Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 11 IDENTIFIKASI IKLIM DAN ANALISIS

RUMAH ADAT JEW

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Johannes Adiyanto, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:

Siti Khairunnisa Diajeng (03061282025018)

Firdha Azizah (03061282025058)

A. Ferrza Wijaya (03061382025064)

Akbar Gilang Rawanda (03061382025081)

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

GENAP 2021/2022
A. IDENTIFIKASI IKLIM DAN ANALISIS RUMAH ADAT SUKU ASMAT, RUMAH JEW

1. FISIK
Kabupaten Asmat adalah kabupaten yang pemusatan penduduknya berada di pesisir
pantai atau di pinggir sungai. Suku bangsa mayoritas di kabupaten ini adalah suku
Asmat, dan ada juga suku Papua lainnya, serta suku pendatang dari wilayah lain di
Indonesia. Data Sensus Penduduk Indonesia 2010, penghitungan berdasarkan jenis
kelamin laki-laki, penduduk asli orang Papua sebanyak 35.592 jiwa (88,49%),
sementara orang non asli Papua sebanyak 4.628 jiwa (11,51%).

Kabupaten Asmat terletak antara 40 – 70 Lintang Selatan dan 1370 -1400 Bujur Timur.
Kabupaten Asmat merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Papua yang terletak
di bagian selatan Papua, Kabupaten Asmat memiliki luas 23.746 km2 atau 7,44 persen
dari luas Provinsi Papua. Pada bagian utara, Kabupaten Asmat berbatasan dengan
Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo, sedangkan di bagian selatan berbatasan
dengan Laut Arafuru dan Kabupaten Mappi. Sebelah barat berbatasan dengan Laut
Arafuru dan Kabupaten Mimika, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Boven Digoel dan Kabupaten Mappi.

2. TOPOGRAFI
Ditinjau dari topografinya, seluruh wilayah di Kabupaten Asmat merupakan suatu
hamparan yang terletak pada ketinggian antara 0 – 100 meter dari permukaan laut.
3. IKLIM
Kabupaten Asmat beriklim tropis dengan musim kemarau dan hujan yang tegas. Curah
hujan dalam setahun rata-rata 3.000 - 5.000 milimeter dengan hari hujan sekitar 200
hari setahun. Suhu udara rata-rata pada siang hari 26 derajat celcius dan pada malam
hari 17 derajat celcius.

Curah hujan tertinggi terjadi di pedalaman, sedangkan curah hujan terendah terjadi di
pesisir pantai selatan tepatnya di Pantai Kasuari. Tingkat kelembaban udara cukup
tinggi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah, kelembaban rata-rata berkisar antara
78 - 81 persen. Suhu udara rata-rata di siang hari 26 – 29 derajat celcius dan pada
malam hari 17 – 20 derajat celcius.

B. ADAPTASI PENGGUNAAN MATERIAL RUMAH JEW TERHADAP ASPEK GEOGRAFIS


DAN IKLIM SEKITAR

1. ANALISIS RUMAH JEW


Rumah Jew dari suku Asmat letak geografisnya terbagi menjadi dua, yaitu:
di sepanjang aliran sungai atau laut dan di pedalaman. Rumah Jew yang berada di
sepanjang aliran sungai juga berdekatan dengan hutan. Di dalam hutan-hutan tersebut
banyak terdapat pohon kayu besi (kayu ulin) sehingga mayoritas masyarakat suku
Asmat memanfaatkan kayu besi sebagai komoditas material utama untuk konstruksi
kolom (tiang penyangga) rumah Jew.

Jew yang dahulu diletakkan di tengah-tengah klan kini di letakkan di tengah kampung.
Orientasi yang dahulu menghadap ke sungai atau kanal kini berubah ke arah jalan-
jalan linear setapak melayang yang di kenalkan oleh para pendatang. Berikut adaptasi
secara menyeluruh :

1. Terdapatnya bukaan pintu yang cukup besar sebagai ventilasi tetap sehingga
aliran udara pada rumah jew dapat mencangkup lebih maksimal. Penggunaan
bukaan yang cukup besar ini dikarenakan pintu pada rumah jew tidak terdapat
penutupnya.
2. Bentuk rumah jew yang menggunakan panggung, membuat hunian rumah jew
menjadi lebih tinggi, sehingga sirkulasi udara pada bagian bawah rumah dapat
berjalan dengan baik, serta menjaga suhu setiap ruangan di rumah jew tetap
normal dan lebih sejuk.
3. Material rumah jew menggunakan material lokal yang memudahkan pemilik
hunian dalam memperoleh bahan material dari lingkungan sekitar yang ramah
lingkungan.
4. Pola tatanan hunian yang ada di pinggir sungai umumnya terbentuk secara
alami mengikuti akses jalan dan bentuk sungai. Hunian di Tengah Hutan
memiliki ruang privasi yang cukup baik, serta dapat memberikan rasa
kenyamanan dan keamanan pada penghuni rumah jew.

2. ATAP
Material pada atap rumah Jew, yaitu dengan memanfaatkan daun nipah atau daun
sagu yang dianyam. Hal tersebut terjadi dikarenakan daerah provinsi Papua yang kaya
akan tanaman nipah dan sagu. Atap berbahan nipah memiliki kelebihan, yaitu lebih
sejuk karena tidak menyimpan haba sebagaimana atap genting.

sumber https://materialpilihanku.blogspot.com/2017/05/penutup-atap-ijuk-dan-daun-daunan.htm
Namun, material ini perlu diganti setiap tiga hingga lima tahun sekali, bagi atap nipah
yang tidak diproses. Bagi atap daun nipah yang sudah melalui proses rendam mampu
bertahan antara enam hingga delapan tahun. Atap daun nipah yang direndam juga
lebih mudah disusun karena lebih lembut dan tidak mudah patah apabila dilipat.
A. ATAP TERHADAP SINAR MATAHARI
Atap berbahan dasar daun nipah atau daun sagu dapat mengurangi rasa panas
dari sinar matahari serta perubahan suhu dan cuaca yang ekstrim. Namun,
tidak cocok untuk iklim sekitar sehingga sering perlu pergantian rutin.
B. ATAP TERHADAP HUJAN
Atap miring berbentuk pelana serta limas merupakan respon terhadap iklim
makro yang bertujuan untuk mengalirkan air hujan agar tepat jatuh ke tanah.
Namun, ketahannya hanya bertahan beberapa tahun saja, dikarenakan
perubahan iklim yang ekstrim pada daerah sekitar.
C. ATAP TERHADAP ANGIN
Atap miring dan berbahan dasar daun nipah atau daun sagu, saat dilalui angin
normal, maupun biasa akan tidak terlalu mengalami perubahan karena pada
rongga pada atap tersebut sehingga angin yang datang dapat dengan mudah
menyesuaikan bentuk dari atap tersebut saat melaluinya.

3. PENGGUNAAN DINDING
Material yang digunakan pada dinding rumah jew, sama dengan yang digunakan
pada material atap rumah jew, yaitu menggunakan daun nipah ataupun daun sagu
yang di anyam dengan rapi. Material tersebut juga dapat mengurangi rasa panas
pada siang hari serta dingin pada malam hari.

sumber : https://rumbiaatap.blogspot.com/

A. DINDING TERHADAP SINAR MATAHARI


Sama halnya dengan atap, material yang digunakan untuk dinding rumah jew
juga dapat mengurangi panas dan cahaya matahari yang masuk ke dalam
rumah, karena kerapatan dari bahan daun nipah atau daun sagu tersebut.
B. DINDING TERHADAP HUJAN
Bahan material yang digunakan pada dinding rumah jew juga dapat menahan
dari derasnya air hujan karena anyaman yang rapat serta susunan yang rapi
diperkuat pula dengan tiang kayu besi. Namun, untuk dapat melindungi sisi
rumah perlu penyesuaian atau perawatan, karena sifat dedaunan yang
mudah rusak.
C. DINDING TERHADAP ANGIN
Bahan tersebut juga tahan terhadap terpaan angin yang biasa, namun tidak
tahan terhadap angin badai yang dapat merusak dari susunan dinding
tersebut. Sehingga untuk ketahanan nya terhadap badai tidak dapat di
harapkan.

4. STRUKTUR
Pemanfaatan kayu besi sebagai material kolom dan panggung rumah jew pada
struktur rumah Jew disebabkan oleh ketahanannya terhadap perubahan suhu dan
kelembaban. Kayu besi memiliki sifat sangat berat dan keras. Maka, kayu ini juga
sering disebut sebagai kayu besi karena sangat kuat dan tahan banting.

Manfaat dari panggung rumah jew adalah jika terjadi hujan yang sangat lebat dan
membuat air di sekitar sungai meluap, dan banjir, namun rumah jew tidak terendam,
dan masih dapat bertahan dengan kolom yang kuat dari kayu besi tersebut. Pada
terpaan angin badai, struktur kolom dari kayu besi tersebut masih amat dapat menahan
dan menjaga dari kekuatan rumah jew. Namun, kayu tersebut juga perlu perawatan
agar tidak cepat kehilangan daya tahan nya.

Selain daripada itu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan


Provinsi Papua merupakan wilayah yang paling rawan gempa di nusantara, maka dari
itu pemakaian kayu besi sebagai material struktur sangat efektif karena kayu besi tidak
hanya memiliki kekuatan untuk memikul beban, tetapi juga lebih fleksibel. Dengan
kekuatan dan fleksibilitas yang dimiliki kayu besi, material ini dianggap lebih tahan
gempa dan tidak mudah bergeser jika terkena guncangan.
5. LONGSOR
Lokasi pada rumah jew ini sangat berdekatan dengan sungai yang masih tergolong
dataran rendah, membuat resiko longsor lebih di minimalisir. Namun jika lokasi nya
sangat dekat dan bahkan berada di bibir sungai, yang akan membuat resiko untuk
amblas nya lebih besar.

6. HEWAN SEKITAR
Karena berlokasi di dalam hutan serta di pinggir sungai, membuat terdapat banyak
hewan-hewan yang dapat di jumpai, seperti tikus, ular, burung, babi, serta hewan liar
lainnya. Tetapi, hal tersebut dapat diatasi karena sebagian besar hewan dijumpai
tersebut dapat mereka jadikan hidangan atau makanan untuk mereka santap.
Rayap dapat menjadi ancaman utama terhadap kolom dan tiang penyangga rumah
jew karena dapat membuat sarang rayap karena kolom dan tiang tersebut terbuat
dari kayu.

C. KESIMPULAN

Menurut analisa kelompok kami, pengadaptasian material terhadap aspek


geografis sudah sangat tepat. Masyarakat suku Asmat memanfaatkan hasil sumber
daya alam hutan yang berlimpah di Provinsi Papua, seperti kayu besi, nipah, sagu, dan
rotan. Kayu besi tahan akan getaran yang cocok diaplikasikan pada rumah Jew yang
terletak di Provinsi Papua yang notabenenya sering terjadi gempa tektonik. Secara
ekonomis mereka sangat penting karena dapat membuat rumah Jew dengan
pengeluaran yang sangat kecil, hampir tidak ada. Namun, masyarakat Asmat tidak
hanya melakukan ekstraksi hasil hutan saja, mereka juga melakukan reboisasi
terhadap hutan yang mereka tebang. Beberapa hutan di dekat kawasan tempat tinggal
mereka dijadikan hutan konservasi, karena dianggap sakral dan tempat nenek moyang
mereka tinggal.
Bertolak belakang dengan aspek geografis, pengadaptasian material terhadap
aspek iklim masih sangatlah kurang efektif. Material penutup atap, dinding, dan lantai
masih menggunakan material dedaunan yang tidak cocok dengan curah hujan di
daerah Provinsi Papua, khususnya di daerah tempat tinggal suku Asmat yang dataran
rendah berair. Penggunaan material ini dikatakan kurang efektif disebabkan oleh
pengadaptasian perubahan iklim yang terjadi tidak sesuai dengan material, dengan
demikian daun nipah dan sagu yang dipakai pada atap ini cepat rusak dan perlu diganti
setiap 6 - 8 tahun sekali. Untuk bagian dinding di rumah Jew menggunakan material
batang sagu yang dianyam secara vertikal dan diikat dengan akar rotan. Material ini
mudah terbakar, rawan bocor dan harus sering diganti dibandingkan menggunakan
bahan lain yang lebih kuat atau tahan lama.
DAFTAR PUSTAKA

https://asmatkab.go.id/page/iklim-dan-curah-hujan
https://www.asmatkab.go.id/page/geografi
https://www.asmatkab.go.id/page/topologi
https://www.asmatkab.go.id/page/hidrografi https://www.asmatkab.go.id/page/kondisi-
tekstur-tanah http://www.itchcreature.com/2018/05/04/asmat-papua-2016/

Anda mungkin juga menyukai