Anda di halaman 1dari 8

FISIKA

BANGUNAN
Bangunan tradisionalII
Dosen: Dr. Andi Harapan,ST., MT.
Indonesia
MBARU NIANG (NUSA TENGGARA
BARAT)
ANGGOTA KELOMPOK

KEVIN DWI LIESTIANTO 10419012


BRIAN SEPTIANSYAH 10419020
ADITYA SAPUTRA 10419026
MBARU
NIANG
Mbaru Niang berasal dari bahasa setempat yang berarti
rumah tinggi (Mbaru = Rumah | Niang = Tinggi). Mbaru
Niang merupakan rumah panggung tradisional yang
tersisa tujuh di desa Wae Rebo, NTT.
lokasinya dan posisinya di Indonesia
Wae Rebo terletak di desa Satar Lenda , Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Hawanya cukup dingin, berada di ketinggian C. a. 1100 m di atas permukaan air laut Kampung Wae Rebo
diapiti oleh gunung, hutan lebat dan berada jauh dari kampung – kampung tetangga. Kampung Wae Rebo dikukuhkan
oleh Enklave sejak masa penjajahan Belanda.
Letaknya tak terlihat dari keramaian dengan pegunungan hujan tropis dan lembah hijau yang mendekap hangat dusun
ini. Adalah Wae Rebo, sebuah dusun yang menjadi satu-satunya tempat mempertahankan sisa arsitektur adat budaya
Manggarai yang semakin hari semakin terancam ditinggalkan pengikutnya. Mengapa berbentuk kerucut dan dari mana
asal muasalnya masih sebuah tanda tanya besar, kecuali secuil informasi dari tradisi penuturan masyarakatnya sendiri
yang merupakan generasi ke-18.
penerapan iklim tropis pada bangunan tradisional
Mbaru Niang bukan hanya sekedar tempat berlindung dari cuaca
dan gangguan dari luar.
● Dimensi dari Mbaru Niang adalah lebar lantai pertama 11 m
dan terus mengerucut hingga kepuncaknya, tinggi dari tanah
hingga pucuknya 15 meter, pondasi menancap hingga
kedalaman 2 meter.
● Bentuk rumah panggung menjadikan Mbaru Niang sebagai
rumah yang sempurna sebagai tempat perlindungan dari
hewan buas dan berdasarkan dari letak geografisnya, desa
Wae Rebo berada pada wilayah gempa empat dan lima
sehingga bentuk rumah panggung juga sangat kondusif
untuk wilayah tersebut.
MATERIAL &
KONSTRUKSI
Pembangunan mbaru niang bisa disebut sebagai ‘knock down’,
atau bangunan yang dapat di bongkar pasang tanpa merusak bahan
utama dan bisa dipergunakan kembali.
Mbaru Niang berbentuk kerucut dengan atap yang hampir
menyentuh tanah. Atap yang digunakan rumah adat Mbaru Niang
ini menggunakan daun lontar. Mirip rumah adat "honai" di Papua,
Mbaru Niang adalah rumah dengan struktur cukup tinggi, berbentuk
kerucut yang keseluruhannya ditutup ijuk.
PONDASI
Pondasi dari mbaru niang terdiri dari beberapa bilang
batang kayu yang ditanam ke tanah sedalam 2 meter.
terdapat permasalah pondasi pada bangunan lama, yaitu
kayu yang membusuk karena lembab atau rapuh, sehingga
tak kuat menahan keseluruhan bangunan rumah. seiring
dengan kedatangan tamu dan beberapa masukan dari ahli,
pondasi mbaru niang sekarang dibungkus dengan plastik
dan ijuk untuk melindungi kayu bersentuhan langsung
dengan tanah wae rebo yang lembab.
Tiang Utama / Bongkok
Tiang utama berdiri diatas lantai pertama. untuk
menyangga tiang utama ini, ditahan dengan tali rotan
yang diikatkan pada tiga hingga 4 pasak.tiang utama ini
akan menjadi penyangga dari keseluruhan aktivitas
pembangunan rumah
Penyangga Dinding dan dinding (atap)
Penyangga dinding yang sekaligus berfungsi sebagai atap
ini adalah kumpulan rotan dalam satu ikatan, ukurannya
sangat besar, dan panjangnya disesuaikan dengan keliling
lingkaran, jadi yang paling panjang adalah pada lantai
satu, sepanjang 34,54 m (keliling lingkaran = 2 phi r) dan
semakin keatas semakin pendek. kumpulan rotan inilah
yang membentuk bulatan pada mbaru niang.
selain kumpulan rotan besar itu sebagai penyangga utama,
ada juga bambu-bambu / buku bambu yang berfunsi
sebagai ‘reng’ atau penyangga yang mengikat
sekumpulan-kumpulan ijuk atau alang-alang yang disusun
bergantian.

Anda mungkin juga menyukai