Disusun oleh:
Kelompok 4
Shella Putri Permadani H
(142110101003)
Tika Nurfitriana
(142110101014)
(142110101019)
Muthmainah Farida H
(142110101020)
Driya Paramarta
(142110101021)
Nurul Fadilah
(142110101025)
(142110101026)
Dwi Kurnia P
(142110101028)
(142110101029)
KATA PENGANTAR
Puji syukur, Alhamdulillah, kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini sebagai tugas
mata kuliah Kajian Kesehatan Masyarakat Pantai dan Perkebunan dengan baik. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah saw., keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang tegak di atas agama-Nya hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM., M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kajian Kesehatan Masyarakat Pantai dan Perkebunan Kelas B;
2. Orangtua kami, atas segala restu dan dukungan; dan
3. Teman-teman, atas segala bentuk bantuan.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin, dengan harapan
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dalam meningkatkan pemahaman
mengenai kajian kesehatan masyarakat pantai dan perkebunan pada masyarakat bandaran
Madura pada khususnya, baik bagi Penyusun maupun bagi Pembaca pada umumnya.
Jember, 16 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Gambaran Umum Daerah.....................................................................................3
2.2 Karakteristik Masyarakat Pesisir Pantai...............................................................4
2.3 Sosial Ekonomi...................................................................................................12
2.4 Budaya................................................................................................................13
BAB 3. PENUTUP..........................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................16
3.2 Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor kelautan dan perikanan memiliki peluang strategis untuk dijadikan
sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia agar bisa keluar dari
cengkeraman krisis ekonomi. Keyakinan tersebut berdasarkan alasan utama, yaitu
(1) secara fisik indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, (2) di
wilayah pesisir dan lautan yang sangat luas itu terdapat potensi sumberdaya alam
dan jasa-jasa lingkungan yang beranekaragam sebagai potensi pembangunan yang
belum dimanfaatkan secara optimal (Kusnadi, 2003: 102).
Perhatian terhadap kawasan pesisir tidak hanya didasari oleh pertimbangan
pemikiran bahwa kawasan itu tidak hanya menyimpan potensi sumber daya alam
yang cukup besar, tetapi juga potensi sosial masyarakat yang akan mengelola
sumber daya tersebut secara berkelanjutan.
Bandaran adalah salah satu desa diantara delapan desa yang terdapat di
wilayah kecamatan Tlanakan Pamekasan serta merupakan daerah perbatasan
antara Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sampang. Desa bandaran
merupakan sebuah potret kehidupan desa nelayan tradisional, yang dalam
mengggerakkan aktivitas perekonomiannya sangat mengandalkan pada mata
pencaharian sebagai nelayan dan beberapa pelaku ekonomi setempat (juragan
pemilik
kapal,
bakul
ikan)
mengelola
dan
mengembangkan
aktivitas
yang
berada
di
kampung
Montor
dan
Nangger
yang
lebih
Bandaran pesisir tersebut berada pada daerah yang tidak terlalu subur, dan bnayak
menggantungkan hidup pada hasil penangkapan ikan di laut, namun secara
ekonomis kehidupan mereka tidak dapat dikatakan sebagai masyarakatterbelakang
dan miskin, bahkan dari hasil penangkapan ikan di laut itu, sebagian besar dari
mereka memiliki rumah tembok, fasilitas rumah tangga modern dan canggih,
untuk ukuran masyarakat tradisional.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Gambaran Umum Daerah Masyarakat Bandaran Madura?
1.2.2 Bagaimana Karakteristik Masyarakat Bandaran Madura?
1.2.3 Bagaiamana Sosial Ekonomi Masyarakat Bandaran Madura?
1.2.4 Bagaimana Budaya Bandaran Madura?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Gambaran Umum Daerah Masyarakat Bandaran Madura
1.3.2 Mengetahui Karakteristik Masyarakat Bandaran Madura
1.3.3 Mengetahui Sosial Ekonomi Masyarakat Bandaran Madura
1.3.4 Mengetahui Budaya Bandaran Madura
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Daerah
Kampung Bandaran merupakan salah satu kampung nelayan yang berada
di Kabupaten Bangkalan, yang merupakan sebuah kabupaten di Pulau Madura,
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini
terletak di ujung paling barat Pulau Madura yang besar pulaunya kurang lebih
5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali); berbatasan dengan Laut Jawa di
utara, Kabupaten Sampang di timur, serta Selat Madura di selatan dan barat.
Secara topografis, daerah Bandaran mempunyai ketinggian tanah antara 0 sampai
50
meter
di
atas
permukaan
laut,
dengan
jenis
tanah
"grumusol"
dengan kedua kampung yanglain, akan tetapi memiliki jumlah penduduk yang
sangat besar, serta menjadi pusat konsentrasi pemukiman penduduk desa
Bandaran. Pusat pemerintahan (Kantor Kepala Desa) terletak di kampung Sumber
Wangi II (di pinggir jalan desa). Di sebelah selatan Sumber Wangi II terletak
Puskesmas Cabang Kecamatan Tlanakan, SDN Bandaran I dan IV.
Sedangkan sebelah barat (di seberang jalan) sudah masuk ke wilayah kampung
Ombul Iterdapat SDN Bandaran II dan III dan sebuah mesjid dari dua mesjid
yang ada di Desa Bandaran.
Pada umumnya wilayah desa Bandaran kondisi tanahnya tidaklah subur,
bahkan cenderungagak keras serta aktivitas pertanian dapat dikatakan tidak
berkembang atau tidak diusahakan oleh penduduk setempat. Hal ini berbeda
dengan penduduk yang berada di dua kampung yang lain yaitu kampung Nangger
dan Montor, yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani sawah
tadah hujan, meskipun, ada pula di antara mereka yang bermata pencaharian
sebagai nelayan, terutama ketika musim kemarau panjang (mosem nemor
kara).Dalam kondisi geologis seperti itu, matapencaharian pokok masyarakat yang
berada di desa Bandaran pesisir, adalah sebagai nelayan, serta hanya sebagian
kecil di antaranya bermata pencaharian sebagai penjual bahan-bahan kebutuhan
keseharian masyarakat (meracang), pedagang emas, pegawai negeri, dan
pengusaha angkutan penumpang (taksi).
2.2 Karakteristik Masyarakat Pesisir Pantai
Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang
pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur
masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat
perkotaan dan pedesaan. Karena struktur masyarakat pesisir sangat plurar,
sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi
budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya.
Hal menarik adalah bahwa bagi masyarakat pesisir Indonesia, hidup di
dekat pantai merupakan hal yang paling diinginkan untuk dilakukan, mengingat
segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas
kesehariannya. Dua contoh sederhana dari kemudahan-kemudahan tersebut
lebih
terjamin,
mengingat
sebagian
masyarakat
pesisir
maupun
petani
tambak,
yakni
pola
hubungan
yang
hubungan yang tidak simetris ini tentu saja sangat mudah berubah
menjadi alat dominansi dan ekploitasi.
Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas
dalam hal struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien
dalam hubungan pasar pada usaha perikanan. Biasanya patron
memberikan bantuan berupa modal kepada klien. Hal tersebut merupakan
taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya sehingga bisnis
tetap berjalan.
3. Terdapatnya Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat
Stratifikasi sosial yang sangat menonjol pada masyarakat nelayan
dan petani tambak adalah stratifikasi berdasarkan misalnya membedakan
stratifikasi sosial menjadi tiga jenis yaitu (1) strafikasi karena status
ekonomi (economically stratified); (2) stratifikasi karena perbedaan
status politik (politically stratified) dan (3) stratifikasi karena perbedaan
status pekerjaan (occupationally stratified).
a. Berdasarkan ekonomi dan penguasaan alat tangkap, yaitu jika dalam
suatau masyarakat terdapat perbedaan atau ketidaksetaraan status
ekonomi, pada masyarakat nelayan umumnya terdapat tiga strata
kelompok, yaitu :
1. Starata atas, yaitu mereka yang memiliki kapal motor lengkap
dengan alat tangkapnya. Mereka ini biasanya dikenal dengan
nelayan besar atau modern. Biasanya mereka tidak ikut melaut.
Operasi penangkapan diserahkan kepada orang lain. Buruh atau
tenaga kerja yang digunakan cukup banyak bisa sampai dua atau
tiga puluhan. Seringkali nelayan besar juga merangkap sebagai
pedangang pengumpul. Namun demikian, biasanya ada pula
pedagang pengumpul yang bukan nelayan, sehingga pedagang ini
merupakan kelas tersendiri.
2. Strata kedua, adalah mereka yang memiliki perahu dengan motor
tempel. Pada strata ini, biasanya pemilik tersebut ikut melaut dan
memimpin kegiatan penagkapan. Buruh yang ikut mungkin ada
tetapi terbatas dan seringkali merupakan anggota keluarga saja.
perbedaan
status
politik
(politically
lain
masyarakat
pesisir
ini
adalah
sifat
10
11
sosial
masyarakat
desa
tradisional
di
Bandaran
sulit
Bandaran dicampur dengan berbagai macam motif yaitu, motif sosial, keagamaan,
etis dan tradisional. Dari sisi konsumsi, kehidupan ekonomi desa tradisional
dibangun atas dasar prinsip swasembada, dimana hampir seluruh kebutuhan
hidup kesehariannya diproduksi/dipenuhi oleh desa tradisional sendiri.
Di sisi lain, perhatian dan tingkat partisipasi penduduk terhadap pendidikan
anak-anaknya sangat kurang. Anak-anak mereka terutama yang perempuan, pada
umumnya hanya bersekolah hingga jenjang SD, itupun tidak seluruhnya tamat,
terutama karena alasan akan dikawinkan. Kepedulian masyarakat setempat
terhadap arti penting pendidikan bagi masa depan kehidupan anak-anak mereka,
mulai berubah sejak dasa warsa 90-an. Anak-anak mereka, laki-laki dan atau
perempuan, telah mulai ada yang disekolahkan hingga jenjang SMTA. Walaupun
dengan tingkat persentase yang tidak terlalu tinggi, dan hanya satu-dua orang saja
yang bisa mencapai jenjang Perguruan Tinggi.
Kehidupan para nelayan Desa Bandaran bukanlah bersifat individual, tetapi
berkelompok. Setiap kelompok nelayan terdiri dari: (1) juragan pemilik
kapal/perahu; (2) juragan kepala perahu; (3) pandhiga. Sebagai sebuah kelompok
nelayan pola relasi kerja, baik antara juragan perahu, juragan kepala dan
phandiga, atau antar anggota nelayan sendiri, bukan terjadi dalam kerangka
hubungan kerja antara atasan dan bawahan yang bersifat hubungan
12
mengerjakan.Bisa
diartikan
juga
sebagai
mengolah
tanah
atau
13
"modern dan
canggih",untuk
ukuran "masyarakat
14
15
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kampung Bandaran merupakan salah satu kampung nelayan yang berada di
Kabupaten Bangkalan, yang merupakan sebuah kabupaten di Pulau Madura,
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini
terletak di ujung paling barat Pulau Madura yang besar pulaunya kurang lebih
5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali); berbatasan dengan Laut Jawa di
utara, Kabupaten Sampang di timur, serta Selat Madura di selatan dan barat.
Secara topografis, daerah Bandaran mempunyai ketinggian tanah antara 0
sampai 50 meter di atas permukaan laut, dengan jenis tanah "grumusol"
(Abdurrachman,1977).
Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang
pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa
struktur masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik
masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena struktur masyarakat pesisir sangat
plurar, sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan
akulturasi budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur
masyarakatnya.
Ketergantungan pada musim ini akan semakin besar pada nelayan kecil. Pada
musim penangkapan, para nelayan akan sangat sibuk melaut. Sebaliknya, pada
musim peceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan
yang terpaksa menganggur.
Kehidupan para nelayan Desa Bandaran bukanlah bersifat individual, tetapi
berkelompok. Setiap kelompok nelayan terdiri dari: (1) juragan pemilik
kapal/perahu; (2) juragan kepala perahu; (3) pandhiga. Sebagai sebuah
kelompok nelayan pola relasi kerja, baik antara juragan perahu, juragan kepala
dan phandiga, atau antar anggota nelayan sendiri, bukan terjadi dalam
kerangka hubungan kerja antara atasan dan bawahan yang bersifat
hubungan
pengabdian,
tetapi
lebih
bersifat
kolegialisme
dan
3.2 Saran
saran dari isi makalah seharusnya petani menerapkan hidup hemat dalam
perekonomiannya sebab jika mereka tidak mempunyai mereka bisa memakai
uang dari hasil tangkapan pada musim pengkapan jadi mereka tidak sering
melakukan penjualan barang-barang yang mereka punya. Dan seharusnya
mereka membuka lapangan kerja pada musim paceklik sehingga mereka tidak
mengalami kesusahan mencari kebutuhan sehari-harinya. Karena masyarakat
pantai selalu ketergantungan pada hasil nelayan yang di harapkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman. 1977. Sekelumit Cara Mengenal Masyarakat Madura: Madura I.
Proyek Penelitian Madura. Malang: Depdikbud.
Bengen, Dietriech G. 2011. Pelatihan Pengelolaan Wilayah Terpadu. Bogor :
ITB
Famif. 2010. Masyarakat Pesisir. Tersedia: http://famif08.student.ipb.ac.id. [13
Oktober 2016]
Kusnadi dkk. 2006. Perempuan Pesisir. Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara
Lasiki, Iswan. 2012. Karakteristik Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir. Tersedia:
http://iswanlasiki.student.ung.ac.id. [13 Oktober 2016]
Mintaroem dkk. 2001. Aspek Sosial Budaya pada Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Nelayan Tradisional. Jurnal Studi Indonesia, Vol. 11, No. 2.
https://mfarisiblog.files.wordpress.com/2013/05/nelayan.pdf [11 Oktober
2016]
PADA KEHIDUPAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN TRADISIONAL
(Studi pada Masyarakat Nelayan Tradisional di Desa Bandaran,
Pamekasan). Jurnal Studi Indonesia, Volume 11, No. 2,
https://mfarisiblog.files.wordpress.com/2013/05/nelayan.pdf.[13 Oktobe
2016]
Pemukiman dan Kehidupan Sosial Nelayan Kampung Bandaran | Lontar
Madura http://www.lontarmadura.com/kehidupan-sosial-nelayankampung-bandaran/3/#ixzz4MvepbjS4
Soebagio. .Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut Kepulauan
Seribu dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. Bogor : ITB
18