Kepulauan
Masalembo.
Luas :5,200 km²
Puncak tertinggi : Bukit
Geger,Bukit Payudan Negara
Indonesia
Provinsi : Jawa Timur
TANEAN LANJHANG

Rumah adat Madura dikenal dengan nama TANEAN LANJHANG


(makna harfiahnya adalah halaman panjang).

Tanean lanjhang adalah pemukiman tradisional masyarakat Madura yang


merupakan kumpulan rumah yang terdiri atas beberapa keluarga yang masih
terikat dalam satu ikatan keluarga.
Tanean lanjhang terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan
rumah induk yang berada di tengah-tengah.
DENAH DAN PERSPEKTIF

CIRI-CIRI TANEAN LANJHANG


•Satu kompleks atau pemukiman terdiri atas 2 hingga 10 rumah.
•Posisi rumah berjejer memanjang
•Susunan rumah yang berhadap hadapan akan menyisakan halaman di tengah yang
kemudian dikenal dengan Tanean Lanjhang.
•Terdapat TONGHUH atau rumah induk yang merupakan cikal bakal yerbentuknya
pemukiman.
•Tonghun berada di barat dan dilengkapi dengan kandang, langgar (musholla) .
PERSPEKTIF

Di ujung paling barat merupakan letak


langgar. Bagian utara adalah kelompok
rumah yang tersusun sesuai hierarki
keluarga. Susunan barat – timur terletak
rumah orang tua, anak-anak, cucu hingga
cicit dari keturunan perempuan..

Barat – timur adalah arah yang menunjukkan urutan tua – muda. Ikatan
kekeluargaan menjadi sangat erat berkat diberlakukan sistem tersebut.
Sedangkan hubungan antar kelompok cenderung renggang, karena letak
pemukiman yang menyebar dan terpisah.
.
TIPOLOGI DAN KARAKTER RANCANGAN

 Rumah adat Madura ini hanya


memiliki satu pintu di depan. Hal ini
dimaksudkan agar pemilik rumah
dapat mengontrol aktifitas keluar
masuk anggota keluarganya
 Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asli
Madura, dengan warna hujai dan
merah yang merupakan lambaSng
kesetiaan dan perjuangan

Tipologi Tanean Lanjhang Madura dan masyarakat di Sanggar


Asmorobangun Malang memiliki keterkaitan aspek kesemestaan satu
sama lain, yang semestinya ditelah kembali untuk masa deoan
perancangan baru yang lebih baik
Langgar di Madura merupakan sesuatu yang sangat penting karena di Madura
adalah penganut agama yang sangat teguh.
Sehingga langgar merupakan symbol ketaatan masyarakat Madura dalam
beragama.
Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai. Antara
permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian
tanah yang disebut galengan atau tabun, sehingga masing-masing kelompok
menjadi terpisah oleh lahan garapannya.
Letaknya pun berada di barat, yang dalam islam artinya menghadap ke arah kiblat.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai