Oleh:
NANDA KHOIRUNISA A610130007
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
BAB I
PROFIL KABUPATEN BERAU
3.2 Pertambangan
Kabupaten Berau memiliki beragam formasi geologi yang mengandung
berbagai macam jenis mineral dan batubara yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan peta geologi regional lembar Tanjung Redeb 1918, lembar Muara
Lasan 1917, lembar Longbia 1818, lembar Muarawahau 1817 dan lembar
Talisayan 1916 (P3G Bandung, 1995), Kabupaten Berau terdiri dari 26 (dua
puluh enam) formasi batuan dan alluvium berumur Kuarter. Dari 26 formasi
batuan tersebut terdiri atas 21 (duapuluh satu) formasi batuan sedimen tersier, 2
(dua) diantaranya berupa batuan gunung api yaitu batuan gunung api muda
terdiri dari lava andesit-basalt, aglomerat, breksi gunung api dan tufa serta
batuan gunung api Jelai terdiri dari breksi gunungapi, batupasir tufaan dan tufa
yang setempat disisipi oleh lapisan batubara, batuan ini diterobos oleh retas-retas
andesit, 1 (satu) sumbat retas berupa granit, 1 (satu) batuan granit dan 1 (satu)
batuan ofiolit yang terdiri dari peridotit, serpentinit, hazsburgit, wherlit,
piroksen, gabro dan basal. Komoditas-komoditas yang berpotensi terdapat pada
formasi-formasi tersebut yang ada di Kabupaten Berau sebagaimana ditampilkan
pada tabel berikut :
Golongan Komoditas
No Jenis Komoditas Sebaran (Kecamatan)
(berdasarkan PP 23/2010)
1 Mineral Logam Emas, Galena, Seng Kelay, Segah, Tabalar
Pasir kuarsa, dolomite, kalsit, Gunung Tabur, Pulau
2 Mineral Bukan Logam
batugamping untuk semen, clay Derawan dan Segah
Granit, granodiorit, andesit, tanah urug,
Kelay, Segah (granit
kristal kuarsa, kerikil sungai, batu kali,
3 Batuan dan granodiortit, kristal
sirtu, tanah urukan setempat,
kuarsa)
batugamping, pasir laut
Gunung Tabur, Segah,
Teluk Bayur,
4 Batubara Batubara
Sambaliung, Tanjung
Redeb, Kelay
Formasi Batuan utama pembawa batubara adalah Formasi Lati. Formasi Lati
ini tersebar di 5 (lima) Kecamatan yaitu : Kecamatan Tanjung Redeb,
Sambaliung, Gunung Tabur, Teluk Bayur dan Segah. Pada Formasi Lati ini telah
diusahakan penambangan batubara melalui perizinan PKP2B PT. Berau Coal
dengan luas keseluruhan konsesi seluah 11.480 Ha, dengan lokasi penambangan
meliputi Site Sambaratta, Site Lati dan Binungan. Produksi batubara pada tahun
2014 sebesar 24.58 Juta Metrik Ton. Batubara termasuk pada
golongan bituminous-sub bituminous dengan spesifikasi yang baik untuk bahan
bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Batubara terutama untuk diekspor
ke China, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, India, Taiwan dan Thailand.
Pada formasi Lati ini juga terdapat beberapa IUP Operasi Produksi yang telah
melaksanakan penambangan operasi produksi diantaranya : PT. Berau Bara
Energy, PT. Bara Jaya Utama, PT. Pelita Makmur Sejahtera, PT. Borneo
Brikoks Industri, PT. Supra Bara Energy, PT. Nusantara Berau Coal (pit 1) dan
PT. Kaltim Jaya Bara. Produksi Total tahun 2014 dari IUP OP adalah sebesar
5.02 Juta, sehingga total produksi batubara dari Formasi Lati pada tahun 2014
adalah sebesar 29.6 Juta Metrik Ton.
Formasi batuan pembawa batubara lainnya adalah Formasi Labanan yang
tersebar di Kecamatan Teluk Bayur hingga Segah, Formasi Domaring yang
tersebar dari Kecamatan Gunung Tabur, Sambaliung, Tabalar hingga Talisayan
serta Formasi Sajau yang terdapat di Kecamatan Pulau Derawan. Pemegang IUP
OP yang melakukan penambangan pada Formasi Labanan adalah PT.
Rantaupanjang Utama Bhakti, PT. Sungai Berlian Bhakti dan PT. Mega Alam
Sejahtera. Total produksi batubara dari Formasi Labanan pada tahun 2014
adalah sebesar 3.35 Juta Metrik Ton. PT. Lathi Tanjung Harapan dan PT. Berau
Usaha Mandiri adalah perusahaan pemegang IUP OP yang menambang pada
Formasi Domaring. Pada tahun 2014, total produksi dari Formasi Domaring
adalah sebesar 1.3 Juta MT. Sehingga total produksi batubara di Kabupaten
Berau pada tahun 2014 adalah sebesar 34.25 Juta MT.
Sebaran komoditas logam secara umum berada di bagian hulu Kabupaten
Berau yang terlewati oleh jalur metalogen yang ditandai dengan adanya batuan-
batuan beku intrusif bersifat granitik dan batuan ekstrusif bersifat andesitik.
Secara umum, sebaran komoditas logam ini meliputi wilayah Kecamatan Segah
dan Kecamatan Kelay. Logam emas di beberapa tempat di hulu Sungai Segah
dan Kelay telah dimanfaatkan oleh penduduk setempat dengan penambangan
tradisional.
Komoditas lain yang telah dimanfaatkan adalah batugamping sebagai
material bahan bangunan, tanah urug, pasir, sirtu dan kerikil sungai yang
digunakan untuk material konstruksi dan bahan bangunan. Komoditas-
komoditas ini sangat diperlukan terutama dalam menunjang perkembangan
ibukota Tanjung Redeb dan wilayah-wilayah lain yang telah mengelami
perkembangan wilayah yang sangat pesat. Komoditas-komoditas ini merupakan
kelompok/golongan komoditas batuan (dahulu, kita mengenalnya sebagai bahan
galian golongan C).
Gambar Pengangkutan batubara oleh ponton dan Batu Bara di Site Sambarata, PT.
BerauCoal
3.3 Perkebunan
3.5 Perikanan
STRENGHT (KEKUATAN)
1. Memiliki sumber daya alam yang melimpah (S1)
2. Lokasi wilayah yang strategis karena merupakan perbatasan antar provinsi
(S2)
3. Geomorfologi daerah yang berbeda-beda sehingga memiliki keragaman
potensi daerah (per kecamatan) (S3)
4. Potensi wisata yang besar (S4)
5. Keanekaragaman hayati yang mendukung pembangunan berkelanjutan (S5)
WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Sarana-prasarana yang belum memadai dibeberapa wilayah pedalaman
2. Pelaksanaan PERDA yang lemah terkait sektor pertambangan dan
pengalihfungsian lahan
3. Ketidakseimbangan sarana-prasarana antar wilayah
4. Masyarakat yang belum mengetahui dampak dari rusaknya lingkungan
5. Menejemen sumber daya alam yang kurang baik
OPPURTUNITY (KESEMPATAN)
1. Menjadi ikon wisata Indonesia
2. Hasil bumi daerah Berau yang dapat bersaing di dunia Internasional
3. Kemajuan ekonomi yang pesat
4. Peningkatan kualitas SDM sehingga dapat mengelola SDA dengan baIk dan
berkelanjutan
TREATNESS (ANCAMAN)
1. Kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan kegiatan manusia
lainnya
2. Sumber daya alam yang habis
3. Konflik sosial akibat banyaknya pendatang baru (karyawan perusahanaan)
dengan warga asli Kabuapaten Berau
4. Potensi bencana akibat degradasi lingkungan
2. 1 Metode Pengembangan
S+O=W+T
5+4=5+4
9=9
Sehingga metode pengembangan yang digunakan adalah metode campuran yaitu
internal dan ekspansif.
2.2 Strategi
3. Peningkatan pengetahuan
2. Pengelolaan SDA berbasis
O4 masyarakat terhadap
ekologi
perlindungan lingkungan
BAB III
PERENCANAAN KABUPATEN BERAU