DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
GENAP 2021/2022
A. IDENTIFIKASI IKLIM DAN ANALISIS RUMAH ADAT SUKU ASMAT, RUMAH JEW
1. FISIK
Kabupaten Asmat adalah kabupaten yang pemusatan penduduknya berada di pesisir
pantai atau di pinggir sungai. Suku bangsa mayoritas di kabupaten ini adalah suku
Asmat, dan ada juga suku Papua lainnya, serta suku pendatang dari wilayah lain di
Indonesia. Data Sensus Penduduk Indonesia 2010, penghitungan berdasarkan jenis
kelamin laki-laki, penduduk asli orang Papua sebanyak 35.592 jiwa (88,49%),
sementara orang non asli Papua sebanyak 4.628 jiwa (11,51%).
Kabupaten Asmat terletak antara 40 – 70 Lintang Selatan dan 1370 -1400 Bujur Timur.
Kabupaten Asmat merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Papua yang terletak
di bagian selatan Papua, Kabupaten Asmat memiliki luas 23.746 km2 atau 7,44 persen
dari luas Provinsi Papua. Pada bagian utara, Kabupaten Asmat berbatasan dengan
Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo, sedangkan di bagian selatan berbatasan
dengan Laut Arafuru dan Kabupaten Mappi. Sebelah barat berbatasan dengan Laut
Arafuru dan Kabupaten Mimika, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Boven Digoel dan Kabupaten Mappi.
2. TOPOGRAFI
Ditinjau dari topografinya, seluruh wilayah di Kabupaten Asmat merupakan suatu
hamparan yang terletak pada ketinggian antara 0 – 100 meter dari permukaan laut.
3. IKLIM
Kabupaten Asmat beriklim tropis dengan musim kemarau dan hujan yang tegas. Curah
hujan dalam setahun rata-rata 3.000 - 5.000 milimeter dengan hari hujan sekitar 200
hari setahun. Suhu udara rata-rata pada siang hari 26 derajat celcius dan pada malam
hari 17 derajat celcius.
Curah hujan tertinggi terjadi di pedalaman, sedangkan curah hujan terendah terjadi di
pesisir pantai selatan tepatnya di Pantai Kasuari. Tingkat kelembaban udara cukup
tinggi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah, kelembaban rata-rata berkisar antara
78 - 81 persen. Suhu udara rata-rata di siang hari 26 – 29 derajat celcius dan pada
malam hari 17 – 20 derajat celcius.
Jew yang dahulu diletakkan di tengah-tengah klan kini di letakkan di tengah kampung.
Orientasi yang dahulu menghadap ke sungai atau kanal kini berubah ke arah jalan-
jalan linear setapak melayang yang di kenalkan oleh para pendatang. Berikut adaptasi
secara menyeluruh :
1. Terdapatnya bukaan pintu yang cukup besar sebagai ventilasi tetap sehingga
aliran udara pada rumah jew dapat mencangkup lebih maksimal. Penggunaan
bukaan yang cukup besar ini dikarenakan pintu pada rumah jew tidak terdapat
penutupnya.
2. Bentuk rumah jew yang menggunakan panggung, membuat hunian rumah jew
menjadi lebih tinggi, sehingga sirkulasi udara pada bagian bawah rumah dapat
berjalan dengan baik, serta menjaga suhu setiap ruangan di rumah jew tetap
normal dan lebih sejuk.
3. Material rumah jew menggunakan material lokal yang memudahkan pemilik
hunian dalam memperoleh bahan material dari lingkungan sekitar yang ramah
lingkungan.
4. Pola tatanan hunian yang ada di pinggir sungai umumnya terbentuk secara
alami mengikuti akses jalan dan bentuk sungai. Hunian di Tengah Hutan
memiliki ruang privasi yang cukup baik, serta dapat memberikan rasa
kenyamanan dan keamanan pada penghuni rumah jew.
2. ATAP
Material pada atap rumah Jew, yaitu dengan memanfaatkan daun nipah atau daun
sagu yang dianyam. Hal tersebut terjadi dikarenakan daerah provinsi Papua yang kaya
akan tanaman nipah dan sagu. Atap berbahan nipah memiliki kelebihan, yaitu lebih
sejuk karena tidak menyimpan haba sebagaimana atap genting.
sumber https://materialpilihanku.blogspot.com/2017/05/penutup-atap-ijuk-dan-daun-daunan.htm
Namun, material ini perlu diganti setiap tiga hingga lima tahun sekali, bagi atap nipah
yang tidak diproses. Bagi atap daun nipah yang sudah melalui proses rendam mampu
bertahan antara enam hingga delapan tahun. Atap daun nipah yang direndam juga
lebih mudah disusun karena lebih lembut dan tidak mudah patah apabila dilipat.
A. ATAP TERHADAP SINAR MATAHARI
Atap berbahan dasar daun nipah atau daun sagu dapat mengurangi rasa panas
dari sinar matahari serta perubahan suhu dan cuaca yang ekstrim. Namun,
tidak cocok untuk iklim sekitar sehingga sering perlu pergantian rutin.
B. ATAP TERHADAP HUJAN
Atap miring berbentuk pelana serta limas merupakan respon terhadap iklim
makro yang bertujuan untuk mengalirkan air hujan agar tepat jatuh ke tanah.
Namun, ketahannya hanya bertahan beberapa tahun saja, dikarenakan
perubahan iklim yang ekstrim pada daerah sekitar.
C. ATAP TERHADAP ANGIN
Atap miring dan berbahan dasar daun nipah atau daun sagu, saat dilalui angin
normal, maupun biasa akan tidak terlalu mengalami perubahan karena pada
rongga pada atap tersebut sehingga angin yang datang dapat dengan mudah
menyesuaikan bentuk dari atap tersebut saat melaluinya.
3. PENGGUNAAN DINDING
Material yang digunakan pada dinding rumah jew, sama dengan yang digunakan
pada material atap rumah jew, yaitu menggunakan daun nipah ataupun daun sagu
yang di anyam dengan rapi. Material tersebut juga dapat mengurangi rasa panas
pada siang hari serta dingin pada malam hari.
sumber : https://rumbiaatap.blogspot.com/
4. STRUKTUR
Pemanfaatan kayu besi sebagai material kolom dan panggung rumah jew pada
struktur rumah Jew disebabkan oleh ketahanannya terhadap perubahan suhu dan
kelembaban. Kayu besi memiliki sifat sangat berat dan keras. Maka, kayu ini juga
sering disebut sebagai kayu besi karena sangat kuat dan tahan banting.
Manfaat dari panggung rumah jew adalah jika terjadi hujan yang sangat lebat dan
membuat air di sekitar sungai meluap, dan banjir, namun rumah jew tidak terendam,
dan masih dapat bertahan dengan kolom yang kuat dari kayu besi tersebut. Pada
terpaan angin badai, struktur kolom dari kayu besi tersebut masih amat dapat menahan
dan menjaga dari kekuatan rumah jew. Namun, kayu tersebut juga perlu perawatan
agar tidak cepat kehilangan daya tahan nya.
6. HEWAN SEKITAR
Karena berlokasi di dalam hutan serta di pinggir sungai, membuat terdapat banyak
hewan-hewan yang dapat di jumpai, seperti tikus, ular, burung, babi, serta hewan liar
lainnya. Tetapi, hal tersebut dapat diatasi karena sebagian besar hewan dijumpai
tersebut dapat mereka jadikan hidangan atau makanan untuk mereka santap.
Rayap dapat menjadi ancaman utama terhadap kolom dan tiang penyangga rumah
jew karena dapat membuat sarang rayap karena kolom dan tiang tersebut terbuat
dari kayu.
C. KESIMPULAN
https://asmatkab.go.id/page/iklim-dan-curah-hujan
https://www.asmatkab.go.id/page/geografi
https://www.asmatkab.go.id/page/topologi
https://www.asmatkab.go.id/page/hidrografi https://www.asmatkab.go.id/page/kondisi-
tekstur-tanah http://www.itchcreature.com/2018/05/04/asmat-papua-2016/