2 Atap Rumbia
Rumbia atau disebut juga pohon sagu adalah nama sejenis palma penghasil tepung sagu ,
di berbagai daerah di Sumatra dan Sulawesi adalah rumbieu, rembie, rembi, rembiau,
rambia, hambia, humbia, lumbia, rombia, rumpia, dan diMaluku dikenal sebagai ripia, lipia,
lepia, lapia, lapaia, hula atau huda, di Jawa, ambulung, bulung, am bulu, tembulu Jw.,
bhulung Md., dan ki ray. Jadi atap rumbia, adalah atap yang dibuat dari daun rumbia, yang
diraju menyerupai sisir menjadi satu kesatuan yang dapat berfungsi sebagai atap. Atap
Rumbia merupakan karya seni tradisional yang di kerjakan oleh kalangan penduduk di
pedesaaan, dan di tepi pantai, karna bahan bakunya semua dari bahan alami dan rumbia
biasanya tumbuh di rawa-rawa dan di tepi pantai yang airnya payau. Atap rumbia sangat di
butuhkan oleh 80 masyrakat pedesaan, karna masih bisa terjangkau dengan ekonomi
mereka, tetapi sekarang ini ternyata peminat atap rumbia bukan hanya di pedesaan,
melainkan sudah sampai pusat kota, yang banyak di gunakan untuk atap gasebo dan rumah
makan mewah yang membawa nuansa desa. Proses pembuatan atap rumbia tidaklah
mudah, butuh ekstra keras, bahan dikumpul lalu di jahit dengan tangan, kemudian di jemur,
dan siap untuk di pasarkan, dan proses ini hanya mengikuti apa yang sudah mereka
terapkan, dan itu sudah standarisasi yang diterapkan turun temurun. Gambar 4-2: Penutup
Atap Rumbia
Gambar 4-3: Atap Ijuk Penggunaan atap ijuk saat ini melambangkan bangunan rumah
arsitektur modern, selain itu atap ijuk juga mengandung suatu makna suasana desa yang
alami, penuh kedamaian. Enau atau aren adalah jenis pepohonan palma, seperti kelapa
nyiur dan merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan pelbagai nama
seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk aneka nama 81 lokal di Sumatra
dan semenanjung Malaya; kawung, akol, akel, akere, inru, indu bahasa-bahasa di Sulawesi;
moka, moke, tuwa, tuwak di Nusa Tenggara, dan lain-lain. Asal muasal kata atap ijuk,
karena dibuat dari ijuk pohon aren, yang dihasilkan sebagai Serat berwarna hitam yang
dihasilkan dari pohon aren ini memang istimewa, karena bisa bertahan hingga ratusan
tahun. Keistimewaan serat ijuk tidak hanya terletak pada sisi keawetannya saja, masih ada
lagi, serat ini tahan terhadap asam dan garam air laut, artinya ijuk tidak mudah lapuk oleh
asam dan garam air laut.Kita dapat melihat orang- orang Sasak dan wilayah pesisir di negeri
ini sampai sekarang masih memanfaatkan ijuk, tidak hanya untuk atap, tapi juga untuk tali.
Diketahui juga ijuk adalah serat alami yang mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan
oleh rayap tanah. Sifat ijuk yang elastis, keras, dan tahan air, menyebabkan bahan alami ini
sulit dicerna oleh organisme perusak serngga, seperti rayap.Aplikasi penggunaan ijuk
seklain untuk atap rumah tempo dulu, sekarang ini banyak digunakan untuk keperluan lain,
seperti pembuatan rumah adat, pembuatan atap untuk villa, pembuatan atap gazebo, dan
penggunaan untuk budidaya ikan. Dahulu kala, sebelum munculnya berbagai jenis atap
modern, orang banyak menggunakan atap ijuk, bahkan dari jenis atap ilalang, dan rumbia,
ijuk adalah bahan atap yang paling diminati dan tahan lama saat itu, dan merupakan bahan
atap mewah di zamannya. Penggunaan jenis atap ijuk saat ini sudah tidak seperti sebanyak
zaman tempo dulu, sekarang ini penggunaan atap ijuk sudah pada tahap asesorie, sudah
pada penggunaaan atap yang mengandung estetika, yang banyak digunakan untuk rumah
rumah gazebo, rumah makan dan rumah rumah yang didesain bernuansa desa atau
bernuansa alam. Pemeriksaan bahan ijuk yang bagus berkualitas untuk atap, dapat
dilakukan dengan visual yaitu; 1 Panjang; Bahan ijuk memiliki ukuran ijuk yang panjang,
tebal dan tekstur yang lebih kuat. 2 Lidi; Lidi telah terkelupas dari Ijuk 82 Biasanya bahan
ijuk yang berkualitas, kebayakan di ekspor ke luar negeri. Bahan ijuk dari pohon niraenau,
selain untuk bahan atap, lidinya juga dapat dipakai untuk pembuatan sapu lidi atau bahan
lain. Beberapa keunggulan menggunakan ijuk sebagai bahan penutpu atap, antara lain
yaitu; 1 Sejuk; Bisa memberikan efek sejuk di sekitar bangunan 2 Kesan Alami; Bisa
memberi kesan alami dan tradisional pada bangunan 3 Kuat: Tahan lama 4 Ramah
Lingkungan
Efeknya, ijuk tidak mudah patah meski mendapat tekanan yang besar maupun
menghadapi perubahan cuaca yang ekstrim.
Kamu bisa menghemat biaya atap bangunan jika menggunakan material ini.
Oleh sebab itu, penggunaannya sering terlihat di daerah tropis seperti Indonesia.
Pasalnya, atap ini tersusun dari ilalang kering yang rawan jika terkena api.
Oleh sebab itu, kamu harus siaga dengan menyimpan alat pemadan api ringan di
rumah.
Agar saat terjadi hal tak diinginkan, penghuni bisa dengan cepat menanganinya.
Tentu kamu tak ingin bukan air masuk ke rumah dikala hujan deras akibat atap
bocor.
Tak hanya menyebalkan, kondisi ini bisa merugikan karena perabot akan rawan
rusak.
Biasanya material ini dijual dalam bentuk lembaran berukuran 100×30 cm.
Untuk setiap lembarnya, harga yang ditawarkan kurang lebih Rp8-10 ribu.
Tergantung pada kualitas ijuk yang kamu pilih serta daerah hunianmu.
Namun ingat, harga ini belum termasuk tali bambu untuk mengikatnya serta papan
tripleks yang menjadi pondasi atap.